Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairunisa Fadhilah
"Protein Transaktivator transkripsi (Tat) adalah protein regulator HIV-1 berfungsi sebagai aktivator transkripsi genom HIV-1. Varian protein Tat-Eli adalah aktivator transkripsi paling kuat daripada varian lain melalui induksi promotor LTR HVI-1. Kemampuan tersebut digunakan sebagai kontrol positif dalam pengembangan uji infeksitivitas HIV-1 berbasis gene reporter eGFP diregulasi LTR HIV-1. Pengembangan uji infeksivitas tersebut menawarkan waktu deteksi infeksi lebih singkat daripada uji p24 pada uji fenotipik. Penelitian ini bertujuan untuk mengekspresikan protein rekombinan Tat-Eli di sistem ekpresi prokariot dan mempurifikasinya sehingga dapat dijadikan kontrol positif penginduksi promotor. Pada penelitian ini dilakukan pengklonaan gen sintetik Tat-Eli ke vektor pQE80L. Protein rekombinan Tat-Eli dipurifikasi menggunakan Ni-NTA. Pengklonaan ulang gen reporter eGFP disisipkan setelah promotor LTR HIV-1. Aktivitas protein rekombinan Tat-Eli terhadap ekspresi eGFP di sel mamalia dinilai berdasarkan persentase sel pengekspresi eGFP dan intensitas cahaya eGFP.Konstruksi plasmid rekombinan membawa gen Tat-Eli, pQETat, berhasil dibuat, diekspresikan dan dipurifikasi kondisi native. Plasmid pengekspresi eGFP  dengan promoter HIV-1, pLTReGFP berhasil dikonstruksi. Penambahan Tat-Eli rekombinan pada sel mamalia yang ditransfeksi pLTReGFP menunjukkan perbedaan intensitas cahaya eGFP yang bermakna dan paling tinggi dari semua perlakuan. Protein rekombinan Tat-Eli dapat diekspresikan dan dipurifikasi secara optimal dari E.coli. Penambahan protein Tat-Eli pada sel yang ditransfeksi pLTReGFP meningkatkan intensistas cahaya eGFP.

Transcriptional Transactivator Protein (Tat) is an HIV-1 regulatory protein functioning as an activator of HIV-1 genome transcription. The Tat-Eli protein variant was the most potent transcriptional activator than other variants through the induction of the HVI-1 LTR promoter. This ability was used as a positive control in the development of an HIV-1 infection test based on the eGFP reporter gene regulated by LTR HIV-1. The development of the infectiousness test offers a shorter infection detection time than the p24 test in the phenotypic test. This study aims to express Tat-Eli recombinant protein in the prokaryotic expression system and to purify it so that it can be used as a positive control inducer of the promoter. In this study, synthetic Tat-Eli gene was cloned into the pQE80L vector. Tat-Eli recombinant protein was purified using Ni-NTA. Recloning of the eGFP reporter gene was inserted after the HIV-1 LTR promoter. The activity of Tat-Eli recombinant protein on eGFP expression in mammalian cells was assessed based on the percentage of eGFP-expressing cells and eGFP light intensity. The recombinant plasmid construction carrying the Tat-Eli gene, pQETat was successfully generated, expressed and purified in native conditions. An eGFP-expressing plasmid with HIV-1 promoter, pLTReGFP was successfully constructed. The addition of recombinant Tat-Eli to mammalian cells transfected with pLTReGFP showed a significant difference in eGFP light intensity and was the highest of all treatments. Tat-Eli recombinant protein can be optimally expressed and purified from E. coli. The addition of Tat-Eli protein in pLTReGFP-transfected cells increased eGFP light intensity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Wandafiana
"Latar Belakang: gp41 adalah transmembran glikoprotein yang memiliki peran penting dalam fusi dan masuknya Human Immunodeficiency Virus-1 (HIV-1). Keterlibatan protein transmembrane gp41 sangatlah krusial di seluruh fase awal penularan mukosa HIV-1; maka keberadaan protein ini penting untuk skrining dan diagnosis HIV-1. Protein transmembran gp41 dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnostik HIV-1 melalui uji deteksi antibodi yang meliputi, Rapid Diagnostic Test, ELISA, dan Western Blot (WB). Namun, meskipun terdaftar sebagai salah satu protein HIV-1 yang memiliki banyak manfaat, studi mengenai ekspresi dan optimalisasi protein transmembran gp41 masih kurang diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan mengenai kondisi optimal untuk mengekspresikan protein transmembran gp41 pada Escherichia coli (E. coli) PQE80L untuk pengembangan uji diagnostik HIV-1.
