Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145542 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Candra Wijaya
"Tujuan: Membandingkan aktivitas angiogenik plasenta preeklampsia dengan dan tanpa pemberian kurkumin dan vitamin E.
Rancangan Penelitian: Penelitian ini merupakan studi eksperimental in vitro. Plasenta dari ibu hamil preeklampsia (n=11) dibagi dalam 3 kelompok: kelompok kontrol, kelompok pemberian kurkumin dosis 0,01 mM, dan kelompok pemberian vitamin E dosis 20 mg/L Aktivitas angiogenesis ditentukan dengan menilai skor migrasi sel-sel endotel menuju plasenta. Analisis perbedaan aktivitas angiogenesis antar kelompok digunakan tes wilcoxon.
Hasil: Aktivitas angiogenik kelompok pemberian kurkumin dosis 0,01 mM tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p>0,05). Sedangkan, aktivitas angiogenik kelompok pemberian vitamin E dosis 20 mg/L berbeda secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p< 0,05).
Kesimpulan: Pemberian vitamin E meningkatkan aktivitas angiogenik pada plasenta dari ibu hamil preeklampsia.

Objective: To compare angiogenic activity in preeclamptic placenta with and without supplementation of curcumin and vitamin E.
Study design: The study was an in vitro experimental study. Placentae were obtained from woman with preeclampsia (n=11) divided into three groups. The first was control, to the second group 0,01 mM curcumin was added and the third with 20 mg/I, vitamin E. Angiogenic activity was assayed using an endothelial cell migration assay. Differences in placental angiogenic activity between three groups were analysed using the Wilcoxon test.
Results: The angiogenic activity in the 0,01 mM curcumin supplementation group was not significantly different than in the control group (p>0,05). While, angiogenic activity in the 20 mg/I, vitamin E group was significantly different than in the control group (p< 0,05).
Conclusion: Vitamin E supplementation increased angiogenic activity in the placenta from women with preeclampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Makbruri
"ABSTRAK
Preeklampsia merupakan sindrom sistemik yang terjadi pada 3-5 % kehamilan wanita yang disebabkan oleh gangguan faktor migrasi dan faktor seluler  yang berdampak pada gangguan diferensiasi dan invasi trofoblas yang penting dalam proses perkembangan plasenta dan mempertahankan kehamilan. Protein Cullin-1 merupakan salah satu kandidat protein yang berperan dalam proses mempertahankan kehamilan, perkembangan dan invasi trofoblas di dalam  plasenta. Hingga saaat ini belum ada penelitian yang menghubungkan ekspresi Cullin-1 pada pasien preeklampsia dengan waktu terminasi kehamilan. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan analisis ekspresi Cullin-1 pasien preeklampsia dan hubungannya dengan waktu terminasi kehamilan. Sampel plasenta diambil dari pasien preeklampsia yang terdiri dari tiga kelompok usia kehamilan, kemudian dilakukan perwarnaan imunohistokimia untuk dilihat dinamika ekspresi dan distribusi Cullin-1 pada berbagai kelompok usia kehamilan dan hubungannya dengan waktu terminasi kehamilan. Cullin-1 terekspresi pada sinsitiotrofoblas dan  sitotrofoblas. Kadar Cullin-1 terendah didapatkan pada kelompok usia kehamilan very preterm, dan paling tinggi didapatkan di kelompok usia kehamilan moderate preterm. Terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi optical density (OD) Cullin-1 dengan   waktu terminasi  kehamilan, dan terdapat perbedaan bermakna  (OD) Cullin-1 pasien preeklampsia usia kehamilan very preterm dengan usia kehamilan moderate preterm. Disimpulkan bahwa Cullin-1 terekspresi pada sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas dan berhubungan dengan waktu terminasi kehamilan.

