Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susi Safrina Irawati
"Knowledge management merupakan hal baru dari sebuah model bisnis di mana ruang lingkup knowledge terfokus pada organisasi. Ini berakar pada berbagai disiplin ilmu. Termasuk bisnis, ekonomi, psikologi, dan manajemen informasi. Pada saat ini knowledge management merupakan sesuatu yang bermanfaat dalam persaingan antar perusahaan (Awad & Ghaziri, 2004). Knowledge management mengandung unsur manusia, teknologi dan proses yang masing-masing saling berhubungan (Awad & Ghaziri, 2004).
Why should organizations manage knowledge? Knowledge tidak seluruhnya disimpan dalam sistem, tapi ada juga yang tersimpan dalam kognisi manusia. Banyak organisasi menginvestasikan dananya dengan merekrut orang-orang yang memiliki knowledge, baik dalam bentuk kuantitas maupun kedalaman guna meningkatkan investasi dengan pelatihan. Ini merupakan cara organisasi untuk memelihara knowledge dan information yang mereka miliki. Artinya knowledge dan manusia tak mungkin saling melepaskan diri. Ini merupakan masalah bagi organisasi bila tidak mengatur knowledge secara efektif (Hansen & von Oetinger, 2001).
Keuntungan knowledge management bagi organisasi atau perusahaan yang belum berbasis knowledge management, dapat dimulai dengan meninjau kesiapan organisasi itu sendiri yang disebut knowledge management readiness (Tiwana, 2000). Hal ini dapat dimulai dengan tiga pertanyaan yaitu (1) Apakah organisasi atau perusahaan mengerti fungsi dari lingkungan kerjanya?, (2) Apakah mengumpulkan informasi dari luar organisasi atau perusahaan?, (3) Apakah ada kesadaran dalam internal organisasi atau perusahaan terhadap kompetitor? (Tiwana, 2000).
Berawal dari adanya keluhan seorang pegawai di PT. XX Indonesia yang berkantor di Bekasi, maka penulis melakukan wawancara untuk mengetahui lebih jauh tentang hal yang dianggap sebagai masalah. Melalui pembicaraan awal, penulis menyimpulkan bahwa knowledge management readiness sebagai langkah awal untuk membantu tata cara pengelolaan di PT. XX Indonesia.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang sejauh mana kesiapan PT. XX Indonesia agar dapat menerapkan knowledge management, dan bagaimana penulis dapat memberikan rekomendasi demi kemajuan perusahaan. Berdasarkan analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa PT. XX Indonesia berada di tahap ke-2 (knowledge-aware) yang memiliki karakteristik (I) awareness of KM need, (2) some KM process, (3) technology process, dan (4) sharing information an issue.
Penulis merekomendasikan agar PT. XX Indonesia dapat mencapai tahap ke-3 (knowledge-enabled) yang memiliki karakteristik (1) benefits of KM clear, (2) standards adopted, (3) issues relating to culture and technology.
Dalam kesempatan ini penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini akan lebih baik bila wawancara dilakukan lebih dari satu kali, agar informasi yang dibutuhkan dapat lebih mendalam dan terfokus.
Hasil penulisan ini memberi gambaran sejauhmana kesiapan PT. XX Indonesia untuk menerapkan knowledge management dan cara pengelolaan perusahaan dalam melakukan perubahan. Hal ini seharusnya merupakan tanggung jawab bersama bagi seluruh pegawai di PT. XX Indonesia.

Knowledge management (KM) is a newly emerging, interdisciplinary business model that has knowledge within framework of an organization as its focus. It is rooted in many disciplines, including business, economics, psychology, and information management. It is the ultimate competitive advantage for today's firm. Knowledge management involves people, technology, and processes in overlapping parts (Awad & Ghaziri, 2004, page 2).
Why should organizations manage knowledge? Knowledge is not all held in data capture systems; much of it is held within people. Many organizations invest in their knowledge assets by recruiting knowledgeable people in the first instance, and then enhancing this investment by training them. The challenge for organizations is how to retain the knowledge and information they have invested in. This means that knowledge and people are inextricably linked, posing problems for organizations that do not manage knowledge effectively (Hansen & von Oetinger, 2001, page 3).
