Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125651 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mariana Herawati Gani
"Bapel PIPK Sint Carolus merupakan badan penyelenggera swasta JPKM. Salah satu aspek penting dalam menentukan kelangsungan JPKM adalah "kepesertaan". Jumlah peserta PJPK Sint Carolus perkembangannya sangat lambat sehingga tidak sesuai dengan prinsip asuransi "the law of large number".
Peserta PJPK Sint Carolus terdiri dari grup Perhimpunan Sint Carolus (PSC) dan grup luar PSC, yaitu instansi-instansi diluar PSC. Tahun 2002 peserta luar PSC yang ditargetkan masuk sebanyak 5000 orang, ternyata hanya masuk 462 orang sedangkan yang keluar ada 262 orang sehingga total hanya berlambah 200 orang. Karena penambahan peserta berhubungan dengan pemasaran, maka penulis menganalisa implementasi pemasaran Bapel PJPK Sint Carolus.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian operasional dengan pendekatan kualitatif, memakai cara wawancara mendalam dan pengamatan terhadap dokumen. Tempat penelitian di Bapel PJPK Sint Carolus pada bulan Juni sarnpai pertengahan Juli 2003 dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer dari wawancara informan penelitian ini, yaitu pejabat dan staf yang terlibat dalam pemasaran Bapel PIPK Sint Carolus serta wakil peserta sedangkan data sekunder dari laporan dan dokumen yang berkaitan dengan implementasi pemasaran. Pengolahan data dilakukan secara manual.
Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa upaya yang dilakukan untuk mendapatkan peserta baru, dengan menawarkan paket-paket yang ada. Benefitnya meliputi program promotif sampai rehabilitatif, tetapi ada pembatasan. Paket yang ditawarkan tidak disesuaikan dengan kebutuhan kelompok sasaran. Staf pemasaran sulit mendapatkan peserta. Iuran PJPK masih dianggap mahal oleh sebagian kelompok sasaran. Respon calon peserta terhadap promosi kurang dan pengembangan cara promosi tidak dijalankan. Penyebaran PPK belum merata. Tidak ada persyaratan kualifikasi dalam rekruitmen SDM pemasaran. Pembagian tugas tidak dikomunikasikan, pelaksana pemasaran merasa tidak ada pembagian tugas yang jelas. Upaya untuk mempertahankan peserta dengan menangani keluhan peserta, memberikan penyuluhan dan pembinaan PPK, kegiatan kunjungan ke PPK kurang. Alasan peserta keluar ada yang karena pelayanan medik, PPK dan ganti owner/perusahaan dijual, sedangkan alasan peserta tetap karena pelayanan memuaskan dan premi terjangkau dan alasan peserta baru masuk PJPK sebagian besar karena paketnya lengkapi mengcover semua, alasan lain murah dan dapat dipercaya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi pemasaran Bapel PJPK Sint Carolus berjalan kurang baik, upaya untuk mendapatkan peserta kurang optimal dan upaya untuk mempertahankan pesena berjalan kurang baik. Alasan peserta keluar sulit disimpulkan variabel mana yang paling potensial, sedangkan alasan peserta tetap sebagian besar karena paket dan preminya dan alasan peserta baru masuk PJPK sebagian besar karena paketnya.
