Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124070 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iwan Amir
"Terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika yang telah dinyatakan bersalah oleh Hakim dan yang masih dalam proses peradilan yang ditempatkan di Rumah Tahanan Negara Pondok Bambu Jakarta Timur khususnya Narapidana/Tahanan wanita perlu mendapatkan pembinaan secara khusus, karena delapan puluh persen dari jumlah Narapidana /Tahanan yang ada merupakan kasus narkotika. Pembinaan Narapidana Wanita pemakai narkoba ini seharusnya dibuat dan diatur secara khusus serta terpisah dengan berpedoman pada ketentuan dalan Standard Minimum Rules for The Treatment of Prisoners. Hasil penelitian yang dilakukan penulis di Rumah Tahanan Negara Pondok Bambu, temyata proses pembinaan terhadap narapidana wanita pengguna narkoba masih banyak mengalami hambatan karena keterbatasan sarana dan prasarana. Hal ini disebabkan karena kondisi bangunan dengan sarana pembinaan yang belum memadai serta belum adanya standarisasi pola pembinaan secara khusus yang mengatur perlakuan terhadap narapidana wanita pemakai narkoba. Petugas Rumah Tahanan Negara Pondok Bambu belum memenuhi kebutuhan yang diperlukan baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk menunjang keberhasilan program pembinaan, seorang petugas Rumah Tahanan Negara dituntut memiliki profesionalisme, moral yang tinggi serta dedikasi penuh terhadap tugasnya. Untuk mewujudkan keberhasilan pembinaan narapidana wanita pemakai narkoba periu berkerjasama dengan instansi baik pemerintah maupun swasta serta diperlukan metode, teknik dan strategi pendekatan secara khusus. Selain itu pertu dibentuk Rumah Tahanan Negara Wanita Khusus Narkotika yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pembinaan antara lain ; ruang bimbingan konseling, ruang pengobatan (therapeutic), ruang ketrampilan. Selain itu disediakan psikolog, psikiater, dokter spesialis, pekerja sosial, rohaniwan serta petugas yang profesional.

For the narcotics abuser who had been accused guilty by the judge and placed in the Pondok Bambu Detention Center, East Jakarta, particularly for women are need special treatment, due to the eighty percents of the total inmates are involved the case of drug and narcotics abuse. The treatment of women inmates for the drug users should be termed and arranged in special way separated with others and should be made based on the regulation of the Standard Minimum rules for The Treatment of Prisoners. The research result which had been held by the writer in State Prisoners of Pondok Bambu, apparently the treatment for the women prisoners still faces obstacles particularly in terms of the facilities and equipment. It because of inappropriate condition of the building and lack of treatment device as well there is no special standard for women drugs abuser treatment which is actually can be used as guidance in giving treatment for women inmates. The quantity and the quality of the Pondok Bambu Detention Center officers upon of low of the standard. For the purpose of supporting the success of the treatment program, each officer is determined to own the professionalism, high moral level and work seriously. In order to succeed the treatment of women drugs offenders, the authority must be cooperated with other organization whether government or non government organization. It is obvious the need of the methodical, technical and strategic term in special way. Accordingly, it is a compulsory of build more Special Correctional Institution and Detention House for the woman drugs offenders with comprehensive supported with sophisticated instrument for the treatment. This institution, therefore should be equipped by counseling room, therapeutic room, and vocational training room. It should also be employed with the psychology expert, psychiatry, specialist Doctor, social worker, spiritual expert and the professional correctional officers."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Munandar
"Women view according to their stereotype is a graceful, patient, loving person and has a good morality is better than men. However different with that myth, many women are doing a crime/drug abuse even increased more and more.
The research methode which use is qualitative method, did through deep interview with three women prisoner repeated offender drug user (DU, IJ and S) as a key informant which available at Pondok Bambu Prison, also with another infomiant are prisoner Family and employees of Pondok Bambu Prison. Choosing of informants are based on informant, a criteria is prisoner repeated offender, young age, cooperative and start using drug from teenager.