Metode: Penelitian ini menggunakan bagian imunodominan dari protein transmembrane gp41 (gp41-IDR). Protein gp41-IDR kemudian diekspresikan dalam sistem ekspresi E. coli dan dioptimalkan pada berbagai variabel, yaitu media kultur, konsentrasi penginduksi dan waktu induksi. Hasil yang diperoleh dari SDS-PAGE 20% didokumentasikan oleh ImageQuant Las 4000, sedangkan kuantisasi dan analisa protein gp41-IDR dilakukan di Image Lab 6.1. Software for Mac.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein gp41-IDR lebih maksimal jika diekspresikan pada medium Terrific Broth (TB) dibandingkan dengan dua media kaya nutrisi lainnya, yaitu Luria Bertani (LB) dan 2x Yeast Extract-Tryptone (2x YT). Di antara lima konsentrasi Isopropil-beta-D-thiogalactopyranoside (IPTG) yang diuji, induksi oleh 1 mM IPTG menunjukkan hasil protein tertinggi jika dibandingkan dengan konsentrasi IPTG lainnya. Apabila dibandingkan dengan protein yang diinduksi selama 6 jam dan semalam, induksi protein gp41-IDR rekombinan selama 3 jam menunjukkan hasil protein tertinggi.
Kesimpulan: Protein rekombinan gp41-IDR HIV-1 berhasil diekspresikan pada Escherichia coli (E. coli), dengan PQE80L sebagai vektor ekspresi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa protein rekombinan gp41-IDR dari HIV-1 Subtipe CFR01_AE diekspresikan secara optimal pada medium Terrific Broth (TB), dengan 1 mM IPTG selama 3 jam.

Background: gp41 is a viral transmembrane glycoprotein that plays a significant role in the fusion and entry of Human Immunodeficiency Virus-1 (HIV-1). The involvement of gp41 transmembrane protein is pivotal throughout the early phases of HIV-1 mucosal transmission; hence the presence of this protein is important for HIV-1 screening and diagnosis. gp41 transmembrane protein can be utilized as an HIV-1 diagnostic tool through antibody detection tests, namely Rapid Diagnostic Test, ELISA, and Western Blot (WB). However, despite being listed as one of the most valuable HIV-1 proteins, research regarding the expression and optimization of gp41 transmembrane protein is likely underreported. Therefore, this research aims to obtain knowledge regarding the optimal condition to express gp41 transmembrane protein in Escherichia coli (E. coli) PQE80L for the development of HIV-1 diagnostic test.
Methods: The immunodominant region of gp41 transmembrane protein (gp41-IDR) was used in this study. gp41-IDR protein was expressed in E. coli expression system and optimized under varying variables, namely culture medium, inducer concentration and induction time. The results obtained from SDS-PAGE 20% were documented by ImageQuant Las 4000, while quantitation and analysis of the gp41-IDR protein was done in Image Lab 6.1. Software for Mac.
