Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Purwanto
"Tujuan pembangunan kesehatan sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sebagai salah satu program yang diunggulkan oleh pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah program imunisasi.
Indonesia pada tahun 1977 mulai melaksanakan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) di 55 Puskesmas dengan pemberian vaksin BCG dan DPT 1.2.3 pada tahun 1980 ditambah vaksin polio, dan tahun 1982 ditambah vaksin campak sehingga mencakup 6 macam antigen. Pada tahun 1990 Indonesia mendeklarasikan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) secara nasional, yang dalam operasional dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap lebih sama dengan 80%, yaitu 1 dosis BCG, 3 dosis Polio, 3 dosis DPT, 1 dosis campak, dan 3 dosis hepatitis B, sebelum bayi berusia 1 tahun. Selanjutnya secara bertahap diharapkan tahun 1992 tercapai UCI propinsi, 1994 UCI kabupaten, 1996 UCI kecamatan, dan tahun 2002 UCI desa.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian UCI di Kabupaten Lampung Tengah, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian UCI tersebut, dengan menitik beratkan pada pencapaian UCI di masing-masing kecamatan dan Puskesmas. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi cross sectional dengan pendekatan kuantitalif, pengumpulan data primer menggunakan instrumen berupa kuesioner dengan jumlah responden sebanyak 30 orang yaitu seluruh petugas imunisasi Puskesmas. Setelah melalui pcngolahan data, kemudian dilakukan analisa data dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat (Chi-Square test). Dari hasil uji ternyata didapatkan 5 variabel independen yang mempunyai hubungan bermakna dengan pencapaian UCI, yaitu: motivasi, pengawasan, mitra kerja, imbalan, dan dana. Selain variabel yang rnempunyai hubungan bermakna secara statistik, terdapat beberapa variabel yang secara substansi cukup signifikan berhubungan dengan pencapaian UCI, yaitu kepemimpinan, sarana, supervisi, dan vaksin.
Disarankan perlunya kerjasama dari seluruh pihak yang terkait baik lintas program maupun lintas sektoral untuk meningkatkan pencapaian UCI, terutama pada upaya peningkatan motivasi bagi petugas imunisasi, pola kepemimpinan yang baik dari pimpinan Puskesmas, perencanaan yang baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah dalam usulan kegiatan dan anggaran pembangunan kesehatan, Serta perlunya perhatian yang lebih serius dari Pemerintah Daerah dan DPRD setempat pada era otonomi daerah dalam rangka pembangunan bidang kesehatan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Rosi Vela
"Indikator yang diukur untuk menilai kinerja pelaksanaan imunisasi di Indonesia berdasarkan Renstra Kemenkes RI adalah pencapaian imunisasi dasar lengkap (IDL) sedangkan indikator programnya adalah pencapaian universal child immunization (UCI). Pencapaian indikator IDL Kabupaten Kapuas pada tahun 2017 sebesar 62% di mana selisih ada selisih 26,4% dari target Renstra Kemenkes RI 2015-2019 sebesar 95%. Pencapaian indikator UCI desa/kelurahan Kabupaten Kapuas Tahun 2017 sebesar 32,2% dan ada selisih 62,8% dari target UCI berdasarkan RPJMN sebesar 95%.
Tesis ini bertujuan untuk membahas kinerja implementasi kebijakan terkait pencapaian indikator imunisasi dasar lengkap (IDL) dan Universal Child Immunization (UCI) tahun 2018 di Kabupaten Kapuas.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus yang dilaksanakan di 6 puskesmas yang berada di kabupaten Kapuas. Jumlah informan dalam penelitian ini ada 34 informan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi melalui telaah dokumen dan kemudian dilakukan analisis data kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang sudah berjalan dengan optimal adalah karakteristik badan pelaksana dan standar dan tujuan kebijakan, sedangkan yang belum berjalan dengan optimal adalah kinerja implementasi kebijakan, komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksana, sumber daya (SDM, anggaran, insentif, sarana dan prasarana), dukungan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik. Sehingga dapat disimpulkan kinerja implementasi kebijakan terkait pencapaian indikator imunisasi dasar lengkap (IDL) dan Universal Child Immunization (UCI) di Kabupaten Kapuas tahun 2018 kurang optimal sehingga diperlukan upaya perbaikan untuk meningkatkan pencapaian IDL dan UCI di tahun berikutnya.