ABSTRACT
Preeclampsia is a systemic syndrome that occurs in 3-5% of female pregnancies caused by disorders of migration factors and cellular factors that have an impact on the disruption of trophoblast differentiation and invasion that is important in the process of developing the placenta and maintaining pregnancy. Protein Cullin-1 is one candidate protein that plays a role in the process of maintaining pregnancy, development and trophoblast invasion in the placenta. Until now there have been no studies linking the expression of Cullin-1 in preeclamptic patients with the timing of pregnancy termination. Therefore in this study an analysis of Cullin-1 expression in preeclamptic patients and their relationship to the timing of pregnancy termination was carried out. Placental samples were taken from preeclampsia patients consisting of three gestational age groups, then immunohistochemical staining was performed to see the dynamics of expression and distribution in each age group of pregnancy and to find out their relationship with  the timing of pregnancy termination. Cullin-1 was expressed in syncytiotrophoblasts and cytotrophoblasts. The lowest Cullin-1 level was obtained in the very preterm age group, and the highest was found in the moderate preterm gestational age group. There was a significant difference between Cullin-1 optical density (OD) expression and termination time of pregnancy, and there was a significant difference (OD) in Cullin-1 preeclamptic patients with very preterm gestational age with moderate preterm gestational age. It was concluded that Cullin-1 was expressed both in syncytiotrophoblasts and cytotrophoblasts and was associated with the timing of pregnancy termination.
"
2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eldesta Nisa Nabila
"Preeklamsia (PE) selama ini selalu menjadi salah satu masalah terbesar di dunia kesehatan. Tidak hanya karena kondisi ini meyebabkan tingginya angka kematian ibu, namun keadaan ini juga dapat memicu berbagai efek negatif pada bayi. Fokus dari studi ini adalah untuk melihat peran dari prorenin dalam patogenesis PE dengan membandingkan konsentrasi prorenin pada plasenta normal dan plasenta yang diambil dari pasien PE. Sampel plasenta diperoleh dari 69 ibu hamil yang berumur sekitar 30 tahun dengan umur kehamilan bekisar 26-41 minggu. Jaringan plasenta terdiri atas 12 sampel normal, 12 sampel PE onset akhir, dan 1 sampel PE onset awal. Kit ELISA digunakan pada prosedur ini untuk meneliti konsentrasi prorenin pada jaringan secara langsung serta hasilnya diinterpretasikan bedasarkan nilai absorbansi. Normalitas distribusi data dinilai menggunakan metode SHAPIRO WILK dan ditemukan bahwa distribusi data merupakan data nonparametrik. Oleh karena itu, MANN-WHITNEY dipilih sebagai metode untuk melihat signifikansi dari perbedaan level prorenin pada sampel jaringan normal dan PE. Hasil yang didapatkan adalah p=0.932 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan akan level prorenin pada sampel normal dan sampel PE. Bedasarkan penemuan ini, dapat dispekulasikan bahwa prorenin tidak secara langsung berpartisipasi dalam patogenesis PE.

Preeclampsia (PE) has always been regarded as one of the most deteriorating burdens in the world of medicine. Not only it contributes to high maternal mortality, but it also impose numerous drawbacks to the babies. The focus of this study is to investigate the involvement of prorenin in the pathogenesis of preeclampsia by comparing its concentration in the placenta sample of normal pregnancy and both early and late onset PE. The placenta was taken from 69 pregnant women ageing around 30 years old whose gestational age ranging between 26-41 weeks. The placental tissue were consisting of 12 normal samples, 12 late-onset PE samples, and 1 early-onset PE sample. ELISA kit was used to directly observe the concentration of prorenin and the result was interpreted based on the absorbance value.  The normality of the data distribution was assessed by SHAPIRO WILK method from which the data was found to be nonparametric. Therefore, Mann-Whitney method was used in order to found the significance of prorenin level difference in normal and preeclamptic pregnancy and the obtained value was p=0.932, meaning that no significant difference was observed between prorenin level of normal and preeclamptic placenta sample. Based on this finding, it can be speculated that prorenin does not directly participate in the pathogenesis of PE."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyssa Shafa Andiana
"Pendahuluan Adanya hipertensi pada kehamilan yang diinduksi oleh preeklampsia merupakan salah satu alasan yang menyebabkan kenaikan angka kematian ibu hamil di Indonesia. Penyebab preeklampsia masih berkembang, tetapi satu gagasan menyiratkan bahwa iskemia plasenta hadir karena akumulasi stres oksidatif selama trimester terakhir kehamilan, sehingga menyebabkan hipoksia persisten. Salah satu faktor akumulasi stres oksidatif diinduksi oleh peningkatan FOXO-3. Tujuan dari penelitian observasional menggunakan desain potong lintang ini adalah untuk melihat bagaimana gen FOXO-3 mempengaruhi stres oksidatif pada plasenta normal dan pada preeklampsia onset dini (EOPE). Metode Dalam penelitian desain potong lintang ini, sampel terdiri dari 31 plasenta kehamilan normal dan 31 plasenta EOPE. RT-PCR digunakan untuk menentukan ekspresi relatif dari FOXO-3 mRNA. Hasil Antara kelompok normal dan EOPE, ekspresi relatif FOXO-3 mRNA menunjukkan ekspresi yang sama dengan normal dengan distribusi homogen antara dua kelompok, p>0.05. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa ekspresi FOXO-3 pada jaringan plasenta preeklampsia onset dini lebih besar dibandingkan pada kehamilan aterm normal berdasarkan percobaan. Namun, hasilnya tidak signifikan secara statistik.