Penulis memberikan saran kepada Bapim JPKM untuk lebih aktif melakukan pembinaan kepada Bapel JPKM, dan kepada Bapel PJPK Sint Carolus: Dibuat paket-paket yang sesuai kelompok sasaran, plafon rawat inap dibatasi dengan jumlah hari rawat dan kelas perawatan serta benefit ditulis secara terperinci, penetapan iuran diupayakan yang terjangkau, cara pembayaran seluruh PPK dengan cara kapitasi, survei cara promosi yang paling efektif, PPK disesuaikan dengan paket yang dibuat, sebaiknya mencari basis lain lagi, buat pelatihan berkala, terapkan sistem reward and punishment, adakan pertemuan rutin antara bagian pemasaran dan pelayanan, lakukan pembinaan PPK dan peserta yang lebih intensif."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Kiantini
"Manajemen Penanganan Keluhan adalah suatu prosedur yang jelas dan tetap yang dengan cepat dapat mengetahui, menilai dan mengatasi segala keluhan dan permasalahan yang dirasakan oleh pelanggan. Manajemen Penanganan keluhan ini telah dilaksanakan oleh Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (PJPK) Sint Carolus. PJPK adalah salah satu lembaga yang bergerak dalam program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) yaitu suatu jaminan pelayanan kesehatan paripurna yang diperoleh seseorang setelah membayar kontribusi/iuran kepada suatu Badan Penyelenggara (Bapel) yang mengikat kontrak dan membayar praupaya (kapitasi) kepada jaringan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) berjenjang (dari pelayanan dasar sampai pelayanan spesialis) yang terjaga mutunya untuk melayani peserta tersebut. PJPK merupakan salah satu Bapel JPKM yang terbaik di DKI Jakarta. Masalah yang ditemui di PJPK adalah meningkatnya jumlah keluhan peserta yaitu 33 keluhan pada tahun 2001 menjadi 66 keluhan pada tahun 2002.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai manajemen penanganan keluhan yang dilaksanakan di PJPK. Jenis penelitian dalam studi ini adalah kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan analisis data sekunder terhadap hasil laporan manajemen penanganan keluhan di PJPK. Informan yang diambil adalah petugas PJPK yang terkait dalam penanganan keluhan di Bapel PJPK, Basis, Direktur JPKM, Ketua Perbapel dan perusahaan yang menjadi peserta PJPK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah dan kualitas petugas di PJPK dalam menangani keluhan peserta masih kurang dan terbatas. Sedangkan pengetahuan dan tanggapan petugas terhadap manajemen penanganan keluhan sudah baik dan positif. Dana untuk manajemen penanganan keluhan di PJPK tidak dialokasikan secara khusus tetapi dimasukkan kedalam dana-dana rutin yang ada di PJPK. Keluhan peserta PJPK meliputi aspek keluhan administrasi dan aspek keluhan pelayanan medis. Jenis keluhan peserta ada yang sifatnya non keluhan dan keluhan murni. Pedoman/SOP yang digunakan oleh Bapel dan Basis adalah sama yaitu prosedur tetap penanganan keluhan dan form laporan keluhan peserta PJPK. Sarana dalam manajemen penanganan keluhan adalah telepon, surat, komputer, kendaraan, form-form dan kotak saran. Kebijakan Direksi untuk manajemen penanganan keluhan baik di Bapel maupun di basis belum ada. Perencanaan baik di Bapel maupun di basis sama-sama menggunakan sistem bottom up. Uraian Penanganan keluhan Bapel termuat pada uraian kerja/job diescription bagian marketing dan pelayanan, tetapi pada pelaksanaannya penanggung jawab penanganan keluhan adalah manajer pelayanan, sedangkan di basis uraian kerja dan penanggung jawab penanganan keluhan berada dibawah penanggung jawab Basis. Evaluasi untuk penanganan keluhan telah dilakukan di Bapel dalam bentuk angket dan merekapitulasi dari buku keluhan, sedangkan evaluasi di Basis belum dilaksanakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PJPK telah melaksanakan manajemen penanganan keluhan dan didalam pelaksanaannya PJPK dan basis bersama-sama menangani keluhan peserta. Sehubungan dengan hal tersebut, maka ada beberapa saran yang penulis sampaikan, yaitu bagian-bagian lain agar dilibatkan dan koordinasi antar bagian agar ditingkatkan. Untuk melibatkan petugas dalam manajemen penanganan keluhan perlu ditingkatkan kualitasnya dengan pembinaan dan pelatihan. Selain itu PJPK agar lebih proaktif dalam melaksanakan penanganan keluhan, tidak hanya menunggu keluhan dari peserta saja. Untuk mengurangi keluhan yang masuk, pembinaan kepada PPK maupun penyuluhan kepada peserta agar ditingkatkan, oleh karena itu hendaknya didalam perencanaan dijadwalkan tidak hanya menangani keluhan tetapi juga kunjungan ke PPK maupun ke perusahaan dalam rangka mengatisipasi adanya keluhan dari peserta.