Indicator that used to measure the performance of immunization in Indonesia based on the Strategic Planning of Health Minister of Republic Indonesia is Complete Basic Immunization (CBI) achievement and indicator that used to measure the immunization program is Universal Child Immunization (UCI) achievement. The indicator achievement of CBI of Kapuas Regency in 2017 was 62.0%. It had difference of 31% from the target of Strategic Planning of Health Minister of Republic Indonesia in 2015-2019 of 93%. The indicator achievement of UCI of Kapuas Regency in 2017 was 32.2% and it had difference of 62.8% from the target based on the Strategic Planning of 95%.
This manuscript aims to discuss the performance of policy implementation regarding indicator achievement of Complete Basic Immunization (CBI) and Universal Child Immunization (UCI) in 2018 at Kapuas Regency.
This research is a qualitative research with case study design at 6 Puskesmas in Kapuas Regency. Total informants in this research are 34 informants. The primary data collection is done by deep interview and observation through documents review and then analyze of qualitative data.
The result of this study indicate that have not run optimally are standard and policy objectives and characteristics of the implementing agency, while those that have not run optimally are performance of policy implementation, inter-organization communication and implementing activities, resources (human resources, budgets, incentives, facilities and infrastructures), support of social, economic, and politic environment. So, the conclusion is the performance of policy implementation regarding to indicators achievement of Complete Basic immunization (CBI) and Universal Child Immunization (UCI) at Kapuas Regency in 2018 have not run optimally so improvement efforts are needed through to improve the achievement of CBI and UCI of Kapuas Regency in next year.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvie Rizky Gusrianty
"ABSTRAK
Di Indonesia, saat ini mempunyai beban ganda dalam pembangunan di bidang kesehatandiantaranya adalah penyakit menular dan penyakit tidak menular. Sangat sulit untukmemberantas penyakit menular karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah.Imunisasi adalah salah satu tindakan yang dapat mencegah penyebaran penyakit ke wilayahlain dan terbukti sangat efektif dalam hal biaya, sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintahdalam bentuk Permenkes No.12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi. Penelitian inibertujuan untuk menggali lebih dalam tentang perencanaan program imunisasi berdasarkanpencapaian target Universal Child Immunization di Puskesmas Kabupaten Bandung denganmembandingkan antara Puskesmas UCI dengan Puskesmas non UCI dalam satu kecamatanyang sama. Metode penelitian yang dilakukan yaitu studi deskriptif dengan analisis kualitatifmelalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menyimpulkanbahwa komponen perencanaan yang mempengaruhi tercapainya target UCI pada PuskesmasUCI dan Puskesmas non UCI adalah perencanaan SDM jumlah pegawai, motivasi, dankepemimpinan dan lingkungan. Saran yang diajukan untuk Dinas Kesehatan yaitu menambahjumlah pegawai di Puskesmas non UCI agar tidak ada alasan lagi mengenai keluhan bebankerja dan dapat meningkatkan cakupan imunisasi dan tercapainya target UCI. Sedangkan saranbagi Puskesmas, khususnya Puskesmas non UCI dapat meningkatkan motivasi pegawai,meningkatkan sweeping dan mengatasi masalah lingkungan lainnya sehingga dapatmeningkatkan cakupan imunisasi dan mencapai target UCI di wilayah kerjanya.