From the research found several factors that caused three women prisoner repeated offender are using drug. those factors are individual (private). factor which is weak interaction with wrong society environment (drug environment) and drug factor it self. Other than that, there are also a different between men drug user and women drug user. Women besides as a drug user, they are also a victim. On patriarki culture women always as a second party which is a weaken and suppressed. Women which addicted to drug are suspectible as a victim of vioience and men sexual despising. On community opinion women regarded has a good moraiity so unproper to do a crime."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ari Ningsih
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi narapidana terhadap perpustakaan Rumah Tahanan Pondok
Bambu Jakarta Timur yang ditinjau dari 4 aspek, yaitu layanan, koleksi, petugas, serta sarana dan prasarana
perpustakaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data
dengan kuesioner sebagai sumber utama, dan dilengkapi dengan pertanyaan terbuka, serta observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persepsi narapidana terhadap perpustakaan Rumah Tahanan Pondok Bambu yang
ditinjau dari aspek layanan perpustakaan mendapatkan nilai (3,09), aspek koleksi mendapatkan nilai (2,64), aspek
petugas mendapatkan nilai (3,32), serta aspek sarana dan prasarana mendapatkan nilai (2,83). Sehingga nilai ratarata
persepsi narapidana terhadap perpustakaan yang dinilai dari 4 aspek tersebut bernilai (2,97) dari nilai maksimal
4,00. Nilai 2,97 berada pada interval 2,51 ? 3, 25 yang menunjukkan penilaian baik.

ABSTRACT
This research aimed to discover the prisoners toward service library of Rumah Tahanan Pondok Bambu, East Jakarta
that reviewed from four aspects, those are about services, collections, human resources, and facilities and
infrastructures. This research is a quantitative one using a descriptive approach. The data collecting techniques are
questioners as a main source, open questions, and observation as additional sources. The results of this research
show that the prisoners perceptions toward library that previewed from services aspect obtain score (3,09),
collections aspect obtain score (2,64), human resources aspect obtain score (3,32), and facilities and infrastructures
obtain score (2,83). So that the average score the prisoners perceptions toward library services that reviewed from
those four aspects obtain score (2,97) from the maximum score 4,00. Score 2,97 is on interval 2,51 ? 3,75 that shows
good appraisal."
2016
S64495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
G. A. P. Suwardani
"Semakin tingginya tingkat kenakalan anak yang menjurus pada tindak kriminalitas di beberapa kota besar merupakan masalah serius yang harus menjadi fokus perhatian para orang tua, masyarakat, dan juga pemerintah, dalam mencari solusi terbaik untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa.
Peraturan Perundang-Undangan tentang anak yang telah dibuat dan dikeluarkan oleh pemerintah ternyata belum sepenuhnya dapat diimplementasikam dimana masih Kita temui pembauran penempatan penghuni anak dan dewasa dalam 1 (satu) Rutan atau LP.
Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur yang dipilih sebagai fokus penelitian, merupakan salah satu Rutan dengan beragam penghuni wanita dewasa dan anak, serta anak pria. Masalah yang dihadapi Rutan Pondok Bambu semakin rumit dikala kondisi kelebihan daya tampung melanda Rutanl LP dibeberapa kota besar, sehingga penginman penghuni yang sudah berstatus narapidana/anak didik pemasyarakatan ke LP terdekat terkendala. Rutan dengan kapasitas 504 orang saat ini dihuni oleh 1-325 orang yang terdii dari 619 anak pria dan 706 wanita, dari 706 wanita didapati 131 anak wanita dengan jumlah petugas 232 orang, maka Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur sudah kelebihan daya tampung hampir 200%. Hal ini menyebabkan program pembinaan tidak dapat berialan secara maksimal mengingat sarana dan prasarana sangat terbatas. Fakta yang ada menunjukkan bahwa banyak warga binaan khususnya anak didik pemasyarakatan tidak tersentuh oleh kegiatan pembinaan yang seharusnya mereka dapatkan sesuai dengan peraturan perundang Undangan tentang Hak-Hak Anak maupun Perlindungan Anak.
Upaya yang dilakukan oleh Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur adalah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk menyamakan visi, misi dan persepsi melalui kebijaksanaan, strategi dan peningkatan program pembinaan.

The increase in the levels of juvenille deliquency that leads to criminal acts in several major cities poses as a serious problem. This needs to be the focus attention of all parents, the society, as well as the government in finding the best solutions to save the nation's future generation. Teh lw regulations on children that have been written and issued by the govemment have not been entirely implemented. This is proven by the joint placement of children and adults in a single detention center or penintentiary.