Daftar Bacaan : 29 (1981-2003)

Analysis Grievance Management of Participant in Health Care Insurance Program (PJPK) Sint Carolus, Jakarta 2003Grievance Management is a clear and fixed procedure to know, assess and solve quickly all of complaint and problem raised by customer. Grievance Management have been implemented by Health Care Insurance Program ( PJPK) Sint Carolus. PJPK is an Institute which runs in Public Health Care Insurance (JPKM) Program, a complete health service guarantee is obtained by someone after paying contribution 1 fee to JPKM Carrier (Bapel) which ties contract and pays the capital to the Health Services Network (PPK) mechanism (Form Basic Services to Specialist's Services). PJPK is one of the best Bapel JPKM in DKI Jakarta Province. The PJPK' problems is there are increasing complaint of participants in 2001 is 33 complaint and 2002 is 66 complaint.
Research aim to get deeper information conducted in PJPK. Research kind of this study is qualitative. Whereas the used method is through deep interview and secondary data analysis to the report result of grievance management in PJPK. The Informans are related PJPK officers of grievance in Bapel PJPK, Basis, JPKM of Directoe, Head of Perbapel and the company which become PJPK Participant.
Research result shows that the PJPK officer's quality and amount in grievance of participants are still lack and limited. Meanwhile the officers' response and knowledge to grievance management have positive and good. The fund for Grievance Management in PJPK is not allocated specifically but entered in existed routine fund in PJPK. Grievance of PJPK participant cover aspect grievance of administration and grievance of medical service. Kind of PJPK participant' complaint there is which the non complaint and complaint of purification. SOP used by Bapel and Basis are the same, Permanent procedure of Grievance and PJPK participants' complaint report form. Means of Grievance Management are telephone, letter, computer, vehicle, forms and box of idea. Management Policy of Management Grievance in Bapel and Basis don't exist yet. The planning both in Bapel and Basis use bottom-up system. Bapel Grievance description are covered in Job Description of Service and Marketing, But its Grievance Responsibility Implementation is Service Manager, Meanwhile Job Description and Grievance Responsibility is covered by Basis. Evaluation of Grievance has been conducted in Bapel I Bapel in Questionnaire shape and Recapitulate from the complaint book, Whereas Basis evaluation is not implemented yet.
So it can be concluded that PJPK has implemented Grievance Management and its implementation both PJPK and Basis handle participants' complaint. Related to the above, The writer suggests some ideas, That other departments are involved and increased inter department coordination. Involving the officers in Grievance Management, It needs to increase their qualities by training and building skill. Besides, PJPK is more proactive to implement Grievance, not also waiting for participants' complaint. Decreasing the complaint which enter the building skill to PPK and Illumination to participants in order to increase, That's why The Planning Schedule not only Grievance but also Visit to PPK and to the Companies to anticipate participants' complaint.
Reading Index : 29 ( 1981 - 2003 ).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Binsar
"Penelitian ini berupaya menjelaskan masalah tingkah laku dalam menggunakan fasilitas kesehatan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Sint Carolus (disingkat PJPK), khususnya dalam menggunakan fasilitas rawat jalan, dengan menjadikan Teori Reasoned Action dan Teori Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen sebagai acuan teori dalam menerangkan masalah yang disoroti.
PJPK merupakan proyek perintis dalam bidang asuransi kesehatan bagi masyarakat umum, dengan cara memasyarakatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yaitu pelayanan kesehatan yang memberi perhatian seimbang terhadap upaya pengobatan dan pencegahan penyakit. Sebagai program baru, pada awalnya PJPK memulai pelayanannya dalam lingkungan sendiri, yaitu pada karyawan Pelayanan Kesehatan Sint Carolus (MSC) dan keluargannya. Namun dalam perkembangannya kemudian kepesertaan PJPK semakin meluas, sehingga bila dilihat dari status peserta, mereka dapat digolongkan pada tiga kelompok besar, yaitu kelompok peserta Sint Carolus, peserta perusahaan pelanggan dan peserta pribadi. Sedangkan bila dilihat dari status kesehatannya, mereka dapat digolongkan ke dalam kelompok sehat dan sakit.
