Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131146 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asri Kartika Ratri
"Biji tanaman Moringa oleifera atau kelor memiliki berbagai aktivitas farmakologis dan dapat dikembangkan menjadi produk topikal. Penggunaan minyak biji kelor secara langsung ke kulit berpotensi iritasi sehingga perlu diinkorporasikan ke dalam sistem pembawa, salah satunya krim nanoemulsi. Krim dapat menghidrasi kulit secara kontinyu dan sering digunakan secara luas oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dan aktivitas antioksidan minyak biji kelor, kemudian diformulasikan menjadi krim nanoemulsi yang selanjutnya akan dievaluasi secara fisik, stabilitas, kadar asam oleat, dan aktivitas antioksidannya. Minyak biji kelor yang sudah dikarakterisasi dibuat menjadi nanoemulsi menggunakan optimasi segitiga fase pseudoterner, dengan memvariasikan sukrosa monopalmitat sebagai surfaktan, propilen glikol sebagai kosurfaktan, dan minyak biji kelor. Setelah itu dipilih satu formula nanoemulsi optimum untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan krim. Sediaan krim dievaluasi secara fisik, dilakukan penetapan kadar asam lemak dengan kromatografi gas, diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan uji stabilitas berupa uji mekanik, cycling test, dan penyimpanan selama 12 minggu. Nanoemulsi optimum memiliki komposisi 6% minyak biji kelor; 5,25% sukrosa monopalmitat; 8,75% propilen glikol; dan 80% air. Sedangkan sediaan krim optimum mengandung 10% nanoemulsi. Uji mekanik berupa sentrifugasi dan uji cycling menunjukkan krim tidak mengalami perubahan fisik sebelum dan setelah uji. Setelah dilakukan uji stabilitas dan penyimpanan selama 12 minggu, didapatkan hasil bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor tidak banyak mengalami perubahan fisik tetapi mengalami peningkatan viskositas dan distribusi ukuran partikel. Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada minggu ke-0 menyatakan bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor memiliki nilai IC50 sebesar 29.360,69 µg/mL dan minggu ke-12 memiliki nilai IC50 sebesar 49.166,1 µg/mL. Nilai ini berbeda jauh dengan standar asam askorbat yang memiliki IC50 sebesar 9,707 µg/mL. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa belum didapatkan formula optimum krim nanoemulsi minyak biji kelor.

Seeds from Moringa oleifera have various pharmacological activities and can be developed into topical products. The use of Moringa seed oil directly on the skin might cause irritation, hence needs to be incorporated into a carrier system, one of which is nanoemulsion cream. A cream can hydrate the skin and is still widely used. This study aims to obtain the characteristics and antioxidant activity of Moringa seed oil, then it is formulated into a nanoemulsion cream which will then be evaluated for stability and antioxidant activity. In this study, the characterized Moringa seed oil was optimized into nanoemulsion using pseudoternary phase diagram by varying sucrose monopalmitate as the surfactant, propylene glycol as cosurfactant, and moringa seed oil. Then, the optimum formula was selected to be incorporated into the cream preparations. Cream preparations were then evaluated physically, fatty acid content was determined by gas chromatography, antioxidant activity was tested by DPPH method, and the stability was tested by mechanical test, cycling test, and storage for 12 weeks. The optimum nanoemulsion had a composition of 6% Moringa seed oil; 5.25% sucrose monopalmitate; 8.75% propylene glycol; and 80% water. The optimum cream preparation contains 10% nanoemulsion. Mechanical tests (centrifugation) and cycling tests showed that the cream did not experience any physical changes. After testing the stability and storage for 12 weeks, the results showed that the cream did not experience physical change but increased viscosity and particle size distribution. The antioxidant activity test conducted at week 0 showed the IC50 value of the cream is 29.360.69 g/mL and at week 12 the IC50 value is 49.166.1 g/mL. Those values are quite different from the standard ascorbic acid which has an IC50 of 9.707 g/mL. The evaluation results indicate that the optimum formula for Moringa seed oil nanoemulsion cream had not been obtained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saintica Luthfia Utama