ABSTRACT
In Indonesia, currently has a double burden in the health sector development such ascommunicable diseases and non communicable diseases. It is very difficult to eradicateinfectious diseases because their distribution does not recognize borders. Immunization is oneof the measures that can prevent the spread of the disease to other areas and is proven to bevery cost effective, as regulated by the government in the form of Regulation of HealthMinister number 12 of 2017 about immunization. This study aims to explore more deeply aboutImmunization program planning based on the achievement of Universal Child Immunizationtargets at Public Health Center in Bandung District by comparing the Public Health Center ofUCI and the Public Health Center of non UCI in the same sub district. The research method isdescriptive study with qualitative analysis through in depth interview, observation anddocument review. The results of the study concluded that the planning components that affectthe achievement of UCI target at UCI Public Health Center and Non UCI Public Health Centerare human resource planning number of employees, motivation, and leadership andenvironment. Suggestions submitted to Public Health Office are to increase the number ofemployees at the non UCI Public Health Center to avoid any excuses regarding workloadcomplaints and to increase immunization coverage and achievement of UCI targets. Whilesuggestions for Public Health Center, especially non UCI Public Health Center are to increaseemployee motivation, increase sweeping and overcome other environmental problems so as toincrease immunization coverage and achieve UCI target in its working area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Afriani
"Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi pada anak. Belum ada data yang jelas mengenai cakupan Imunisasi dasar di Puskesmas dan Posyandu Kecamatan Beji Kota Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar anak serta pengelolaan vaksin di Puskesmas dan Posyandu Kecamatan Beji Kota Depok.
Metode penelitian Cross-sectional dengan sampel sebesar 140 orang tua anak umur lebih 9 bulan, alat pengumpul data adalah kuesioner dan KMS, data dikumpulkan pada bulan Desember 2012-Mei 2013. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square dan analisis regresi logistic bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbesar orang tua adalah berumur <30 tahun, berpendidikan lanjutan, tidak bekerja, memiliki pengetahuan yang rendah mengenai imunisasi. Kelengkapan imunisasi dasar sebesar (82.9%), tidak lengkap terbesar pada imunisasi campak (15%). Faktor-faktor karakteristik orangtua yang diteliti menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna dengan kelengkapan imunisasi dasar anak. Pengelolaan vaksin di puskemas dan posyandu untuk penyimpanan setelah penggunaan vaksin di posyandu tidak dikembalikan ke Puskesmas, pencatatan dan pelaporan tidak dilakukan pada buku pencatatan sehingga besar kemungkinan tercecer atau hilang, penannggungjawab dan pengelola vaksin tidak dikerjanakan oleh Apoteker ataupun tenaga kefarmasian.

Immunization is an effective efforts to prevent vaccines preventable diseases. There is no clear data on the scope of the basic immunization in Beji public health care Depok. This study was to determine the related factors to the Complete of Basic Immunization on children and vaccine management at Beji public primary health care Depok.
Methods Cross-sectional study with a sample of 140 parents of children aged over 9 months, the data collection tool was a questionnaire and KMS, the data collected in December 2012-May 2013.
Data analysis was performed the largest percentage of respondents were aged <30 years, advanced education, it does not work, have a low knowledge about immunization. Completeness of basic immunization in chikdren (82.9%), incomplete biggest measles immunization (15%). With Chi-square test and logistic regression analysis of bivariate factors examined respondent characteristics there was no statisticacally significant correlation with the completeness of basic immunization in chikdren.Vaccine management for storage after use of vaccines in Posyandu not be returned to the Public Primary Health Care, recording and reporting is not done on the book of the records so that the possibility of scattered or lost, and the manager in charge of the vaccine was not done by a pharmacist or pharmacy personnel.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T36051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Ruth Taruli Stephani
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh orang tua tunggal atau orang tua berstatus tidak kawin terhadap cakupan penerimaan imunisasi anak di Indonesia dengan menggunakan data dari SUSENAS 2022 dan PODES 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik ordinal, yang melibatkan 71.861 anak usia 9-59 bulan di seluruh Indonesia. Faktor-faktor kontrol yang dianalisis meliputi umur anak, urutan lahir, umur kepala rumah tangga (KRT), jenis kelamin KRT, tingkat pendidikan KRT, status pekerjaan KRT, kepemilikan HP, akses internet, kepemilikan rekening tabungan, daerah tempat tinggal, dan kepadatan posyandu per anak di kota/kabupaten tempat tinggal. Hasil analisis menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua berpengaruh signifikan terhadap penerimaan imunisasi anak, di mana anak dari orang tua tunggal atau tidak kawin memiliki peluang 1,626867 kali lebih kecil untuk menerima imunisasi sebagian atau lengkap dibandingkan anak dari orang tua kawin. Selain itu, faktor-faktor seperti umur anak, urutan lahir, umur KRT, jenis kelamin KRT, kepemilikan HP, akses internet, kepemilikan rekening tabungan, daerah tempat tinggal, dan kepadatan posyandu juga berpengaruh signifikan terhadap penerimaan imunisasi. Penelitian ini menekankan pentingnya dukungan kebijakan dan intervensi yang tepat untuk meningkatkan cakupan imunisasi di kalangan anak-anak dari orang tua tunggal. Dukungan ini bisa berupa program imunisasi gratis, akses informasi kesehatan, serta dukungan sosial dan ekonomi bagi keluarga tunggal. Temuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan kebijakan kesehatan anak di Indonesia.