Teori Reasoned Action dari Fishbein dan Ajzen {1975) berakar pada teori sikap, yang dalam upayanya menjelaskan tingkah laku memfokuskan perhatian pada belief, sikap dan intensi. Menurut teori ini, determinan langsung tingkah laku overt individu adalah intensinya untuk menampilkan tingkah laku tersebut. intensi menurut teori ini diramalkan melalui dua variabel utama yaitu sikap dan norma subyektif. Sikap seseorang dapat dilihat dari belief yang dimilikinya, dihubungkan dengan evaluasinya terhadap belief tersebut, sedangkan norma subyektif dapat terbentuk dari persepsi subyek tentang harapan orang lain yang dianggapnya penting (Normative Belief) dihubungkan dengan keinginannya memenuhi harapan tersebut {Motivation to Comply). Mengingat adanya keterbatasan teori ini dalam meramalkan jenis tingkah laku yang tidak sepenuhnya berada dibawah kontrol individu maka untuk menyempurnakan Teori Reasoned Action, Ajzen (1988) melalui Teori Planned Behavior memperkenalkan Perceived Behavioral Control Belief (PBCB) sebagai variabel ketiga dalam meramalkan intensi, yaitu belief individu tentang sejauh mana ia mempersepsikan bahwa akan dapat mengontrol dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Belief ini berkait dengan situasi atau kondisi tertentu, yang bila dikaitkan dengan penelitian ini bisa diartikan sebagai semua kondisi yang dipersepsikan individu peserta PJPK dapat mendorong atau menghambat dirinya menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia. Yang ingin diketahui dari penelitian ini ialah ingin menjelaskan masalah tingkah laku yang ditampilkan peserta berupa penggunaan fasilitas yang terlalu tinggi dibanding dengan Contact Rate Nasional, melalui pemahaman intensi mereka menggunakan fasilitas tersebut pada kelompok peserta yang berbeda, melihat korelasinya dengan tingkah laku dan mengungkap belief yang mendasarinya.
Responden penelitian ini adalah peserta PJPK dengan kriteria telah menjadi peserta sekurang-kurangnya enam bulan dan berusia delapan belas tahun ke atas. Metode sampling yang digunakan adalah quota sampling dengan memilih sampel secara random dari kelompok populasi yang dibedakan menurut status kepesertaan dan kesehatan mereka. Jumlah responden sebanyak 355 orang peserta dengan jenis kelamin dikontrol sehingga jumlah pria dan wanita seimbang. Setiap responder diminta mengisi data pribadi dan kuesioner yang merupakan instrumen penelitian untuk menggali intensi menggunakan fasilitas kesehatan pada peserta PJPK.
Hasil-hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masalah tingkah laku berupa penggunaan fasilitas PJPK yang terlalu tinggi oleh peserta, dapat dijelaskan oleh Teori Fishbein dan Ajzen. Tingginya tingkat penggunaan fasilitas pengobatan oleh peserta, karena belief mereka masih bertumpu pada pelayanan kuratif dan pemanfaatan PJPK sebagai fasilitas yang ditanggung perusahaan. Walau PJPK mempunyai program pencegahan, tetapi belief peserta tentang pencegahan baru pada tingkat evaluasi belief(EB) sedangkan pada behavior belief (BB) belum menonjol.
2. Ada beda intensi pada kelompok-kelompok penelitian yang dibedakan menurut status kesehatan dan kepesertaan mereka pada PJPK. Dilihat dari status kesehatan, intensi kelompok sehat lebih dipengaruhi sikap, sedang kelompok sakit oleh PBCD. Menurut status kepesertaan, intensi kelompok perusahaan lebih dipengaruhi sikap, kelompok pribadi oleh Norma Subyektif dan kelompok Carolus tidak konsisten (3 model penggjian berbeda).
3. Ada korelasi positif antara intensi dengan tingkah laku menggunakan fasilitas pengobatan pada peserta PJPK. Tetapi korelasi intensi dan tingkah laku menggunakan pelayanan preventif menunjukkan kecenderungan negatif. Saran untuk penggunaan hasil penelitian ini diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan preventif dengan intervensi pada belief dan perlunya penelitian lanjutan."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Indra Setiadi
"ABSTRAK
Rumah Sakit Sint Carolus Jakana merupakan RS swasta dengan tipe Madya milik Perhimpunan St Carolus. Dari Iaporan tahunan RS. Sint Carolus , diketahui bahwa pada periode tahun 2008 rata rata presentase pasien drop out dirawat sebesar 15 %.