"Minyak biji kelor mengandung berbagai senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas, namun aplikasinya secara topikal menyebabkan terjadinya iritasi kulit dan ketidaknyamanan akibat efek berminyak. Minyak biji kelor bersifat hidrofobik sehingga diformulasikan dalam sistem pembawa nanoemulsi. Serum mengandung agen farmasetik dalam jumlah tinggi dan efek hidrasi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dan mengetahui sifat antioksidan dari minyak biji kelor kemudian memformulasikanya menjadi serum nanoemulsi, melakukan uji stabilitas dan aktivitas antioksidan dari sediaan. Komponen kimia minyak dianalisis dengan kromatografi gas. Aktivitas antioksidan minyak dan sediaan diukur dengan metode peredaman DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Area optimum nanoemulsi pada diagram fase pseudo-ternary diperoleh berdasarkan hasil optimasi formula yang disusun terdiri campuran minyak dan smix mulai 1:9 hingga 9:1 dan dianalisis menggunakan software chemix 7.0. Formula optimum dimasukkan ke dalam formula serum dalam konsentrasi 10%, 20% dan 30%, formula terbaik dipilih berdasarkan hasil pengamatan stabilitas selama 1 minggu untuk selanjutnya diuji stabilitas selama 12 minggu dan uji aktivitas antioksidan. Minyak memiliki kandungan total asam lemak 65% b/b dengan kandungan asam oleat yang dominan hingga 72,341%. Minyak memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan IC50 147,0277 µg/mL. Formula nanoemulsi memiliki ukuran partikel Dv90 241 nm, PDI 0,474 dan zeta potensial -35,4 mV, nilai efisiensi penjerapan 58,59%. Uji stabilitas dilakukan terhadap sediaan serum dengan 10% kandungan nanoemulsi. Serum nanoemulsi stabil pada pengujian cycling test, uji mekanik dan penyimpanan pada berbagai suhu, namun terjadi peningkatan viskositas dan ukuran partikel. Aktivitas antioksidan serum sangat lemah dengan nilai IC50 14601,76 µg/mL dan mengalami penurunan menjadi 61642 µg/mL setelah penyimpanan selama 12 minggu.

Moringa seed oil contains various antioxidant compounds that can counteract free radicals, but its topical application causes skin irritation and discomfort due to the oily effect. Moringa seed oil is hydrophobic so it is formulated in a nanoemulsion carrier system. The serum contains a high amount of pharmaceutical agents and a good hydrating effect. The objective of this study was to characterize and determine the antioxidant properties of Moringa seed oil and then formulate it into a nanoemulsion serum, and test its stability and antioxidant activity. The chemical components of the oil were analyzed by gas chromatography. The antioxidant activity of was measured by the DPPH reduction method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). The optimum area of ​​nanoemulsion on the pseudo-ternary phase diagram was obtained based on the results of the optimization of the formula which was composed of a mixture of oil and smix from 1:9 to 9:1 and analyzed using chemix 7.0 software. The optimum formula was put into the serum formula in concentrations of 10%, 20%, and 30%, the best formula was selected based on the observation of stability for 1 week to be further tested for stability for 12 weeks and antioxidant activity test. The oil has a total fatty acid content of 65% w/w with a dominant oleic acid content of up to 72.341%. The oil has moderate antioxidant activity with an IC50 of 147.0277 g/mL. The nanoemulsion formula had a particle size of 241 nm, PDI 0.474, and zeta potential -35.4 mV, the adsorption efficiency value is 58.59%. A stability test was carried out on serum formula with 10% nanoemulsion content. Serum nanoemulsion was stable in the cycling test, mechanical test, and storage at various temperatures, but there was an increase in viscosity and particle size. Serum antioxidant activity was very weak with an IC50 value of 14601.76 g/mL and decreased to 61642 g/mL after 12 weeks of storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Atqiya Qutrunnada
