Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148591 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanita Novalina Ursula
"Latar Belakang: Tuberkulosis resistan obat (TB-RO) masih menjadi masalah kesehatan global, penyakit utama penyebab kematian kasus infeksi tunggal terbanyak setelah Corona virus disease 2019 (COVID-19). Tahun 2021 secara global terdapat 167.000 orang dengan TB Multi Drug Resistant/Rifampicin Resistant (MDR/RR) terkonfirmasi, 162.000 memulai terapi. Angka keberhasilan global pengobatan TB RR/MDR sebesar 60%, sedangkan di Indonesia sebesar 47%. WHO merekomendasikan paduan bebas injeksi untuk TB-RO tahun 2019 meningkatkan angka keberhasilan 60% menjadi 73% dan menurunkan angka putus berobat 17,3% menjadi 9,9%. Pengobatan OAT all-oral direkomendasikan di Indonesia sejak 2020 termasuk paduan individual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luaran pengobatan TB-RO dengan paduan individual all-oral serta faktor apa saja yang memengaruhi keberhasilan pengobatan TB-RO di RSUP Persahabatan.
Metode: Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif menggunakan data rekam medis fisik dan elektronik, dilakukan di Poli TB-RO RSUP Persahabatan Oktober 2022, dengan teknik total sampling. Subjek penelitian adalah pasien TB-RO yang mendapatkan paduan individual all-oral dan memulai terapi Januari2020-Desember 2021 di poli TB-RO RSUP Persahabatan yang memenuhi kriteria penelitian.
Hasil: Didapatkan 162 subjek penelitian dengan karakteristik median usia 44 (18−74) tahun, 61,7% laki-laki dan 52,5% subjek dengan IMT<18,5 kg/m2. Komorbid terbanyak adalah DM tipe 2 dengan proporsi 37%. Jenis resistansi terbanyak TB-MDR 45,1% dengan proporsi bacterial load terbanyak BTA negatif (25,9%). Proporsi konversi biakan sputum ≤ 2 bulan 56,2%. Terdapat 86,4% subjek mengalami intoleransi obat dengan proporsi terbanyak gastrointestinal 66,2%. Luaran berhasil sebesar 43,2%, meninggal 40,1%, putus berobat 13,6% dan gagal 3,1%. Analisis multivariat mendapatkan bacterial load dan kecepatan konversi merupakan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan pengobatan TB-RO.
Kesimpulan: Luaran berhasil pasien TB-RO yang menggunakan paduan individual all-oral 43,2%, meninggal 40,12%, gagal 3,09% dan putus berobat 13,6%. Bacterial load,BTA ≤1+ dan kecepatan konversi ≤ 2 bulan merupakan faktor yang memengaruhi keberhasilan pengobatan TB-RO dengan paduan individual all-oral. Nilai odds masing-masing faktor berturut-turut aOR:2,35 (95%IK: 1,12-4,90) dan aOR: 2,2 (95%IK: 1,05-4,61).

Background: Drug-resistant tuberculosis (DR-TB) is still the global health problem, the leading cause of death in the single infectious case after Corona virus disease 2019 (COVID-19). Globally, there were 167.000 confirmed cases of Multi Drug Resistant/Rifampicin Resistant tuberculosis (MDR/RR-TB) in 2021 and 162.000 started treatment. Global success rate for MDR/RR-TB treatment reach 60% while in Indonesia 47%. In 2019 WHO recommended injection-free regimen that increase treatment success rate of DR-TB treatment from 60% to 73% and lower lost to follow up (LTFU) cases 17,3% to 9,9%. Indonesia started all-oral regimen in 2020 consist of shorter and longer regimen. Aim of this study is to observe outcomes of drug-resistant tuberculosis (DR-TB) treated with long term all-oral regimen and factors that influence the success rate of DR-TB treatment at Persahabatan Hospital Jakarta.
Metods: Design of the study was retrospective cohort using secondary data, physical and electronic medical records. It carried out in October 2022 at DR-TB clinic Persahabatan Hospital with total sampling technique. Subject of this study were medical records of DR-TB patients enrolled with long-term all-oral regimen treatment by January 2020-December 2021 which met the inclusion criteria.