Results: The results indicated that the gp41-IDR protein yield was maximized when expressed in Terrific Broth (TB) Medium as compared to other two nutrient-rich media, namely Luria Bertani (LB) and 2x Yeast Extract-Tryptone(2x YT). Among the five Isopropyl-beta-D-thiogalactopyranoside (IPTG) concentrations tested, induction by 1 mM of IPTG showed the highest protein yield when compared to the other IPTG concentrations. In comparison to those induced for 6 hours and overnight, induction of recombinant gp41-IDR protein for 3 hours offered the highest protein yields.
Conclusion: To conclude, recombinant gp41-IDR HIV-1 protein was successfully expressed in the Escherichia coli (E. coli) host system, with PQE80L as expression vector. Findings from this study indicate that gp41-IDR recombinant protein from HIV-1 Subtype CFR01_AE is optimally expressed in Terrific Broth (TB) Medium, with 1 mM of IPTG for 3 hours."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Made Ayu Gitagayatri
"Protein pol termasuk dalam tiga gen signifikan yang mengkode protein struktural HIV-1. Namun, sebagian besar tes diagnostik HIV hanya melibatkan dua produk HIV yang signifikan yaitu, protein Env atau Gag, yang berarti bahwa sebagian besar tes diagnosa HIV dilakukan atau dikembangkan menggunakan antigen yang sama. Hal ini pada akhirnya dapat menghasilkan hasil positif palsu yang berulang jika ada antibodi yang bereaksi silang karena sebagian besar tes disiapkan hanya dengan antigen umum yang sama. Solusi untuk masalah ini adalah mengembangkan uji diagnostik alternatif yang berbeda menggunakan antigen utama lain, seperti protein Pol. Salah satu produk protein Pol, enzim Integrase, termasuk dalam salah satu protein imunogenik HIV, yang berarti dapat digunakan untuk meningkatkan spesifisitas tes diagnostik HIV. Menggunakan protein Pol Immunodominant 2 (Pol ID2), sebuah protein yang terdiri dari Integrase dan RNAse H, yang sudah dikembangkan sebelumnya menggunakan subtipe HIV-1 yang paling menonjol di Indonesia (HIV-1 CRF01_AR), penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang kondisi optimal untuk mengekspresikan protein rekombinan Pol ID2 dalam plasmid pQE-80L Escherichia coli (E. coli) dengan harapan dapat berkontribusi terhadap pengembangan dan peningkatan kemandirian tes diagnostik HIV-1 di Indonesia.
Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode desain studi eksperimental analitik. Dalam penelitian ini, protein rekombinan Pol Immunodominant 2 (ID2) dalam plasmid pQE-80L E. coli diekspresikan pada beberapa variabel media kultur, konsentrasi penginduksi, dan waktu induksi. Kultur ekspresi divisualisasikan menggunakan elektroforesis SDS PAGE dan didokumentasikan menggunakan mesin ImageQuant Las 4000. Meskipun tidak ada analisis statistik yang dilakukan, software analisis gel Image Lab 6.1 digunakan untuk menganalisis, mengukur, dan mendapatkan rasio kuantitas absolut dari konsentrasi protein pada setiap variabel.
Hasil: Protein rekombinan Pol ID2 yang diperoleh dari HIV-1 subtipe CFR01_AE dapat diekspresikan secara optimal menggunakan media Terrific Broth dengan menggunakan 1mM Isopropil- beta-D-thiogalactopyranoside (IPTG) selama 3 jam induksi.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa plasmid pQE80L-Pol ID2 yang sebelumnya sudah dikembangkan di laboratorium PRVKP FKUI-RSCM dapat mengekspresikan protein rekombinan Pol ID2 dari HIV-1 subtipe CFR01_AR yang dikembangkan di bawah laboratorium yang sama. Protein dapat diekspresikan secara optimal dalam media kultur Terrific Broth menggunakan IPTG 1mM selama 3 jam induksi pada suhu 37oC.