Pondok Bambu Detention Center in East Jakarta is chosen as the research subject, and it is one of the facilities that accommodates a mixture of occupants, which consist of adult women and young girls, as well as young boys. There is currently the complicated problems of over capacity that is rampant among correctional facilities in several major cities. This result in the difficulty of transferring occupants that have been given status of convicts or correction juvenile in mate to the nearest correctional facility. The capacity of Pondok Bambu Detention Center is 504 people, but it is currently accommodating a total of 1325 people which includes 619 young boys, 706 women out of which are 131 young giris, and 232 personnel. Therefore, Pondok Bambu Detention Center is already exceeding its capacity by almost 200 percent. Consequently, the development program cannot reach its maximum potential considering the limited facility and infrastructure. Facts indicate that most inmates, especially juveniles, are beyond the reach of the development program activities, which should be their rights as it is clearly delineated in the law regulations on Children Rights as well as Children Protections.
Currently, Pondok Bambu Detention Center is adressing this issue by coordinating with various associated parties in order to synchronize its visions, mission, and perception through policies, strategy, and improved development program.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clayrino Emiro Nerviadi
"Masalah kriminal masih menjadi masalah yang utama di Indonesia. Pelaku kriminalitas akan ditahan di lembaga pemasyarakatan (lapas) sebagai konsekuensi atas perbuatannya. Kondisi narapidana dan lapas dapat memicu timbulnya gangguan jiwa pada narapidana. Penelitian ini dilaksanakan atas dasar masih sedikitnya penelitian yang melihat gangguan jiwa pada narapidana wanita. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan fasilitas sosialisasi rumah tahanan dengan timbulnya gangguan jiwa pada narapidana wanita di Rumah Tahanan Pondok Bambu tahun 2015.
Metode yang digunakan adalah wawancara menggunakan kuesioner demografi dan MINI-ICD 10 untuk melihat gangguan jiwa yang dialami narapidana. Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 58.6% responden mengalami gangguan jiwa. Dari aspek penggunaan fasilitas sosialisasi, 50% responden pernah menggunakan fasilitas sosialisasi dan mengalami gangguan jiwa sedangkan dari aspek kondisi fasilitas sosialisasi, 47% responden mengatakan kondisi fasilitas sudah baik dan mengalami gangguan jiwa.
Setelah dianalisis menggunakan SPSS versi 23 dengan uji Chi Square, tidak ditemukan hubungan yang bermakna baik dari faktor penggunaan maupun kondisi fasilitas sosialisasi terhadap timbulnya gangguan jiwa pada narapidana wanita. Hal ini dapat disebabkan karena sudah baiknya fasilitas yang ada di Rumah Tahanan Pondok Bambu dan mungkin ada faktor lain yang lebih berperan dalam timbulnya gangguan jiwa pada narapidana wanita sepertu kesehatan fisik yang cenderung memiliki hubungan yang bermakna, sedangkan fasilitas sosialisasi hanya berperan sebagai faktor protektif agar narapidana tidak mengalami gangguan jiwa.

Criminal problem is still being the main problem in Indonesia. The criminal will be held at prison as consequency for what they have done. Prisoner and prison condition can trigger mental health disorder among the prisoner. This research was done on the basis of the lack of research on mental health disorder among women prisoner. The aim of this research was to find relation between socialization facilities with mental health disorder among women prisoner at Pondok Bambu Prison year 2015.
This research used interview as the method using demography and MINI-ICD 10 questionaire to find mental health disorder among the prisoner. The result showed that 58.6% respondents have mental health disorder. From the use of socialization facilities aspect, 50% respondents had use the socialization facilities and have mental health disorder while from condition of socialization facilities aspect, 47% respondents said the condition of the facilities were good and have mental health disorder.