"Minyak biji kelor memiliki potensi antioksidan yang baik, namun secara topikal dapat menyebabkan iritasi dan rasa tidak nyaman pada kulit. Minyak biji kelor dirancang menggunakan sistem penghantaran Solid Lipid Nanoparticle (SLN). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan menguji aktivitas antioksidan minyak biji kelor dalam bentuk topikal dengan sistem penghantaran SLN pada sediaan lotion. Minyak biji kelor dilakukan karakterisasi, lalu dijadikan zat aktif pada pembuatan SLN. Formula SLN dikarakterisasi dan dipilih satu formula untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan lotion. Lotion dievaluasi serta diuji aktivitas antioksidan metode DPPH dengan spektrofotometer UV-Vis. Formula SLN minyak biji kelor dengan konsentrasi gliseril monostearat 2,5% menunjukkan karakterisasi dengan ukuran globul (Dv90) 141 nm, indeks polidispersitas 0,174, zeta potensial -35,4 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 22,6887%. Formula lotion yang mengandung SLN sebanyak 10% memiliki ukuran globul 322 nm, indeks polidispersitas 0,350, dan zeta potensial sebesar -35,9 mV. Hasil uji aktivitas antioksidan pada minyak biji kelor menunjukkan nilai IC50 sebesar 147,027 µg/mL dan nilai IC50 sediaan lotion pada minggu ke-0 dan ke-12 menunjukkan penurunan aktivitas yaitu dari 11.993,868 µg/mL menjadi 37.661,615µg/mL. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sediaan lotion yang mengandung 10% SLN minyak biji kelor tidak memiliki aktivitas antioksidan.

Moringa seed oil has good antioxidant potential, but topically it can cause irritation and discomfort in the skin. Moringa seed oil is designed using a Solid Lipid Nanoparticle (SLN) delivery system that can form a film layer on the skin and can increase stability. This study aims to formulate and test antioxidant activity of Moringa seed oil in topical form with the SLN delivery system. Moringa seed oil was characterized, then used as an active substance in the preparation of SLN. The SLN formula was characterized and one formula was selected to be incorporated into the lotion preparation. Lotion preparations were evaluated and tested for antioxidant activity by the DPPH method with a UV-Vis spectrophotometer. The SLN formula of Moringa seed oil with a glyceryl monostearate concentration of 2.5% showed characterization with a globul size (Dv90) of 141 nm, a polydispersity index of 0.174, a potential zeta of -35.4 mV and entrapment efficiency of 22.6887%. The lotion formula containing 10% SLN had a globul size of 322 nm, a polydispersity index of 0.350, and a potential zeta of -35.9 mV. Lotion preparations showed good physical stability for 12 weeks at various temperatures, but were unstable at testing for viscosity, globul size, and potential zeta. The antioxidant activity of Moringa seed oil showed an IC50 value of 147.027 μg/mL and the IC50 value of Moringa seed oil SLN lotion preparations at the 0th and 12th weeks showed a decreased activity, namely from 11.993.868 μg/mL to 37.661.615μg/mL. It can be concluded that lotion preparations containing 10% SLN of Moringa seed oil does not have antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmi Jasmina Laksmi
"Antioksidan merupakan komponen yang mampu menghambat proses oksidasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur kadar senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan dalam infusa daun Moringa oleifera, Lam. setelah proses fermentasi oleh Lactobacillus casei InaCC B75 selama 18 jam. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan reagen 1- Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Aktivitas antioksidan sampel dengan fermentasi dan kontrol diukur dengan variasi konsentrasi substrat 1,0%, 1,5%, dan 2,0%. Analisis fitokimia dilakukan dengan menggunakan reagen Folin Ciocalteu untuk uji total fenol dan uji colorimetric menggunakan reagen aluminium klorida untuk pengukuran kadar flavonoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Inhibisi 50 (IC50) konsentrasi
substrat 1,0% menunjukkan nilai kelompok perlakuan lebih rendah yaitu 75,70 μg/mL dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai 83,19 μg/mL. Sedangkan pada konsentrasi substrat 1,5%, menunjukkan IC50 kontrol 56,00 μg/mL dan perlakuan 59,62
μg/mL, konsentrasi 2,0% kontrol 50,32 μg/mL dan perlakuan 55,32 μg/mL. Hasil tes flavonoid dan fenol menunjukkan konsentrasi hampir sama, namun sedikit lebih tinggi pada kelompok kontrol dan pengukuran kadar pH menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pH sebesar 0,5 antara kontrol dan perlakuan. Fermentasi L. casei InaCC B75 pada infusa daun M. oleifera secara umum memiliki efektivitas rendah dalam
meningkatkan kandungan fitokimia dan aktivitas antioksidan, terutama pada konsentrasi substrat yang lebih tinggi (1,5 dan 2%).
