Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117930 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Rahayu Hijrah Hati
"Materialisme sebagai salah satu sisi gelap dari perilaku konsumen (Hirschman, 1991 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2020) telah banyak diteliti oleh para ahli baik di negara-negara barat (misal Richins, 1994) maupun di negara-negara timur (misal Keng, Jung, Jiuan & Wirtz, 2002). Tingginya perhatian para ahli terhadap materialisme adalah karena materialisme dinilai telah banyak menimbulkan berbagai konsekuensi negatif terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) individu seperti: menurunnya tingkat kepuasan hidup (Richins & Dawson, 1992 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), menurunnya tingkat kebahagiaan (Belk,1985 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), Berta meningkatnya tingkat depresi (Kasser & Ryan, 1993 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002). Berbagai konsekuensi negatif tersebut tentunya tidak berkesesuaian dengan tujuan awal dari individu dalam mengejar materi yakni sebagai cara untuk menunjukkan keberbasilan mereka dalam hidup, mencari kebahagiaan dan meraih apa yang disebut sebagai "good life".
Meskipun demikian, hubungan negatif antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being) ternyata harus kita cermati secara seksama. Hal ini disebabkan karena beberapa penelitian yang ada telah menunjukkan bukti bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut sangatlah kompleks dan bersifat misterius (enigmatic). Adapun beberapa variabel yang dianggap dapat mempengaruhi hubungan antar kedua variabel tersebut adalah: kualitas pendidikan (misal Campbell 1981; Diener, 1994; dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), orientasi keagamaan (LaBarbera & Gurhan, 1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), latar belakang keluarga (Burroughs & Rindfleisch,1997 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), sumber daya ekonomi (Cohen & Cohen,1996 dalam Burroughs & Rindfleisch, 2002), dan kehadiran konflik nilai (Burroughs & Rindfleisch, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Christopher dan Schlenker (2004), menunjukkan bahwa ada salah satu variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being), yakni seljpresentaironal concerns. Adapun self-presentational concerns mengacu pada rasa takut atas penilaian negatif dari pihak lain (fear of negatif evaluation) dan orientasi terhadap identitas sosial (social identity) yang tinggi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh materialisme terhadap komponen afeksi dan kesejahteraan psikologis, yakni: afeksi positif dan afeksi negatif temyata akan menurun jika self-presentational concerns dikontrol secara statistik.
Berbagai hasil penelitian diatas pada akhirnya mendorong peneliti untuk melakukan studi mengenai pengaruh materialisme terhadap kesejahteraan psikologis (well-being) dengan memperhitungkan aspek self-presentational concerns di Indonesia. Hal ini perlu untuk dilakukan mengingat hasil penelitian terbaru di Indonesia (Palupi, 2005) menunjukkan bahwa tingkat orientasi konsumen Indonesia tergolong cukup tinggi yakni sekitar 54,1 %.
PeneIitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel sebanyak 400 responden berusia 17 hingga 72 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui dua metode yakni secara konvensional dan online.