Hal ini menjadi perhatian pihak manejemen RS Sint Carolus karena angka BOR di RS Sint Carolus belum mencapai angka yang optimal, rata rata selama 5 tahun terakhir adalah 60 - 62 %. Sehingga perlu dilakukan Analisis Keputusan Pemilihan
Tempat Perawatan di RS Sint Carolus Jakarta. Beberapa hal yang akan diteliti adalah karateristik responden, persepsi responden dan faktor pendukung. Penelitiaan ini dilakukan di bagian pelayanan administrasi pasien pada periode bulan Maret tahun
2009. Rancangan penelitian ini adalah bersifat analitik dengan pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Disain penelitian adalah survei Cross Sectional urmlk menganalisa faktor faktor yang berhubungan dengan Keputusan Pemilihan Tempat Perawatan di
RS Sint Carolus dan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dilakukan juga penelitian Kualitatif dengan cara Wawancara Mendalam kepada responden yang memutuskan memili htempat perawatan di RS Sint Carolus maupun di luar RS Sint Carolus. Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang dianjurkan rawat inap oleh
dokter di RS Sint Carolus pada periode bulan Maret tahun 2009. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari pasien yang dianjurkan rawat inap di RS Sint Carolus dengan kriteria inklusi pasien yang dianjurkan rawat inap oleh dokter dan telah mendapat surat pengantar perawatan, pasien atau keluarga pasien yang
mengurus kebagian pelayanan administrasi pasien serta mampu menjawab pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan masih terclapat pasien yang memutuskan
memilih tempat perawatan diluar RS. Sint Carolus. Pada penelitian ini diketahui juga bahwa faktor faktor secara statistik terbukti berhubungan dengan Keputusan
Pemilihan Tempat Perawatan di RS. Sint Carolus adalah Frekwensi Dirawat (p Value = < 0,0001), Persepsi Ketersedian Kamar (p Value = < 0,0001) dan Penanggung Jawab Biaya Perawatan (p Value = < 0,0001). Hasil analisis multivariat memperlihatkan
bahwa faktor yang paling dominan berhubungan adalah faktor Persepsi Ketersediaan Kamar. Sedangkan dari hasil Wawancara Mendalam diperoleh informasi bahwa
Persepsi Tarif sudah wajar dan bersaing, Persepsi Ketersediaan Kamar tidak cukup, Persepsi Failitas kurang memadai, Sikap Dokter ramah tapi waktu yang disediakan untuk berkomunikasi kurang, Sikap Perawat ramah tapi waktu yang disediakan untuk
berkomunikasi kurang dan Sikap Pernberi Informasi kurang ramah, kurang informative. Dengan Penelitian ini pihak manajemen RS Sint Carolus perlu melakukan intervensi terhadap Ketersediaan Kamar dengan adanya kebijakkan
flesibilitas kelas atau ruang perawatan, untuk meningkatkan loyalitas pasien perlu adanya perbaikan dalam hal : Kenyamanan, Keramahan dan Komunikasi sedangkan untuk Penaggung Jawab Biaya Perawatan perlu penyusunan strategi segmentasi
pelanggan dengan meningkatkan kerja sama dengan perusahaan atau asuransi kesehatan.

