Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
OKKY HELJA OCTORA SR
"Sifat mampu bentuk baja lembaran merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam proses manufaktur. Dengan adanya sifat mampu bentuk yang baik, ditunjang dengan faktor – faktor yang sesuai, maka industri lembaran baja dapat semakin berkembang. Salah satu faktor yang sangat penting dalam proses manufaktur adalah tingkat laju aliran regangan dari material. Dalam sebuah studi, diketahui bahwa untuk memperoleh informasi mengenai laju aliran regangan dari material adalah dengan melakukan uji regangan dengan tiga kecepatan pukulan yang berbeda dalam uji stretching dengan menggunakan ujung punch berbentuk hemispherical. Selain itu, forming limit curve (FLC) digunakan sebagai acuan dalam pembentukan lembaran baja, sehingga akan dilakukan studi korelasi antara kecepatan pukulan terhadap FLC0. Pengujian kali ini akan berfokus pada evaluasi pengaruh kecepatan punch terhadap pembentukan FLC0 dengan material yang digunakan 2 lembar baja karbon rendah tipe SPCD 1 mm dan SPCE 0.35 mm. Material uji sebelumnya dilakukan penandaan dengan pola lingkaran ukuran diameter 2 mm pada permukaannya. Pengujian metode Nakazima dilakukan menggunakan alat universal sheet metal testing machine kapasitas 12 tonF, dengan hasil uji berupa grafik kurva batas pembentukan (FLC).

Formability sheet metal is one of capabilities that needed in the manufacturing process. With a good formabilty of sheet metal, supported by appropiate factors, industry of sheet metal forming can be develop further more. One of the most important factors in the manufacturing process, especially formability sheet metal, is the strain flow rate of material. It is known that to obtain information about strain rate of the material is to perform formability test known as stretching test that in this study with a three different punch speeds using a hemispherical punch. In addition, the forming limit curve (FLC0) is used as a reference in the formation of steel sheets, because of that, it will be perform study that carried out correlation between speed punch and FLC0. This study will be focus on evaluating the effect of punch speed on the formation of FLC0 used low carbon steel sheets of  1 mm SPCD type and 0.35 mm SPCE type. Sample was marked with a 2 mm cirlce pattern on its surface. The Nakazima test method was carried out using a universal sheet metal testing machine with a capacity of 12 tonF with a graph of FLC0 as a result.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Wahyu Pratama
"Baja karbon rendah merupakan salah satu baja yang digunakan di industri, terutama karena kemampuan sifat mampu bentuknya yang baik. Sifat mampu bentuk ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah ketebalan baja lembaran yang digunakan. Ketebalan ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap sifat mampu bentuk baja yang dapat digambarkan melalui kurva batas pembentukan (FLC). Formation limit curve dapat menjadi dasar dalam pembentukan bajan karbon rendah, sehingga sangat penting untuk mengetahui pengaruh ketebalan baja terhadap kurva batas pembentukan (FLC) yang terbentuk. Pada pengujian ini material yang digunakan adalah baja karbon rendah steel plate cold coil (SPCC) dengan ketebalan 0.7, 0.8, dan 1 mm yang telah dibuat pola lingkaran dengan diameter 2 mm pada area permukaannya. Pengujian stretching dilakukan menurut metode Nakazima menggunakan punch setengah lingkaran atau hemispherical dengan kondisi pengujian tanpa pelumasan. Hasil pengujian berupa data regangan mayor dan minor, yang digunakan untuk membuat model Formation Limit Curve (FLC) untuk setiap ketebalan pada setiap kondisi pengujian. Hasil penelitian menunjukkan baja karbon rendah SPCC dengan ketebalan 1.0 mm memiliki Formation Limit Curve (FLC) lebih tinggi dibandingkan ketebalan 0.7 mm dan 0.8 mm.