Results: There were 162 subjects with median of age 44 (18-74) years old, 61,7% were male, and 52,5% subject were malnutrition. Proportion of DM type 2 comorbid was 37%. MDR-TB were found in 45,1% of subject with the high proportion of negative smear bacterial load (25,9%) as baseline. Amount of sputum Mtb culture conversion within 2 months reached 56,2%. There were 86,4% subjects experiencing drug intolerance with the highest proportion being gastrointestinal 66,2%. Outcomes of the long-term DR-TB treatment were successful 43,2%, died 40,1%, dropped-out 13,6% and failed 3,1%. Multivariate analysis found that bacterial load and time of sputum conversion were factors that associated with DR-TB success rate treatment.
Conclusion: Outcomes of drug-resistant tuberculosis (DR-TB) treated with long term all-oral regimen 43,2% cured, 40,12% died, dropped-out from treatment 13,6% and failed 3,1%. Bacterial load ≤1+ and time of sputum conversion ≤2 months were factors that associated with DR-TB success rate treatment with adjusted aOR:2,35 (CI95% :1,12-4,90) and aOR:2,2 (CI95% : 1,05-4,61) respectively.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Hatim
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian di dunia. Sesuai dengan rekomendasi WHO tahun 2020, pengobatan TB RO di Indonesia saat ini menggunakan paduan tanpa obat injeksi yang terbagi menjadi dua, yaitu paduan pengobatan jangka pendek (9-11 bulan) dan jangka panjang (18-20 bulan). Penelitian ini dilakukan untuk mengindentifikasi luaran penggunaan regimen pengobatan jangka pendek pada TB RO di RSUP Persahabatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi luaran. Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif yang dilakukan sejak Agustus 2019 – Januari 2021 dengan consecutive sampling pada pasien TB RO yang berobat ke Poli TB RO RSUP Persahabatan. Pasien yang telah memenuhi kriteria pengobatan jangka pendek akan diberikan pengobatan standar dan akan dievaluasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang dinilai pada penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, faktor komorbid, BTA awal pengobatan, luas lesi foto toraks, merokok, riwayat pengobatan TB, desentralisasi, lama konversi, dan pola resistan. Hasil akhir pengobatan yang dievaluasi pada penelitian ini adalah sembuh, gagal pengobatan, meninggal, putus berobat, dan pindah.
Hasil : Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 68 orang dengan karakteristik rerata usia 42,03 (13,22) tahun. Pada kelompok jenis kelamin laki- laki (66,7%), gizi obese (71,4%), riwayat merokok indeks berat (81,8%), riwayat gagal kategori 2 sebelumnya (100%), gambaran foto toraks lesi luas (66,7%), tidak desentralisasi (59%), konversi BTA > 3 bulan, BTA awal pengobatan 3+ (66,7%), dan poliresistan (80%) akan mengalami luaran tidak berhasil lebih cepat dibandingkan kelompok lainnya. Hasil akhir pengobatan pada penelitian ini didapatkan angka kesembuhan sebesar 42,6%, gagal pengobatan sebesar 17,6%, meninggal sebesar 8,8%, putus berobat sebesar 27,9% dan transfer out sebesar 2,9%.
Kesimpulan : Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara faktor- faktor yang mempengaruhi luaran pengobatan TB RO dengan regimen jangka pendek (STR).

Background: Tuberculosis (TB) remains a major health problem and one of the top ten causes of death in the world. According to WHO recommendations in 2020, drug- resistant TB (DR-TB) treatment in Indonesia currently uses an injection-free drug combination which was divided into short-term (nine to eleven months) and long term (eighteen to twenty months) treatments. The aim of this study is to identify the outcome of using a short-term treatment regimen (STR) for DR-TB in patients treated at Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia and factors that influence their clinical outcomes.
Methods: This study was a prospective cohort study conducted from August 2019 until January 2021 in Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia. All DR-TB patients were evaluated whether they met criteria for the STR treatment. Outcomes evaluated in this study were cured, treatment failure, death, loss to follow up, and transferred out. Factors assessed in this study included age, sex, body mass index, comorbid factors, bacterial load, chest x-ray lesions, smoking, TB treatment history, decentralization, time-to- conversion, and resistance pattern.