Antioxidants are components that can inhibit the oxidation process. The purpose of this study was to measure the levels of phytochemical compounds and antioxidant activity in the leaf infusion of Moringa oleifera, Lam. after the fermentation process by Lactobacillus casei InaCC B75 for 18 hours. Antioxidant activity was measured using 1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) reagent. The antioxidant activity of samples with fermentation and control was measured with variations in substrate concentrations of 1.0%, 1.5%, and 2.0%. Phytochemical analysis was carried out using Folin Ciocalteu reagent for total phenol test and colorimetric test using aluminum chloride reagent for measuring flavonoid levels. The results showed that the concentration of Inhibition 50 (IC50) concentration 1.0% substrate showed a lower treatment group value of 75.70 g/mL compared to the control group with a value of 83.19 g/mL. Meanwhile, at 1.5% substrate concentration, the IC50 control was 56.00 g/mL and the treatment was 59.62 . g/mL, concentration 2.0% control 50.32 g/mL and treatment 55.32 g/mL. The results of the flavonoid and phenol tests showed almost the same concentration, but slightly higher in the control group and the measurement of pH levels showed that there was a pH difference of 0.5 between the control and treatment groups. Fermentation of L. casei InaCC B75 in M. oleifera leaf infusion generally has low effectiveness in
increased phytochemical content and antioxidant activity, especially at higher substrate concentrations (1.5 and 2%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafsa Hapsari
"Kanker serviks menduduki peringkat keempat penyebab kematian akibat kanker pada wanita. Insidensi, prevalensi, serta tingkat mortalitas akibat kanker serviks di Indonesia terus mengalami peningkatan. Modalitas terapi yang tersedia memiliki keterbatasan, sehingga perlu dikembangkan penelitian mengenai potensi bahan alam sebagai terapi alternatif, salah satunya daun kelor (Moringa oleifera). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi senyawa fitokimia, aktivitas antioksidan, serta aktivitas sitotoksik ekstrak daun Moringa oleifera tehadap sel kanker serviks HeLa. Ekstraksi daun kelor dilakukan dengan teknik maserasi sehingga didapatkan ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana. Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan metode DPPH sedangkan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker serviks HeLa menggunakan metode MTT. Komponen senyawa fitokimia yang terkandung di dalam ekstrak daun Moringa oleifera mencakup alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid. Ekstrak etanol mengandung total fenol tertinggi sedangkan kandungan total flavonoid tertinggi ditemukan pada ekstrak etil asetat. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun kelor bersifat aktif (IC50: 50,54 µg/ml), ekstrak etil asetat moderat (IC50: 206,71 µg/ml) sedangkan ekstrak n-heksana tidak memiliki aktivitas antioksidan (IC50: 5397,43 µg/ml). Ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana daun Moringa oleifera menunjukkan aktivitas sitotoksik moderat terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC50 berturut-turut 53,17 µg/ml; 28,79 µg/ml; 48,65 µg/ml.