Low carbon steel is one of the steels used in industry, mainly because of its good shaping ability. This formability can be influenced by many factors, one of which is the thickness of the steel sheet used. This thickness has a significant effect on the formability of steel which can be described by the forming limit curve (FLC). The formation curve can be the basis for the formation form of low carbon steel, it is very important to know the effect of steel thickness on the forming limit curve (FLC). In this research material used is low carbon steel (SPCC) with a thickness of 0.7, 0.8, and 1 mm which has been made a circle pattern with a diameter of 2 mm on the surface area. The stretching test was carried out according to the Nakazima method using a semicircular or hemispherical punch with no lubrication. The test results are in the form of major and minor strain data, which are used to create a Formation Limit Curve (FLC) model for each thickness under each test condition. From this research showed SPCC with thickness 1.0 mm has higher Formation Limit Curve (FLC) compared to thickness 0.7 mm dan 0.8 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Ulpan
"Pemodelan sambungan sendi pada analisis struktur baja biasanya disederhanakan dengan hanya melakukan release moment. Sedangkan keberadaan pelat buhul (gusset plate) dan eksentrisitasnya diabaikan. Pada penelitian ini dikaji pengaruh gusset plate pada respon struktur ketika komponen tersebut dimodelkan dan eksentrisitasnya diperhitungkan. Kemudian, analisis dilakukan dengan 3 macam pemodelan. Pertama, sambungan sendi dimodelkan dengan release moment. Kedua, gusset plate dan baut (untuk memunculkan efek eksentrisitasnya) pada sambungan sendi dimodelkan sebagai frame. Terakhir, sama dengan pemodelan kedua namun sebagai elemen shell. Variasi pembebanan yang dilakukan selain pada kondisi ideal juga terhadap adanya eksentrisitas pembebanan, faktor kejut, dan beban gempa. Untuk studi kasusnya yaitu pada bangunan struktur baja pabrik butadiene yang menahan sebuah mesin kondensor. Hasilnya, terjadi kenaikan nilai rasio tegangan dan rasio puntir yang cukup signifikan pada pemodelan kedua dan ketiga. Bahkan banyak sambungan sendi yang menjadi gagal terutama pada sambungan yang dekat dengan lokasi beban besar.

Modeling shear connection on steel structure analysis, commonly simplified by doing release moment. While the existence of gusset plate and its eccentricity were ignored. This study was examined the effect of gusset plate on structure response when its component was modeled and the eccentiricity was considered. Then, the analysis was done with 3 kinds of modeling. Firstly, the shear connection was modeled by releasing moment. Secondly, gusset plate and bolt (to appear its eccentricity) on the shear connnection were modeled as frame. The last, similar with second modeling, but as shell element. Loading variations that were assigned beside in ideal condition, also toward the loading eccentricity, impact factor, and seismic load. The case study was taken at steel structure building of butadiene factory that hold a condensor machine. As the result, the stress ratio and torsion ratio increased significantly at second and third modeling. Even, many shear connections were being failure especially in connection that close to the big loading."
2013
S52931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
"Baja perkakas SKD 11 merupakan bzy`a perkakas yang banyak digunakan dalam industri karena memiliki si/ar kekerasan yang tinggi dan fahan aus akibat kandungan kromiun yang tinggi sekitar 11-13%. Banyak peralatan per/nesinan yang menggunakan bahan baja perkakas SKD 11 dalam dunia induslri masih impor dari luar negeri, unruk ilu dilakukan penelitian ini sehingga diharapkan dapal mengurangi kelergantungan perkalfas baja SKD I 1' dari luar negeri dan seecara ridalc langsung rnaka biaya produ/ui dapai dikurangi.
Pengoptimalan sU`a! bqia perkakas SKD 11 dapal dilakukan dengan perlakuan panas yang terdiri aras prehearing, ausrenfsasi, quenching dan lemper. Penefilian ini dilakukan unruk mengeta/mf dampak Iempel' lunggaf dan temper ganda terhadap Sifdl kekerasan baja perkakas dan srruktur mi/fro. Proses remper dilaksanakan dalam berbagai Iemperarur. Dari pengujian yang dflakukan didapafkan hasil bah wa baik temper runggal maupun lemper ganda menghasilkan srruktur marrensir temper dan karbida. Kekerasan alfan berkurang dengan meningkalnya lemperarur remper kecuali pada kondisi dimana tedadi prisriwa secondary hardening. Pada kondisi inf baja SKD Il memiliki kekerasan yang tinggi_ Secondary hardening rampal: terjadi jika baja SICD 11 diremper pada 425"C baik pada femper tunggal rnaupun lemper ganda. Temper ganda akan mengahasilkan kekerasan yang cenderung lebih rendah dibandingkan Iemper tunggal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Yudha Priyadi
"ABSTRAK
Dalam perencanaan struktur tahan gempa, baja dinilai memiliki ketahanan berupa daktilitas serta disipasi energi yang baik. Salah satu sistem struktur yang memiliki karakteristik kekakuan tinggi adalah sistem bresing eksentris EBF. Sistem struktur ini merupakan gabungan portal baja serta sistem bresing konstentrik. Di samping itu, proses perencanaan struktur baja memuat metode analisis stabilitas. Metode analisis stabilitas diantaranya adalah Advanced Analysis atau analisis second order inelastic, Direct Analysis Method DAM, dan Effective Length Method ELM. Masing-masing metode tersebut memiliki batasan pada penggunaannya, terutama pada ELM karena analisisnya dibatasi pada batas linier orde pertama. Stress ratio hasil validasi struktur EBF satu tingkat dengan link geser memberikan nilai yang rendah akibat pembebanan gempa statik ketiga parameter, maka struktur EBF satu tingkat jika dilihat stress ratio nya lebih efisien menggunakan link lentur. Stress ratio pada struktur EBF tiga tingkat dengan link geser menunjukkan hasil yang efektif pada gempa besar untuk keempat metode analisisnya. Nilai yang paling mendekati advanced analysis dari struktur EBF satu tingkat link geser adalah DAM, sedangkan struktur EBF satu tingkat link lentur yang mendekati adalah ELM dengan orde pertama, pada struktur EBF tiga tingkat dengan link geser adalah ELM orde pertama, dan pada struktur EBF empat tingkat adalah ELM orde kedua dan DAM yang memiliki nilai identik sama besar.

