Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hembing Wijayakusuma
Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003
616.2 HEM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi virus yang baru muncul di awal tahun 2003. Menurut WHO, kasus "suspek" SARS adalah mereka yang suspect bila menderita panas > 38 C ditambah adanya gejala respiratorik, baik berupa batuk, atau sesak napas, atau kesulitan bernapas, dengan riwayat kunjungan/tinggal ke affected area, atau ada kontak erat dengan penderita SARS. Selain itu, mereka yang meninggal karena penyakit infeksi respiratorik setelah 1 November 2002 tanpa sebab yang jelas dan padanya tidak dilakukan otopsi dengan riwayat kunjungan / tinggal di affected area, atau ada kontak erat dengan penderita SARS. Sementara kasus “probable” SARS adalah kasus suspect yang pada gambaran radiologik menunjukkan adanya infiltrat yang konsisten dengan gambaran pneumonia atau respiratory disstress syndrome (RDS), atau kasus suspect yang pemeriksaan virologiknya menemukan virus SARS, atau kasus suspect yang meninggal tanpa sebab yang jelas yang gambaran otopsinya konsisten dengan gambaran patologi SARS. Pada tulisan ini juga disampaikan beberapa data epidemiologik SARS di Indonesia, di mana antara periode 1 Maret sampai 9 Juli 2003 tercatat 2 kasus probable dan 7 kasus suspek SARS, dan tidak ada lagi kasus SARS setelah saat itu. Bagaimana perkembangan SARS di masa datang masih akan jadi kajian para ahli, dan kita harus bersiap untuk menghadapi berbagai kemungkinan di masa datang. (Med J Indones 2004; 14: 59-63)

Severe acute respiratory syndrome (SARS) is an emerging viral infectious disease. According to the World Health Organization, a suspected case of SARS is defined as documented fever (temperature >38°C), lower respiratory tract symptoms, and contact with a person believed to have had SARS or history of travel to an area of documented transmission. A probable case is a suspected case with chest radiographic findings of pneumonia, acute respiratory distress syndrome (ARDS), or an unexplained respiratory illness resulting in death, with autopsy findings of ARDS without identifiable cause. In this article some SARS epidemiological data in Indonesia will also presented. There are 7 SARS suspected cases and 2 probable cases were registered in Indonesia on the period of 1 March to 9 July 2003, and no more cases were reported after that time. How will be SARS progression in the future will be a subject of discussion among scientist, and we will have to wait and be prepared for any development might occur. (Med J Indones 2004; 14: 59-63)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (1) January March 2005: 59-63, 2005
MJIN-14-1-JanMar2005-59
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Chesira Rizki Agreatia
"COVID-19 merupakan penyakit yang sangat cepat menular, disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Pada awal tahun 2020 dunia dikejutkan dengan keberadaan virus baru yang berasal dari Tiongkok ini. Virus ini diduga pertama kali menular melalui kelelawar yang dijual di pasar tradisional di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Namun sampai saat ini belum diketahui perantara yang bertanggung jawab atas penularan dari hewan ke manusia. Walaupun belum diketahui perantara penularan dari hewan ke manusia, kini virus tersebut menular dengan cepat dari manusia ke manusia dan membuat lumpuh sebagian besar negara di dunia. Seperti namanya, virus ini menyerang saluran pernafasan terutama paru-paru. Tidak hanya paru-paru, virus ini juga dapat menargetkan organ lain yang memiliki ACE2, seperti ginjal. Di ginjal, banyak ditemukan ACE2 terutama pada bagian tubulus. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengulas sejumlah pustaka mengenai virus SARS-CoV-2 dan kaitannya dengan penurunan fungsi ginjal. Sumber pustaka dicari dengan kata kunci COVID-19 SARS-CoV-2, COVID-19 and kidney, COVID-19 and ACE2, ACE2 and kidney, serta SARS-CoV-2 and kidney. Sumber pustaka yang digunakan adalah yang sumber dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Beberapa data dari rumah sakit menunjukkan penurunnan fungsi ginjal pada beberapa pasien COVID-19 dan dapat berpengaruh pada kematian pasien. Salah satu hasil penelitian tersebut melampirkan hasil analisis imunohistokimia, menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat menyebabkan nekrosis pada tubulus. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Yasmon
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
D1732
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Meilani Putri