A number of facilitating are required for any knowledge management effort to succeed. You will notice that most successful adopters share many of these underlying facilitators that indicate their readiness for knowledge management. Three simple questions can help you determine if such a scanning imperative exists in your own company (1) does your company truly understand the environment in which it functions? (2) Does it gather information about practices and conditions outside the organization? (3) Is there awareness about how your company's internal operations compare with those of your competitors? (Tiwana, 2000, page 92-93).
Begin with grumble of an employee in XX Indonesia, Inc. who works in Bekasi, then the writer conduct an interview, to know what is considered as a problem. Pass through the initial talk, writer conclude that knowledge management readiness be the first step to know the condition in XX Indonesia, Inc.
The aim of this paper is to get a clear picture about the readiness of XX Indonesia, Inc. to apply knowledge management and how the writer can recommend for the sake of company. Based on the analysis it conclude that XX Indonesia, Inc. be the 21 stage with characteristics (1) awareness of KM need (2) some KM process (3) technology process (4) sharing information an issue (Evans, 2003, page 21).
Writer recommended that XX Indonesia, Inc can achieve the stage (knowledge-enabled) which have characteristics as follow (1) benefits of KM clear (2) standard adopted (3) issues relating to culture and technology (Evans, 2003, page 21).
In this occasion the writer realize that this paper could be better if the interview is conducted more than one time, in order to gain more focus and deeper information.
The result gives the description about the readiness of XX Indonesia, Inc. to apply knowledge management and how they manage to change as a responsibility of all of employee of XX Indonesia, Inc.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Kurniawan
"BRI mempunyai Service Level Agreement SLA success rate pada aplikasi layanan e-banking sebesar 99,9 . Namun pada tahun 2015, persentase pencapaian SLA success rate layanan e-banking BRI hanya mencapai 98 dari 99,9. Kualitas aplikasi e-banking menjadi perhatian khusus karena tingginya error rate aplikasi sepanjang tahun 2015. Kualitas aplikasi e-banking dipengaruhi oleh banyaknya kesalahan logika saat pengembangan aplikasi. Kesalahan logika aplikasi e-banking dikarenakan minimnya pengetahuan alur aplikasi perbankan yang ada pada Programmer. Selama ini, pengetahuan alur aplikasi perbankan secara keseluruhan hanya diketahui oleh System Analyst dalam bentuk Tacit Knowledge. Kondisi permasalahan ini membutuhkan adanya aktifitas manajemen pengetahuan dalam pengembangan aplikasi e-banking di BRI. Namun tidak semua organisasi dapat berhasil dapat menerapkan manajemen pengetahuan. Oleh karena itu, BRI perlu mengidentifikasi tingkat kesiapan penerapan manajemen pengetahuan di bagian pengembangan aplikasi e-banking terlebih dahulu sebelum menerapkan manajemen pengetahuan di organisasinya.Penulis memetakan 6 Knowledge Management Critical Success Factor KMCSF terhadap Knowledge Management Infrastructure untuk mendapatkan instrumen penilaian yang lebih detil dan handal. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan metode pengumpulan data menggunakan media kuesioner. Hasil olah data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mendapatkan informasi tingkat kesiapan penerapan manajemen pengetahuan organisasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa BRI mendapatkan nilai 65,48 sehingga telah siap untuk menerapkan manajemen pengetahuan di proses pengembangan aplikasi e-banking.

BRI has a Service Level Agreement SLA success rate in the e banking service application of 99.9 . However, by 2015, the percentage of achievement of SLA success rate of BRI e banking services reaches only 98 from 99.9 . The quality of e banking applications is the particular concern due to the high application error rate throughout 2015. The quality of e banking applications is influenced by the many logical errors during application development. The logical errors of application is due to the lack of knowledge of the existing banking application flow in the programmer. So far, the knowledge of the whole banking application flow is only known by the System Analyst in the form of Tacit Knowledge. The condition of this problem requires knowledge management activities in the development of e banking applications in BRI. But not all organizations can successfully implement knowledge management. Therefore, BRI needs to identify the level of readiness of the application of knowledge management in the e banking application development section first before applying knowledge management in the organization.The author mapped 6 Knowledge Management Critical Success Factors KMCSF to Knowledge Management Infrastructure to obtain more detailed and reliable assessment instruments. This research is quantitative and data collection method using questionnaire media. The results of the data were analyzed using descriptive statistical analysis to obtain information on the readiness level of organizational knowledge management implementation.The result shows that BRI gets 65.48 once it is ready to implement knowledge management in the e banking application development process."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Radytya Dharma Priwanto
"PT XYZ merupakan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan salah satu dari 3 perusahaan yang menyelenggarakan perdagangan efek di pasar modal Indonesia. Selain sebagai penyelenggara perdagangan efek, PT XYZ juga memiliki visi dan misi untuk memajukan pasar modal Indonesia. Pengukuran indeks kepuasan pengguna jasa merupakan salah satu cara untuk mewujudkan visi dan misi tersebut. Knowledge Management (KM) merupakan hal penting bagi PT XYZ dan merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pemenuhan target indeks kepuasan pengguna jasa. Oleh karena itu PT XYZ perlu untuk segera melakukan formalisasi KM.