This study aims to analyze the impact of single parenthood on the immunization coverage of children in Indonesia using data from SUSENAS 2022 and PODES 2020. The method used in this study is ordinal logistic regression, involving 71,861 children aged 9-59 months in Indonesia. The control factors analyzed include the child's age, birth order, head of household (KRT) age, KRT gender, KRT education level, KRT employment status, phone ownership, internet access, bank account ownership, residence area, and Integrated Healthcare Center (Posyandu) density. The analysis results indicate that parental marital status significantly affects the immunization coverage of children, with children from single parents having 1,626867 times lower likelihood of receiving partial or complete immunization compared to children from married parents. Additionally, factors such as the child's age, birth order, KRT age, KRT gender, phone ownership, internet access, bank account ownership, residence area, and Integrated Healthcare Center (Posyandu) density also significantly influence immunization coverage. This study emphasizes the importance of policy support and appropriate interventions to improve immunization coverage among children of single parents. Such support could include free immunization programs, access to health information, as well as social and economic support for single-parent families. These findings are expected to contribute positively to the development of child health policies in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sondang, Mei
"Data Dinas Kesehatan Kab. Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa cakupan Imunisasi Hepatitis B 0 Tahun 2009 sebanyak 36 % dan di Puskesmas Gonting Mahe Kecamatan Sorkam hanya 7 %, tahun 2010 15,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara factor pemudah (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap), faktor pemungkin (frekuensi ANC, tempat persalinan, penolong persalinan, keberadaan bidan desa) dan faktor penguat (keterpaparan media informasi, dukungan suami, dukungan petugas kesehatan, dukungan tokoh masyarakat) dengan perilaku ibu dalam memberikan imunisasi Hepatitis B 0 (0-7 hari) pada bayi 8 hari-12 bulan. Desain yang digunakan adalah cross sectional, dengan wawancara dan menggunakan instrumen kuesioner yang telah diuji coba. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi berumur 8 hari sampai 12 bulan di Puskesmas Gonting Mahe yang berjumlah 130 orang. Sedangkan pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji chi square dengan 9=0,05).
Dari hasil penelitian didapatkan ibu yang memberikan imunisasi Hepatitis B 0 ada 12,3%. Faktor yang berhubungan secara signifikan dengan perilaku ibu adalah pengetahuan ibu (p=0,001), sikap ibu (p=0,000), tempat persalinan (p=0,001) dan dukungan tenaga kesehatan (p=0,025). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan perilaku ibu adalah umur, pekerjaan, pendidikan, frekuensi ANC, penolong persalinan, keterpaparan media informasi, dukungan suami, dukungan tokoh masyarakat. Dari hasil analisis ini disarankan untuk meningkatkan efektifitas program pemberian imunisasi hepatitis B 0 (0-7 hari) di wilayah kerja Puskesmas Gonting Mahe.