After we analyed the datawith SPSS version 23 using Chi Square test, there was no significant relation between the use or condition of socialization facilities with mental health disorder among women prisoner. This result could be caused by the condition of facilities at Pondok Bambu Prison which is already good and maybe there is another main factor that caused mental health disorder among women prisoner like health condition of women prisoner. Socialization was just a protective factor for the prisoners so they will not have mental health disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Saida
"Penelitian ini mengkaji tentang kompleksitas pergulatan perempuan menjadi ibu dalam tahanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus dengan lokus di Rutan Pondok Bambu Klas IIA Jakarta Timur. Melalui narasi delapan perempuan yang sedang dalam keadaan hamil maupun menyusui dan sedang menjalani hukuman, penelitian ini ingin memahami pengalaman perempuan terkait proses terlibatnya dalam tindak pidana, praktik pengasuhan yang dijalani dalam tahanan dan pemaknaan peran sebagai ibu. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan wawancara mendalam dan observasi. Penelitian menunjukkan bahwa konstruksi gender yang menempatkan perempuan pada posisi inferior juga dapat membiatnya rentan terlibat dalam masalah pidana. Situasi menjadi lebih sulit ketika perempuan ada dalam kemiskinan dan gelasi gender yang tidak setara dengan pasangan. Kondisi yang serba tidak ideal menyebabkan perempuan menghadapi berbagai tantangan untuk menjalankan peran sebagai ibu dan dapat mengasuh anak dalam tahanan. Karenanya, dapat dimengerti bila perempuan yang berstatus sebagai ibu dalam tahanan sulit melihat diri menjalankan peran sebagai ibu secara ideal. Diskusi membahas hal-hal yang perlu dilakukan untuk memberikan dukungan maksimal bagi perempuan yang harus menjalankan peran sebagai ibu dalam tahanan.

This research examines the complexity of women's struggles to become mothers in detention. This study used a qualitative approach with a case study type with a locus at the Pondok Bambu Class IIA Prison, East Jakarta. Through the narrative of eight women who are pregnant or breastfeeding and are currently serving sentences, this study seeks to understand women's experiences related to the process of being involved in criminal acts, the practice of parenting in detention and the meaning of motherhood. The methods used to obtain data were in-depth interviews and observations. Research shows that gender constructs that place women in an inferior position can also make them vulnerable to get involved in criminal matters. The situation becomes more difficult when women are in poverty and in gender relations that are not equal with their partners. The conditions that are not ideal cause women to face various challenges in carrying out the role of mother and being able to raise children in detention. Therefore, it is understandable if women who are mothers in detention find it difficult to see themselves as carrying out the role of mothers in an ideal manner. The discussion discussed what needs to be done to be able to provide maximum support for women who have to play the role of mothers in detention."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elva Kumalasari
"Kejahatan marak terjadi di Indonesia. Hingga tahun 2015, jumlah narapidana di DKI Jakarta mencapai 9.347 narapidana. Gangguan jiwa terjadi karena ketidakseimbangan sistem pada manusia, baik karena ketidakseimbangan sistem pada tubuh manusia tersebut sendiri maupun interaksi dari sistem lain. Gangguan jiwa dapat terjadi karena bermacam-macam faktor. Faktor demografi merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi terjadinya gangguan jiwa. Sampai saat ini belum terdapat data berisi gangguan jiwa yang terjadi di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat pendapatan dengan gangguan jiwa pada narapidana wanita. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain potong lintang dengan instrument pelaksanaan penelitian berupa kuesioner demografi dan kuesioner MINI ICD-10 yang mencakup 14 gangguan jiwa sebagai alat diagnosis. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus ? Oktober tahun 2015 di Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur. Data yang didapatkan dianalisis dengan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 61 dari 104 responden (58,7%) mengalami gangguan jiwa dengan hasil terbanyak gangguan Psikotik sebanyak 29 orang (47,54%). Kemudian hasil tingkat pendidikan menunjukkan bahwa terdapat 39 orang (60,0%) dengan pendidikan menengah keatas yang mengalami gangguan jiwa, 40 orang (57,1%) narapidana yang bekerja mengalami gangguan jiwa, serta 53 orang (61,6%) narapidana dengan pendapatan dibawah pendapatan perkapita yang mengalami gangguan jiwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan statistik yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan gangguan jiwa, status pekerjaan dengan gangguan jiwa, maupun tingkat pendapatan dengan gangguan jiwa, namun terlihat kecenderungan bahwa narapidana dengan pendidikan tinggi, narapidana dengan tingkat pendapatan rendah, serta narapidana dengan status pekerjaan bekerja cenderung mengalami gangguan jiwa.