Cervical cancer is the fourth leading cause of cancer death in women. Incidence, prevalence, and mortality rates due to cervical cancer in Indonesia continue to increase. The current therapeutic choices have some limitations, thus it is necessary to explore the potential of natural materials as alternative treatment, one of which is Moringa oleifera leaf. This study aimed to determine the content of phytochemical compounds, antioxidant activity, and cytotoxic activity of Moringa oleifera leaf extract against HeLa cervical cancer cells. Maceration technique on Moringa leaves produced ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts. Phytochemical analysis was conducted qualitative and quantitatively. Antioxidant activity was measured using the DPPH method, while its cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells was determined using the MTT method. Moringa leaves extract contains alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, tannins, triterpenoids, and steroids. The ethanol extract has the highest total phenol content while the highest total flavonoid content is found in the ethyl acetate extract. The ethanol extract has active antioxidant activity (IC50: 50.54 µg/ml), the ethyl acetate extract has moderate activity (IC50: 206.71 µg/ml) while the n-hexane extract shows no antioxidant activity (IC50: 5397.43 µg/ml). Ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts of Moringa oleifera leaves shows cytotoxic activity against HeLa cells with moderate intensity with IC50 values as follows, 53.17 µg/ml; 28.79 µg/ml; 48.65 µg/ml, respectively."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emni Purwoningsih
"Latar belakang: Moringa oleifera (MO) secara luas telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan dan juga obat tradisional. M. oleifera telah terbukti memiliki berbagai efek farmakologi diantaranya efek neuroprotektif. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efek neuroprotektif dan mekanisme dasar dari ekstrak etanol 70% daun (MOE) dan minyak biji M. oleifera (MOO) pada mencit yang mengalami depresi, kecemasan dan fungsi kognitif akibat induksi stres kronik.
Metode: Dalam penelitian ini kami menguji analisis fitokimia MOE dengan LC-MS dan MOO dengan GC-MS. Dua puluh empat mencit jantan dengan berat badan 25-30 g, dibagi secara acak menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal (mencit normal diberi 0,5% CMC), WIRS (mencit stres dengan induksi WIRS+CMC 0,5%), kelompok WIRS+MOE400 (mencit stres+ MOE 400 mg/kg BB), WIRS+MOE800 (mencit stres + MOE 800 mg/kg BB), WIRS+MOO1 (mencit stress + MOO 1 ml/kg BB), dan WIRS+MOO2 (mencit stress + MOO 2 ml/kg BB). Pemberian MOE dan MOO diberikan secara oral selama 23 hari. Induksi WIRS dilakukan pada hari 1 sampai 15 selama 2 jam, dan hari ke 16 dilakukan selama 6 jam. Selanjutnya dilakukan uji perilaku dengan open field test untuk prilaku kecemasan, forced swim test untuk perilaku depresif, dan uji memori dengan Y-maze test dan novel objective recognition test. Pada hari ke-24 mencit dikorbankan dan diambil darah serta jaringan otak untuk dianalisis lebih lanjut.
Hasil: MOE mengandung 5,8% (b/b) total fenol dan 2,70% (b/b) total flavonoid, sedangkan MOO mengandung 0,04% (b/b) total fenol, tetapi flavonoid tidak terdeteksi. GC-MS menghasilkan MOO yang mengandung senyawa asam lemak, sterol, vitamin E dan senyawa aromatik, sedangkan MOE didominasi oleh senyawa flavonoid, asam lemak dan alkaloid juga ditemukan. Pemberian MOE 400 mg/kg BB dan MOO 2 mL/kg BB, kadar protein dan ekspresi BDNF meningkatkan signifikan (p<0,050) dibanding kelompok WIRS, selanjutnya MOE 800 mg/kg BB dan MOO 1 dan 2 mL/kg BB aktivitas asetilkolinesterase (AChE) menurun signifikan (p<0,05) dibandingkan kelompok WIRS. MOE 400 dan 800 mg/kg BB dan MOO 1 mL/kg BB, tingkat depresi dan kecemasan menurun signifikan serta memori meningkat signifikan dibandingkan kelompok WIRS. Sedangkan MOO 2 mL/kg BB tingkat kecemasan tidak berbeda dari kelompok WIRS.