"Virus SARS-CoV-2 atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 adalah virus yang telah menyebabkan penyakit COVID-19. Sampai saat ini tindakan untuk kasus COVID-19 masih dilakukan dengan diagnosis cepat secara kualitatif untuk menilai adanya virus SARS-CoV-2 pada pasien yang ditujukan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, sehingga dibutuhkan perkembangan diagnosis secara kuantitatif untuk mengetahui jumlah virus SARS-CoV-2 yang dapat bermanfaat untuk menilai respons terapi pada pasien COVID-19 maupun untuk studi penemuan obat antivirus SARS-CoV-2. Pada penelitian ini dikembangkan metode kuantifikasi virus SARS-CoV-2 dengan menggunakan in vitro transcribed RNA SARS-CoV-2 dengan target gen N menggunakan primer N158 yang diketahui dapat mendeteksi varian alpha, beta, delta dan omicron sekuens isolat Indonesia. Metode yang dilakukan yaitu plasmid p-Bluescript yang mengandung gen N158 ditransformasikan ke dalam sel E. coli BL21(DE3), kemudian sel transforman diperbanyak di dalam media pertumbuhan dan dipurifikasi untuk diambil plasmid yang mengandung gen N. Plasmid kemudian dilinearisasi, ditranskripsi dan dipurifikasi untuk memperoleh RNA standar. RNA standar yang diperoleh kemudian dihitung konsentrasinya menggunakan Spektrofotometer UV-Vis NanoDrop untuk memperoleh nilai copy number/μL dan dilakukan pengenceran serta one-step RT-qPCR untuk memperoleh nilai Ct pada tiap konsentrasi pengenceran. Nilai-nilai tersebut kemudian digunakan untuk membuat kurva standar nilai Ct vs log copy number. Kurva standar RNA diperoleh dengan persamaan y = -3,29x + 41,34 (R2 = 0,9972) dan efisiensi PCR sebesar 101,2%. Kurva standar RNA yang dibuat telah memenuhi syarat akseptabilitas kurva standar PCR

SARS-CoV-2 or Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 is a virus that causing COVID-19 disease. Until now, the action for COVID-19 cases are being carried by qualitative rapid diagnosis to assess the presence of SARS-CoV-2 virus in patients that lead to prevent the spread of COVID-19 disease, therefore the development of diagnosis is needed to determine the viral load of SARS-CoV-2 which can be useful for assessing response of therapy in COVID-19 patients and for drug screening of antiviral for SARS-CoV-2 studies. This study developed a quantification method for SARS-CoV-2 virus using in vitro transcribed SARS-CoV-2 RNA targeting N gene with N158 primer that known can detect alpha, beta, delta and omicron varian from sequences of Indonesian isolates. The method using pBluescript plasmid that contain N158 gene is transformed to E. coli BL21(DE3) cells, then transformans cell is amplified in growth medium and purified to get the plasmid containing N gene, the plasmid then linearized, transcribed and purified to get standard RNA. Using a Spectrophotometer UV-Vis NanoDrop, the concentration of standard RNA is obtained and the copy number/ μL can be calculated. The RNA standard is diluted and quantified by one-step RT-qPCR to know the Ct value at different concentrations. Ct value vs log copy number standard curve is constructed and the equation of RNA standard curve y = -3,29x + 41,34 (R2 = 0,9972) is obtained with percentage of PCR efficiency 101,2%. Thus, the RNA standard curve is qualified PCR standard curve."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Fajari
"Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini dapat menular melalui cairan yang berasal dari hidung atau mulut penderita. Simulasi penambatan molekul dengan PyRx memprediksi senyawa Teofilin dan Dexamethason dapat berinteraksi baik dengan spike glikoprotein S2 SARS-CoV 2, dengan ΔGbinding yang diperoleh adalah berturut-turut sebesar -6,3; -7,8; -8,1 kcal/mol melalui nteraksi pada residu Ala348, Arg357 dan Val341. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Teofilin dan Dexamethason memiliki potensi untuk dijadikan agen pengenal SARS-CoV 2. Namun simulasi dengan penambatan molekul juga menunjukan bahwa hemagglutinin (HA) H1N1 berpotensi menganggu pengukuran spike glikoprotein SARS-CoV 2. Hasil studi komputasi ini menjadi acuan untuk pengujian potensi Teofilin dan Dexamethason sebagai agen pengenal SARS-CoV 2 dengan HA H1N1 sebagai uji interferensi. Selanjutnya Studi elektrokimia dengan teknik voltametri siklik menggunakan elektroda boron-doped diamond (BDD) pada Teofilin menunjukkan puncak arus oksidasi pada potensial +0,506 V dan puncak arus reduksi pada potensial -0,5 V. Arus yang dihasilkan linear pada rentang konsentrasi 10 μM sampai 100 μM. Deteksi spike glikoprotein S2 SARS-CoV 2 dilakukan dengan melihat penurunan arus oksidasi Teofilin dengan kehadiran spike glikoprotein S2 SARS-CoV 2 dan virus kultur SARS- CoV 2 pada waktu optimum 10 menit. Penurunan arus linier pada rentang konsentrasi 1 ng/mL sampai 200 ng/mL. Sedangkan Dexamethason tidak elektroaktif namun pengukuran dengan spektrofotometri UV-Vis menunjukkan puncak absorbansi pada bilangan gelombang 241 nm.