Sebelum analisis terhadap tujuan utama penelitian dilakukan, peneliti melakukan kajian psikometrik terhadap alat ukur materialisme yang selama ini digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian tersebut mendukung temuan Richins (2004) yang menyatakan bahwa short form Material Value Scale 9 item yang dikembangkan Richins memiliki kemampuan yang setara dengn long-form Material Value Scale yang terdiri 18 atau 15 item. Dengan menggunakan alat ukur tersebut dan beberapa alat ukur lainnya, diperoleh bukti bahwa self-presentational concerns merupakan variabel yang mempengaruhi hubungan antara materialisme dan kesejahteraan psikologis (well-being). Dengan kata lain, keinginan untuk memberikan impresi yang baik pada orang lain, mendorong banyak individu untuk mengejar materi yang dipandang sebagai lambang kesuksesan, inti kehidupan, dan sumber kebahagiaan mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Patricia Roulina
"Kesejahteraan psikologis (PWB) dapat membantu remaja mengatasi stres dan kesulitan. Penelitian ini melihat apakah komponen iklim sekolah (SC) serta jenis kelamin dapat memprediksi PWB remaja di pedesaan Indonesia. Studi epidemiologi dilakukan terhadap 1.023 siswa SMP di Banyuwangi dengan pendekatan berbasis sekolah. Analisis multiple linear regression menunjukkan bahwa siswa laki-laki yang menilai hubungan antar siswa di sekolah baik, harapan sekolah terhadap siswa jelas, peraturan di sekolah adil, dan tingkat perundungan di sekolah rendah memiliki tingkat PWB yang lebih tinggi (F(5,1017) = 48,069, p < ,001, R2 = 0,191). Penelitian ini menunjukkan pentingnya fokus pada komponen SC tertentu serta memberi dukungan yang berfokus pada perbedaan gender untuk meningkatkan PWB siswa SMP di Banyuwangi.

Psychological Well-Being (PWB) is beneficial for adolescents during times of stress and difficulties. This study examines whether components of School Climate (SC) and gender can predict the PWB of rural Indonesian adolescents. An epidemiological study was conducted on 1.023 junior high school students in Banyuwangi. Multiple linear regression analysis showed that male students who perceive positive relationships among students at school, clear school expectations toward students, fair school regulations, and low levels of bullying at school have higher levels of PWB (F(5,1017) = 48,069, p < ,001, R2 = 0,191). This study shows the importance of focusing on specific components of SC as well as providing support that focuses on gender differences to improve the PWB of middle school students in Banyuwangi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Hardi
"COVID-19 berdampak sangat signifikan pada kehidupan banyak orang dan mungkin memiliki efek buruk pada kesehatan mental. Kesejahteraan psikologis perawat menjadi perhatian utama di masa COVID-19. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dan strategi koping dengan kesejahteraan psikologis perawat. Desain penelitian ini cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 147 perawat. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan sosial MSPSS (Multidimentional Scale of Perceived Social Support), strategi koping Ways of Coping dan kesejahteraan psikologis RSPWB (Ryff’s Scale of Psychological Well-Being). Analisis univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan 49,7% kesejahteraan psikologis rendah dan 50,3% tinggi; 83,7% tingkat dukungan sosial yang tinggi dan 97,3% strategi problem focused coping. Tidak terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis (p 0,110), namun perawat yang mempersepsikan dukungan sosial tinggi mempunyai peluang memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi 2 kali dibandingkan perawat yang mempersepsikan dukungan sosial sedang setelah dikontrol variabel jenis kelamin (OR 2,354). Tidak ada hubungan strategi koping dengan kesejahteraan psikologis perawat (p 0,366). Perawat dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dengan cara pengembangan profesional berkelanjutan tenaga keperawatan seperti melanjutkan pendidikan keperawatan ke jenjang yang lebih tinggi dan pelatihan berorientasi kognitif-perilaku serta mengikuti program berbasis kesadaran.