Results: Sixty eight subjects were included in this study. Mean age was 42.03 (+ 13.22) years. Males, obese, heavy smoking index, history of second category treatment failure, extensive lesion in chest x ray, decentralisation, acid fast baccili (AFB) conversion by >3 months, AFB stain at pre-treatment of +3, and poly-drug-resistance were more likely to have an unfavourable outcome. However, the results were not statistically significant (p>0.05). The treatment result of this study showed a cure rate of 42.6%, with treatment failure was 17.6%, death was 8.8%, loss to follow up was 27.9%, and transferred out was 2.9%.
Conclusion: In this study, there were no significant differences between the factors that influenced the outcome of DR-TB receiving STR.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyumbang kematian tertinggi di beberapa negara-negara maju dan berkembang termasuk Indonesia. Selain berdampak kepada kesehatan, penyakit tuberkulosis juga menjadi penyakit yang mengakibatkan kerugian ekonomi cukup tinggi di tanah air. Upaya yang saat ini banyak dilakukan meliputi promosi edukasi pencegahan penularan tuberkulosis dengan berbagai media berbasis paper dan audiovisual yang terbukti efektif namun masih perlu adanya inovasi yang lebih kompleks lagi dari media sebelumnya. Media video explainer merupakan jenis video promosi yang memadukan gambar, animasi, serta audio narasi dengan sajian materi yang singkat namun informatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi video explainer terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam pencegahan penularan tuberkulosis. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen jenis pre test dan post test dengan kelompok kontrol, pada pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah responden pada masing-masing kelompok kontrol dan intervensi sebanyak 39 responden. Analisis data menggunakan paired t test dan pooled t test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara pemberian edukasi video explainer terhadap pengetahuan (p value < 0,05), Sikap (p value < 0,05), dan keterampilan (p value < 0,05). Media video explainer disarankan dapat digunakan menjadi media edukasi alternatif di puskesmas pada awal pengobatan dan kunjungan rumah untuk dapat memaksimalkan asuhan keperawatan melalui edukasi kesehatan dalam pencegahan penularan tuberkulosis.

Tuberculosis is one of the third highest contributors of death in several developed and developing countries including Indonesia. In addition, tuberculosis impacted on health, it was also a disease caused high economic losses in the country. Efforts that are currently being carried out including the promotion of tuberculosis transmission prevention by various education media such as paper-based and audiovisual media. Explainer video as a media education typed promotional video that combines images, animations, and audio narration with a short presentation of material. This study aimed to see the influence of explainer video education on the level of knowledge, attitudes and skills of families in preventing tuberculosis transmission. This study used a quasi-experimental design with pre-test and post-test with a control group. The selection of respondents were done by simple random sampling. The number of respondents in the intervention group and the control group were similar to 39 people. The data analysis used paired t test and pooled t test. The results showed that there was a significant effect between giving explainer video education on knowledge (p value < 0.05), attitudes (p value < 0.05), and skills (p value < 0.05). The explainer video media is recommended as alternative media for using in public health center at the beginning of treatment and at home to maximaze the nursing care by health education in preventing tuberculosis transmission.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hajar Salawati
