Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Astuti
"Rumah Kasih Mandiri 1 merupakan sebuah panti asuhan yang berdiri sejak tahun 1996 dan memusatkan pelayanan kepada anak jalanan, anak terlantar dari keluarga retak dan anak dari keluarga ekonomi lemah. Kelompok ini memiliki tingkat perilaku mempercayai yang rendah, ditandai dengan banyaknya perilaku prasangka kelompok anak terhadap para pendampingnya. Penyebab rendahnya kepercayaan rupanya disebabkan oleh rendahnya harga diri pada diri anak. Karena itu, peningkatan harga diri menjadi tujuan intervensi.
Pendekatan yang dipakai dalam intervensi sosial ini adalali Logical Framework Approach (LFA). Sedangkan untuk peningkatan harga diri, digunakan pendekatan humanis Carl Rogers yang menyarankan usaha memperkecil diskrepansi antara ideal self dan actual self. Selain itu, intervensi ini juga memandang subyek penelitian sebagai suatu kelompok yang sedang menjalani transisi yang membutuhkan informational support dalam mengalami proses transisi tersebut.
Program intervensi dirancang dalam 14 tahap kegiatan, mulai dari lobbying hingga evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan program berjalan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Tujuan kegiatan terpenuhi, ditandai dengan tercapainya indikator keberhasilan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Megawangi
Depok: Indonesia Heritage Foundation, 2011
370.114 RAT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Surastuti Hadiwinoto Nurdadi
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferona Rahmatya
"Kemiskinan sebagai masalah umum di antara negara-negara di dunia telah melahirkan fenomena anak jalanan. Anak jalanan adalah anak-anak yang selama 24 jam sehari menghabiskan waktunya di jalan, berusaha bertahan hidup dengan berbagai macam cara. Data BPS tahun 2000 menyatakan sekitar 31.000 anak jalanan tersebar di jalan-jalan Jakarta. Secara tidak sadar belajar berperilaku keras dalam usaha mempertahankan hidup. Mereka lupa akan kehangatan dan kasih sayang keluarga, dan tak jarang pula lupa akan jati diri.
Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya seorang biarawati mencoba mengumpulkan beberapa anak jalanan, memberikan rumah sebagai wadah anak-anak tersebut tumbuh kembang menjadi keluarga dan memberikan mereka pendidikan formal dan non formal dengan tujuan agar anak tersebut dapat merasakan kembali hal mereka yang telah hilang dan kelak menjadi mandiri.
Namun hal tersebut tidak mudah. Ratusan anak sudah keluar masuk dari rumah yang diberi nama rumah Kasih Mandiri. Hanya sedikit yang mampu beradaptasi.salah satu penyebab yang dirasakan adalah anak merasa tidak kohesif dengan keluarga barunya. Hal ini dipengaruhi sikap yang terbentuk di jalan yakni curiga dengan pihak baru, sulit berkomunikasi dengan bahasa positif, sulit bersikap saling menghargai dan sering berperilaku agresif untuk menyelesaikan masalah.
Oleh karena itu, dilakukan intervensi dengan tujuan menciptakan anak yang selaras dengan norma YKM dengan salah satu tujuan kegiatan adalah meningkatkan kohesivitas melalui hubungan interpersonal. Menurut FIRO kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh kompatibilitas kebutuhan pada masing-masing anggota kelompok, Ada 3 jenis kebutuhan yakni kebutuhan untuk inklusi, kebutuhan untuk afeksi dan kebutuhan untuk kontrol. Kebutuhan ini akan diwujudkan melalui perilaku yang menginginkan dan yang mengekspresikan. Kelompok dikatakan kompatibel bila masing-masing anggota mendapat kepuasan atas pemenuhan kebutuhannya tersebut. Kegiatan yang dilakukan berupa experiential learning di alam bebas dalam waktu 6 jam. Melibatkan 22 peserta dari YKM yang berusia 16-18 tahun. Kebutuhan dan perilaku diukur melalui kuesioner FIRO-B.
Berdasarkan hasil pretes dan postest diketahui bahwa dalam 6 jam waktu pelatihan ada peningkatan mean terhadap perilaku inklusi (yakni dari 10,45 menjadi 10,82) dan perilaku afeksi (yakni dari 8,64 menjadi 9,14). Ada penurunan mean terhadap perilaku to control (yakni dari 5,64 menjadi 5,59) dan mean yang tetap terhadap perilaku to be control (3,82). Penurunan mean terhadap perilaku to control dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan untuk mengkontrol pada hampir seluruh peserta 71%. Pada saat pelatihan mereka belajar untuk sating berbagi kontrol sehingga perilaku mengkontrol mereka berkurang. Sedangkan bila dibandingkan antar kelompok, ada 1 kelompok yang memiliki peningkatan pada keempat area kebutuhan dan 1 kelompok yang sama sekali tidak ada peningkatan pada keempat area kebutuhan.
Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hal yang mempengaruhi keberhasilan kelompok antara lain ada pembagian peran dalam kelompok yang baik, saling menerima dan mendukung, lalu membuka diri dan memiliki keinginan berkompetisi yang tinggi.

Poverty as major problems around countries in the world has establishing street child phenomena. Street child are children that spend 24 hours everyday in his/her life in the street, trying to make a living. Based on Central Statistic bureau, around 31,000 street children spread along Jakarta's main roads. Unconsciously, they were learning how to behave violence on way to survive. They can't remember about families warm, love and caring, and many of them, especially teenager having diffusion of their identity.
Lot of effort have been made, one of them are there is noun open her heart to gathered few street children, giving place to stay as home, so the children can growing up like other children. Giving them informal and formal education, for their right as a child and preparing them to become more independent.
It is not as simple as it thought. Hundred street children coming and go, but only few of them are able to adapt and living in this house. One of the reason are they are not feeling cohesive with their new family. This influence with the attitude built in the street, which is less trust with other people, lack of positive communications, hard to give respect to other and often give aggressive behavior to solve problems.
Due to that problem interventionist conducting intervention in order to reducing gap between children and YKM related with norms through interpersonal relation. According to FIRO, group cohesiveness influenced by compatibility of members need. There are 3 kind of need, need for inclusion, need for affection and need for control. These needs can be seen by members wanted and expressed behavior. Group compatible if each members satisfying by fulfilled their need.
Experiential learning in outdoor will be use as training method and participated by 22 children from YKM aged 16-18 years old and takes time around 6 hours training. FIRO- B questionnaire will be use to measure differences in need and behavior. Based on pretest and posttest result, there are increasing mean of inclusion behavior (pretest=10,45;posttest =10,82) and affection behavior (pretest=8,64; posttest=9,14). It is different with control. There is decrease mean in behavior to control (pretest-5,64; posttest-5,59) and no difference in mean of to be control behavior (3,82). Decreasing mean to control behavior happened influence by most of all participant have high need to control (71%), During training session they learn how to share control with other members.
Comparison among groups, I group has increased mean for all area and 1 group doesn't have any change in all area. Based on this training, group success influence by good role defined, respect and motivate each other, open self to other members, and having high competition need.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: AG Publisher, 2021
297.34 SAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Mira Tamala
"Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa internet. Saat ini internet sudah sangat dekat dan sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Dengan adanya internet tentunya memunculkan berbagai fenomena di dunia maya, salah satunya munculnya komunitas online yang terbentuk akibat interaksi di dunia maya. Interaksi yang terjadi di dunia maya ini berkaitan dengan pencarian dan pertukaran informasi, seperti yang dibahas dalam tulisan ini adalah pencarian dan pertukaran informasi mengenai review online produk kecantikan. Makalah ini berfokus pada proses membangun kepercayaan di antara anggota komunitas online berdasarkan ulasan online. Membangun kepercayaan ini dapat dilihat melalui pembentukan pengetahuan anggota dan penilaian reputasi dari informasi yang tersedia.

The development of information and communication technology has brought the internet. Currently the internet is very close and has become a part of human life. With the internet, of course, there are various phenomena in cyberspace, one of which is the emergence of online communities formed by interactions in cyberspace. The interactions that occur in this virtual world are related to the search and exchange of information, as discussed in this paper is the search and exchange of information regarding online reviews of beauty products. This paper focuses on the process of building trust among online community members based on online reviews. Building this trust can be seen through the formation of member knowledge and reputation assessment from available information."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Mira Mariah Melati
"Fesyen dan remaja hampir tidak dapat dipisahkan. Ketika penulis sedang berjalan-jalan di mal, sering terlihat remaja-remaja yang jalan atau duduk kelompok, dan umumnya mereka mengenakan pakaian yang sejenis. Sehingga timbul pertanyaan dibenak penulis, mengapa mereka berpakaian seperti itu? Apakah mereka menunjukkan perilaku konform? Kalau tidak mungkinkah mereka semua memiliki selera berpakaian yang sama? Apakah karena usia mereka yang masih remaja? Apakah ada hubungannya dengan perkembangan identitas dan diri mereka? Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini, untuk, melihat apakah ada hubungan antara harga diri dengan konformitas dalam hal fesyen pada remaja.
