Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95918 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yasminia
"Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi merupakan suatu perumahan yang menampung warga gusuran Kali Angke akibat dicanangkannya Program Kali Bersih oleh Pemda DKI Jakarta. Komunitas perumahan tersebut mempunyai tingkat kompetensi yang rendah. Dengan salah satu aspek rendahnya pengetahuan tentang creative problem solving process. Untuk membantu komunitas meningkatkan kompetensinya dilaksanakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai creative problem solving process. Target intervensi yang dituju adalah kalangan pemuda.
Landasan yang digunakan dalam intervensi sosial ini adalah Lima Elemen dari Social Action yaitu cause, change agency, change targets, channels, dan change strategy. Sedangkan untuk proses perubahan perilaku individual menggunakan Trans-theoretical Model of Behavior Change dari Prochaska et al. Serta digunakannya Social Cognitive dari Bandura sebagai landasan proses perubahan perilaku kelompok. Prinsip dari teori ini adalah reciprocal determinism bahwa komponen kognisi, tingkah laku, dan lingkungan saling mempengaruhi.
Program dirancang menjadi 13 langkah dimulai dan lobbying sampai dengan pemantauan berkala. Tulisan ini hanya menjabarkan langkah 1 sampai dengan kelima dilanjutkan dengan langkah ke sembilan sampai dengan tigabelas dengan fokus tulisan pada pelatihan peningkatan pengetahuan creative problem solving process.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan program berjalan sesuai rancangan yang telah dibuat. Tujuan kegiatan terpenuhi, ditandai dengan tercapainya indikator keberhasilan. Pelatihan ini mendapat tanggapan yang positif dari target intervensi.

Tzu Chi Housing Complex is provided for the people of Kali Angke who lost their houses when DKI Jakarta regional government implemented "Clean River Program". The community in Tzu Chi Housing Complex has a relatively low competency. This had led I to develop a program to deepen their knowledge in creative problem solving process in order to increase community competency. The intervention target of our program is the youth.
This social intervention is based on five elements of Social Action which are cause, change agency, change targets, channels, and change strategy. While individual changing behaviour is based on Prochaska et al Trans-theoretical Model of Behavior Change. Furthermore, group changing behaviour is based on Bandura's Social Cognitive. The main argument of this theory is reciprocal determinism which says that cognition, attitude and environment are interconnected.
This program was consisted of 13 phases, started from lobbying up to periodically monitoring. This thesis only describes step 1 up to step 5, followed by step 9 up to step 13, focusing on training of deepening knowledge in creative problem solving process.
The result of our evaluation showed that this program has run smoothly as was planned. It successfully accomplished its objective as shown by the accomplishment indicator. Furthermore, it received a positive respond from the intervention target.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rahmandani
"Perilaku kerja yang inovatif sangat penting bagi karyawan untuk dapat mendorong kinerja dan efektivitas organisasi. Salah satu variabel yang diduga mempengaruhi perilaku kerja inovatif adalah gaya pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara gaya pemecahan masalah dan perilaku kerja inovatif di antara karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan mengambil sampel PT X yang bergerak di bidang industri makanan dan sedang melakukan inovasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Perilaku Kerja Inovatif yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan kemudian diadaptasi oleh Etikariena dan Muluk (2014). Sedangkan pengukuran gaya pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan alat Measurement of Modes of Problem Solving yang dikembangkan oleh Jabri (1991). Analisis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik Korelasi Pearson pada 75 data partisipan yang terkumpul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya pemecahan masalah bisosiatif dengan perilaku kerja inovatif (r = 0,39; p <0,05). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara gaya pemecahan masalah asosiatif dengan perilaku kerja inovatif (r = 0.15; p> 0.05). Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong penelitian lebih lanjut pada topik yang sama.