Introduction The presence of hypertension in pregnancy induced by preeclampsia is amongst the causative reason of increased maternal mortality in Indonesia. The preeclampsia etiology is still developing, but one idea implies that placental ischemia is present due to the oxidative stress accumulation during the last trimester of gestation, hence leading to persistent hypoxia. One of the factors of oxidative stress accumulation is induced by the increase of FOXO-3. The goal of this observational study using casecontrol design is to look at how the FOXO-3 gene affects oxidative stress in the normal placenta and in early onset preeclampsia (EOPE). Methods The sample consisted of 31 normal pregnancy placentas and 31 EOPE placentas in this case control research. The relative expression of FOXO-3 mRNA was determined using RT-PCR. Results Between the normal and EOPE groups, there are no differences in the relative expression of FOXO-3 mRNA in preeclamptic when being compared to normal with a homogenic distribution between two groups, p>0.05. Conclusion To conclude, the FOXO-3 expression in early onset preeclamptic placental tissue is greater than in normal term pregnancy based on the experiment. However, the result were insignificant in a statistical manner."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harits Ahmad Khalid
"Pendahuluan: Preeklampsia adalah kelainan kehamilan yang ditandai dengan hipertensi yang diikuti oleh proteinuria, disfungsi organ, atau hambatan pertumbuhan janin pada wanita yang sebelumnya normotensif. Berdasarkan timbulnya gejala, preeklamsia dapat diklasifikasikan menjadi awal (<32 minggu), menengah (32-36 minggu), dan terlambat (> 36 minggu). Kekurangan vitamin D ibu dan kondisi resistensi insulin dikaitkan dengan peningkatan risiko preeklampsia. Vitamin D memiliki kemampuan untuk meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin, sehingga kondisi resistensi insulin dapat diperbaiki. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara vitamin D dan kadar glukosa pada jaringan preeklampsia selama kehamilan 36 minggu.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dengan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaringan plasenta preeklampsia selama kehamilan 36 minggu. Sebanyak 7 sampel diperoleh dari RSUPN Cipto Mangunkusumo pada 2016-2017. Data kadar vitamin D dan glukosa pertama kali diuji normalitas dengan menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan dilanjutkan dengan uji korelasi Pearson.
Hasil: Berdasarkan uji normalitas, data kadar vitamin D dan glukosa normal (p> 0,05). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang kuat antara vitamin D dan glukosa meskipun data tidak signifikan secara statistik (r = 0,688, p = 0,087).
Diskusi: Ada korelasi positif yang kuat antara vitamin D dan kadar glukosa pada jaringan plas preeklampsia selama kehamilan 36 minggu. Namun, studi lebih lanjut perlu dilakukan dengan 17 sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif.

Introduction: Preeclampsia is a pregnancy disorder characterized by hypertension followed by proteinuria, organ dysfunction, or fetal growth restriction in previously normotensive women. Based on the onset of symptoms, preeclampsia can be classified into early (<32 weeks), intermediate (32-36 weeks), and late (> 36 weeks). Maternal vitamin D deficiency and insulin resistance conditions are associated with an increased risk of preeclampsia. Vitamin D has the ability to increase tissue sensitivity to insulin, so that the condition of insulin resistance can be improved. This study was conducted to determine the relationship between vitamin D and glucose levels in preeclampsia tissue during 36 weeks of pregnancy.