Indonesia is a country with a high level of crime rates. Until 2015, the number of prisoner in DKI Jakarta reaches 9.437 prisoners. Mental disorder occurs due to imbalance of systems within human. Mental disorder can occur because of various factors. One of the contributing factor is demographic factor. This research aims to understand the relationship between education level, working status, and income level with mental disorder in women prisoner. This research was conducted by cross sectional method, with using instruments such as demographic questionnaire and MINI-ICD 10 as diagnostic tool, which consist of 14 classification of mental disorder. The research is is done in August-October 2015 in Rumah Tahanan Negara Kelas IIA Pondok bambu Jakarta Timur. The collected Data is then analyzed using Chi Square method.
The result shows that there are 61 people out of 104 respondents (58,7%) who are diagnosed with mental disorder. The mental disorder with the highest prevalence is psychotic disorder with 29 people (47,54%). Then the data analysis shows that there are 39 people (60,0%) with education level middle-to-high that are diagnosed with mental disorders. There are also 40 people (57,1%) working prisoner that are diagnosed with mental disorders, and 53 people (61,6%) prisoner with incomes below GDP that are diagnosed with mental disorders The conclusion of the research is that there are no significant difference between education level, working status, and income level with mental disorders. However, there are tendency of prisoner with high level of education, lower income level, and ?working? working status with mental disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Afithasari
"Narapidana dan narapidana ibu hamil memiliki kebutuhan tambahan terkait hal ini pemenuhan hak kesehatannya di Rumah Tahanan Negara. Hak ini penting karena berhubungan langsung dengan ibu hamil dan juga untuk kesehatan janin itu mengandung. Tesis ini menjelaskan tentang pemenuhan hak atas kesehatan ibu hamil yang dilakukan oleh Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai 3 (tiga) orang narapidana wanita hamil yang berada di Rutan Kelas IIA, Jakarta Timur. Benda Tujuannya untuk mengetahui pengalaman dan kebutuhan narapidana wanita hamil, terutama dalam upaya memenuhi kesehatan Rutan Kelas IIA Jakarta Timur sebagai Unit Pelayanan Teknis yang bertugas melindungi HAM Tahanan dan narapidana manusia. Analisis penelitian ini menggunakan Perspektif Hak Asasi Manusia dan Teori Hukum Feminis. Berdasarkan hasil didapat, Rutan Kelas IIA Jakarta Timur melakukan 4 upaya kesehatan yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi narapidana dan tahanan perempuan hamil. Namun upaya kesehatan belum terpenuhi dengan baik karena Beberapa kendala tersebut antara lain kondisi overcrowding yang terjadi, anggaran fasilitas dan staf yang tidak memadai serta terbatas di pusat penahanan.

Pregnant women prisoners and prisoners have additional needs in this regard to fulfill their right to health in State Detention Centers. This right is important because it is directly related to pregnant women and also for the health of the fetus that is pregnant. This thesis describes the fulfillment of the rights to health of pregnant women carried out by the Class IIA State Detention Center (Rutan), East Jakarta. This study used a qualitative approach by interviewing 3 (three) pregnant female prisoners who were in the Class IIA Detention Center, East Jakarta. Object The aim is to find out the experiences and needs of pregnant women prisoners, especially in an effort to fulfill the health of the Class IIA Prison in East Jakarta as a Technical Service Unit in charge of protecting the human rights of prisoners and human prisoners. The analysis of this research uses the Human Rights Perspective and Feminist Legal Theory. Based on the results obtained, East Jakarta Class IIA Rutan has made 4 health efforts, namely promotive, preventive, curative, and rehabilitative efforts for pregnant women inmates and prisoners. However, health efforts have not been fulfilled properly due to some of these constraints, including overcrowding conditions, insufficient budget for facilities and staff and limited in detention centers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nitya Pandusarani
"ABSTRAK
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan hasil proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Cakupan pemanfaatan pelayanan rawat inap di RS Yadika Pondok Bambu masih sangat rendah dan cenderung mengalami penurunan selama 3 tahun terakhir. Tahun 2012 terlihat kenaikan, namun belum cukup signifikan. Rendahnya jumlah kunjungan rawat inap ini berdampak pada menurunnya jumlah BOR (Bed Occupancy Rate) yang sekaligus mempengaruhi pendapatan rumah sakit. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai determinan pemanfaatan pelayanan rawat inap di RS Yadika Pondok Bambu.