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kesiapan PT XYZ sebelum mengimplementasikan KM dan menyusun strategi untuk meningkatkan kesiapan implementasi tersebut. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), KM Enabler, Infrastruktur KM dan Aspek KM. KMCSF dipetakan dengan KM Enabler dan Infrastruktur KM untuk mendapatkan KMCSF yang sesuai dengan PT XYZ. Kemudian hasil pemetaan tersebut dipetakan kembali ke dalam aspek KM sehingga KMCSF dikelompokkan ke dalam 3 aspek yaitu aspek abstract, soft, dan hard.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu tingkat kesiapan implementasi KM berada pada tingkat Receptive. Strategi peningkatan kesiapan implementasi dibentuk dengan membandingkan kondisi perusahaan saat ini dengan harapan di masa depan terhadap KM.

PT XYZ is a Depository and Settlement Institution and one of 3 companies that hold securities trading in the Indonesian capital market. Aside from being the organizer of the securities trading, PT XYZ also has its own vision and mission in advancing Indonesian capital market. The measurement of customer satisfaction index is one of many ways in realizing corporate vision and. Knowledge Management (KM) is a crucial factor that PT XYZ has and could help in achieving target of customer satisfaction index. Hence XYZ needs to formalize its KM implementation.
This research will be conducted to measure the level of readiness of PT XYZ before implementing KM and develop strategies to improve its readiness level. The measurement will be conducted by using Knowledge Management Critical Success Factor (KMCSF), KM Enabler, KM Infrastructure, and KM Aspects. KMCSF will be mapped together with KM Enabler and KM Infrastructure in order to create KMCSF that are suitable for PT XYZ. The mapping result will then be mapped again into KM Aspects so that the KMCSF will now be grouped into 3 aspects: abstract, soft, and hard.
Results obtained from this research is that the level of readiness of KM implementation of PT XYZ measured at the Receptive level. The strategies to improve readiness level are develop by conducting gap analysis between company current condition and future condition with the implementation of KM.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Paulus
"Tugas Akhir ini berisi uraian rekomendasi peningkatan kinerja berbasis knowledge di PT RPK. Dengan tujuan agar perusahaan dapat meningkatkan kondisi umum menjadi perusahaan baik-menjadi-hebat berdasarkan klasifikasi hasil riset Jim Collins (Collins, 2004). Rekomendasi ini diberikan sehubungan dengan harapan manajemen yang menginginkan adanya transformasi menjadi perusahaan baik-menjadi-hebat. Keinginan ini didasarkan pada kesadaran bahwa "jika perusahaan puas dengan kondisi good maka tidak akan terjadi peningkatan."
Berdasarkan hasil penelitian terhadap data Kesepakatan Karya dan Penilaian Karyawan (Periode 01 Januari 2004 sld 31 Desember 2004) ditemukan bahwa sebagian besar pencapaian target karyawan -manager, kepala bagian, kepala klub, kepala pengawai gedung, kepala komplek dan staf- ada di bawah standar yang ditetapkan. Hanya kepala seksi yang mencapai target melampaui standar. Rendahnya pencapaian target dapat terjadi karena berbagai kemungkinan seperti: budaya organisasi tidak mendukung tuntutan bisnis, karyawan kurang termotivasi, karyawau tidak memiliki kompetensi atau gaya kepemimpinan tidak menunjang jalannya proses bisnis.