Method: This study was a preliminary study with a cross-sectional design. The sample used in this study was placental tissue preeclampsia during 36 weeks gestation. A total of 7 samples were obtained from Cipto Mangunkusumo Hospital in 2016-2017. Data on vitamin D and glucose levels were first tested for normality using the Shapiro-Wilk normality test and continued with the Pearson correlation test.
Results: Based on normality tests, data on vitamin D and glucose levels were normal (p> 0.05). The Pearson correlation test results show that there is a strong positive correlation between vitamin D and glucose even though the data are not statistically significant (r = 0.688, p = 0.087).
Discussion: There is a strong positive correlation between vitamin D and glucose levels in preeclampsia plas tissue during 36 weeks' gestation. However, further studies need to be done with 17 samples to get more representative results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Visabella Rizky Triatmono
"Pendahuluan: Laktat Dehidrogenase (LDH) merupakan sebuah enzim yang terdapat pada
glikolisis anaerob yang berfungsi untuk mengubah piruvat menjadi laktat. Dalam hal
kehamilan, terdapat kondisi anaerob pada jaringan plasenta dimana glukosa dirubah
menjadi laktat. Namun, data mengenai aktivitas spesifik LDH pada jaringan plasenta
kehamilan normal serta terkait dengan karakteristik maternal masih kurang memadai.
Untuk menambah data, penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas spesifik LDH
pada plasenta normal.
Metode: Jaringan plasenta diperoleh dari wanita dengan kehamilan normal dan cukup
bulan. Pengukuran aktivitas spesifik LDH dilakukan dengan menggunakan
spectrophotometer. Formula untuk pengukuran beserta reagen diperoleh dari
Elabscienceâ Lactate Dehydrogenase (LDH) assay kit. Analisis statistik dilakukan
dengan menggunakan IBM SPSS versi 20.
Hasil: Hasil menunjukkan bahwa nilai median (min – max) dari aktivitas spesifik LDH
adalah 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. Berdasarkan karakteristik subjek, wanita < 35 tahun
menunjukkan aktivitas spesifik LDH yang lebih tinggi dibandingkan wanita ≥ 35 tahun,
dengan nilai 0,38 (0,06 – 1,19) U/mgprot dan 0,17 (0,1 – 0,4) U/mgprot, secara berurutan.
Berdasarkan usia gestasional, aktivitas spesifik LDH tertinggi terdapat pada early term
pregnancy pada 0,46 (0,17 – 1,19) U/mgprot, dengan nilai terendah pada late term
pregnancy pada 0,25 (0,16 – 0,46) U/mgprot. Riwayat graviditas menunjukan bahwa
wanita primigravida menunjukan aktivitas spesifik LDH yang lebih tinggi dibanding
dengan wanita multigravida, dengan nilai 0,35 (0,06 – 1,19) U/mgprot dan 0,30 (0,09 -
0,99) U/mgprot, secara berurutan. Bayi dengan berat <3 kg menunjukan nilai yang lebih
tinggi yaitu pada 0,51 (0,06 – 0,99) U/mgprot. Sebaliknya, bayi dengan berat > 3,5 kg
menunjukan nilai yang lebih rendah yaitu 0,27 (0,06 – 0,51) U/mgprot.
Kesimpulan: Secara singkat, penelitian ini menemukan bahwa nilai median (min – max)
dari aktivitas spesifik LDH adalah 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. Perolehan nilai aktivitas
spesifik LDH yang lebih tinggi ditemukan pada wanita < 35 tahun, early term pregnancy,
wanita primigravida, dan bayi dengan berat <3 kg saat lahir.

Introduction: Lactate Dehydrogenase (LDH) is an enzyme that is usually present under
anaerobic glycolysis, which functions to convert pyruvate into lactate. In correlation to
pregnancy, there is an anaerobic state on placental tissue in which glucose is metabolized
into lactate. However, data regarding specific activity of LDH in placental tissue from
normal pregnancy as well as according to maternal characteristic is lacking. To provide
more data, this research aims to study the specific activity of LDH on normal placenta.
Methods: Placenta tissue were taken from women who undergone normal term
pregnancy. Measurement of LDH specific activity was done using spectrophotometer.
