Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82941 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kiki Rinaldi
"Masalah penelitian ini adalah semangat kebebasan Charlie Parker sebagai inspirasi dalam pembangkangan budaya beatniks terhadap kelas menengah Amerika dalam rentang tahun 1944-1967. Landasan teori tesis ini mengacu kepada beberapa sumber kepustakaan. Tulisan-tulisan dan penelitian terdahulu mencakup subjek-subjek yang meliputi kelas menengah Amerika di dasawarsa-dasawarsa pasca Perang Dunia II, pembangkangan beatniks terhadap kelas menengah Amerika, dan kehidupan beserta karya musik Charlie Parker.
Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kwalitatif berdasarkan kajian kepustakaan. Data yang diperoleh Bari beragam sumber kepustakaan tersebut disusun untuk kemudian dianalisis dalam rangka pembuktian hipotesis.
Hasil dari penelitian ini adalah membuktikan hipotesis penelitian bahwa semangat kebebasan Charlie Parker merupakan inspirasi dalam pembangkangan budaya beatniks terhadap kelas menengah Amerika. Inspirasi yang diperoleh beatniks dari Charlie Parker berada dalam satu rangkaian counterculture yang menghubungkan kelompok-kelompok avant-garde di wilayah-wilayah bohemia di Amerika Serikat.

The research problem is Charlie Parker's spirit of freedom as inspiration in beatniks counterculture against America's middle-class in 1944-1967. The theoretical basis of this thesis refer to some literature or previous research. These writings and research include subjects such as the America's middle-class in postwar America, the beatniks rebellion towards the middle class, and the life and works of Charlie Parker.
The method of research selected is qualitative research based on previous literature and research. The data collected from various sources are compiled and arranged to be analyzed in the course of proving research hypothesis.
The result of this research is a proven hypothesis that Charlie Parker's spirit of freedom was an inspiration in beatniks counterculture against America's middle-class. The inspiration lies in one strand of countercultures that connect avant-garde groups in America's bohemia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Christanty Yudha Bestari
"Tesis ini adalah tentang persepsi audience terhadap sebuah produk budaya Amerika. Fokus penelitian ini adalah audience Indonesia, yakni sekelompok penggemar musik heavy metal rock Metallica. Audience dipilih berdasarkan suatu kesamaan yakni memiliki ketertarikan menonton Metallica. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana persepsi para penggemar musik cadas ini berdasarkan teori resepsi. Maka yang diteliti adalah pendapat audience Indonesia terhadap Metallica serta yang dirasakan oleh kelompok ini ketika menonton konser Metallica di Indonesia, khususnya Jakarta. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara terhadap informan penggemar Metallica. Pengolahan data menggunakan teknik coding, yakni open coding, axial coding dan selective coding.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seluruh informan mendapat pengaruh dan energi positif dari musik popular Amerika Metallica. Musik cadas yang begitu kental dengan bayang- bayang kebrutalan, narkotika, urakan dan musik keras ternyata tidak terjadi dalam persepsi audience Indonesia. Mereka justru menikmati musik Metallica sebagai pengaruh positif bagi kehidupan masing- masing informan, meskipun bidang yang ditekuni berbeda- beda. Audience lebih memandang Metallica dari kualitas bermusik baik secara fisik ataupun dari efek perasaan yang ditimbulkan dari karya- karya Metallica.