Kesimpulan: MOE dan MOO memiliki efek neuroprotektif dengan memperbaiki fungsi kognitif dan menurunkan tingkat depresi dan kecemasan melalui mekanisme penghambatan aktivitas AChE dan meningkatkan kadar protein dan ekspresi mRNA BDNF.

Background: Moringa oleifera (MO) has been widely used by Indonesian people as a functional food and as traditional medicine. M. oleifera has been shown to have various pharmacological effects including neuroprotective effects. The aim of this study was to analyze the neuroprotective effects and the basic mechanisms of 70% ethanol extract (MOE) and seed oil of M. oleifera (MOO) in mice depression-like behavior, anxiety-like behavior, and cognitive decline due to chronic stress induction.
Methods: In this study we examine the phytochemical analyze of MOE by LC-MS and MOO by GC-MS. Twenty-four male mice with a body weight of 25-30 g, were randomly divided into 6 groups. Normal group (normal mice given 0.5% CMC), WIRS (stressed mice with induced water immersion restraint stress/WIRS+CMC 0.5%) group, WIRS+MOE400 (stressed mice+ MOE 400 mg/kg BW) group, WIRS+MOE800 (stress mice + MOE 800 mg/kg BW) group, and WIRS+MOO1 (stress mice + MOO 1 ml/kg BW) group, and WIRS+MOO2 (stress mice + MOO 2 ml/kg BW) group. The MOE and MOO were orally administration for 23 days. MOE and MOO were administered orally for 23 days. WIRS induction was performed for 2 hours on days 1 to 15, and for 6 hours on day 16. The open field test for anxious behavior, the forced swim test for depressive behavior, and a memory test using the Y-maze test and the novel objective recognition test were then performed sequentially on days 17-23. On day 24th the mice were sacrificed and the blood as well as the brain tissue were collected for further analyze.
Results: MOE contained 5.8% (w/w) of total phenols and 2.70% (w/w) of total flavonoids, while MOO contained 0.04% (w/w) of total phenols, but no flavonoids were detected. GC-MS produced MOO which contained fatty acid compounds, sterols, vitamin E and aromatic compounds, while MOE which was dominated by flavonoids, fatty acids, and alkaloids, were also found. Giving MOE 400 mg/kg BW and MOO 2 mL/kg BW, protein levels and expression of BDNF increased significantly (p<0.050) compared to the WIRS group, then MOE 800 mg/kg BW and MOO 1 and 2 mL/kg BW acetylcholinesterase activity (AChE) decreased significantly (p<0.05) compared to the WIRS group. MOE 400 and 800 mg/kg BW and MOO 1 mL/kg BW, the levels of depression and anxiety decreased significantly, and memory increased significantly compared to the WIRS group. Whereas MOO 2 mL/kg BW the anxiety level was not different from the WIRS group.
Conclusion: MOE and MOO have neuroprotective effects by improving cognitive function and reducing levels of depression and anxiety through mechanisms of inhibiting acetylcholinesterase activity and increasing protein levels and BDNF mRNA expression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaisani Fadiah Qisthina
"ABSTRAK
Daun kelor (Moringa oleifera Lam.) berpotensi sebagai tanaman obat. Daun kelor mengandung senyawa flavonoid yang dapat beraktivitas sebagai antiinflamasi, maka dari itu daun kelor dapat dikembangkan sebagai antiinflamasi. Obat antiinflamasi baik golongan non-setroid maupun steroid memiliki banyak efek samping apabila dipakai dalam jangka panjang. Banyak masyarakat menggunakan sedian bahan alam sebagai alternatif pengobatan inflamasi, antara lain sediaan ekstrak daun kelor. Tujuan penulisan review ini untuk mengkaji pengembangan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi. Berdasarkan beberapa penelitian saat ini, sediaan antiinflamasi yang ada berbentuk gel dan krim. Artikel yang direview diperoleh dari penelusuran literatur pada platform seperti Google Scholar, PubMed, dan NCBI, yaitu artikel ilmiah yang melaporkan hasil formulasi sediaan gel dan formulasi sediaan krim antiinflmasi, evaluasi sediaan, dan pengujian daya antiinflamasi. Dari hasil review didapatkan formulasi yang sesuai untuk dikembangkan pada pembuatan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi.