The formula and reagents were obtained from Elabscienceâ Lactate Dehydrogenase
(LDH) assay kit. Statistical analysis was done through IBM SPSS version 20.
Results: Result shows that the median (min – max) value of LDH specific activity is 0,31
(0,06 – 1,19) U/mgprot. Based on subject characteristic, women who aged < 35 years old
have higher specific activity of LDH compared to ≥ 35 years old mother, the values are
0,38 (0,06 – 1,19) U/mgprot and 0,17 (0,1 – 0,4) U/mgprot, respectively. According to
gestational age, highest LDH specific activity is shown on early term pregnancy at 0,46
(0,17 – 1,19) U/mgprot, with the lowest on late term pregnancy at 0,25 (0,16 – 0,46)
U/mgprot. History of gravidity result shows, primigravida women shows higher LDH
specific activity compared to multigravida, the values are 0,35 (0,06 – 1,19) U/mgprot
and 0,30 (0,09 – 0,99) U/mgprot, respectively. Newborn weigh <3 kg has highest value
on 0,51 (0,06 – 0,99) U/mgprot. In contrary, those born with > 3,5 kg shows lowest value
on 0,27 (0,06 – 0,51) U/mgprot.
Conclusion: In summary, our study found that the median (min – max) value of LDH
specific activity is 0,31 (0,06 – 1,19) U/mgprot. With higher value of LDH specific
activity observed on < 35 years old mother, early term pregnancy, primigravida women,
and <3 kg newborn.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Mareti
"ABSTRAK
Plasenta previa totalis merupakan salah satu penyebab perdarahan masa antepartum. Plasenta previa totalis dapat menyebabkan perdarahan antepartum, persalinan prematur, perdarahan post partum, dan konsekuensi mortalitas dan morbiditas pada maternal dan neonatal. Perawat dalam mengatasi pasien dengan plasenta previa totalis di ruang perawatan adalah dengan menggunakan teori model keperawatan konservasi Levine. Teori ini berfokus pada peningkatan kemampuan adaptasi dan mempertahankan keutuhan atau wholeness selama ibu dirawat setelah mengalami perdarahan dan menuju fase pemulihan sehingga dapat mencegah perdarahan berulang dan menjaga kondisi kehamilan hingga usia matang. Konservasi yang dilakukan meliputi konservasi energi, konservasi integritas personal struktural dan sosial. Selain itu untuk mempercepat proses adaptasi maka dibutuhkan tindakan penunjang yaitu melalui tindakan terapeutik the theory therapeutic intention .Studi kasus dilakukan terhadap lima ibu hamil yang mengalami plasenta previa totalis dan menjalani terapi konservatif, adapun pendekatan proses keperawatan melalui model konservasi Levine dan the theory therapeutic intention. Penerapan model konservasi levine dalam lima kasus ditemukan diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan, resiko gangguan hubungan ibu janin, kecemasan, kesiapan peningkatan pengetahuan dan peningkatan pelibatan keluarga dalam perawatan. Hasil intervensi yang dilakukan berdasarkan prinsip konservasi dan the theory therapeutic intention pada kelima kasus menunjukkan bahwa status hidrasi adekuat, kesejahteraan janin stabil, kecemasan menurun, pengetahuan meningkat dan adanya keterlibatan keluarga dalam perawatan.

ABSTRACT
Placenta previa totalis is one of the causes of antepartum haemorrhage. Placenta previa totalis may cause antepartum bleeding, premature labor, postpartum hemorrhage, and maternal and neonatal mortality and morbidity consequences. Nurses in dealing with patients with placenta previa totalis in the treatment room are using Levine conservation nursing model theory. This theory focuses on improving adaptability and maintaining wholeness or wholeness during mothers treated after bleeding and into recovery phase so as to prevent recurrent bleeding and maintain the condition of pregnancy until the age of mature. Conservation undertaken includes energy conservation, conservation of structural and social personal integrity. In addition, to accelerate the adaptation process, it is necessary to support the action through therapeutic action the theory therapeutic intention . The case study was conducted on five pregnant women who had placenta previa totalis and conservative therapy, while the nursing process approach through the Levine conservation model and the therapeutic theory Intention. Application of the levine conservation model in five cases found nursing diagnoses of risk of fluid volume deficiency, risk of fetal maternal intercourse, anxiety, increased readiness of knowledge and increased family involvement in care. The results of the intervention based on conservation principles and the theory of therapeutic intention in the five cases show that adequate hydration status, stable fetal wellbeing, decreased anxiety, increased knowledge and family involvement in care.