This thesis describes the perceptions of an Indonesian audience toward a product of American culture. The focus of this research is on, which is a group of heavy metal rock music enthusiasts of the band Metallica. The researcher has chosen an audience based on their interests toward Metallica's concert and their fanaticism toward Metallica's music. Formulation of the problem in this research is about how the perception of the audience of rock music is observed, based on the theory of reception. This research discusses the opinions of a group of Indonesians about hard rock band Metallica and about this audience's feelings and experience of Metallica's concert in Indonesia, especially in Jakarta. Data were collected through interviews with this audience. The researcher analyzes the data using coding techniques, namely open coding, axial coding and selective coding.
From this research, it can be concluded that all participants got a positive energy and influence from Metallica, an American popular band. Metal rock music is so thick with shadows of brutality, narcotics, sloppy, and loud music. But this does not occur in the perception of the Indonesian audience. They enjoy the music of Metallica as a positive influence on their lives. They like the musical quality of Metallica and enjoy Metallica?s album.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Scherer, Savitri
2003
SSUP-Sept2003-18
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suzie Sri Suparin S. Sudarman
2003
SSUP-Sept2003-13
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sherina Daffa Mayori
"Artikel ini menguraikan efek 'cocacolonization' (Wagnleitner et al.; 1994), atau penyebaran pengaruh budaya Amerika melalui berbagai cara, yang digambarkan dengan baik dalam WandaVision (2021), terutama dalam perjuangan sang karakter utama dalam mempertahankan keluarga imajinernya. Makalah ini juga melihat bagaimana serial televisi dari masa lalu telah membentuk harapan dan persepsi sang karakter utama tentang hal-hal yang terkait dengan rumah tangga di Amerika. Menggunakan metode analisis film, makalah ini menyimpulkan bahwa banyak acara TV Amerika sengaja dibuat untuk mendistribusikan budaya Amerika untuk program reeducation atau pendidikan ulang mengenai budaya dari negara tersebut kepada warga luar Amerika. Analisis ini akan mengkaji masa lalu Wanda Maximoff, tokoh utama serial Marvel ini, untuk menemukan dampak ‘cocacolonization’ terhadap alur dan akhir cerita. Juga, artikel ini membandingkan realitas keluarga Wanda dan stereotip umum keluarga Amerika di serial-serial TV.

Artikel ini menguraikan efek 'cocacolonization' (Wagnleitner et al.; 1994), atau penyebaran pengaruh budaya Amerika melalui berbagai cara, yang digambarkan dengan baik dalam WandaVision (2021), terutama dalam perjuangan sang karakter utama dalam mempertahankan keluarga imajinernya. Makalah ini juga melihat bagaimana serial televisi dari masa lalu telah membentuk harapan dan persepsi sang karakter utama tentang hal-hal yang terkait dengan rumah tangga di Amerika. Menggunakan metode analisis film, makalah ini menyimpulkan bahwa banyak acara TV Amerika sengaja dibuat untuk mendistribusikan budaya Amerika untuk program reeducation atau pendidikan ulang mengenai budaya dari negara tersebut kepada warga luar Amerika. Analisis ini akan mengkaji masa lalu Wanda Maximoff, tokoh utama serial Marvel ini, untuk menemukan dampak ‘cocacolonization’ terhadap alur dan akhir cerita. Juga, artikel ini membandingkan realitas keluarga Wanda dan stereotip umum keluarga Amerika di serial-serial TV."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fahmi Priyatna
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep, pengukuran, dan determinan millennials berada pada kelas menengah, dengan studi kasus Indonesia. Penelitian ini menggunakan model logit dan menetapkan objek penelitian pada level rumah tangga di tiga kohort generasi yang berbeda, yaitu rumah tangga yang dikepalai oleh Millenials, Gen X, dan Baby Boomer. Dengan melakukan komparasi determinan pada kohort generasi yang berbeda, maka penelitian ini dapat memastikan estimasi yang tepat sesuai karakteristik masing-masing generasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentu utama rumah tangga millennials berada pada kelas menengah adalah: (i) pendidikan (setidaknya lulus pendidikan sekolah menengah atas), (ii) pekerjaan (memiliki pekerjaan penuh waktu, bekerja pada sektor sekunder atau tersier, serta memiliki status sebagai wirausahawan atau karyawan formal), dan (iii) memiliki akses terhadap fasilitas dan layanan (akses terhadap sanitasi, akses terhadap internet, dan akses terhadap keuangan). Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan determinan kelas menengah antara rumah tangga millennials dengan generasi pendahulunya yang dibahas lebih lanjut pada paper ini.