Innovative work behavior is very important for employees to be able to drive organizational performance and effectiveness. One of the variables thought to influence innovative work behavior is problem solving style. This study aims to explore the relationship between problem-solving styles and innovative work behavior among employees. This research is a quantitative study by taking a sample of PT X which is engaged in the food industry and is making innovations. The measuring instrument used in this research is the Innovative Work Behavior Scale developed by Janssen (2000) and later adapted by Etikariena and Muluk (2014). Meanwhile, the measurement of problem solving style was carried out using the Measurement of Modes of Problem Solving tool developed by Jabri (1991). The analysis was performed using the Pearson Correlation statistical analysis technique on 75 collected participant data. The results showed that there was a relationship between bisosiative problem solving styles and innovative work behavior (r = 0.39; p <0.05). This study also shows that there is no relationship between associative problem solving styles with innovative work behavior (r = 0.15; p> 0.05). The results of this study are expected to encourage further research on the same topic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Taufiq Amir
Jakarta: Kencana Prenada Media , 2010
371.3 TAU i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Kiki Riezky
"Latar Belakang: Umpan balik membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran dan membantu staf pengajar menjamin pencapaian sasaran pembelajaran oleh mahasiswa. Berdasarkan penelitian, perbedaan persepsi mengenai umpan balik antara staf pengajar dan mahasiswa dapat menghambat proses pemberian dan penerimaan umpan balik. Sampai saat ini belum diketahui proses pemberian dan penerimaan umpan balik dalam diskusi Problem Based Learning (PBL) di Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama, sehingga perlu dilakukan eksplorasi mengenai gambaran keseluruhan pemberian dan penerimaan umpan balik pada tutor dan mahasiswa tahap pre-klinik. Pemberian umpan balik konstruktif dapat memotivasi mahasiswa, memperbaiki kinerja dan mempersiapkan diri untuk masuk ke tahap klinik.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Pengambilan data menggunakan focus group discussion (FGD) pada tutor dan mahasiswa pra klinik serta observasi kegiatan diskusi PBL dengan menggunakan daftar tilik.
Hasil: Berdasarkan analisis data kualitatif ditemukan tiga faktor yang mempengaruhi pemberian umpan balik oleh tutor, yaitu; 1) Tutor kurang memahami materi pembelajaran, 2) Sikap tutor yang tidak peduli terhadap diskusi, 3) Tidak memiliki waktu untuk memberikan umpan balik. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya umpan balik oleh mahasiswa yaitu; 1) Sikap tutor (ramah, arogan dan tidak peduli) selama diskusi PBL, 2) Karakter mahasiswa (dapat menerima dan tidak dapat menerima umpan balik negatif) , 3) Reaksi afektif, 4) Self assessment, 5) Kepercayaan mahasiswa terhadap staf pengajar kurang dan 6) Umpan balik tidak spesifik.
Kesimpulan : Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemberian umpan balik harus mendapat perhatian khusus dari tutor agar umpan balik yang diberikan dapat ditanggapi oleh mahasiswa. Tutor dan mahasiswa sepakat bahwa umpan balik konstruktif dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

Background: Feedback should help student to achieve learning objectives and teacher to ensure achievement of learning objectives by student. Based on the research, the different perceptions about feedback between teachers and students can obstruct the process of delivering and receiving the feedback process. Hitherto, the process of delivering and receiving feedback in Problem Based Learning discussion at the Medical School of University of Abulyatama is not known yet. Thus, an exploration of the overall picture of delivering and receiving feedback to the tutors and the students of preclinical stage is necessary. The delivery of constructive feedback should be able to motivate students in improving their performance and prepare them to enter the Clinical Stage.
Method : This study used qualitative research methods with phenomenology study. Data was retrieved trough focus group discussion (FGD) on tutors and students and observation of PBL discussions using a checklist.
Result: Based on the qualitative data analysis it is found that three influential factors for the delivery of feedback are 1) Incomprehension of tutors upon the learning material, 2) Lack of attention on discussion, 3) Lack of time to deliver the feedback. Whereas, factors that influenced whether or not feedback was received by the students are 1) Attitude of tutors (friendly, arrogant and careless) during discussion, 2) Students’ characteristic (can or cannot receive negative feedback), 3) Affective reaction, 4) Self-assessment, 5) Lack of trust on the tutors, and 6) General feedback.
Conclusion : Factors that influence the delivery of feedback should gain special attention from the tutors, so that students can receive the feedback given. Tutors and students agree that constructive feedback can improve students’ learning motivation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yulis Hamidy
"Latar belakang: Pembelajaran Berdasarkan Masalah atau Problem-based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan yang efektif dalam student-centered learning. Melalui metode PBL, mahasiswa diharapkan lebih Siap untuk belajar mandiri. Fakultas Kedokteran Universitas Riau (FK Unri) Pekanbaru telah melaksanakan metode PBL sejak tahun 2004. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode PBL terhadap kesiapan belajar mandiri pada rnahasiswa FK Unri.
Mctode: Penelitian dilakukan secara cross sectional dengan menggunakan kuesioner terhadap mahasiswa FK Unri yang belum maupun yang sudah mengikuti metode PBL. dan dilaksanakan pada bulan Juli 2007. Subjek penelitian diambil Secara acak dari kedua jenis populasi yang terdiri dari 40 orang mahasiswa yang belum mengikuti metode PBL. dan 40 orang mahasiswa yang sudah mengikuti metode PBL. Kesiapan belajar mandiri mahasiswa dinilai dengan menggunakan skala Fisher. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan regresi Cox.
Hasil: Dari 80 kuesioner yang dianalisis. sebagian besar subjek adalah perempuan (62,5%), berasal dari SMA dalam kota (80,0%), mempunyai waktu belajar yang cukup (58,8%), mempunyai sumber belajar yang mcmadai (86.3%) dan linggal di tcmpat kos (60,0%). Subjek yang mempunyai kesiapan belajar mandiri sebanyak 6l,3%. Subjek yang sudah mengikuti metode PBL mempunyai kesiapan belajar mandiri 1.96 kali Iebih siap jika dibandingkan dengan subjek yang belum mengikuti metode PBL (risiko relatif suaian 1,96; 95% interval kepercayaan = L30 ~ 2,94; P = 0.00l).
Kesimpulan: Kesiapan belajar mandiri pada mahasiswa Fl( Unri dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode PBL.