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is a disease caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). This disease can be transmitted through droplets from the nose or mouth of the patient. Molecular docking simulation with PyRx predicts Theophylline and Dexamethason compounds can interact well with the spike glycoprotein S2 SARS-CoV 2, with Gbindings obtained are -6.3, respectively; -7.8; -8.1 kcal/mol via interaction with residues Ala348, Arg357 and Val341. So that theophylline and dexamethason have the potential to be used as SARS-CoV 2 identification agents. However, simulations with molecular docking also show that hemagglutinin (HA) H1N1 has the potential to interfere with the measurement of the SARS-CoV 2 spike glycoprotein with bioactive compounds. The results of this computational study serve as a reference for testing potential Theophylline and Dexamethasone as identification agents for SARS-CoV 2 and HA H1N1 as an interference compound. Furthermore, electrochemical studies using cyclic voltammetry techniques using boron-doped diamond (BDD) electrodes on theophylline showed peak oxidation currents at +0.548  V potential and peak reduction currents at -0.5 V potentials. The resulting currents were linear in the concentration range of 10 M to 100 M. Detection of spike glycoprotein S2 SARS-CoV 2 was carried out by observing a decrease in the oxidation current of Theophylline in the presence of spike glycoprotein S2 SARS-CoV 2 and cultured virus SARS-CoV 2 at the optimum time of 10 minutes. Linearity current decrease in the concentration range of 1 ng/mL to 200 ng/mL. Meanwhile, Dexamethasone is not electroactive, but measurements using UV-Vis spectrophotometry show the absorbance peak at a wave number of 241 nm. This absorbance is linear in the concentration range of 10 M to 200 M. Detection of spike glycoprotein S2 SARS-CoV 2 with Dexamethasone was carried out by decreasing absorbance in the presence of spike glycoprotein S2 SARS-CoV 2. at the optimum time of 10 minutes. Linearity current decrease in the concentration range of 1 ng/mL to 200 ng/mL. Furthermore, the interference test performed with HA-H1N1 and spike glycoprotein S2 SARS-CoV 2 showed that neither the current in theophylline nor the peak absorption of Dexamethasone changed significantly. These results indicate Theophylline and Dexamethasone are selective against the SARS-CoV 2 spike glycoprotein S2 and can be applied as identification agents on the SARS-CoV 2 spike glycoprotein S2 sensor."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Khairunnisa
"Latar Belakang: Laporan puskesmas di wilayah Lenteng Agung terdapat 51% kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Hal ini sejalan dengan peningkatkan PM10 di wilayah tersebut sebesar 26,64 μg/m3. Selain itu, konsentrasi PM10 dapat meningkat karena banyak industri mebel di sepanjang jalan, sebuah industri konstruksi serta jalan raya yang ramai kendaraan. Pekerja mebel merupakan kelompok rentan terkena gangguan ISPA di ruang kerja. Pekerja tersebut memerlukan perhatian yang besar sehingga hasil sampingan dari proses kerjanya tidak mengakibatkan kejadian ISPA.
Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara PM10 dengan kejadian infeksi saluran pernapasan pada pekerja industri mebel di Lenteng Agung. Selain itu, melihat pengaruh faktor karakteristik pekerja (umur, lama kerja, kebiasan merokok dan penggunaan APD) dan faktor lingkungan kerja (suhu, kelembaban, kecepatan angin dan jarak dari industri konstruksi) terhadap hubungan PM10 dengan kejadian ISPA.
Metode: Disain studi yang digunakan adalah cross sectional, selama satu hari pada tanggal 30 November 2013. Dari 30 industri mebel, hanya 12 titik yang dijadikan pengukuran. Pengambilan responden menggunakan teknik quota sampling, dengan kuota sebanyak 38 responden.
Hasil: Rata-rata konsentrasi PM10 sebesar 163,21 μg/m3, dengan ambang batas sebesar 150 μg/m3. Suhu yang tinggi mendominasi, mempengaruhi kelembaban rendah pada ruang kerja. Selain itu, kecepatan angin yang rendah dan dekatnya jarak dengan industri konstruksi meningkatkan konsentrasi PM10. Rata-rata pekerja mebel berumur produktif kerja dengan kerja yang melebihi jam kerja normal. Kebanyakan juga pekerja memiliki kebiasaan merokok dan tidak menggunakan alat pelindung diri.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara PM10 dengan kejadian ISPA pada pekerja mebel di Lenteng Agung. Konsentrasi PM10 hanya menjadi faktor resiko kejadian ISPA pada pekerja tersebut. Selain itu, faktor lingkungan kerja dan karakteristik juga hanya menjadi faktor resiko gangguan ISPA pada pekerja mebel di Lenteng Agung.