ABSTRACT
In the design of earthquake resistant structures, steel is considered to have the resilience of ductility and good energy dissipation. One of the structural systems having high stiffness characteristics is eccentrically braced frames system EBF . This structure system is a combination of moment resisting frames and concentrically braced frames. In addition, the steel structure planning process contains stability analysis methods. There are various stability analysis methods, including Advanced Analysis which is an inelastic second order analysis, Direct Analysis Method DAM, and Effective Length Method ELM. Each of these methods has limits on their use, especially in the ELM because the analysis is limited to first order linear boundaries.Stress ratio of one storey EBF validation structure with shear link gives low value due to static earthquake loading of three parameters, then the structure of one storey EBF if seen the stress ratio more efficient using flexural link. Stress ratios on three storey EBF with shear links show effective results in large earthquakes for all four methods of analysis. The closest approximation value of the one storey EBF with shear link is DAM, while the one storey EBF with shear flexural is first order ELM, in a three storey EBF with shear link being first order ELM, and on a four storey EBF with shear link is a second order ELM and a DAM that has identically identical values."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarwa Santosa
"Analisis struktur bangunan seperti gedung bertingkat adalah Salah satu prosedur yang harus dilakukan seorang perancang, untuk mencapai hasil perancangan yang aman bagi pengguna bangunan, ekonomis, mudah dilaksanakan dan diharapkan dapat memenuhi tuntutan fungsi dan estitika sebaik mungkin. Secara teknis tujuan analisis kita adalah untuk mendapatkan hasil perancangan yang berfungsi dengan baik dan aman.
Sebagai ilustrasi untuk pembahasan dalam tulisan ini penulis melakukan perancangan struktur baja untuk gedung ll lantai, berukuran l0x35x39 meter dan berdiri diatas tanah lunak di Jakarta yang diperuntukkan sebagai kantor, System yang digunakan Eksentris Braced Frame (EBF) dan Moment Resisting Frame (MRF). Metode yang digunakan untuk perancangan konstruksi bajanya adalah metode elastis menurut spesifikasi AISC-LRFD 1994 dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung 1987 untuk analisis pembebanannya, sedang untuk analisis pembebanan Iateralnya menggunakan analisis dinamik respon spektrum dengan kombinasi SRSS . Spesifikasi bahan yang digunakan adalah baja A36 (fy = 36 ksi) dan Electrode Las E420 (fu = 4.200 kg/cm2.)
Adapun isi pembahasannya mencakup pemilihan system struktur, analisis pembebanan menurut pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung, analisis mekanika struktur dengan program aplikasi STAAD-III ver. 2.1. dan perancangan struktur baja dengan metode elastis menurut spesifikasi AISC-LRFD 1994.
Dari hasil analisis kita akan mempelajari beberapa perbedaan yang diperolch dari kedua system struktur yang meliputi jumlah pekerjaan sambungan, berat struktur dan respon struktur, yaitu defleksi maksimum, interstory drift dan gaya geser lingkat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuaji NP
"Baja ASSAB XW-42 (vetara dengan AIS! D2) merupakan baja perkakas pengeqaan dingin dengan kadar karbon dan kromium yang tinggi. Untuk aplikasinya. Inga ASSAB XW-42 ini banyak digunalcan umulc afal pemarong, punch dan dies, yung memerlukan kekerasan, ketalzanan aw: yang linggi dun kestabilan dimensi yang baik
Pada penelirian ini digzmakan 3 variabel temperatur au.s'1enisasi yaitu pada 980"C, I010"C dan I040”C, dan dengan 4 kondisi pada musing - masing variabel temperatur yaim as quench, quench lemper, as subzero dan .vubsero rempcr.