Health service data of central Tapanuli District, showed that Hepatitis B 0 Immunization in 2009 coverage as much as 36% and Public Health Center Gonting Mahe, Sorkam district only 7%, in 2010 as much as 15.4 %. This study aims to analyze the corelation between predisposing factors (age, education, occupation, knowledge, attitude), enabling factors (frequence of ANC, delivery place, birth attendants, the village midwife) and reinforcing factors (exposure information media, husband support, health workerst support, community leaders support) with the behaviour of mothers in providing the Hepatitis B 0 Immunization (0-7 days) in infant 8 days-12 months The design used was cross sectional, with interview and questionnaire instruments that have been tested. The population in this study were infants aged 8 days to 12 months in Public Health Center Gonting Mahe, amounting to 130 people while the selection of the sample in this study is the total population. Data analysis was done using univaraite and bivariate (chisquare test, 8=0,05).
From the results, mother who provide Hepatitis B 0 Imunization is 12.3%. Factors significantly associated with maternal behaviour is the knowledge of mothers (p=0.001), maternal attitude (p=0.000), delivery place (p=0.001) and health workers support (p=0.025). While the factors that are not associated with maternal behaviour are age, occupation, education, frequency of antenatal care (ANC), birth attendants, exposure to information media, husband suggested to increase the effectiveness of Hepatitis B 0 Immunization in Public Health Center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S299
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Octavia Sari
"Imunisasi adalah salah satu intervensi program yang dapat mencegah penyebaran penyakit dan terbukti sangat efektif. Salah satu indikator untuk menliai kinerja pelaksanaan program imunisasi adalah pencapaian Universal Child Immunization (UCI). Pada tahun 2021 Provinsi Lampung mengalami penurunan pencapaian imunisasi dasar lengkap yaitu sebesar 87,3%. Hal ini juga diikuti dengan penurunan cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Lampung sebesar 68,9%. Bila dilihat berdasarkan distribusi cakupan UCI Kabupaten/Kota, Kabupaten Lampung Tengah merupakan wilayah yang memiliki cakupan desa/kelurahan UCI terendah pada tahun 2021 yaitu 20,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang manajemen program imunisasi dalam upaya pencapaian desa/kelurahan UCI pada tahun 2019-2022. Metode penelitian yang dilakukan yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di 2 puskesmas dengan membandingkan antara Puskesmas dengan pencapaian desa/kelurahan UCI tertinggi dan Puskesmas dengan pencapaian desa/kelurahan UCI terendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada aspek struktur, layanan kesehatan imunisasi dasar dilakukan di kedua puskesmas sesuai dengan SOP. Tenaga kesehatan dalam program imunisasi dengan jumlah SDM kesehatan sudah mencukupi walaupun masih ada beberapa kendala. Ketersediaan produk medis, vaksin dan teknologi mengalami beberapa kendala. Pembiayaan operasional untuk program imunisasi berasal dari APBD dan pembiayaan BOK yang ada di kedua puskesmas tidak mengalami masalah, kepemimpinan pada kedua puskesmas tidak ada perbedaan. Aspek proses manajemen P1, P2 dan P3 pada kedua puskesmas mengalami kendala pada masa pandemi COVID-19. Layanan imunisasi di Puskesmas Wates terganggu yaitu ditutupnya semua posyandu sehingga capaian program imunisasi tidak mencapai target. Puskesmas Poncowarno memiliki inovasi dalam program imunisasi yaitu melakukan pelaksanaan imunisasi di balai desa untuk mencapai target program. Aspek hasil yaitu capaian program desa/kelurahan UCI pada Puskesmas Wates tahun 2019-2022 terjadi penurunan signifikan pada tahun 2021, dimana capaian program desa/kelurahan UCI yaitu sebesar 0%. Pada Puskesmas Poncowarno capaian program desa/kelurahan UCI tahun 2019-2022 berfluktuatif, tahun 2021 capaian program desa/kelurahan UCI sebesar 100% meningkat dari tahun sebelumnya.