Abstract
Hospital Sint Carolus Jakarta is a private hospital with Madya type and under
wing of Perhimpunan Sint Carolus. In The Sint Carolus Hospital Annual Report, known, that in 2008 period the precentation of patient decision not to use in Sint Carolus Hospital is 15%, this condition becomes Sint Carolus Hospital
management attention, because number of Bed Occupancy Rate in Sint Carolus Hospital has not reached optimal number, during five years is 60 - 62 %. There is a need to analyze of Decision in Choosing Place Inpatient Service in Sint Carolus Hospital Jakarta. Several thing that will be studied is responder caracteristic, responder perseption, and supplementary factors. This study is conducted in patient administrative service at period on March in 2009. This study is analitical study with quantitative and qualitative approach. The design of Study is cross sectional survey to analyze several factors that related to Decision in Choosing Place Inpatient Service in Sint Carolus Hospital and to getting the more information is also conducted study qualitative approach with indept interview method to responder the Decision Choosing Place Inpatient Service in Sint Carolus Hospital and responder that drop out patient is taken care in Sint Carolus Hospital. Population of this study are all patient that suggested by doctor to hospitalize in Sint Carolus Hospital at period on March in 2009. Sampel are some of patient that suggest by doctor to hospitalize in Sint Carolus Hospital with inclusion criteria are patient that suggested by doctor to hospitalize and has got hospitalize letter, patient or patient family that manage in patient administration
service and can answer questionary. Informan to study qualitative approach are five informan from responder the Decide Choosing Place Inpatient Service in Sint Carolus Hospital and responder that drop out patient is taken care in Sint Carolus Hospital. Result of this study indicates that precentation of drop out patient is taken care in Sint Carolus Hospital is 18,1 %. At this study factors that statistically proven relate to Decision in Choosing Place Inpatient Service in Sint Carolus Hospital is Hospitalize Frequency (p Value = < 0,0001), Perception to Availabel Room (p Value = < 0,0001), and Cost Responsibility to Hospitalize (p Value = < 0,000l1). Multivariate analysis result shows that the most dominant correlating factors is Perception to Available Room. Whereas result from indept interview indicates that Perception to Price has been fair and competitive, Perception to Available Room is not enough, Perception to Facility less acceptable, Perception to Physician Attitude is friendly but available time for communication less, Perception to Nurse Attitude is friendly but available time for
communication less and Perception to Administration Employee is less friendly and less informative. With this study it is recommended to Sint Carolus Hospital Management to conduct intervention to Available Room with existence of policy of flexibility class or flexibility room, for increase to Patient Loyality must existence of repair of freshness, friendliness and communication. Whereas for Cost Responsibility to Hospitalize must compilation of customer segmentation by improve with company or health insurance."
2009
T29377
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fanggidae, Apriana H.J.
"Every tourism industry must decide where it wants to be in the future. Following marketing segmentation analysis, choices have to be made between alternative marketing strategies, segmentation, target markets, positioning approaches and marketing-mix elements. Making these decisions is part of planning. The service's product life-cycle stage and organization's competitive position influence the selection from among alternative approaches. Marketing research information provides the basis for these decisions. Having a marketing strategy is similar to having a map to help you get where you want to be. Even with a good map, some people get lost. More careful and detailed planning is necessary to get to the final destination.
"
2006
MUIN-XXXV-1-Jan2006-44
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Nathasya
"Pada beberapa tahun kebelakang, salah satu merek minuman kekinian yang mengalami perkembangan pesat di Indonesia adalah Mixue, sebuah merek asal Cina yang menjual es krim dan minuman. Penelitian ini menganalisis bagaimana strategi bauran pemasaran (7P) yang Mixue terapkan untuk dapat berkembang cepat di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa Mixue telah mengimplementasikan setiap elemen bauran pemasaran dengan cukup baik, namun Mixue tetap perlu memaksimalkan beberapa elemen. Temuan ini dapat menjadi wawasan yang berharga bagi pebisnis di industri makanan dan minuman, terutama mereka yang hendak memasuki pangsa pasar baru.

One of the contemporary beverage brands that has seen remarkable growth in Indonesia over the last few years is Mixue, a Chinese brand that sells ice cream and drinks. This study analyzes how Mixue implements the marketing mix strategy (7Ps) to grow quickly in Indonesia. The findings showed that Mixue had done a good job of implementing each component of the marketing mix, but Mixue still needs to maximize several elements. These findings may provide insights for businesses in the food and beverage industry, particularly those looking to expand into new market.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maudy Amanda Syafira
"Dalam beberapa tahun terakhir, musik populer yang berasal dari Korea Selatan atau Korean Pop (K-Pop) mengalami perkembangan yang sangat pesat dan meluas secara global. Demi menjangkau para penggemar dan khalayak luas, NCT sebagai grup K-Pop menggunakan global marketing sebagai salah satu strategi untuk memasarkan grupnya ke ranah global. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis global marketing yang dilakukan oleh NCT ketika melakukan aktivitas pemasaran dalam konteks global melalui pendekatan standardization dan adaptation di wilayah Amerika dan Asia Tenggara. Perolehan data dilakukan menggunakan metode desk research, melalui berbagai sumber yang dipublikasi. Meskipun aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh NCT kepada kedua negara tersebut terlihat sama, hasil analisis menunjukkan bahwa pada saat memasuki pasar Amerika, NCT lebih banyak mengupayakan marketing mix berupa promotion. Sebaliknya, pada konteks Asia Tenggara NCT lebih mengoptimalkan marketing mix berbentuk product.