Berdasarkan data gaya kepemimpinan, iklim organisasi dan penilaian karya dapat disimpulkan bahwa rendahnya pencapaian target bersumber pada problem menyeluruh. Dalam arti menyangkut level organisasi, group dan individu. Oleh karena itu, penanganannya juga harus bersifat menyeluruh menyangkut ketiga level di atas sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Untuk perbaikan yang bersifat menyeluruh ada beberapa kemungkinan pelaksanaan: Mendahulukan peningkatan kompetensi, mendahulukan pembenahan unit kerja, mendahulukan kelengkapan sarana dan prasarana atau kombinasi dari ketiga hal di atas. Analisa untung rugi tiap opini menghasilkan kesimpulan bahwa yang harus dipilih adalah kombinasi dari beThagai kemungkinan sehingga baik level organisasi, grup dan individu tertangani.Rincian langkah-langkah implementasi terurai dalam modul intervesi menyangkut:
a) Level organisasi terurai dalam modul: vision re-visited; sosialisasi; business sense; kebijakan, sistem dan prosedur SDM.
b) Level grup terurai dalam modul: tim kerja; komunikasi; advanced management skill; keterampilan supervise; keterampilan kepemimpinan; performance management; coaching, mentoring, counseling; dan appraisal interview.
c) Level individu terurai dalam modul: pengembangan pribadi; peran dan fungsi karyawan; self motivation; change readiness; time management; keterampilan prestasi; emitional intelegence; salesmendship mindset; service quality improvement; keterampilan teknis berkaitan dengan pekerjaan; manajernen konflik dan creative problem solving.
Total biaya pelaksanan diperkirakan Rp. 433.400.000,- (rincian pada bab Ifr)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addy Wahyu Fitriadi
"Pada tahun 2011, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan kegiatan statistik dengan melakukan Reformasi Birokrasi (RB). Salah satu program yang ingin dicapai dalam RB adalah mengembangkan manajemen pengetahuan (knowledge management/KM). Tidak semua organisasi yang mengimplementasikan KM akan berhasil. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran tingkat kesiapan organisasi (KM readiness) sebelum melakukan implementasi KM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan BPS RI sebelum mengimplementasikan KM dan memberikan rekomendasi berupa strategi perbaikan jika terdapat faktor yang belum siap. Kerangka kerja kesiapan KM BPS RI dibangun berdasarkan KM enabler, infrastruktur KM, serta KMCSF yang dikelompokkan ke dalam aspek abstract, soft, dan hard. Penelitian ini merupakan survey research di mana objek penelitiannya adalah pegawai BPS RI. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Stratified single stage cluster sampling digunakan sebagai metode penarikan sampelnya dengan jumlah responden sebesar 268 responden. Data hasil pengolahan diolah menggunakan analisis deskriptif. Dari hasil analisis, BPS RI mempunyai nilai kesiapan sebesar 70,91% (tingkat 3/ready). Nilai tersebut menunjukan bahwa BPS telah siap untuk mengimplementasikan manajemen pengetahuan.

In 2011, BPS - Statistics Indonesia perform a fundamental changes to the implementation system of statistical activities by doing bureaucratic reform (RB). One of the RB program is to develop a knowledge management (KM). Not all organizations that implement KM will succeed. Therefore, it is necessary to measure the degree of organization’s KM readiness prior to the implementation of KM. This study aims to find out BPS RI readiness before implementing KM and provide recommendations in the form of improvement strategy if there are factors that are not ready. BPS RI’s KM readiness framework is built based on KM enablers, KM infrastructure, as well as KMCSF then grouped into KM aspects (abstract, soft, and hard). This study is a survey research in which the object of research is the BPS RI employees. The instrument used in this study was a questionnaire. Stratified single stage cluster sampling is used as a sampling method with the number of respondents is 268 respondents. Data processing results processed using descriptive analysis. From the analysis, BPS RI KM readiness value is 70.91% (level three/ready). These values indicate that BPS RI is ready to implement knowledge management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fauziana
"ABSTRAK
Pembahan dunia secara global dan radikal dan juga pesatnya era knowledge
economy (Drucker, 1990) mau tidak mau menyebabkan semua organisasi baik
profit maupun non-profit harus memiliki kemampuan beradaptasi yang ringgi
tcrhadap perubahan ilu sendiri. Pfizer Inc. sebagai salah satu perusahaan farmasi
multi nasional terbesar di dunia juga mcnyadari kcbutuhan akan adanya
kemampuan beradaptasi ini.