Background: Pol protein is included in the three significant genes that encode a structural protein of HIV-1. However, most HIV diagnostic tests involve only the two significant HIV products, Env or Gag protein, which means that most manufacturers use the same antigen sequence to develop these tests. This may eventually result in repetitive false-positive results if there is any cross-reacting antibody since the test is prepared only with the same common antigens. A solution to this problem is developing a different alternative diagnostic assay using a different major antigen such as Pol genes. One of the Pol gene products, viral enzyme integrase, is included in one of the immunogenic proteins of HIV, meaning that it may be used to improve the specificity of HIV diagnostic assays. Using a previously generated Pol Immunodominant 2 (Pol ID2) protein, comprised of Integrase and RNAseH, obtained from the most prominent HIV-1 subtype in Indonesia (HIV-1 CRF01_AR), this research aims to gain knowledge regarding the optimal conditions to express Pol ID2 recombinant protein in pQE-80L plasmid of Escherichia coli (E. coli) in hopes to contribute towards the development and self-reliance of HIV-1 diagnostic tests in Indonesia. Experimental, analytical study design was used for this research. The Recombinant Pol Immunodominant 2 (ID2) protein in the pQE-80L plasmid of E. coli was expressed under several variables of culture media, inducer concentration, and induction time. The expression culture was visualized using SDS PAGE and documented using ImageQuant Las 4000 machine. Although no statistical analysis was done, Image Lab 6.1 gel analysis software was used to analyze, quantify, and obtain the absolute quantity ratio of protein concentration of each variable.
Result: Pol ID2 recombinant protein obtained from HIV-1 subtype CFR01_AE are optimally expressed using Terrific Broth media using 1mM Isopropyl-beta-D-hiogalactopyranoside (IPTG) for 3 hours of induction.
Conclusion: It could be concluded that pQE80L-Pol ID2 plasmid previously developed in IHVCB FMUI-RSCM Laboratory can express Pol ID2 recombinant protein from HIV-1 subtype CFR01_AR that is constructed under the same laboratory. The protein expression is optimized in Terrific Broth culture media using 1mM IPTG inducer for 3 hours of induction in 37oC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Simaremare, Ade Pryta Romanauli
"Latar belakang: Metode konvensional untuk mengkonfirmasi infeksi HIV ialah Western blot. Namun, western blot memiliki keterbatasan yaitu kontaminasi dengan antigen selular manusia dan masalah perbedaan genetik di antara subtipe HIV-1 yang menyebabkan hasil indeterminate dan ketidakakuratan diagnosis infeksi HIV-1 subtipe CRF01_AE yang dominan di Indonesia. Pemeriksaan western blot yang tersedia di Indonesia ialah untuk diagnosis infeksi HIV-1/2 dan tidak bersifat spesifik strain.
Metodologi: Pada penelitian ini digunakan protein p24 rekombinan sebagai antigen pada western blot. Dilakukan optimasi ekspresi protein p24 rekombinan HIV-1 CRF01_AE pada Escherichia coli BL21CP dan purifikasi serta western blot untuk mendapatkan informasi awal mengenai reaktivitasnya terhadap serum ODHA di Indonesia. Optimasi ekspresi dilakukan terhadap lama waktu induksi, konsentrasi IPTG, dan suhu induksi. Purifikasi dilakukan dengan metode immobilized metal-affinity chromatography (IMAC) dan sistem purifikasi Ni-NTA [Qiagen] pada kondisi native dengan optimasi pada konsentrasi imidazole dalam wash buffer.
Hasil: Konfirmasi protein rekombinan dengan western blot menunjukkan bahwa ekspresi dan purifikasi protein p24 rekombinan telah optimal dan reaktif terhadap serum pasien HIV-1 positif di Indonesia.
Kesimpulan: Protein p24 rekombinan dari penelitian ini dapat dikembangkan untuk uji diagnostik western blot berdasarkan subtipe CRF01_AE yang dominan di Indonesia.