"Tuberkulosis (TB) masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Tuberkulosis selain menimbulkan masalah kesehatan secara fisik juga menimbulkan masalah sosial dan psikologis. Masalah psikologis paling banyak adalah ansietas. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, ansietas dan depresi tiga kali lebih tinggi pada klien TB dibanding orang tanpa TB. Jika ansietas tidak ditangani dengan tepat menyebabkan kepatuhan yang buruk terhadap pengobatan, memperpanjang lama pengobatan, kekambuhan, bahkan dapat mendapatkan stigma dari masyarakat yang kemudian klien menjadi tidakberdaya, putus asa, depresi bahkan bunuh diri. Tujuan dari karya ilmiah akhir spesialis ini adalah untuk mengetahui pengaruh Tindakan Keperawatan Ners (TKN), Thought Stopping (TS), Progressive Muscles Relaxation (PMR), dan Acceptance Commitment Therapy (ACT) melalui online dalam menurunkan ansietas pada klien TB. Pendekatan dalam karya ilmiah akhir spesialis ini menggunakan case series dengan jumlah responden 8 klien dan dilakukan pengukuran pre post test terhadap ansietas, kepatuhan minum obat, perceived stigma, dan kemampuan klien. Instrumen yang digunakan adalah istrumen Tanda dan Gejala Ansietas FIK UI, Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) dan Explanatory Model Interview Catague (EMIC). Hasil menunjukkan terdapat perubahan ansietas dan kemampuan klien TB baik setelah mendapat TKN atau kombinasi TKN+TS+PMR, maupun TKN+TS+PMR+ACT. Pemberian TKN, TS, PMR, dan ACT melalui online direkomendasikan sebagai terapi yang dapat menurunkan ansietas dan meningkatkan kemampuan klien TB

Tuberculosis (TB) is still one of the leading causes of morbidity and mortality worldwide. Tuberculosis, apart from causing physical health problems, also causes social and psychological problems. Most of the psychological problems are anxiety. In low- and middle-income countries, anxiety and depression are three times higher in TB clients than in people without TB. If anxiety is not handled properly, it causes poor adherence to treatment, prolongs treatment, relapses, and can even get stigma from society, which then leads to helplessness, hopelessness, depression and even suicide. The purpose of this specialist's final scientific work is to determine the effect of Nursing Action (TKN), Thought Stopping (TS), Progressive Muscles Relaxation (PMR), and Acceptance Commitment Therapy (ACT) via online in reducing anxiety in TB clients. The approach in this specialist final scientific paper uses a case series with a number of respondents 8 clients and a pre-post test measurement of anxiety, medication compliance, perceived stigma, and client ability was carried out. The instrument used was the signs and symptoms of anxiety at FIK UI, Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) and the Explanatory Model Interview Catague (EMIC). The results showed that there were changes in the anxiety and ability of TB clients both after receiving TKN or a combination of TKN + TS + PMR, and TKN + TS + PMR + ACT. Online provision of TKN, TS, PMR, and ACT is recommended as a therapy that can reduce anxiety and increase the ability of TB clients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Nujita Mahartati
"

Angka kematian penderita TBC selama menjalani pengobatan di Kabupaten Badung selalu melewati target maksimal tingkat kematian TBC di Indonesia. Pada tahun 2023 angka kematian TBC di Kabupaten Badung meningkat menjadi 6,6%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor – faktor yang mempengaruhi kematian orang dengan TBC Paru di Kabupaten Badung. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TBC Paru yang memulai pengobatan tahun 2021-2023 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan hingga Mei 2024 dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah  analisis deskriptif, survival dengan menggunakan Kaplan Meier, dan multivariat dengan menggunakan cox regression proportional Hazzard. Dari 1.246 orang dengan TBC Paru yang eligible pada penelitian ini terdapat 1.149 orang dengan TBC Paru yang menjadi sampel penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak    6,7% orang dengan TBC Paru meninggal dengan laju kejadian keseluruhan adalah 11 per 1000 orang bulan dan probabilitas survival sebesar 92,54%. Analisis multivariat menunjukkan faktor – faktor yang mempengaruhi kematian orang dengan TBC RO selama masa pengobatan di Indonesia adalah kelompok umur 45-65 (aHR 3,616; 95% CI 2,110-6,195) tahun dan > 65   (aHR 10,892; 95% CI 5,630-21,071), Komorbid HIV (aHR 7,293; 95% CI 4,203-12,655), tidak konversi (HR 17,132; 95% CI 4,674-62,787), TBC RO ( aHR 10,921; 95%CI 1,458-81,774), waktu inisiasi pengobatan >7 hari (aHR 1,944; 95% CI 1,148-3,291) dan kepatuhan pengobatan (HR 3,546; 95% CI 1,895-6,634). Diperlukan peningkatan tatalaksana pengobatan TBC Paru dan skrining kesehatan pada kelompok lansia dan pasien yang memiliki komorbid HIV dan orang dengan TBC Resisten Obat serta media informasi yang meningkatkan kewaspadaan masyarakat yang terinfeksi TBC Paru tidak terlambat melakukan pengobatan.