Untuk melihat hubungan tersebut, digunakan dua alat ukur berbentuk kuesioner, yaitu kuesioner harga diri yang merupakan adaptasi dari Self Esteem Inventory (SEI) dari Coopersmith (1967), dan kuesioner konformitas yang disusun sendiri oleh penulis untuk melihat tingkat konformitas remaja dalam hal fesyen. Sebelum digunakan, alat tersebut diujicobakan dahulu, dan diperoleh koefisien alpha sebesar 0,7655 untuk SEI dan 0,7719 untuk kuesioner konformitas. Untuk meningkatkan reliabilitas alat, beberapa item dieliminir. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling dengan teknik incidental sampling. Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 165 subyek yang berusia antara 16 sampai 20 tahun.
Dari hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan konformitas dalam hal fesyen pada remaja, sehingga Ho diterima. Disimpulkan juga bahwa remaja memang konformis, dalam hal ini, konformis salam hal fesyen, tanpa ada hubungan dengan tingkat harga dirinya.
Hasil ini bisa terjadi karena beberapa hal, seperti; kurang sempurnanya alat ukur yang tidak mencakup seluruh aspek-aspek konformitas, atau harga diri yang belum stabil dari subyek penelitian sehingga gambaran harga diri yang didapat kurang sempurna. Sebaiknya dilakukan beberapa perbaikan pada alat ukur jika hendak mengadakan penelitian lanjutan. Juga dapat dikaitkan dengan beberapa variabel lain yang mungkin mempunyai hubungan dengan konformitas dalam hal fesyen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fisher, James R.
Jakarta: Elex Media Komputindo, 1994
331.712 FIS m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Elteria
"Pola komunikasi antara orang tua dan remaja sangat penting bagi perkembangan harga diri remaja. Ada beberapa macam komunikasi yang dapat terbentuk dalam keluarga, yang dibahas dalam proses komunikasi keluarga tersebut ialah kornunikasi terbuka dan tertutup. Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola komunikasi dalam keluarga terhadap pembentukan harga diri remaja. Hipotesa penelitian berisikan tidak adanya hubungan antara pola komunikasi dalam keluarga terhadap pembentukan harga diri remaja. Desain penelitian menggunakan pendekatan korelasi dengan sampel sebanyak 67 orang di RW 03 Kelurahan Jati Jajar, Depok. Alat pengumpul data berupa kuesioner berisi pertanyaan sebanyak 20 buah.
Hasil penelitian dengan rnnggunakan uji Chi Square dan kofelasi Spearman menunjukkan ada hubungan antara kedua variabel penelitian, tetapi hubungan kedua hal tersebut lemah. Beberapa hal yang peneliti rekomendasikan adalah dilakukannya penelitian serupa dengan jumlah responden yang lebih besar dan pada beberapa tempat dan karakteristik yang berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5346
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Sri Haryanti
"Jumlah perokok pada remaja menunjukkan angka yang mernprihatinkan. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) World Health Organizations (WHO) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 31,3 anak-anak usia 13 sampai 15 tahun di Indonesia sudah merokok. Pada tahun 2007 dalam GYTS, jumlah perokok usia 13 sampai 18 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di SMK Mandiri Depok. Metode yang digunakan adalah deskriptif sederhana yang diambil secara quota sampling. Penelitian dilakukan di SMK Mandiri Depok.
Penelitian menggambarkan bahwa faktor yang paling berkontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja adalah faktor orang tua. Hal ini terlihat 76,5% responden menyatakan orang tua sangat berpengaruh terhadap perilaku merokok.

Number of smokers on adolescent have reached a concerning level. In 2006, Global Youth Tobacco Survey (GYTS) World Health Organizations (WHO) indicated that 37.3% of I3 to 15 years old children in indonesia had smoked. In 2007, GYTS indicated that young smoker in Indonesia had occupied first rank in Asia.
The purpose of this research is to lcnow about the factors that related to smoking behavior of students on SMI( Maudiri Depok with simple descriptive method. The respondent were taken by quota sampling.
The result of this research shows that the parents are the most influential factor in smoking behavior on adolescent. This can be seen from the percentages of students, which is 76.5%, were stated that parents have a really big influence to smoking behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5761
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>