COVID-19 has had a very significant impact on the lives of many people and may have adverse effects on mental health. Nurses' psychological well-being is a major concern during COVID-19. The purpose of the study was to identify the relationship between social support and coping strategies with nurses' psychological well-being. This research design is cross-sectional. Sampling used a total sampling technique with a total of 147 nurses. Data collection used the MSPSS (Multidimentional Scale of Perceived Social Support) social support questionnaire, Ways of Coping coping strategies and RSPWB (Ryff's Scale of Psychological Well-Being) psychological well-being. Univariate analysis, bivariate using chi square test and multivariate analysis using multiple logistic regression test. The results showed 49.7% low psychological well-being and 50.3% high; 83.7% high level of social support and 97.3% problem focused coping strategy. There was no relationship between social support and psychological well-being (p 0.110), but nurses who perceived high social support had 2 times the chance of having high psychological well-being compared to nurses who perceived moderate social support after controlling for gender variables (OR 2.354). There was no relationship between coping strategies and nurses' psychological well-being (p 0.366). Nurses can improve psychological well-being by means of continuous professional development of nursing personnel such as continuing nursing education to a higher level and cognitive-behavioral oriented training and participating in mindfulness-based programs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Safira
"Mahasiswa yang berada di tahap emerging adulthood kerap kali menghadapi tantangan-tantangan perkuliahan dan kehidupan yang dapat berdampak buruk terhadap Kesejahteraan Psikologis. Berdasarkan tinjauan literatur, ditemukan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar psikologis (PKDP) dan penggunaan internet bermasalah (PIB) berperan dalam Kesejahteraan Psikologis pada mahasiswa. Belum terdapat penelitian yang meneliti dinamika hubungan PKDP, PIB, dan Kesejahteraan Psikologis pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran PKDP dan PIB dalam memprediksi Kesejahteraan Psikologis serta hubungan PKDP dan PIB pada mahasiswa. Penelitian ini melibatkan 243 partisipan mahasiswa (Mage=21,2, Nperempuan=179) . Pengukuran variabel menggunakan alat ukur Ryff Psychological Well Being Scale (RPWBS), Basic Psychological Need Satisfaction Scale (BPNSS), dan Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PIB dapat memediasi hubungan antara PKDP dan Kesejahteraan Psikologis secara parsial (β = 9,1906, 95% CI [7,8382, 10,5430]). Temuan dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan dalam menyusun intervensi meningkatkan Kesejahteraan Psikologis pada mahasiswa di tahap emerging adulthood =melalui PIB.

Students who are in the emerging adulthood stage often face challenges in college and life that could have a negative impact on psychological well-being (PWB). Based on a literature review, it was found that basic psychological need satisfaction (BPNS) and problematic internet use (PIU) played a role in PWB for university students. Previous research in Indonesia have not investigated the dynamic BPNS, PIU, and PWB in university students yet. This research aimed to look at the role of PIU in mediating the relationship between BPNS and PWB. This research involved 243 student participants (Mage=21,2, Nwoman=179)) and live in Indonesia. Variable measurements used the Ryff Psychological Well Being Scale (RPWBS), Basic Psychological Need Satisfaction Scale (BPNSS), and Generalized Problematic Internet Use Scale 2 (GPIUS 2). The research results show that PIU partially mediated the relationship between BPNS and PWB (β = 9,1906, 95% CI [7,8382, 10,5430]). The findings from the research can be used as a consideration when arranging intervention to increase university students PWB in the emerging adulthood stage through PIB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denada Rahmadhani
"Kesejahteraan psikologis dan dukungan sosial merupakan elemen penting dalam mendukung produktivitas dan kualitas pelayanan perawat di berbagai fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis perawat. Cross sectional dan cluster random sampling digunakan sebagai metode dengan 173 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan kuesioner Ryff’s Scale of Psychological well-being (RSPWB). Uji chi square digunakan untuk mengidentifikasi hubungan dua variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial perawat yaitu 1.2% rendah, 1,2% sedang dan 97,7% tinggi; kesejahteraan psikologis perawat yaitu 37% sedang dan 63% tinggi. Tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis perawat (p 0,886). Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis perawat.