The mortality rate for TB sufferers while undergoing treatment in Badung Regency always exceeds the maximum target for TB death rates in Indonesia. TB death rate in Badung Regency increased again to 6.6%. The aim of this research is to determine the influence of factors that influence the death of pulmonary TB patients in Badung Regency. The design of this study is a retrospective cohort using data on pulmonary TB cases who started treatment in 2021-2023 and had final treatment results until May 2024 and were recorded in the Tuberculosis Information System. The analysis used in this research is descriptive analysis, survival using Kaplan Meier, and multivariate using Cox proportional Hazard regression. Of the 1,246 eligible patients in this study, 1,149 patients were included in the research sample. The results of this study showed that 6.7% of patients died with an overall incidence rate of 11 per 1000 person months and a cumulative probability of survival of 92.54%. Multivariate analysis shows that the factors that influence the death of RO TB patients during the treatment period in Indonesia are the age group 45-65 (aHR 3.616; 95% CI 2.110-6.195) years and > 65 (aHR 10.892; 95% CI 5.630-21.071), Comorbid HIV (aHR 7.293; 95% CI 4.203-12.655), not converted (HR 17.132; 95% CI 4.674-62.787), TB RO (aHR 10.921; 95%CI 1.458-81.774), treatment initiation time >7 days (aHR 1.944; 95% CI 1.148-3.291) and treatment adherence (HR 3.546; 95% CI 1.895-6.634). It is necessary to improve the management of pulmonary TB treatment and health screening in the elderly group and patients who have comorbid HIV and people with drug-resistant TB as well as information media that increase the awareness of people infected with pulmonary TB so that it is not too late to undergo treatment.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Afidjati
"Latar belakang: Kompleksitas pengobatan TB RO berupa durasi pengobatan yang panjang, penggunaan beberapa obat lini kedua, toksisitas obat, dan interaksi obat akibat multidrug use dapat menyebabkan efek samping pengobatan pada pasien. Hal ini dapat mengurangi efektivitas pengobatan dan memengaruhi luaran pengobatan TB RO. Tujuan: Untuk melihat efek samping obat/kejadian tidak diinginkan terhadap luaran pengobatan TB RO.
Metode: Penelitian observasional dengan desain kohort retrospektif ini dilakukan di RSUP Persahabatan, Jakarta. Sumber data adalah data sekunder dari sistem informasi tuberkulosis (SITB) yang melibatkan pasien TB RO yang menjalani pengobatan di tahun 2021 – 2023. Metode sampling berupa total sampling. Analisis data bivariat antara KTD dengan luaran pengobatan TB RO berupa Cox regresi dan uji Log-Rank, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat menggunakan Extended Cox Regresi.
Hasil: Dari 583 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini, insidens luaran pengobatan tidak berhasil sebanyak 40,65%. Sebanyak 12,69% pasien mengalami efek samping berat. Sebagian besar efek samping terjadi pada fase intensif pengobatan TB RO (43,57%). Jenis efek samping yang paling sering dialami pada pasien adalah gangguan gastrointestinal (79,25%), gangguan muskuloskeletal (58,32%), dan gangguan saraf (49,40%). Efek samping berupa KTD berat/serius tidak memiliki asosiasi yang signifikan terhadap terjadinya pengobatan tidak berhasil berdasarkan hasil analisis Cox regresi bivariat (HR=0,823; 95% CI: 0,558-1,216; p=0,329) dan analisis multivariat Extended Cox regresi (setelah dikontrol oleh variabel kovariat). Probabilitas survival antara kelompok dengan KTD berat dan kelompok non-KTD berat tidak berbeda bermakna. Kesimpulan: pemantauan efek samping selama pengobatan TB RO berlangsung merupakan hal yang penting untuk menunjang keberhasilan pengobatan.

Background: The complexity of treating drug-resistant tuberculosis (DR TB) involves prolonged treatment duration, the use of several second-line drugs, drug toxicity, and drug interactions due to multidrug use, which can lead to adverse drug reactions in patients. These issues can reduce treatment effectiveness and affect treatment outcomes for DR TB.
Objective: To investigate the impact of adverse drug reactions/adverse events on DR TB treatment outcomes.