Background : Report from primary health care provider (Puskesmas) at South Jakarta, 51% patients suffer from acute respiratory tract infection. It is in line with the increasing of concentration of PM10 there 26.64% μg/m3. The increasing is caused by existence of many furniture industries, a cement industry, and high mobilization of transportations. Therefore, workers of furniture industry are vulnerable population to the illness because of PM10 exposure.
Objective : Analyzing the relationship between PM10 and acute respiratory tract infection among furniture industry workers at Lenteng Agung, South Jakarta. Researcher also relates some covariate factors such as characteristics of worker (age, work hour, smoking behavior, and wearing of personal protection equipment) and environmental factors (temperature, humidity, speed of wind, distance between cement industry and research location) to the research.
Method : The method is a cross sectional study in November 30th 2013. Those are 12 sampling points of air measurement. Then, researcher uses quota sampling technique with 38 workers which are in productive years.
Result : Mean of concentration of PM10 is 163,21 μg/m3 with TLV 150μg/m3. Temperature in the workplace is high so that it effects to humidity that becomes low. Speed of wind and cement industry factor contributes to concentration of PM10. Based on interview result, some workers stayed in workplace beyond work hour. Most of workers are also active smoker. Yet, during in the workplace, most of workers do not wear personal protection equipment. As a result, many workers suffer from acute respiratory tract infection.
Conclusion : Statistically, there is no relationship between PM10 and acute respiratory tract infection among furniture industry workers at Lenteng Agung. Yet, based on some references, the characteristics of worker and environmental factors are risk factor for acute respiratory tract infection among workers beside concentration of PM10.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akane Viebia Aya
"ABSTRAK
SARS adalah penyakit pernapasan akut yang mewabah pada tahun 2003. Penyebaran penyakit SARS dikonstruksi dengan model SIS dengan intervensi berupa pengunaan masker dan pemberian obat. Pada model ini terdapat dua populasi yaitu populasi individu rentan susceptible dan populasi individu terinfeksi infected . Model penyebaran penyakit SARS dikonstruksi secara deterministik, kemudian diberikan gangguan stokastik pada parameter laju penyebaran penyakit ? dan laju kesembuhan ?0. Metode Euler-Maruyama digunakan untuk mencari solusi numerik dari individu terinfeksi. Dari hasil numerik, didapat laju penyebaran penyakit ? lebih dominan untuk mengakselerasi jumlah individu terinfeksi. dibanding laju kesembuhan ?0. Selain itu, intervensi penggunaan masker dan pengobatan dapat menekan jumlah individu terinfeksi.

ABSTRACT
SARS is an acute respiratory disease that outbreak in 2003. The spread of SARS disease is constructed by SIS model with intervention using masks and getting medical treatment. In this model there are two populations the Susceptible population S and the Infected population I . The SARS disease distribution model is constructed deterministically, then perturbation is given on the transmission parameter and the recovery 0. The Euler Maruyama method is used to find the numerical solutions of infected individuals. From the numerical results, the transmission rate is more dominant than the recovery rate 0 to accelerate the infected population. Also, the interventions that are using masks and getting medical treatment can suppress the number of infected individuals."
2017
S70128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Insanul Sabri
"Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang memiliki angka persentase tinggi di Indonesia. ISPA juga merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien ke berbagai tingkat fasilitas kesehatan. Pemberian antibiotik terhadap pasien ISPA di Puskesmas Kecamatan Cengkareng berdasarkan himbauan dari Dinas Kesehatan haruslah berjumlah kurang dari 20% untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik. Atas dasar pertimbangan tersebut, dilakukan analisis untuk melihat seberapa banyak pasien ISPA yang mengunjungi Puskesmas Kecamatan Cengkareng, umur penderita ISPA, jenis obat-obatan yang diresepkan serta mencari persentase peresepan antibiotik pada penderita ISPA untuk disesuaikan dengan himbauan Dinas Kesehatan.

Acute Respiratory Infection Disease is the disease that has a high percentage in Indonesia. That is also one of causes of patient visits to various level of health facilities. Administrations of antibiotics to patient at the Cengkareng District Health Centre based on regulatory standards must amount to less than 20 % to prevent antibiotic resistance. On the basis of these considerations, an analysis was carried out to see how many patients visited Cengkareng District Health Centre, the ages of sufferers, the types of drugs prescribed and the percentage of antibiotics prescription for patients to comply with the regulatory standards."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>