Psychological well-being and social support are important elements in supporting the productivity and quality of nursing services in various health facilities. The purpose of this research was to identify the relationship between social support and psychological well-being of nurses. Cross-sectional and cluster random sampling were used as methods with 173 respondents. Data collection used the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) questionnaire and the Ryff’s Scale of Psychological well-being (RSPWB) questionnaire. The chi- square test was used to identify the relationship between the two variables. The results showed that social support of nurses was 1.2% low, 1.2% moderate and 97.7% high; psychological well-being of nurses was 37% moderate and 63% high. There was no relationship between social support and psychological well-being of nurses (p 0.886). The results of this study can be a reference for further research on social support and psychological well-being of nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denada Rahmadhani
"Kesejahteraan psikologis dan dukungan sosial merupakan elemen penting dalam mendukung produktivitas dan kualitas pelayanan perawat di berbagai fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis perawat. Cross sectional dan cluster random sampling digunakan sebagai metode dengan 173 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan kuesioner Ryff’s Scale of Psychological well-being (RSPWB). Uji chi square digunakan untuk mengidentifikasi hubungan dua variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial perawat yaitu 1.2% rendah, 1,2% sedang dan 97,7% tinggi; kesejahteraan psikologis perawat yaitu 37% sedang dan 63% tinggi. Tidak ada hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis perawat (p 0,886). Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis perawat.

Psychological well-being and social support are important elements in supporting the productivity and quality of nursing services in various health facilities. The purpose of this research was to identify the relationship between social support and psychological well-being of nurses. Cross-sectional and cluster random sampling were used as methods with 173 respondents. Data collection used the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) questionnaire and the Ryff’s Scale of Psychological well-being (RSPWB) questionnaire. The chi- square test was used to identify the relationship between the two variables. The results showed that social support of nurses was 1.2% low, 1.2% moderate and 97.7% high; psychological well-being of nurses was 37% moderate and 63% high. There was no relationship between social support and psychological well-being of nurses (p 0.886). The results of this study can be a reference for further research on social support and psychological well-being of nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Stevanus Senjaya Halim
"Skripsi ini membahas mengenai kehidupan transgender di Jakarta. Para transgender mengalami pengalaman yang berbeda pada dari masyarakat pada umumnya karena adanya stigma dan diskriminasi pada kelompok mereka. Penellitian ini ingin melihat komitmen religius para transgender yang hidup di Jakarta, dimana konteks agama sangat erat dalam kehidupan sehari-hari, evaluasi mereka dalam menghadapi kehidupan (subjective well-being) serta pembukaan diri (coming out) para transgender. Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang transgender yang berlokasi di daerah Jakarta, dimana rentang usia sampel dari 16-60 tahun.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode gaabungan kualitatif dan kuantitatif agar dapat melihat kehidupan para transgender. Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara ketiga variabel. Penelitian ini menunjukkan bahwa subjective well-being para transgender berhubungan dengan coming out dan tidak berhubungan dengan komitmen religius mereka.

The study discussed about the life of transgender community in Jakarta. The community faced different experiences from the general society, where they faced stigmas and discriminations in their everyday living. The purpose of the study is to see the religious commitment, subjective well-being, and coming out on transgender community. Samples of this research are 60 transgender who live in Jakarta with age range around 16-60 years old.
In this study, we used mix methods of qualitative and quantitative to overview the life of the transgender community. Hypothesis of the research is that there is a significant correlation between the three variables. The study suggest that subjective well being is significantly correlated to coming out, "while none have correlation with religious commitment".
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Gunawan
"Stres merupakan salah satu reaksi psikologis yang menyertai mahasiswa selama pandemic COVID-19. Tingkat stres dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mahasiswa. Terdapat penelitian-penelitian sebelumnya yang menemukan hubungan antara regulasi emosi dengan stres maupun kesejahteraan psikologis, dimana tingkat stress yang tinggi akan menurunkan kesejahteraan psikologis dan regulasi emosi mampu mengurangi stress serta menjaga kesejahteraan psikologis individu. Strategi regulasi emosi expressive suppression dan cognitive reappraisal diartikan sebagai cara individu dalam mempengaruhi, merasakan, serta mengekspresikan emosi yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek strategi regulasi emosi expressive suppression dan cognitive reappraisal sebagai moderator antara stres dan kesejahteraan psikologis. Sebanyak 119 mahasiswa baru Universitas Indonesia 2020 terlibat dalam penelitian ini. Stres diukur menggunakan Perceived Stres Scale-10 for COVID-19 (PSS-10-C); strategi regulasi emosi diukur menggunakan Emotion Regulation Questionnaire (ERQ); dan kesejahteraan psikologis diukur menggunakan Ryff’s Scales of Psychological Well-being (RPWB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) stres dapat menjadi prediktor kesejahteraan psikologis secara signifikan; (2) strategi regulasi emosi expressive suppression signifikan dalam memperkuat hubungan negatif antara stres dan kesejahteraan psikologis; (3) strategi regulasi emosi cognitive reappraisal signifikan dalam memperlemah hubungan negatif antara stres dan kesejahteraan psikologis.