Methods: This observational study utilized a retrospective cohort design conducted at RSUP Persahabatan, Jakarta. The data source was secondary data from the tuberculosis information system (SITB) involving DR TB patients who underwent treatment between 2021 and 2023. The sampling method was total sampling. Bivariate data analysis between adverse events and TB RO treatment outcomes involved Cox regression and Log Rank tests, followed by multivariate analysis using Extended Cox Regression.
Results: Among the 583 subjects included in this study, the incidence of unsuccessful treatment outcomes was 40.65%. Severe adverse drug reactions were experienced by 12.69% of patients. Most adverse reactions occurred during the intensive phase of TB RO treatment (43.57%). The most common types of adverse reactions experienced by patients were gastrointestinal disorders (79.25%), musculoskeletal disorders (58.32%), and neurological disorders (49.40%). Severe/serious adverse reactions did not have a significant association with unsuccessful treatment outcomes based on the results of the bivariate Cox regression analysis (HR=0.823; 95% CI: 0.558-1.216; p=0.329) and the multivariate Extended Cox regression analysis (after adjusting for covariate variables). The survival probability between the group with severe adverse reactions and the non- severe adverse reactions group did not differ significantly.
Conclusion: Monitoring adverse drug reactions during DR TB treatment is crucial to support the success of the treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murniati
"Latar Belakang:Tuberkulosis resisten obat (TB-RO) merupakan ancaman bagi seluruh dunia termasuk Indonesia, karena memerlukan waktu lama dan biaya yang besar dalam mengobati penyakit tersebut meskipun telah ditangani dengan baik. Data penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa terdapat kekambuhan TB-RO, tapi datanya sangat terbatas. Di Indonesia belum ada data tentang angka kekambuhan TB-RO.
Tujuan: Mengevaluasi pasien TB resisten obat (TB-RO) pasca pengobatan yang datang kontrol pada bulan ke 6, 12, 18, dan 24 di RSUP Persabatan Jakarta.
Metode: Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang terhadap pasien TB-RO yang telah dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap yang datang kontrol di poli MDR RSUP Persahatan Jakarta mulai bulan April 2017 sampai Desember 2017. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan foto toraks dan biakan sputum. Mencatat data pengobatan dan hasil-hasil pemeriksaan terkait data yang diperlukan dalam dalam rekam medis pasien.
Hasil: Didapatkan 60 subjek penelitian dengan rerata usia 42,3 + 12,5 tahun, berjenis kelamin laki-laki 31 (51,7%) dan perempuan 29 (48,3%), dengan rerata IMT 21,75+ 4,34. Dari hasil foto toraks didapatkan gambaran dominan lesi luas dan hasil kultur sputum semua pasien yang diteliti tidak ditemukan pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis.
Kesimpulan: Tidak ditemukan kekambuhan pada pasien TB resisten obat yang yang telah dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap yang datang kontrol pasca pengobatan di RSUP Persahabatan Jakarta.

Objective: This study aimed to evaluate DR-TB patients which was biannually performed for two-years (e.g. at the 6th, 12th, 18th, and 24th mos) after treatment completion.
Methods: This cross-sectional study involved DR-TB patients completing their treatment at Persahabatan General Hospital Jakarta, Indonesia, between April and December 2017. The post-treatment evaluation during the 6th, 12th, 18th, and 24th mos included clinical, chest x-ray (CXR) and sputum culture examination.
Results: Sixty patients were observed in this study, 31 (51.7%) were males and 29 (48.3%) were females. The mean age was 42.3+12.5 yo and the mean body mass index was 21.75+4.34. Fourty nine (81.7%) patients showed extensive lesions per CXR and none of the patient showed Mycobacterium tuberculosis growth per sputum culture.