Dicanangkan oleh CEO baru, Jeffrey B. Kindler, Pfizer torus bcrbcnah diri sejak
pertengahan tahun 2006. Namun, transfonnasi bagi Pfizer bukanlah sekedar
efisiensi dalam hal pengurangan biaya semata. Transformasi bagi Pfizer, lebih ke
arah menjadikan Pfizer perusahaan yang lebih balk, mampu berkarya dan
berkontribusi terhadap perubahan dunia, menuju dunia yang lebih sehat dan lebih
baik sesuai motto Pfizer terbaru, " Working for a healthier World'""".
Di PT. Pfizer Indonesia, divisi Finance juga tcrus melakukan pernbenahan diri.
Antara lain dengan mengadakan Finance Survey 2006. Smvey tersebut bertujuan
uniuk melihat sejuah mana karyawan memandang kinerja departemen dan
divisinya, memahami ekspelctasi karyawan terhadap hubungan antara atasan,
bawahzm dan rekan sekerja, serta ekspektasi karyawan terhadap program
pengembangan diri dan harapan terhadapjenjang karir di masa datang. Dari hasil
survey yang ada, penulis menganalisisnya untuk menggagas beberapa altcrnatif
solusi dan rckomendasi bagi kemajuan Finance di masa mendatang.
Dari beberapa teori mengenai human capital yang dikaitkan dengan knowledge
management, change management, culture management, learning organization
dan leadership agility, penulis merangkum istilah baru mengenai agile knowledge
worker, yang hingga saat ini penuiis belum mendapatkan referensi mengenai
istilah agile knowledge worker. Sehingga konsep mengenai agile knowledge
worker penulis harapkan menjadi wacana baru bagi pengembangan human capital
dan knowledge management.
Penulis juga menggagas beberapa altematif intervensi, solusi serta implementasi
untuk mewujudkan human capital readiness dan agile knowledge worker di divisi
Finance, antara Iain: menciptakan kriteria dan karakteristik Agile Knowledge
Worker di divisi Finance; mendesain C0re-C0mpel?NCy dan core-curriculum yang
sesuai; mendesain dan menggalakan knowledge sharing session di Divisi Finance
sebagai implementasi dari knowledge managernenl yang mendukung lerciplanya
sustained learning organization; scrta mengantisipasi dampak psikologis yang
timbul dari adanya perubahan tersebut.
Kata kunci: Transformasi, Human Capital, Knowledge Management, Agile
Knowledge Worker
Strategi pengembanganu., Eva Fauziana, FPsi UI, 2007.

ABSTRACT
Radical and global changes in the world and also the fast development of
knowledge economy era (Drucker, 1990) affected and force all profit and non-
profit organizations to be radically adaptive to the changes. Pfizer Inc, as one of
the biggest pharmaceutical corporation in the world, also aware of the needs to be
adaptive on the radical change. Led by new CEO, Mr. Jeffrey B. Kindler, Pfizer
keeps on enhancing and improving himself by conducting Pfizer transfonnation
since early 2006. For Pfizer People, transformation is not a short cut process of
reduction costs and restueturization, but transformation are mainly focused to
develop healthier and better enviroment in the world as stated in Pfizer new moto:
" Working for a healthier War-1d?*".
ln Finance division PT. Pfizer Indonesia, the improvement and enhancement
process are led by conducting Finance Survey in February 2006. The survey
becomes the basic evaluation and the key indicator as Finance performance. The
objectives of this survey were to analyze how Finance colleagues see their
division?s performance; to understand colleagues? expectations on the superiors-
subordinates relationships and general organization as a whole; to understand
employees expectations on the individual development especially on the job
enlargement, job enhancement, Ieaming development programs which support
career path development and also to analyze Finance improvement in business
partnering enhancement.
From some theories on human capital compiled with other theories, references
and understanding on knowledge management, change management, culture
management lvaming organization and agility leadership, I summarize the new
concept on agile knowledge worker. I haven?t found any references related to
agile knowledge worker. I strongly support that the limitation of this new concept
can be the new thoughts and ideas of the human capital and knowledge
management development and implementation.