ABSTRACT
Moringa oleifera Lam. (Moringa oleifera) leaves have potential as medicinal plants. Moringa leaves contain flavonoid compounds that can act as an anti-inflammatory, therefore Moringa leaves can be developed as an anti-inflammatory. Anti-inflammatory both steroid and steroids have many side effects when used in the long run. Many people use natural dosage form as an alternative for inflammatory medication, such as Moringa leaf extract preparations. The aim of this review is to examine the development of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream. Based on some current research, existing anti-inflammatory preparations are gels and creams. The articles reviewed was obtained from literature searches on platforms such as Google Scholar, PubMed, and NCBI, namely scientific articles that report the results of formulataion of gel and cream anti-inflammatory, evaluation of preparation, and testing of anti-inflammatory activity. From the results of the review, it was found that a suitable formulation was developed for the preparation of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Purnama Effendy
"Moringa oleifera Lam. merupakan salah satu tanaman herbal di Indonesia yang mengandung senyawa antioksidan alami. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perubahan aktivitas antioksidan pada konsentrasi substrat 5% hasil fermentasi oleh Lactobacillus plantarum InaCC B997 selama 24 jam. Ekstraksi senyawa antioksidan pada serbuk daun M. oleifera dilakukan dengan metode infusa, pada suhu 85̊C selama 30 menit. Aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH (Diphenyl Plerylhydrazyl) dan mengukur konsentrasi senyawa antioksidan yang mampu menghambat 50% sifat radikal bebas dalam DPPH (Nilai IC50). Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 infusa daun M. oleifera kontrol (nonfermentasi) ialah 137,15 μg/mL, sedangkan pada sampel infusa hasil fermentasi batch I, II, dan III berturut-turut ialah 155,10 ± 14,59 μg/mL, 165,20 ± 2,81 μg/mL, dan 189,77 ± 3,05 μg/mL. Penelitian menunjukkan bahwa fermentasi infusa daun M. oleifera Lam. pada konsentrasi 5% oleh L. plantarum InaCC B997 menurunkan aktivitas antioksidan sebesar 13,08%, 20,45%, dan 38,36% pada batch I, II, dan III.

Moringa oleifera Lam. is one of the herbal plants in Indonesia that contains natural antioxidant compounds. The aim of this research is to determine the antioxidant activity of fermented M. oleifera Lam. leaf infusion at 5% concentration using Lactobacillus plantarum InaCC B997 for 24 hours. The extraction of antioxidant compounds in M. oleifera Lam. leaf powder was carried out by infusion method at 85̊C for 30 minutes. Antioxidant activity was measured using the 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) radical scavenging method and was evaluated based on the concentration of antioxidant compounds that were able to inhibit 50% of DPPH (Inhibitory Concentration 50). The result showed that unfermented leaf infusion had IC50 value of 137.15 μg/mL, while the fermented leaf infusion had IC50 value of 155.10 ± 14.59 μg/mL, 165.20 ± 2.81 μg/mL, and 189.77 ± 3.05 μg/mL in batch I, II, and III, respectively. This study showed that fermentation of M. oleifera Lam. leaf infusion at concentration of 5% using L. plantarum InaCC B997 had reduced antioxidant activity when compared to nonfermented leaf infusion at 13.08%, 20.45%, and 38.36% in batch I, II, and III, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venessa Chai
"Penyakit jantung, terutama infark miokard, merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Mekanisme yang mendasarinya adalah ketidakseimbangan produksi ROS dengan antioksidan. Suplemen antioksidan tidak dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena harus bekerja secara kombinasi dengan komponen bioaktif lainnya, sehingga mendorong penelitian terapi dari bahan herbal. Moringa oleifera mengandung berbagai senyawa aktif dan tinggi oksidan sehingga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini ingin membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap parameter stres oksidatif, yaitu MDA dan SOD, pada infark miokard tikus yang diinduksi isoproterenol. Penelitian ini memakai bahan biologi tersimpan berupa kelompok kontrol negatif, kelompok ISO dengan pemberian isoproterenol 85mg/kgBB, dan kelompok ISO+MO dengan pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera 200mg/kgBB dan isoproterenol 85mg/kgBB. Kadar protein sampel dihitung dengan uji Bradford, kadar SOD dengan EZ-SOD assay kit, dan kadar MDA dengan TBARS. Pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera tidak menunjukkan perbedaan signifikan dari kadar MDA di antara ketiga kelompok (p=0,630). Pada pemeriksaan kadar SOD, didapatkan penurunan kadar SOD yang tidak signifikan pada kelompok ISO+MO dibandingkan dengan kelompok ISO (p=0,548). Penelitian ini tidak dapat membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap kadar MDA dan SOD pada jaringan jantung tikus yang diinduksi isoproterenol.