In recent years, popular music originating from South Korea or Korean Pop (K-Pop) has developed very rapidly and is expanding globally. In order to reach fans and a wide audience, NCT as a K-Pop group uses global marketing as a strategy to market the group to the global realm. This paper aims to analyze the global marketing carried out by NCT when carrying out marketing activities in a global context through standardization and adaptation approaches in the Americas and Southeast Asia. The data was obtained using the desk research method, through various published sources. Although the marketing activities carried out by NCT for the two countries look the same, the results of the analysis show that when entering the American market, NCT mostly strives for the marketing mix in the form of promotion. On the other hand, in the context of Southeast Asia, NCT optimizes the marketing mix in the form of products."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nayla Faiza Ramadhani
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis aktivasi pemasaran Aespa guna memahami bagaimana brand image bertema cyberpunk mereka selaras dengan prinsip-prinsip Integrated Marketing Communication (IMC). Melalui pendekatan analisis kualitatif terhadap materi promosi seperti logo, merchandise, kolaborasi merek, dan acara interaktif, penelitian ini mengidentifikasi strategi-strategi kunci yang mendukung identitas futuristik dan cyberpunk grup Aespa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsistensi elemen branding tematik, baik melalui visual maupun pengalaman interaktif, berhasil memperkuat asosiasi konsumen terhadap estetika unik Aespa. Studi ini menyoroti pentingnya narasi merek yang kohesif di berbagai platform untuk membangun brand image yang kuat dan mudah dikenali. Implikasi praktis penelitian ini menunjukkan bahwa merek dapat meningkatkan keterlibatan dan loyalitas konsumen melalui penerapan konsistensi tematik dan eksplorasi tren budaya. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengeksplorasi pengukuran kuantitatif persepsi konsumen dan membandingkan efektivitas strategi branding tematik di antara grup K-pop lainnya.

This study examines Aespa’s marketing activations to understand how their cyberpunk-themed brand image aligns with integrated marketing communication (IMC) principles. Utilizing a qualitative analysis of Aespa’s promotional materials, including logos, merchandise, brand collaborations, and interactive events, the research identifies key strategies that contribute to their futuristic and cyberpunk identity. Findings reveal that consistent thematic branding, through visual elements and interactive experiences, strengthens consumer association with the group’s unique aesthetic. The study highlights the effectiveness of maintaining a cohesive brand narrative across multiple platforms to build a strong, recognizable brand image. Practical implications suggest that brands can enhance engagement and loyalty by adopting thematic consistency and leveraging cultural trends. Future research could further explore quantitative measures of consumer perception and compare thematic branding strategies across different K-pop groups."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Auguste Bartholdi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak Pemasaran Relasional terhadap Loyalitas Pelanggan. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian causal. Untuk menganalisis dampak dari pemasaran relasional terhadap loyalitas pelanggan digunakan Analisis regresi berganda yang bertujuan untuk menguji kelima konstruk utama (trust, commitment, bonding, communication dan satisfaction) terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan kelima variabel tersebut berpengaruh terhadap customer loyalty, dan secara parsial dari kelima variabel (trust, commitment, bonding, communication dan satisfaction) ada empat variabel yang berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, yaitu trust, commitment, bonding, dan satisfaction.

The purpose of this study is to examine the Influence of Relationship Marketing on Customer Loyalty. This research is quantitative research with causal research design. Multiple regression analysis assessed the impact on relationship marketing of five key constructs (trust, commitment, bonding, communication and satisfaction) on customer loyalty. The results showed that all five variables (trust, commitment, bonding, communication and satisfaction) simultaneously affected customer loyalty, and partially of these five variables (trust, commitment, bonding, communication and satisfaction) there are four variables (trust, commitment, bonding, and satisfaction) affected customer loyalty.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>