Immunization is one of the program interventions that can prevent the spread of disease and has proven to be very effective. One of the indicators to assess the performance of the implementation of the immunization program is the achievement of Universal Child Immunization (UCI). In 2021, Lampung Province will experience a decrease in the achievement of complete basic immunization, which is 87.3%. This was also followed by a decrease in the coverage of UCI villages/kelurahan in Lampung Province by 68.9%. When viewed based on the distribution of district/city UCI coverage, Central Lampung Regency is the area that has the lowest UCI village/kelurahan coverage in 2021, namely 20.4%. This study aims to find out about the management of the immunization program in an effort to achieve UCI villages/wards in 2019-2022. The research method used is a qualitative and quantitative approach. This research was conducted in 2 puskesmas by comparing the puskesmas with the highest UCI village/kelurahan achievement and the puskesmas with the lowest UCI village/kelurahan achievement.
The results of this study indicate that in terms of structure, basic immunization health services are carried out in both puskesmas according to the SOP. Health workers in the immunization program with a sufficient number of health human resources although there are still some obstacles. The availability of medical products, vaccines and technology is experiencing several problems. Operational funding for the immunization program comes from the APBD and BOK financing in the two puskesmas does not experience problems, there is no difference in the leadership of the two puskesmas. Aspects of the P1, P2 and P3 management processes at the two puskesmas experienced problems during the COVID-19 pandemic. Immunization services at Puskesmas Wates were disrupted, namely the closure of all posyandu so that the results of the immunization program did not reach the target. Puskesmas Poncowarno has innovations in the immunization program, namely carrying out immunizations at the village hall to achieve program targets. The outcome aspect is that the achievement of the UCI village/kelurahan program at Puskesmas Wates in 2019-2022 will decrease significantly in 2021, where the achievement of the UCI village/kelurahan program is 0%. Puskesmas Poncowarno achievements of the UCI village/kelurahan program for 2019-2022 fluctuated, in 2021 the achievements of the UCI village/kelurahan program increased by 100% from the previous year.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofa Khasani
"Difteri termasuk penyebab utama kematian anak di Indonesia. Cakupan imunisasi difteri yang tinggi diperlukan dalam penurunan kematian anak. Penelitian cross sectional ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi difteri pada anak sekolah (DT) di dua provinsi. Sampel penelitian adalah seluruh anak umur 6-8 tahun yang menjadi sampel dalam Asesmen Cakupan Imunisasi Campak Dosis Kedua dan Imunisasi Anak Sekolah di Dua Provinsi di Indonesia Tahun 2017. Analisis multivariat digunakan untuk melihat hubungan faktor predisposing, enabling, need, reinforcing dengan imunisasi DT anak.
Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan imunisasi yaitu predisposing : sikap terhadap pelayanan POR=1,736 (95%CI 1,227-2,456) dan sikap terhadap isu imunisasi haram POR=1,61 (95%CI 1,075-2,411); need : persepsi perlunya imunisasi bayi balita POR=1,683 (95%CI 0,968-2,925) dan persepsi kebutuhan imunisasi anak sekolah POR=2,152 (95%CI 1,065- 4,384); serta reinforcing : dukungan sekolah POR=1,571 (95%CI 1,060-2,33).
Dalam penelitian ini faktor enabling belum mampu memprediksi pemberian imunisasi DT anak. Faktor yang paling berhubungan dengan imunisasi DT anak adalah persepsi kebutuhan imunisasi anak sekolah. Semua faktor yang berhubungan dengan outcome pada penelitian ini memiliki peran penting dalam imunisasi DT anak sekolah sehingga pemerintah diharapkan dapat meggalakkan sosialisasi adanya media KIE atau situs resmi tentang imunisasi pada anak sekolah yang dikelola oleh pemerintah.

Diphtheria was a major cause of child mortality in Indonesia. The high diphtheria immunization coverage was needed in reducing the child mortality. This cross sectional study aimed to identify factors associated with diphtheria immunization for school children (DT). Sample was all children aged 6-8 years in the Assessment of Second Dose Measles Immunization and Immunization for School Children in Two Provinces in Indonesia 2017. Multivariate analysis was used to examine the predisposing, enabling, need, reinforcing factors associated with the immunization.
The results showed that factors associated with the immunization were predisposing:attitudes toward immunization services POR=1,736(95%CI 1,227-2,456) and attitudes towards the issue that immunization is forbiden POR=1,61(95%CI 1,075-2,411); need:perception of the need of immunization for infants and under five children POR=1,683(95%CI 0,968- 2,925) and perceptions of the need of school children immunization POR=2,152(95%CI 1,065-4,384); reinforcing:school support POR=1,571(95%CI 1,060-2,33).