Hasil pene/ilian nzemmju/ckan bahwa perlrzkunn subzero meningkalkan kekemxan yailu dari 52,49 HRC menjadi 53,06 HRC pada temperutur 9800C,‘ 52,72 HRC menjadi 52,86 HRC pada temperalw' 101 0” C; 52,29 HRC menjadi 53,37 HRC pada remperalur I0-10” C. Perlakuan subsero juga meningkaflfan ketahanan aus dengan menurzmkan laju aus yairu dari 3, 99xl 04 mm’/mm merjadi 3,-I5xl0" mms/mm pada remperatur 9800C; 4,06x10“ mm"/mm menjadi 3,83.r10'6 mmj/lvnm pada Iempcratur I Ol 00 C; 4,00xI04 mms/mm menjadi 3,94.rl0'6 mm’/mm pada temperatur 10400 C.
Untuk ketanggu/mn, perlalruan subzero juga menirrglrarkan harga impak aim dari 0,033 .loule/mm? menjadi 0,036 Joule/Jwrng padu femperalur 101066: 0,036 Joule/Jmmz menjadi 0,0-I7 Joule/mm2 pada remperarur 10-IOUC. Harga impak rurzm pada temperalur 980° C yaitu duri 0, 038 Joufe/mm? menjadf 0,033 ./oulefinml.
Penfrzgkaran /cefalzanan aus ini disebabkan kareua lerbemzzkrzya karbidu yang Iebih merara dan halus. Dari hasil pengzyiarz dapaf disimpulkan bahwa perlalman .s-ub:ero ram - ram menai/dean 1,1-1% kekeraxan, 7,49% kerahancm aus dan 156%
kerangguhan dibandingkan dengun ranpa perlulruan subsero.
Peningkamn syn: material yang optimal refjadi dengan mclakukan proses remper serefa/1 proses .subzero dilakukcm_
Puda fom mikro fer/ihur srrukfur /mrbida yang febi/1 /wins dan mermu has!!
perlakuan subzero. Perbedaan warm: rnarrilrs cmrara sampel ranpu dan dengan tenyner menwyulrkau adargfa perubahan rrmtrilm yaifu pcrubalzan marrensif menjadi murfensir Iemper. Dari hasil jblo mi/fro tidak dapat diamati per:1ba!1m1 persentase austeni! sisa dun per.s-enlase marlensir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baker, John Fleetwood
London: Cambridge University Press, 1963
693.7 BAK s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Baker, John Fleetwood
London: Cambridge University Press, 1963
693.7 BAK s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bakti Prasetyo Utomo
"Dalam perancangan suatu konstruksi baja (steel structuye) dibutuhkan suatu desain serta proses produksi dan pemasangan yang telah terintegrasi, agar dapat menekan biaya yang dibutuhkan dan mempermudah proses pengerjaan dan pemasangannya.
Salah satu cara yang ditempuh dalam proses desain adalah dengan mengimplementasikan sistem CAD/CAM/CAE pada bagian engineering sebagai sumber awal informasi. Penggunaan sistem CAD dalam proses desain steel structure khususnya pada tahap preliminary design dan detail design sangatlah dirasakan keberadaannya mengingat akan pekenjaan steel structure bukanlah suatu pekerjaan kecil dan membutuhkan banyak iterasi dalam proses desainnya.
Penelitian ini adalah untuk membuat sistem perencanaan sebelum produk manufaktur dibuat detail desainnya untuk kemudian dilempar ke shop floor, sistem perencanaan dan pengendalian material yang telah banyak diterapkan diberbagai pihak industri adalah sistem klasifikasi dan kodeilkasi material atau part membering yang memiliki kemampuan dalam mendefinisikan komponen untuk pengendalian pengadaanl pemesanan raw marerial dan pengendalian proses produksinya secara sekaligus. Dengan demikian penerapan sistem klasifikasi dan kodefikasi komponen material membantu bagian engineering design dalam pengeluaran take of material dan bill of quantity-nya. Juga membantu bagian produksi dalam mengendalikan proses produksinya.

An Integrated design, production and installation processes are needed in the steel structure planning. Its purposes are to reduce cost and to make production and installation process more easily.
One way that have been implemented in a design process is by implementing CADICAMJCAE system in engineering department as the preliminary infomation resources.The use of CAD system in design process for steel structure especially at preliminary design and detail design is important because steel structure is not that kind of small work, it needs so many iteration in it?s design processes.
This research is carried out to make a planning system for detail design of the manufactured product before it is sent to the shop floor. One of the system that have been made in many companies is coding and classification system or part numbering that have the ability to define part/component to manage process of ordering material and also to control production process. Thus the implementation of material coding and classification system helps engineering design departement to produce take off material and bill of quantity and also helps production departement to control their production process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>