Stress is one of psychological reactions that has been experienced by college students during the COVID-19 pandemic. The level of stress can be affecting their psychological well-being. Previous studies show there is a significant relationship between emotional regulation and stress, also psychological well-being. A high level of stress will be declining psychological well-being. On the other hand, emotional regulation has proven to be reducing stress level as well as maintaining the condition of psychological well-being. Emotional regulation strategies are defined as the way individuals influence, feel, and express their emotions. The strategies divided into two which are cognitive reappraisal and expressive suppression. This study aims to examine the effects of expressive suppression and cognitive reappraisal regulatory strategies as a moderator between stres and psychological well-being. A total of 119 first-year students of Universitas Indonesia in 2020 were involved in this research. Stres was measured using the Perceived Stress Scale-10 for COVID-19 (PSS-10-C); Emotion regulation strategies were measured using the Emotion Regulation Questionnaire (ERQ); and psychological well-being was measured using Ryff's Scales of Psychological Well-being (RPWB). The results showed that (1) stress can be a significant predictor of psychological well-being; (2) expressive suppression as an emotional regulatory strategy is significant in strengthening the negative relationship between stress and psychological well-being; (3) on the other side, cognitive reappraisal strategy is significant in weakening the negative relationship between stress and psychological well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alisha Fitrianti Nur
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara psychological well-being dan harapan pada ibu dari anak dengan gangguan autisme. Responden penelitian ini merupakan 44 ibu dari anak dengan gangguan autisme. Dengan melakukan pengukuran menggunakan Ryff’s Scales of Psychological Well-Being dan The Adult Trait Hope Scale, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological well-being dan harapan pada ibu dari anak dengan gangguan autisme (r = .633; n = 44; p < 0,01, one-tailed).Artinya, semakin tinggi psychological well-being ibu, maka semakin tinggi pula harapan ibu terhadap masa depan anaknya yang mengalami gangguan autisme. Terdapat empat dari enam dimensi psychological well-being yang berkorelasi positif dan signifikan dengan harapan, yaitu self-acceptance, positive relation with others, autonomy, dan environmental mastery. Sedangkan kedua komponen harapan, agency dan pathways,berkorelasi positif dan signifikan dengan psychological well-being. Agar mendapat penjelasan yang lebih komprehensif mengenai psychological wellbeing dan harapan pada ibu dari anak dengan gangguan autisme, perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan pendekatan kualitatif.

The focus of the study is to examine the relationship between psychological well-being and hope among mothers of children with autism. The respondents of this study were 44 Indonesian mothers of children with autism. Measured by Ryff‘s Scales of Psychological Well-Being and The Adult Trait Hope Scale, this study obtain a significant, positive relationship between psychological well-being and hope(r = .633; n = 44; p < 0,01, one-tailed). It indicates that the higher mothers‘ psychological well-being, the higher their hope to their child‘s future, and vice versa. Next, there are four out of six dimension of psychological wellbeing that have significant, positive relationship to hope, they are selfacceptance, positive relation with others, autonomy, and environmental mastery. On the other hand, both components of hope, agency and pathways, also have significant, positive relationship to psychological well-being. In order to obtain a more comprehensive explanation of the psychological well-being and hope in mothers of children with autism, further research needs to be done using a qualitative approach."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>