I also suggest some interventions, solutions, recommendation and its
implementation to create human capital readiness, especially in Finance Division
PT. Pfizer Indonesia. I also recommend on how to build agile knowledge worker?s
ciiterias and characteristics by designing Finance core competencies and core
curriculum; triggering knowledge sharing sessions as one ofthe knowledge
management implementation which support and enhance sustained learning
organization culture in Pfizer Indonesia. I also recommend some solutions how to
solve the psychological impacts might appear after these interventions applied.
Key words: Transfomtation, Human Capital, Knowledge Management, Agile
Knowledge Worker.

"
2007
T34108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Hudayanti
"Penelitian ini mencoba untuk membahas analisis variabel-variabel Knowledge Management (KM) di PT Rekayasa Industri (Rekind). Variabel-variabel KM yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sepuluh variabel yang dikemukakan oleh Paul R. Gamble & John Blackwell. Sepuluh variabel tersebut adalah tingkat kesadaran & komitmen, strategi, budaya, fokus eksternal, insentif, teknologi informasi, pemeliharaan & perlindungan, assessment, organisasi, dan penggunaan & penerapan pengetahuan.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menggambarkan hubungan antara variabel-variabel KM dan menganalisa variabel-variabel KM yang paling berpengaruh terhadap implementasi knowledge management di Rekind. Dalam menggambarkan hubungan antara variabel-variabel KM digunakan analisis korelasi dengan bantuan software SPSS v.21, sedangkan untuk menganalisa variabel-variabel KM yang paling berpengaruh digunakan model dan teknik analisa Partial Least Square (PLS) dengan bantuan aplikasi SmartPLS.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa variabel Knowledge Management yang paling berpengaruh terhadap penerapan pengelolaan pengetahuan di Rekind adalah variabel strategi, variabel penggunaan dan penerapan pengetahuan, dan variabel insentif.

This research is trying to analyze the Knowledge Management (KM) variables at PT Rekayasa Industri (Rekind). KM variables used in this research were ten variables which were proposed by Paul R. Gamble & John Blackwell. These ten variables were awareness & commitment, strategy, culture, external focus, incentives, information technology, maintenance & protection, ongoing assessment, organization, and using & applying knowledge.
Objectives of this research are describing interrelation between KM variables and anlyzing the most influencing KM variables to knowledge management application at Rekind. In describing interrelation between KM variables, it used correlation anlysis in SPSS v.21, while anlyzing the most influencing KM variables is using Partial Least Square (PLS) model and technique.
Result of this research were the most influencing Knowledge Management variables are strategy, using and applying knowledge, and incentive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abrar Hedar
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi BATAN saat ini adalah kesenjangan pengetahuan antar generasi yang disebabkan oleh kebijakan zero growth. Knowledge management merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengelola pengetahuan. Banyak implementasi knowledge management mengalami kegagalan karena kurang siapnya organisasi dalam menerapkan knowledge management. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran tingkat kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan knowledge management.
Penelitian ini mengukur tingkat kesiapan BATAN dalam menerapkan knowledge management. Analisis dilakukan berdasarkan faktor-faktor pada penelitian sebelumnya, kemudian dilakukan pembobotan dengan metode Analytical Hierarchical Process (AHP). Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesiapan penerapan knowledge management di BATAN telah mencapai level 4 (receptive) yang artinya BATAN telah siap untuk mengimplementasikan KM.

ABSTRACT
The problems facing the military today is the knowledge gap between generations due to zero growth policy. Knowledge management is an attempt to improve the organization's ability to manage knowledge. Many knowledge management implementations fail due to lack of readiness of the organization in applying knowledge management. Therefore, the required measurement of organizational readiness for implementing knowledge management.