"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anthony Eka Wijaya
"Latar Belakang: Preeclampsia adalah sindrom yg ditemui pada ibu hamil dan menjadi salah satu penyebab kematian terbesar ibu dan anak. Salah satu teori menjelaskan bahwa preeclampsia terjadi karena kegagalan proses pseudovasculogenesis. Kegagalan proses ini akan menyebabkan ketidakseimbangan produksi sitokin anti inflamasi dan inflamasi. Ketidakseimbangan ini akan menghasilkan spesies oksigen reaktif (SOR). Glutation tereduksi (GSH) adalah zat yg dihasilkan oleh tubuh untuk menetralisir SOR dan mencegah stress oksidatif dengan demikian GSH dapat digunakan sebagai indikator untuk preeclampsia.
Metode: Sampel dikumpulkan dari ibu dengan kelahiran normal (diatas 37 minggu), preeclampsia awal (sebelum 35 minggu), dan preeclampsia (diatas 35 minggu sampai 40 minggu). Kadar GSH pada ekstrak jaringan plasenta diukur mengunakan spectrophotometer.

Background: Preeclampsia is a syndrome in pregnant woman which is the leading cause of maternal and perinatal illness and death. One proposed pathogenesis mechanism of preeclampsia is failure in pseudovasculogenesis process which will cause imbalance production of anti-inflammatory and inflammatory cytokines. This imbalance production will trigger the production of Reactive Oxygen Species (ROS). Reduced glutathione (GSH) is an important endogenous substance which neutralized ROS to prevent oxidative damage. GSH level can be used as an indicator for preeclampsia. Therefore we want to measure GSH level in early and late preeclampsia compared to normal pregnancy.
Methods: samples were collected from mother with normal gestation (above 37 weeks), early preeclampsia (before 35 weeks), and late preeclampsia (after 35 weeks and before 40 weeks). Afterwards, GSH level is measused from plancetal extract using spectrophotometer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Illastria Rosalina
"Ekstrak plasenta mengandung berbagai zat bioaktif dan terbukti memiliki beberapa efek farmakologi diantaranya sebagai penumbuh rambut. Ekstrak plasenta bersifat hidrofilik, sehingga memiliki kemampuan penetrasi melalui kulit yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efek penumbuhan rambut dari ekstrak plasenta sapi dengan yang dienkapsulasi ke dalam vesikel novasom. Dibuat 8 formula novasom, dilakukan evaluasi untuk memilih formula optimal, selanjutnya, formula optimal terpilih digunakan untuk uji in vivo. Untuk mendapatkan formula optimum dibuat delapan formula dengan memvariasikan jenis surfaktan yakni Span 60 dan Span 80, jenis asam lemak yakni asam oleat dan asam stearat, serta rasio surfaktan terhadap asam lemak. Variabel terikat yang diuji meliputi efisiensi penjerapan (%EE), ukuran partikel, indeks polidispersitas (IPD), dan potensial zeta. Formula yang terdiri dari Span 60, kolesterol dan asam oleat dengan perbandingan 10:10:3 menunjukkan karakteristik optimal dengan ukuran partikel 155,0 nm; IPD 0,139; potensial zeta -63,73mV dan Efisiensi penjerapan 79,68%. Hasil uji dengan mikroskop elektron transmisi (TEM) dari novasom optimal menunjukkan nanovesikel berbentuk sferis, oligolamelar non-agregat. Novasom menunjukkan sifat elastis dan stabil selama penyimpanan 90 hari pada suhu 4oC. Studi in vivo menunjukkan bahwa novasom yang mengandung ekstrak plasenta memberikan efek pertumbuhan rambut yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak plasenta dalam liposom dan larutan minoksidil 2%.