The enabling factor had not been able to predict the immunization status in this study. The dominant factor was the perception of the need of school children immunization. All related factors in this study had important role in school children immunization so the government was expected to promote the dissemination of communication, information and education media or official sites on school children immunization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lienda Wati
"Di Indonesia, sebagian besar penyebab kematian dikarenakan penyakit infeksi. Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan imunisasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kelengkapan imunisasi sangat dipengaruhi oleh pemeriksaan kehamilan ≥ 4 kali karena memiliki nilai Odds Ratio tertinggi yaitu 3,61 (95%CI : 1,92-6,78) setelah dikontrol variabel propinsi, kontak dengan media, tempat persalinan dan penolong persalinan. Untuk meningkatkan kelengkapan imunisasi, saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan dapat melakukan temu wicara. Temu wicara yang diberikan meliputi nasehat kehamilan, melahirkan ditolong tenaga kesehatan, pemberian ASI dan imunisasi.

In Indonesian, most of people dead because of infection diseases. Immunization is one of prevention infection disease. This research was conducted in west java and central java to know the completeness of immunization there. This research uses cross sectional design. This research shows that the completeness of immunization is highly affected by variable of ANC ≥ 4 since it has the highest odds ratio which is 3.61 (95%CI: 1.92-6.78) after controlled by several variable which are variable of province, contact with media, birth place and kind of person who helps the birth process. To increase the completeness of immunization, a professional health can give some counseling to pregnant woman who is taking ANC activity. This counseling can be an advice during pregnant phase, a suggestion to use professional health on give birth process, as well as exclusive breastfeeding and immunization."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sang Ayu Made Tjerita
"Pembangunan Kesehatan diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk memecahkan berbagai masalah khususnya masalah kesehatan di masa yang akan datang. Dalam rangka pencapaian ke arah tersebut berbagai upaya telah dilakukan mulai dari pencegahan sampai pada rehabilitasi. Salah satu bentuk upaya pencegahan yang dilakukan yaitu pelaksanaan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), karena pelaksanaan imunisasi rutin yang sudah dilaksanakan dirasakan belum memadai dan belum dapat mengeliminir penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi khususnya difteri dan tetanus toxoid. BIAS ini telah dilakukan oleh pemerintah di seluruh Indonesia sejak tahun 1998. Adapun tujuan BIAS adalah untuk memberikan dan meningkatkan kekebalan bagi seluruh siswa SD dan MI untuk melawan penyakit difteri dan tetanus toxoid. Dalam pelaksanaan BIAS ini tidak bisa berlangsung dengan lancar, hat ini tergambar dengan terjadinya beberapa kejadian yang diakibatkan pelaksanaan imunisasi (BIAS).
Kejadian ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) tertinggi dalam pelaksanaan BIAS tahun 1999 untuk Sawa Tengah terdapat di Kabupaten Grobogan yaitu sebanyak 34,4 %, sehingga perlu dilihat penyebabnya. Dari hasil penelitian diketahui salah satu penyebabnya adalah faktor kepatuhan petugas BIAS dalam menerapkan prosedur yang telah ditetapkan.
Penelitian tentang kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP, dilakukan secara cross-sectional dengan sampel sebanyak 102 orang petugas yang diambit secara acak sederhana (simple random sampling) dari 270 orang petugas yang berasal dari 30 Puskesmas yang tersebar di Kabupaten Grobogan.