Conclusion: There was no recurrence of DR-TB from patients completing their treatment at Persahabatan General Hospital Jakarta, Indonesia during two-years post-treatment evaluation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Seno Aji
"Berdasarkan data SITB per 2 Februari 2022, terdapat 8306 kasus TB-RR/MDR terkonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Keberhasilan pengobatan TB MDR di Indonesia tahun 2021 belum mencapai target dan termasuk rendah dibandingkan dengan global yaitu sebesar 45%. Penelitian bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB MDR di RSUP Persahabatan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif. Penelitian menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien TB MDR yang berobat di RSUP Persahabatan tahun 2019 yang dilihat sejak awal pengobatan hingga didapatkan hasil akhir pengobatan. Terdapat 273 sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS Statistics 25 dengan uji chi-square, dengan RR untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel dan dan p < 0,05 sebagai batas kemaknaan. Pada hasil analisis diketahui umur (p=0,000; RR=1,603 95CI% 1,251–2,055), jenis kelamin (p=0,749; RR=1,045 95CI% 0,798–1,369), pendidikan (p=0,165; RR=1,228 95CI% 0,929–1.634), pekerjaan (p=0,298; RR=0,893 95CI% 0,8723–1,103), status pernikahan (p=0,000; RR=1,932 95%CI 1,318–2,833), wilayah tempat tinggal (p=0,092, RR=1,288 95%CI 0,933–1,779), hasil pemeriksaan sputum awal (p=0,272; RR=1,126 95%CI 0,911–1,191), interval inisiasi pengobatan (p=0,021; RR=0,698 95%CI 0,494–0,986). Faktor yang memiliki hubungan signifikan secara statistik dengan keberhasilan pengobatan adalah umur, status pernikahan, dan interval inisiasi pengobatan.Based on SITB data as of February 2, 2022, there were 8306 confirmed cases of RR/MDR TB through laboratory tests. The success of MDR TB treatment in Indonesia in 2021 has not reached the target and is low compared to global, which is 45%. This study aims to identify factors associated with successful treatment of MDR TB patients at Persahabatan Hospital in 2019. This study used a retrospective cohort study design. The study used secondary data from the medical records of MDR TB patients who were treated at the Friendship Hospital in 2019 which were seen from the beginning of treatment until the final results of treatment were obtained. There were 273 samples that met the inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed using IBM SPSS Statistics 25 with chi-square test, with RR to determine the degree of relationship between variables and p < 0.05 as the limit of significance. The results of the analysis showed that age (p=0.000; RR=1.603 95CI% 1.251–2.055), gender (p=0.749; RR=1.045 95CI% 0.798–1.369), education (p=0.165; RR=1.228 95CI% 0.929– 1.634), occupation (p=0.298; RR=0.893 95CI% 0.8723–1.103), marital status (p=0.000; RR=1.932 95%CI 1.318–2.833), area of ​​residence (p=0.092, RR=1.288 95%CI 0.933–1.779), results of initial sputum examination (p=0.272; RR=1.126 95%CI 0.911–1.191), treatment initiation interval (p=0.021; RR=0.698 95%CI 0.494–0.986). Factors that had a statistically significant relationship with treatment success were age, marital status, and treatment initiation interval."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Keberhasilan pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) di DKI Jakarta masih sebesar 58% dari target 80%, beberapa faktor risiko sering dihubungkan dengan tingkat keberhasilan pengobatan. Penetitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan dan riwayat pengobatan terhadap keberhasilan pengobatan TBC RO dengan paduan jangka pendek 9-11 bulan. Metode penelitian yang dilakukan adalah kohort retrospektif untuk membandingkan kelompok terpapar dan tidak terpapar (rasio risiko/RR) terhadap tiingkat keberhasilan pengobatan. Sebanyak 364 pasien dengan keberhasilan pengobatan 62,36%, 59,07% patuh pengobatan dan 51,65% ada riwayat pengobatan. Kepatuhan pengobatan memiliki RR 9,14 (95%CI: 5,50-15,20,  p=<0,001) sedangkan riwayat pengobatan memiliki RR 1,06 (95%CI: 0,9-1,24, p=0,48) terhadap keberhasilan pengobatan. Analisis stratifikasi dan multivariat model kausal dengan metode backward menghasilkan umur, jenis kelamin, status bekerja, status gizi, dan koinfeksi HIV tidak terbukti sebagai variabel perancu maupun interaksi. Diperlukan penambahan jumlah sampel untuk bisa menunjukkan hubungan variabel kovariat dengan lebih jelas. Kepatuhan pengobatan menjadi salah satu kunci dalam peningkatan keberhasilan pengobatan TBC RO di DKI Jakarta.