This study measured the level of preparedness BATAN in implementing knowledge management. The analysis was performed based on the factors in previous studies, then weighted by Analytical Hierarchical Process (AHP). Data was collected by questionnaire method. The analysis showed that the degree of readiness of the application of knowledge management in BATAN has reached level 4 (receptive) which means BATAN ready to implement KM.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rimico Adyaksyah,author
"Departemen TI Bank x merupakan organisasi yang memiliki tanggung jawab terkait perencanaan dan pengembangan strategi sistem dan teknologi informasi. Dengan tanggung jawab yang dimiliki, Departemen TI dituntut untuk menyediakan layanan teknologi informasi yang berisifat zero incident. Oleh karena itu, setiap pengetahuan dan pengalaman dari setiap staf sangatlah penting sehingga diperlukan suatu Knowledge Management System (KMS) yang dapat mengelola pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki setiap staf Departemen TI. Meskipun demikian, tidak semua organisasi yang mengadopsi knowledge management mengalami keberhasilan dalam implementasi atau penggunaannya. Jika suatu organisasi atau instansi belum siap, maka penerapan knowledge management ini tidak akan memiliki dampak yang signifikan. Untuk itu perlu dilakukan analisa terhadap kesiapan dari organisasi untuk menerapkan knowledge management.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat kesiapan implementasi Knowledge Management System pada Departement TI Bank x. Framework asesment didasari dari pemetaaan KMCSF pada penelitian terdahulu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan KM pada Departemen TI Bank x dan memberikan rekomendasi dalam perbaikan proses knowledge sharing yang ada. Hasil dari penelitian ini menempatkan Departemen TI Bank x pada Level 2 (Preliminary), dengan perolehan score sebesar 48,70%. Perolehan tersebut menunjukkan bahwa Departement TI Bank x baru mengenal media Knowledge Management.

IT departments Bank x is an organization which has responsibilities related to development, planning and strategy of information technology. With the responsibilities, the IT department is required to provide zero incident information technology services. Therefore, every knowledge and experience of each staff is very important so we need a Knowledge Management System (KMS) to manage the knowledge and experience of every IT department staff. However, not all organizations success when implementation knowledge management. If an organization or institution is not ready, then the application of knowledge management will not have a significant impact. It is necessary for analysis of the readiness of the organization to implement knowledge management.
This study aimed to obtain the readiness of Knowledge Management System implementation in the IT Department Bank x. Asesment Framework is based on the mapping KMCSF on previous research, so it can be used to measure the readiness on IT departments and provide recommendations for improvement of existing knowledge sharing process. The results of this study put the IT Department at Level 2 (Preliminary), with the acquisition of a score of 48.70%. The acquisition shows that the IT Department Bank x new to Knowledge Management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Debora S.
"ABSTRAK
KM readiness dapat membantu organisasi dalam menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh dalam kesuksesan implementasi KM sehingga dapat mencapai
obyektif organisasi. Saat ini, pengelolaan informasi dan knowledge pada Telkom
Akses belum cukup baik. Hal tersebut dikarenakan banyak data yang belum
terintegrasi, aktivitas berbagi informasi hanya sebatas transaksional dan seringkali
terjadi perbedaan intepretasi antar karyawan atas informasi yang disampaikan.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis penilaian tingkat kesiapan suatu
organisasi dalam implementasi KM berdasarkan 17 subfaktor dengan
menggunakan metode Fuzzy Analytics Network Process (FANP) yang dibangun
untuk menghitung global weight setiap faktor dan subfaktor berdasarkan skala
Saaty yang ditransformasi menjadi triangular fuzzy number (TFN). Perhitungan
tingkat kesiapan menggunakan skala variabel linguistik. Hasil penelitian
memperlihatkan hubungan antar faktor dan subfaktor serta tingkat kesiapan
Telkom Akses berada pada level medium dengan skor kesiapan tertinggi berada
pada organizational readiness (skor 61.1).

ABSTRACT
KM readiness can assist organizations to analyze the factors which influence the
success of KM implementation so as to achieve the objective of the organization.
However, information and knowledge management in Telkom Akses is still
deficient. It caused by much of the data that are unintegrated, information-sharing
activities were limited as transactional matter and different interpretation among
employees in information sharing. This study aims to analyze and asses KM
readiness in Telkom Akses with 17 subfactors using Fuzzy Analytics Network
Process (FANP) method. This method calculate the global weight of each factor
and subfactors based on Saaty scale which transformed into triangular fuzzy
number (TFN) then. Readiness score calculation use linguistic variables scale.
The study shows the dependencies among the factors and subfactors as well as
readiness level of Telkom Akses reach medium level. The highest readiness
scores currently is occupied by organizational readiness (score 61.1)"
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>