Untuk mengetahui kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP, dilihat dari faktor internal dan eksternal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari faktor internal, terlihat variabel yang memiliki hubungan yang bermakna adalah pendidikan (p<0,05). Hubungan pendidikan dengan kepatuhan, terungkap bahwa petugas yang berpendidikan medis lebih patuh bila dibandingkan dengan petugas yang berpendidikan nonmedis. Selain itu faktor internal yang memiliki nilai p<0,25, menjadi kandidat model, hal tersebut terlihat pada variabel lama kerja, dimana lama kerja < 7 tahun lebih patuh (1,4 kali) bila dibandingkan dengan petugas yang memiliki masa kerja > 7 tahun. Demikian pula halnya dengan motivasi, petugas yang memiliki motivasi tinggi lebih patuh bila dibandingkan dengan petugas memiliki motivasi rendah. Selanjutnya untuk tingkat pengetahuan, petugas yang memiliki pengetahuan baik, lebih patuh (1,05 kali) bila dibandingkan dengan petugas yang memiliki pengetahuan rendah. Dalam pelaksanaan BIAS ini terlihat pula bahwa pelatihan petugas jarang dilakukan, pahal pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas.
Kemudian faktor eksternal yang memiliki hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan adalah jabatan petugas. Disini terlihat bahwa petugas yang memiliki jabatan paramedis lebih patuh (3 kali) bila dibandingkan dengan petugas yang memiliki jabatan non paramedis. Seperti halnya faktor internal, pada faktor eksternal terdapat juga variabel yang memiliki nilai p< 0,25 yaitu sumber daya yang menjadi kandidat dalam model.
Hasil menunjukkan bahwa dengan sumber daya yang cukup, petugas lebih patuh bila dibandingkan dengan sumber daya kurang. Selanjutnya dilihat dari kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP, kepatuhan yang terbaik terjadi pada penanganan vaksin sedangkan kepatuhan yang paling rendah terjadi pada proses sterilisasi.
Melihat hasil di atas, pada pelaksanaan BIAS yang akan datang perlu ditinjau kembali adanya alokasi biaya untuk pelatihan petugas imunisasi khususnya agar pengetahuan dan keterampilannya meningkat serta didukung dengan tenaga medis untuk menghindari terjadinya KIPI.
Daftar bacaan : 32 (1979 --- 1999)

Factor related with Officer Obedient on Immunization Program Operational Standard (BIAS Implementation in Grobogan District, Central Java) Year 1999The health development are directed to improve human resources quality capable to dissolve many kind of problems specially in coming years. To fulfill those direction, step are taken from prevention to rehabilitation. One of the anticipation is BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah; School Children Immunization Month, 5C1'N), because of the routine immunization program is not quite proper to eliminate disease specially difteri and tetanus toxoid. SCIM are implemented all over Indonesia by the Indonesian government since 1998. The goals of SCIM is to give and improve immunity on School children to fight against difteri and tetanus toxoid. In implementation of SCIM there are some point where it didn't work well specially in immunization procedure implementation.
The highest Kejadian Ikutan Pasca imunisasi (KIPI; Post Immunization Succeed Event, PISE) in 1999 SCIM implementation on Central Java is Grobogan for 34.4 %, therefore we have to find the problem. From research , we found out that one of the motive is SCIM officer Obedient factor on implementing the standard procedure.
The research on officer obedient in implementing SOP, are held with cross-sectional and samples of 102 officer randomly pick (simple random sampling) from 270 officer of 30 Puskesmas (Public Health Center) scattered in Grobogan.
To find out Officer Obedient in SOP implementation, are divided into internal and external factor. The research shows that the significant related variable is education (p<0,5). Relation between Education and Obedient is that officers with medical education background are more obedient than those who didn't have any medical education background.
Beside that internal factor which own value of p<0.25, become model candidate, it shows on work experience variable, where experience <7 years are more obedient (1.4 more) if compared to officer with experience more than 7 years. Also in motivation, where officer with higher motivation are more obedient than those with lower motivation. Officer with good comprehension, are more obedient (1.05 times) if compared to those with lower comprehension. In SCIM showed that officer training are seldom although training is very important to improve officer comprehension and skill.
External factor that related to Obedient is Officer ranking. Officer with paramedical rank are more obedient (3 times) compared to officer with non paramedical rank. Like internal factor, external factor also have variable with value of p
The result of these research shows that to implement SCIM we have to allocate some cost to train officer specially comprehension and skill improvement with medical officer support to avoid PISE.
List of Literature : 32 (1979 -1999)"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>