Background: Conventional method for confirmation of HIV infection is western blot. However, western blot has limitation of contamination by human cellular antigen and genetic diversity matter among the HIV-1 subtypes that showed indeterminate result and inaccuracy for the diagnosis of HIV-1 subtype CRF01_AE infection predominantly in Indonesia. The western blot available in Indonesia is for diagnosis of HIV-1/2 which is not strain spesific. This research performed the p24 recombinant protein as the antigen in western blot.
Methods: We conducted the optimization in expression of p24 recombinant protein of HIV-1 subtype CRF01_AE in Escherichia coli BL21CP and purification and the confirmation by the western blot to obtain initial information about the reactivity of this recombinant protein with ODHA (people with HIV/AIDS) in Indonesia. Expression optimization administered in the induction time, IPTG consentration used, dan the induction temperature. The purification of the p24 recombinant protein carried with the immobilized metal-affinity chromatography (IMAC) method in Ni-NTA purification system [Qiagen] in native condition with optimization in the imidazole concentration used in the wash buffer.
Result: The confirmation of recombinant protein by western blot showed the expression and purification of p24 recombinant protein has been optimized well and reactive with the Indonesian HIV-1 positive serum patient.
Conclusion: This result indicated the p24 recombinant protein can be applied for the diagnostic assay development based on predominant HIV-1 subtype CRF01_AE in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fani Suciyani
"Masih tingginya penderita kanker serviks dan keterbatasan vaksin profilaktik yang tidak memiliki efek terapeutik mendorong dikembangkannya vaksin Human Papillomavirus HPV yang bersifat terapeutik. Salah satu protein Human Papillomavirus HPV yang berpotensi sebagai vaksin terapeutik yaitu protein E6. Protein E6 yang bersifat alamiah diperlukan sebagai kontrol dalam uji keamanan vaksin. Studi ini bertujuan untuk mengekspresikan gen E6 yang sebelumnya telah diklona pada vektor pGEX-6P-1. Verifikasi plasmid rekombinan E6 dilakukan dengan elektroforesis gel agarosa, double digest, dan sekuensing. Ekspresi protein dilakukan pada sistem ekspresi prokariota yaitu Escherichia coli BL21-CodonPlus DE3. Ekspresi protein dilakukan pada suhu 37 C dan diinduksi IPTG dengan konsentrasi akhir 0,2 mM, 0,4 mM, dan 1 mM. Protein yang telah diperoleh divisualisasi dengan SDS-PAGE 12 dan dikarakterisasi dengan western blot. Analisis menggunakan perangkat lunak genscript menunjukan bahwa ekspresi protein E6 memiliki laju ekspresi yang rendah dengan nilai Codon Adaptation Index CAI 0,57, kandungan GC 38,56, dan Codon Frequency Distribution CFD 20 . Keberadaan protein E6 dideteksi dengan western blot menggunakan antibodi poliklonal dan hasil western blot menunjukkan adanya protein E6 berukuran 44 kDa.