This study aims to examine the concepts, measurements, and determinants of millennials in the middle class, a case study of Indonesia. This study uses a logit model and sets the object of research at the household level in three different generation cohorts, namely households headed by Millenials, Gen X, and Baby Boomers. By comparing the determinants of different generations, this study can ensure the precise estimatation that match the unique characteristics of each generation. The results show that the main determinants of millennials households in the middle class are: (i) education (at least graduating from high school), (ii) employment (having a full-time job, working in the secondary or tertiary sector, having an entrepreneur or a formal employee status), and (iii) having the access to amenities and services (access to sanitation, access to internet, and access to finance). The estimation results also show that there are several differences in the determinants of staying in the middle class between millennials households and their predecessors which are discussed further in this paper."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Connolly, John, 1968-
"The community of Prosperous, Maine has always thrived when others have suffered. Its inhabitants are wealthy, its children's future secure. It shuns outsiders. It guards its own. And at the heart of the Prosperous lie the ruins of an ancient church, transported stone by stone from England centuries earlier by the founders of the town. But the death of a homeless man and the disappearance of his daughter draw the haunted, lethal private investigator Charlie Parker to Prosperous. Parker is a dangerous man, driven by compassion, by rage, and by the desire for vengeance. In him the town and its protectors sense a threat graver than any they have faced in their long history, and in the comfortable, sheltered inhabitants of a small Maine town, Parker will encounter his most vicious opponents yet. Charlie Parker has been marked to die so that Prosperous may survive. Prosperous, and the secret that it hides beneath its ruins."
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017
823 CON t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Zillan Zalila Musridharta
"Diskriminasi rasial yang halus terus terjadi di masyarakat kita dalam bentuk kebiasaan dan dalam interaksi kita sehari-hari (Delgado, 2017). Secara kelembagaan ini mencerminkan kurangnya representasi dan karikaturisasi langsung people of colour (McLean, 1995) terutama di media dan hiburan (Moody, 2016). Hal ini menggelar panggung untuk kebangkitan meteorik dari "Hamilton" ciptaan Lin Manuel Miranda, sebuah musikal fiksi sejarah dengan casting buta warna (Hetrick, 2015) dan, musik rap dan RnB (Kupersmith, 2018). Terlepas dari keberhasilannya, musikal Hamilton memicu banyak percakapan tentang apakah Hamilton termasuk kedalam kategori revisionisme sejarah dan sastra. Revisionisme sendiri memungkinkan Hamilton untuk membahas perdebatan dan percakapan modern seperti feminisme, representasi budaya, dan masalah imigrasi ke dalam narasi mereka. Tetapi banyak yang berpendapat bahwa mereka mengambil bagian dalam penghapusan fakta dan nuansa yang mengelilingi sejarah awal mula asal Amerika. Makalah ini akan bertujuan untuk mengidentifikasi revisionisme, casting buta warna, dan (representasi) problematika modern lainnya sepanjang pertunjukan menggunakan kerangka teori kritis ras, dengan studi film sebagai metodologi. Data primer akan dikumpulkan melalui rekaman Disney Hamilton.

Subtle racial discrimination exist persistently in our society in a form of ordinariness and everyday interaction (Delgado, 2017). Institutionally this reflects the lack of representation and outright caricaturization of people of colour (McLean, 1995) especially in media and entertainment (Moody, 2016). This set out the stage for the meteoric rise of Lin Manuel Miranda’s “Hamilton”, an unorthodox colorblind casted (Hetrick, 2015), RnB rap-through (Kupersmith, 2018), historical fiction musical. Despite its success the musical sparks many conversations as to whether Hamilton falls into the category of historical and literature revisionism. Revisionism on its own allows Hamilton to put modern discords and conversation such as feminism, cultural representation, and immigration issues into their narrative. But many argue that they partake in fact and nuances erasure that surround early American history. This paper will aim to identify revisionism, colour blindness casting, other modern discourse throughout the show using the framework of critical race theory, using film studies as methodology. The primary data will be collected through Disney+ Hamilton recording."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zeffry Alkatiri
Jakarta: Online, 2014
973 ZEF s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>