Heart disease, including myocardial infarction, is the leading cause of death worldwide. One of the mechanisms underlying myocardial infarction is oxidative stress. Antioxidant supplements cannot reduce the risk of cardiovascular disease because they work in combination with other bioactive components, thus encouraging the search for herbal therapy. Moringa oleifera contain various active compounds and high amounts of antioxidants so that it has high antioxidant activity. This study aims to determine the effect of aqueous extract of Moringa oleifera leaves on MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction rat. This study used negative control group, ISO group that received 85mg/kgBW isoproterenol, and ISO+MO group that received 200mg/kgBW Moringa oleifera leaf water extract and isoproterenol. Protein level was determined using Bradford test, MDA level was determined using TBARS, and SOD level was determined using EZ-SOD assay kit. MDA levels did not differ significantly between the three groups after administration of Moringa oleifera leaf water extract (p=0.630). In SOD levels, there was no significant decreased in ISO+MO groups compare with ISO group (p=0.548). This study was unable to prove the cardioprotective effect of Moringa oleifera leaf water extract against MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction of rat tissue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariza Nabila Putri
"Moringa oleifera (M. oleifera) merupakan tumbuhan yang biasa di kenal dengan pohon Kelor. Tumbuhan ini lama dikenal memiliki sifat antimikrobial terhadap fungal, parasite, dan bakteri. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa), merupakan bakteri gram negatif yang dapat menimbulkan banyak tipe infeksi, bakteri ini tumbuh dengan baik bahkan dalam suhu sampai 42°C. P. aeruginosa juga dikenal memiliki resistensi yang kuat terhadap zat antimikrobial. Antiseptik dan disinfektan digunakan untuk menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang menginfeksi tubuh, pemakaiannya bervariasi dari membrane mucosal sampai dengan luka terbuka. Riset ini dilakukan untuk membuktikan kemampuan M. oleifera sebagai cara baru untuk menjadi antiseptik terhadap P. aeruginosa yang sudah resistan terhadap banyak obat obatan. Metode: Penelitian ini mengunakan metode Percentage Kill menggunakan kultur broth sebagai medium. Suspensi bakteri akan di simpan dalam 3 tabung yang berbeda dimana tabung ketiga akan menjadi kontrol. Tabung ini akan di inkubasi dengan waktu kontak yang sudah ditentukan. 2 variabel akan digunakan yaitu kontrol dan perlakuan yang masing masing harus dilaksanakan dalam waktu yang sama. Hasil dari tes akan dikalkulasi menggunakan rumus Percentage Kill dimana hasil yang dianggap baik jika diatas 90% Hasil: Hasil yang didapatkan dari uji dengan 3 waktu kontak (1, 2, 5 menit) yang diulang sebanyak kali mendapatkan rata rata sebanyak 103, 71, & 53.67 koloni yang masih bertahan, yang lalu dihitung menghasilkan 27.12%, 47.01%, & 57.7% dalam uji Percentage Kill"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>