The high prevalence of cervical cancer and the limited prophylactic vaccine that does not have a therapeutic effect encourage the development of the therapeutic Human Papillomavirus HPV vaccine. One of the proteins of Human Papillomavirus HPV which is potential as a therapeutic vaccine is E6 protein. A natural E6 protein is required as a control in vaccine safety testing. This study aims to express the previously cloned E6 gene in the pGEX 6P 1 vector. Verification of recombinant plasmid E6 was performed with agarose gel electrophoresis, double digest, and sequencing. Protein expression was performed on the prokaryotic expression system Escherichia coli BL21 CodonPlus DE3. Protein expression was performed at 37 C and induced with IPTG with a final concentration of 0.2 mM, 0.4 mM, and 1 mM and was characterized by western blot. The obtained protein was visualized with SDS PAGE 12. Analysis using genscript software showed that E6 protein expression had low expression rate with Codon Adaptation Index CAI 0,57, GC content 38,56, and Codon Frequency Distribution CFD 20. The presence of E6 protein was detected by western blot using polyclonal antibody and the western blot result indicated the presence of E6 protein at 44 kDa.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Larasati Adnan
"Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang memiliki jumlah penderita tinggi di Indonesia. Salah satu upaya untuk mencegah bertambahnya jumlah penderita AIDS tersebut ialah dengan penggunaan vaksin. Poliprotein Gag merupakan protein penyusun struktur internal HIV yang dapat digunakan sebagai vaksin karena dapat menginduksi respon imun tubuh. Penelitian telah dilakukan untuk mengekspresikan poliprotein Gag HIV-1 subtipe CRF01_AE yang telah diinsersi ke dalam vektor ekspresi pQE-80L. Ekspresi poliprotein tersebut dilakukan di dalam bakteri Escherichia coli BL21 dan E. coli BL21-CodonPlus (CP) dengan induksi Isoprophyl-β-D-thiogalactopyranoside (IPTG). Pendeteksian poliprotein Gag hasil ekspresi dilakukan dengan metode Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrilamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). Setelah poliprotein berhasil dideteksi, poliprotein Gag kemudian dipurifikasi dengan menggunakan metode kromatografi afinitas Ni2+-NTA di bawah kondisi native. Poliprotein Gag HIV-1 subtipe CRF01_AE dapat diekspresikan dalam E. coli BL21 dan E. coli BL21-CP dengan berat molekul sebesar 55,3 kDa.

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) is a disease caused by infection of Human Immunodeficiency Virus (HIV) which has a high number of people in Indonesia. One of the efforts to prevent the increasing number of AIDS patients is the use of vaccine. Gag polyprotein is a constituent protein of HIV internal structure that can be used as a vaccine because it can induce immune response of the body. Research has been conducted to express the Gag polyprotein HIV-1 subtype CRF01_AE that have been cloned into the pQE-80L expression vector. Polyprotein expression was carried out in Escherichia coli BL21 and E. coli BL21-CodonPlus (CP) with Isoprophyl-β-Dthiogalactopyranoside (IPTG) induction. Detection of Gag polyprotein was performed by Polyacrilamide Sodium Dodecyl Sulphate Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) method. After successfully detected, Gag polyprotein then purified using Ni2+-NTA affinity chromatography under native condition. Gag polyprotein HIV-1 subtype CRF01_AE can be expressed in E. coli BL21 and E. coli BL21-CP with molecular weight is 55,3 kDa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S62317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fairuza
"Lignoselulosa dapat dijadikan sebagai biomassa untuk menghasilkan produk bahan bakar. Hidrolisis biomassa lignoselulosa menggunakan enzim selulase. Selulase mengandung dari 3 komplek enzim yaitu, eksoglukanase, endoglukanase dan betaglukosidase Namun, betaglukosidase memiliki jumlah lebih sedikit daripada eksoglukanase dan endoglukanase. Semakin sedikit betaglukosidase dapat memicu proses hidrolisis selulosa terhambat, oleh karena itu pengembangan betaglukosida perlu dilakukan dengan diekpresikan ke dalam Pichia pastoris. Transformasi plasmid pLIPI-TnBgl1A dilakukan dengan metode elektroporasi, sedangkan ekspresi gen dan hasil purifikasi protein rekombinan dianalisis menggunakan SDS-PAGE dan Western blot. Gen betaglukosidase dari Thermotoga neapolitana berhasil ditransformasikan kedalam Pichia pastoris. Transforman yang telah diseleksi menghasilkan 2 koloni positif. Berat molekuler protein diperkirakan sekitar 53 kDa dan jumlah protein estimasi 1 mg/mL dan 1,4 mg/mL. Hasil analisis kemurnian protein rekombinan melalui SDS PAGE dan western blot memperlihatkan pita tepat di 53 kDa. Jumlah yield protein yang terpurifikasi didapatkan sekitar 21,4 % dan 24,1%. Hasil menunjukkan bahwa gen TnBgl1A telah berhasil ditransformasi dan terekspresikan dengan baik di Pichia pastoris dan protein rekombinan berhasil dipurifikasi dengan kemurnian yang cukup baik.