Jenis penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner dan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada direktur rumah sakit, kepala bidang keperawatan, dokter kandungan, dokter penyakit dalam, dokter anak dan responden yang bersangkutan. Sampel pada penelitian adalah pasien rawat jalan di RS Yadika Pondok Bambu, baik dewasa maupun anak (diwakilkan orang tuanya) yang berjumlah 96 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menanyakan responden mengenai kesediaannya untuk mau memanfaatkan pelayanan rawat inap di RS Yadika Pondok Bambu atau tidak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor eksternal rumah sakit dengan pemanfaatan pelayanan rawat inap di RS Yadika Pondok Bambu. Sebaliknya, terdapat hubungan yang signifikan antara faktor internal rumah sakit dengan pemanfaatan pelayanan rawat inap di RS Yadika Pondok Bambu, yang meliputi kinerja SDM (dokter, perawat, dan tenaga kerja non medis), kenyamanan rumah sakit, sarana non medis, tarif, dan proses pelayanan dengan pemanfaatan pelayanan rawat inap di RS Yadika Pondok Bambu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan pihak rumah sakit dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan serta memperbaiki sarana dan fasilitas yang ada. Selain itu, perlu juga diterapkan perencanaan strategis yang tepat sehingga dapat meningkatkan pemasaran rumah sakit agar pemanfaatan pelayanan rawat inap di RS Yadika Pondok Bambu bisa semakin maksimal.

ABSTRACT
Utilization of health services is a result of the health services search processes, doing by any person or group. Utilization rate of inpatient care at Yadika Hospital Pondok Bambu is still relatively low, and tends to decrease over the last 3 years. In the year 2012 has shown an increase, but not significantly. The low number of inpatient visits has an impact on the declining number of BOR (Bed Occupancy Rate) which also affects the hospital revenue. Regarding to this situation, it is necessary to take a research to find out the determinants of the inpatient care utilization at Yadika Hospital Pondok Bambu.
This type of research is a cross-sectional study with a quantitative using quesionare and qualitative approach with in-depth interviews to the hospital director, chief nursing, gynecologist, internist, pediatrician and other respondents. The sample in this study were outpatients at hospital Yadika Pondok Bambu, both adults and children (represented by their parents) who totaled 96 people. The study was conducted by asking respondents about their willingness of inpatient care utilization in hospital Yadika Pondok Bambu.
The results showed that there was no significant relationship between external factors and the inpatient care utilization at Yadika Hospital Pondok Bambu. On the contrary, there is a significant relationship between internal factors with the inpatient care utilization in Yadika Hospital Pondok Bambu, which includes the performance of human resources (doctors, nurses and non-medical workforce), hospitals comfort, non-medical facilities, cost, and service processes that involved in the inpatient care utilization at Yadika Hospital Pondok Bambu. Based on these results, the hospital is expected to further improve the quality of services and the existing infrastructure/facilities. Moreover, it should also apply proper strategic planning to improve the hospital market, so the utilization of inpatient care in Yadika Hospital Pondok Bambu hospital will be maximal."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Indriyani
"Partisipasi VCT pada WBP penting untuk diketahui agar dapat melakukan pencegahan penularan dan penanggulangan kasus sedini mungkin. Penelitian bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan VCT pada WBP di Rumah Tahanan Negara Klas IIA Pondok Bambu Tahun 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Tingkat partisipasi VCT pada WBP adalah 28,4%, dan faktor yang berhubungan dengan partisipasi VCT pada WBP yaitu jenis tindak pidana (OR=0,085, 95% CI= 0,019-0,387), pengetahuan (OR=2,898, 95% CI = 0,978-8,582), dan dukungan tenaga kesehatan (OR=2,533, 95% CI = 0,997-6,436). Klien VCT yang datang ke klinik VCT rutan sebagian besar atas rujukan dokter. Perlu peningkatan pengetahuan tentang HIV dan VCT untuk meningkatkan partisipasi VCT pada WBP.

VCT participation among prisoner is crucial for prevention and care support treatment of HIV in prison. The purpose of this study was to explore related factors to VCT among prisoner in Pondok Bambu Woman Prison Jakarta 2012. Data were collected from 95 prisoner which chosen by random sample at Pondok Bambu Prison, using self-administered questionnaires. Only 28,4% of respondents had participating in VCT. Related factors which have significant correlation with VCT participation are type of criminal act, knowledge, and medical workers support. Meanwhile, there is no significant correlation between education, job status, STD record, perception of VCT service needs, prison support, friends/family support."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>