Background: Problem-based Learning (PBL) is an effective approach to promote student-centered learning. Students were thought to be more prepared in conducting self-directed learning by implementation of PBL Faculty of Medicine University of Riau has implemented PBL since 2004. The aim of this study is to identify the influence of PBL on self-directed learning readiness (SDLR) among students in Faculty of' Medicine University of Riau.
Methods: The research was a cross sectional study using self report questionnaires obtained from both PBL students and non-PBL students. conducted in July 2007. Fourty students from each group were randomly selected. The SDLR was assessed using Fisher scale. Data analysis was carried out using Cox regression.
Result: The response rate of the questionnaire was l00%. The result revealed the characteristics of participants which are female (62.5%), originated from city high school (80.0%), had adequate study time (S8.8%), had adequate learning resources (86.3%) and stayed in student dormitory (60.0%). Among 61 3% of' the participants showed readiness in conducting se|t`-directed learning. The PBL students had the readiness more likely two times higher than the non-PBL students (adjusted relative risk 1.96: 95% confidence interval = 1.30 - 194; P = 0.00l).
Conclusion: Self-directed learning readiness among students in Faculty of Medicine University of Riau can be increased by PBL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T32880
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wee, Heng Neo
Singapore: Pearson Prentice Hall, 2004
371.39 WEE j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tan, Oon-Seng
Singapore: Thomson Learning, 2003
370 TAN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Robertson, S. Ian
East Sussex: Psychology Press, 2001
153.43 ROB p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nadler, Gerald
California Prima Publishing 1998.,
658.403 Nad b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Widyatmiko Adhi Pradhana
"ABSTRAK
Peristiwa putus cinta dapat memunculkan perasaan kehilangan dan grief, menurunkan self esteem, menimbulkan distress, memunculkan perilaku maladaptif, gangguan fisik, hingga gejala depresi seperti misalnya melakukan usaha-usaha melukai diri sendiri. Hal tersebut dapat terjadi ketika seseorang mempunyai coping yang maladaptif dalam menghadapi situasi yang menimbulkan stres. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah terapi untuk mengatasinya. Problem Solving Therapy (PST) merupakan sebuah intervensi kognitif perilaku (CBT) yang berfokus pada melatih sikap dan kemampuan pemecahan masalah yang adaptif. Tujuan terapi ini adalah membantu individu untuk dapat melakukan coping dengan lebih efektif pada situasi atau masalah yang dapat menimbulkan stres dan menurunkan tingkat stres. Penelitian ini menggunakan desain jenis one-group pre-test and post-test design. Pada desain penelitian ini, akan dilakukan pengukuran kepada setiap individu dalam kumpulan partisipan sebelum dan sesudah mengikuti intervensi yang diberikan, dengan menggunakan Beck Depression Inventory (BDI) dan Problem Solving Test. Partisipan yang didapat berjumlah 2 orang wanita berusia 23 dan 27 tahun. Intervensi PST dilakukan sebanyak 4 sesi. Problem Solving Therapy efektif dalam memunculkan coping yang adaptif pada kondisi putus cinta. sehingga pada akhirnya menurunkan tingkat stres pada dewasa muda paska putus cinta.

ABSTRACT
Breakup can cause grief, distress, lowered self esteem, maladaptive behavior, physical disturbance and depression such self-destructive behavior. When there is no adaptive capability to solve breakups, it can worst its effect. Therefore, it will need to be solved immediately. Problem Solving Therapy (PST) is one of Cogntive Behavior Therapy that focused on training the individual to have adaptive problem solving skill. PST can train the coping skill and minimize the level of stress. This research uses one group pre-and-post test design non-experimental. This research also use Beck Depression Inventory and Problem Solving Test as an instrument to measure the therapeutic effect before and after the intervention. There are two female participants had joined this research. They are 23 and 27 years old. The intervention held in 4 sessions. In conclusion, PST is effective to improve adaptive coping style and reduce stress for female young adulthood on breakup."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>