Lignocellulose can be used as biomass to produce fuel products. Hydrolysis of lignocellulosic biomass using the cellulase enzyme. Cellulase contains 3 enzyme complexes, there are exoglucanase, endoglucanase and betaglucosidase. However, betaglukosidase has less amount than exoglucanase and endoglucanase. The less betaglucosidase can trigger the cellulose hydrolysis process is inhibited, therefore the development of betaglucoside needs to be done by expressing it into Pichia pastoris. Transformation of the pLIPI-TnBgl1A plasmid was performed by electroporation method, while gene expression and recombinant protein purification results were analyzed using SDS-PAGE and Western blot. The betaglucosidase gene from Thermotoga neapolitana was successfully transformed into Pichia pastoris. Transformants that have been selected produce 2 positive colonies. The molecular weight of protein is estimated to be around 53 kDa and the estimated protein amount is 1 mg/mL and 1.4 mg/mL. The results of the analysis of recombinant protein purity through SDS PAGE and western blot show the right band at 53 kDa. The amount of purified protein yield was around 21.4% and 24.1%. The results showed that the TnBgl1A gene was successfully transformed and well expressed in Pichia pastoris and the recombinant protein was purified with good purity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Imamul Khalid
"ABSTRAK
Kanker adalah salah satu penyakit mematikan yang pengobatannya terus dikembangkan. Apoptin adalah molekul protein yang berpotensi untuk dijadikan obat kanker karena mempunyai aktivitas menginduksi proses kematian sel secara selektif hanya pada sel kanker saja. Kloning apoptin telah berhasil dilakukan dengan amplifkasi gen menggunakan PCR dengan menambahkan 12-histidin dan 8-arginin pada C-terminal kemudian diligase ke plasmid pOXGW dengan sistem Gateway, lalu diekspresikan ke dalam bakteri Bacillus subtilis 168. Plasmid pOXGW - apoptin - 12His8Arg dapat terekspresi di B. subtilis. Dalam penelitian ini Bacillus subtilis yang membawa plasmid diproduksi pada medium dengan variasi xylose sebagai substrat pemicu dan sebagai pembanding bakteri Escherichia coli Bl21 Star™ ditransformasi dengan plasmid pOGW - apoptin - 12His untuk kemudian dilakukan pemurnian. Hasil penelitian menunjukan apoptin rekombinan dari B. subtilis 168 yaitu 568 μg/ml, sedikit lebih banyak dari jumlah protein rekombinan E. coli Bl21 Star™, 421 μg/ml.

ABSTRACT
Cancer is a deadly disease so that the medicinal treatment constantly developed. Apoptin is a protein molecule that has potential to be used as a cancer drug because of its activity to induce cell death selectively to the cancer cells only. Cloning apoptin has been successfully performed by amplify gene using PCR with 12-histidine and 8-arginine to be added at C-terminal then ligated into plasmid pOXGW with Gateway system, and then expressed in Bacillus subtilis 168. Plasmids with pOXGW - apop - 12His8Arg can be expressed in B. subtilis. In this study, Bacillus subtilis carrying plasmid was produced with variations of xylose as substrate trigger on liquid medium and as a comparison, Escherichia coli Bl21 Star™ transformed with a plasmid pOGW - apop - 12His and then performed for purification of apoptin. The results showed that the recombinant apoptin obtain from B. subtilis 168 compared to Escherichia coli Bl21 Star is slightly higher, i.e. 568 μg/ml and 421 μg/ml, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Setyowati
"Transduksi sinyal merupakan proses penyampaian informasi dari luar
sel sampai ke dalam inti sel melewati protein-protein yang bekerja secara
berantai. ERK2 termasuk dalam golongan enzim MAP Kinase yang berada
dalam rantai bagian atas proses transduksi sinyal. STAT3 adalah protein
yang berada paling bawah dalam proses ini yang punya kemampuan
berikatan dengan DNA untuk dapat mengatur ekspresi gen yang dikode DNA
itu. STAT3 dan ERK2 berasal dari sel eukariot. Untuk mempelajari aspek
biokimia dan biofisika diperlukan protein STAT3 dan ERK2 dalam jumlah
banyak yang dapat diperoleh dengan menggunakan DNA rekombinan.