The success rate of drug-resistant tuberculosis (DR-TB) treatment in DKI Jakarta is currently 58% of the 80% target, and various risk factors are often associated with treatment outcomes. The aim of this study was to determine the relationship between adherence and treatment history to the success of treatment of DR-TB with a short-term regimen of 9-11 months. The research method used was a retrospective cohort to compare exposed and unexposed groups (risk ratio/RR) on treatment success rate. A total of 364 patients with 62.36% treatment success, 59.07% were treatment adherent and 51.65% had a history of treatment. Treatment adherence had an RR of 9.14 (95%CI: 5.50-15.20, p=<0.001) while treatment history had an RR of 1.06 (95%CI: 0.9-1.24, p=0.48) on treatment success. Stratification and multivariate analysis of causal models using the backward method resulted in age, gender, working status, nutritional status, and HIV co-infection not being proven as confounding or interaction variables. An increase in sample size is needed to show the relationship between covariates more clearly. Treatment adherence is one of the keys to improving the success of DR-TB treatment in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Proporsi pasien Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO) yang memiliki hasil akhir pengobatan meninggal meningkat di tahun 2021 menjadi 19%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TB RO yang memulai pengobatan tahun 2020-2021 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan hingga Mei 2023 dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, survival dengan menggunakan Kaplan Meier, dan multivariat dengan menggunakan cox regression. Jumlah sampel penelitian adalah 7.515. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 19,39% pasien meninggal dengan laju kejadian keseluruhan adalah 6 per 10.000 orang hari dan probabilitas kumulatif survival sebesar 73%. Analisis multivariat menunjukkan Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia adalah kelompok umur 45-65 (HR 1,519; 95% CI 1,275-1,809) tahun dan 65+ (HR 3,170; 95% CI 2,512-4,001), wilayah fasyankes Jawa-Bali (HR 1,474; 95% CI 1,267-1,714), koinfeksi HIV (HR 3,493; 95% CI 2,785-4,379), tidak mengetahui status HIV (HR 1,655; 95% CI 1,474-1,858) memiliki riwayat pengobatan (HR 1,244; 95% CI 1,117-1,385), tidak konversi ≤3 bulan (HR 4,435; 95% CI 3,920-5,017), paduan pengobatan LTR (1,759; 95% CI 1,559-1,985), kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat 1-30 hari (HR 0,844; 95% CI 0,748-0,953) dan kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat >30 hari (HR 0,318; 95% CI 0,273-0,370). 

The proportion of drug-resistant tuberculosis (RO-TB) patients who have the final outcome of treatment will die in 2021 to 19%. The purpose of this study was to determine the risk factors for death of TB RO patients during the treatment period in Indonesia. The design of this study was a retrospective cohort using data on TB RO cases that started treatment in 2020-2021 and had final treatment results until May 2023 and were recorded in the Tuberculosis Information System. The analysis used in this study is descriptive analysis, survival using Kaplan Meier, and multivariate using cox regression. The number of research samples is 7,515. The results of this study showed that 19.39% of patients died with an overall incidence rate of 6 per 10,000 person days and a cumulative probability of survival of 73%. Multivariate analysis shows that the factors that influence the death of TB RO patients during the period of treatment in Indonesia are the age group 45-65 (HR 1.519; 95% CI 1.275-1.809) years and 65+ (HR 3.170; 95% CI 2.512-4.001), health facilities area Java-Bali (HR 1.474; 95% CI 1.267-1.714), HIV coinfection (HR 3.493; 95% CI 2.785-4.379), do not know HIV status (HR 1.655; 95% CI 1.474-1.858) have a history of treatment ( HR 1.244; 95% CI 1.117-1.385), no conversion ≤3 months (HR 4.435; 95% CI 3.920-5.017), mixed treatment LTR (1.759; 95% CI 1.559-1.985), treatment adherence in non-medication group 1 -30 days (HR 0.844; 95% CI 0.748-0.953) and medication adherence in the non-medication group >30 days (HR 0.318; 95% CI 0.273-0.370)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>