Placenta extract contains numerous bioactive substances and has multiple pharmacological effects, including as a hair growth agent. Placenta extract is hydrophilic, so its ability to penetrate the epidermis is limited. This study aims to improve the hair-growing effect of bovine placenta extract (PE) by loading it into a novasome. Placental extract was formulated into eight novasome formulations, evaluated to determine the optimal formula, and then used for in vivotesting with the selected optimal formula. PE-loaded novasome was prepared by thin layer hydration method. By variying the type of surfactants, the type of free fatty acid (FFA), and the ratio of surfactants to FFA, eight novasome formulations were created. The resulting PE-loaded novasomes were characterized by entrapment efficiency, particle size, polydispersity index, and zeta potential. PE-loaded novasome composed of Span 60, cholesterol and oleic acid (10:10:3) demonstrated the most optimum characteristics with PS 155.0nm; PDI 0.139; ZP -63.73 and EE 79.68%. Transmission electron microscopy of the optimum novasome revealed non-aggregating oligo-lamellar nanovesicles. In addition, novasome showed ultra-deformable properties and good stability during 90 days storage at 4oC. A hair growth study in rats showed that the PE-loaded novasome demonstrated better hair-growing effect compared to PE-loaded liposome and minoxidil 2% solution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqha Aulina
"Latar belakang: Preeklampsia mengakibatkan 225 kematian dari 100.000 kelahiran di Indonesia. Salah satu teori terjadinya preeklampsia adalah peningkatan antioksidan yang tidak adekuat, contohnya glutation peroksidase GPx , untuk mengimbangi peningkatan stres oksidatif yang terjadi selama kehamilan. GPx adalah antioksidan enzimatik yang mengubah peroksida menjadi tidak berbahaya, sehingga mengurangi stres oksidatif. Beberapa penelitian yang menyelidiki GPx menghasilkan hasil yang bertentangan, dan belum ada yang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas spesifik GPx pada kehamilan normal, preeklampsia onset awal, dan preeklampsia onset akhir.
Metode: Studi ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain potong lintang komparatif. Jaringan plasenta diperoleh dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Budi Kemuliaan dan RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2015. Aktivitas umum U/mL GPx diukur dengan menggunakan GPx Randox Ransel Kit berdasarkan metode Paglia dan Valentine, yang kemudian dibagi dengan determinan protein mg/mL untuk mendapatkan aktivitas spesifik U/mg . Data kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 20 dengan uji Kruskal-Wallis.
Hasil: Kehamilan normal memiliki aktivitas spesifik tertinggi 8.562 3.93320.00 , diikuti oleh preeklamsia onset akhir 6.655 2.646-32.93 dan preeklampsia onset dini 6.328 5.873-13.17. Namun, perbedaan ini tidak signifikan menurut uji Kruskal-Wallis p = 0,399.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas spesifik GPx antara kehamilan normal, preeklampsia onset awal, dan preeklampsia onset akhir.

Background: Preeclampsia is responsible for the mortality rate of 225 out of 100,000 deliveries in Indonesia. It is theorized that preeclampsia is caused by inadequate increase of antioxidant, one of which is glutathione peroxidase GPx, to compensate with increasing oxidative stress during pregnancy. GPx is an enzymatic antioxidant which converts peroxides to its harmless counterparts, thus limiting oxidative stress. Several studies investigating GPx produced conflicting results, and none of them were done in Indonesia. This study aimed to compare GPx specific activity in normal pregnancy, early onset, and late onset preeclampsia.
Methods: This was an observational study using comparative cross sectional design. The placental tissues were obtained from Budi Kemuliaan Hospital and Cipto Mangunkusumo Hospital in 2015. General activity U mL was measured using GPx Randox Ransel Kit based on Paglia and Valentine method, which was then divided by protein determinant mg ml to find out the specific activity U mg. The data was then analyzed using SPSS 20 with Kruskal Wallis test.
Results: Normal pregnancy had the highest specific activity 8.562 3.93320.00, followed by late onset preeclampsia 6.655 2.646 32.93 and earlyonset preeclampsia 6.328 5.873 13.17 . However, these differences were ruled insignificant using Kruskal Wallis test p 0.399 .
Conclusion There was no significant difference of GPx specific activity between normal pregnancy, early onset preeclampsia, and late onset preeclampsia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>