Organisme yang membawa DNA rekombinan akan mensintesis protein.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan ekspresi protein rekombinan
transduksi sinyal STAT3 dan ERK2 dengan menggunakan IPTG sebagai
induser dalam E. coli DH5 dalam skala produksi 500 mL. Untuk
mendapatkan proteinnya, maka sel pelet bakteri harus dipecah. Supernatan
yang didapat dipurifikasi (dimurnikan ) dengan menggunakan kolom terbuka
metode kromatografi penukar anion (DEAE- Sepharose) dan kromatografi
kolom hidrofobik (Phenyl -Sepharose ). Hasil elusi selanjutnya dikonfirmasi
dengan menggunakan SDS ? PAGE. Dari hasil percobaan, protein
rekombinan STAT3 dan ERK2 berhasil diekspresikan dalam sel inang E.coli
DH5 dan berada dalam supernatan. Pita rekombinan STAT3 dengan berat molekul sebesar  66 kDa dan ERK2 sebesar  41 kDa yang telah
dimurnikan dengan matriks DEAE-Sepharose dan Phenyl-Sepharose belum
dalam bentuk pita tunggal."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], [2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awatif Al Makiyah
"Ekspresi gen sintentik gag HIV-1 subtipe CRF01_AE dalam E. coli BL21 dan E. coli BL21-CP telah dilakukan. Gen gag merupakan salah satu gen pada HIV-1 yang tidak mengalami mutasi secara signifikan sehingga gen tersebut dapat digunakan untuk pengembangan vaksin yang dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang. Pengembangan vaksin HIV membutuhkan protein Gag untuk digunakan sebagai antigen yang mampu merespon pembentukan antibodi pada hewan uji coba. Protein Gag didapatkan dengan cara melakukan ekspresi gen gag yang telah diklon ke dalam vektor ekspresi pQE-81L, dan ditransformasi ke dalam bakteri E. coli BL21 dan E. coli BL21-CP. Ekspresi dilakukan dengan tiga faktor optimasi yaitu, suhu, konsentrasi isopropyl-β-D-thiogalactopyranoside (IPTG) dan waktu ekspresi setelah induksi dilakukan. Analisis hasil ekspresi dilakukan dengan SDS-PAGE dan menunjukkan tidak ada protein Gag yang dihasilkan pada semua keadaan optimasi yang dilakukan. Kegagalan ekspresi gen gag pada E. coli BL21 dan E. coli BL21-CP disebabkan oleh peristiwa kodon bias, dan pemilihan sel inang ekspresi yang kurang tepat.

Expression of gag gene on HIV-1 subtype CRF01_AE in E. coli BL21 and E. coli BL21-CP had been conducted. Gag gene on HIV-1 is one of the genes that can?t be significantly mutated, so it can be utilized for long term vaccines development. HIV vaccine development requires Gag protein as antigen in order to response antibody formation in animal experiment. Gag protein was obtained by gag gene expression that had been cloned into expression vector pQE-81L and transformed into E. coli BL21 and E. coli BL21-CP. Expression of the gag gene as optimized by temperature, isopropyl-β-D-thiogalactopyranoside (IPTG) concentration, and expression time after IPTG induction. The expression was analyzed by SDS-PAGE and it showed no protein produced in all optimization conditions. The failure of gag gene expression in E. coli BL21 and E. coli BL21-CP caused by codon ray and inappropriate host cell."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>