Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartining Saddewi Budi
"Mangrove forest is coastal vegetation which influenced by sea water and river flow tide. Beside as a habitat for various sea biota and natural food resources for various fish, mangrove forest also has important function to protect coastline ecosystem.
A Two kind of research have been done; first, silvofishery aspect and status and conservation mangrove forest in Muara Gembong Bekasi West Java
The first research for studying variously silvofishery ecology aspect. Result of research shows litter production around 3,0-4,8 ton/ha/year; velocity litter decomposition 55 - 77 %; temperature 30,2 - 30,9 °C; salinity 21,7 - 27,5; brightness 0,48 - 99,5 m; pH 7,9 - 8.1; oxygen 4,5 - 5,4 mgll; BOD 1.9 - 2,9 mg/l; COD 139,1 - 272,6 mgll; Nitrat-N 0,140 - 0.274 mgll: Ortho-P040 0,034 -0.062 mgll. Fitoplankton analysis got result there was 4 family 17 spesies and for zooplankton had 2 family with 6 spesies.
The second research have been done for knowing about the total mangrove plant which grew there and for giving ecology characteristics. The
research shows that in research area had 14 species from 9 family. Vegetation in this area is dominated by Rhizophora, Avicenia, Exoecria, Sonneratia, Bruguiera, Achantus, Acrostichum, Aegiceros, Wedelia, Nypa.
The conclusion of two researches shows mangrove forest in Muara Gembong Bekasi West Java is unique estuarine ecosystem type with mangrove and in this area had a good potential to be developed as brackiswater area through silvofishery. According to potential area and considering need projection, management of mangrove forest area have to be developed with government support. Because we face a problem with brackwiswater farmer who always try to enlarge their brackiswater area through cut down the mangrove plant"
2001
T1114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivitri Dewi Prasasty
"ABSTRACT
Pidada fruit (Sonneratia caseolaris) is a type of fruit from mangrove plants that are used as processed food ingredients into pidada dodol by the coastal community in Muaragembong. The purpose of this community service was to observe the hygiene and sanitation of pidada dodol processing by the people of Biyambong Neighborhood, Mekar Village, Muaragembong Sub-district, Bekasi Regency. Processing pidada dodol is still done traditionally, so it is very important for the community to be aware of the hygiene and sanitation in producing good quality dodol. The expected benefit of this community service activity was to help pidada dodol producers pay attention to the hygiene and safety aspects when making pidada dodol. The results of this community service indicated that the community served understood the importance of hygiene and sanitation during the processing of dodol pidada. Through counseling and the questionnaire on hygiene and sanitation aspects of dodol processing, it is expected that the dodol makers on the coastal of Muaragembong would be more aware of the hygiene and sanitation so that their products become safer and healthier."
Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2018
300 JPM 2:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Dien Warits
"Energi angin dapat dimanfaatkan dengan horizontal axis wind turbine seperti TSD-500 di Muara Gembong, Bekasi. Namun produksi listrik TSD-500 belum optimal. Berdasarkan data angin lokasi dan dengan metode Blade Element Momentum Theory (BEMT) dihasilkan desain blade baru. Hasilnya berupa desain blade turbin angin beradius 1 m menggunakan airfoil SD 7032 (low Reynolds number airfoil) yang chord-nya dilinearisasi dengan CP sebesar 0,38 yang stabil di tip speed ratio ±7. Kapasitas turbin angin meningkat dari 500 W menjadi 1.400 W. Blade desain baru ini diprediksi dapat memanfaatkan angin di lokasi sebesar 26%, lebih besar dari blade sebelumnya yang hanya 19,76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selsa Artika Ayujawi
"Muara Gembong merupakan wilayah yang rentan terhadap pencemaran sampah karena letaknya berada di pesisir. Keberadaan sampah tersebut berpotensi mempengaruhi kelimpahan burung karena sampah organik dapat menjadi sumber pakan burung, sementara sampah anorganik dapat menyebabkan perubahan struktur habitat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui jenis burung yang memiliki kelimpahan tinggi dekat sampah, (2) mengetahui hubungan antara jumlah dan jenis sampah dengan kelimpahan relatif burung, serta (3) mengetahui faktor yang mempengaruhi probabilitas keberadaan burung dekat sampah. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2020 di wilayah Pantai Mekar dan Muara Blacan. Pengamatan burung dilakukan dengan metode jelajah dan kelimpahan relatif setiap jenis burung ditentukan berdasarkan nilai encounter rates. Adapun pendataan dan perhitungan konsentrasi sampah dilakukan berdasarkan protokol yang dikeluarkan oleh NOAA. Dilakukan uji korelasi Spearman antara kelimpahan tiap spesies burung dengan konsentrasi sampah, serta dilakukan Principal Component Analysis (PCA) terhadap kondisi habitat dan karakteristik burung dekat sampah. Hasilnya, bondol jawa (Lonchura leucogastroides) dan kuntul besar (Egretta alba) merupakan dua spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi dekat sampah dengan nilai encounter rates berturut-turut sebesar 39,13 dan 38,89. Selain itu, konsentrasi sampah anorganik berkorelasi negatif dengan kelimpahan relatif raja udang biru (Alcedo coerulescens), tekukur biasa (Streptopelia chinensis), dan dederuk jawa (Streptopelia bitorquata). Adapun berdasarkan analisis PCA, faktor yang mempengaruhi probabilitas keberadaan burung dekat sampah diantaranya yaitu tutupan kanopi (0,952), salinitas (-0,84), jumlah pohon (0,791), foraging habitat (0,782), jenis substrat (0,777), dan tipe habitat (0,749).
Muara Gembong is vulnerable to waste pollution because it is located on the coast. The existence of such waste is potential to affect the bird abundance because organic waste can be a source of bird food, while inorganic waste can cause changes in habitat structure. This study aims to (1) determine the types of birds that have a high abundance near trash, (2) determine the relationship between the amount and types of trash with the relative abundance of birds, and (3) determine the factors that influence the probability of the presence of birds near trash. The study was conducted in June 2020 in Pantai Mekar and Muara Blacan areas. Observation of birds was done using the exploration method and the relative abundance of each species of bird was determined based on the encounter rates. The data collection and calculation of trash concentration was carried out based on the protocol issued by NOAA. The Spearman correlation test was carried out between the abundance of each bird species and the concentration of trash. Principal Component Analysis (PCA) was performed on the habitat conditions and characteristics of birds near the trash. As a result, the Javan munia (Lonchura leucogastroides) and Great egret (Egretta alba) are the most abundant species near trash with encounter rates of 39.13 and 38.89, respectively. Moreover, the concentration of inorganic waste is negatively correlated with the relative abundance of Cerulean kingfisher (Alcedo coerulescens), Spotted dove (Streptopelia chinensis), and Sunda collared dove (Streptopelia bitorquata). Based on PCA analysis, factors that influence the probability of birds being near trash include canopy cover (0.952), salinity (-0.84), number of trees (0.791), foraging habitat (0.782), substrate type (0.777), and habitat type (0,749)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Hartansyah
"Berkurangnya sumber bahan bakar fossil sebagai sumber energi memicu perkembangan yang pesat pada teknologi energi terbarukan. Energi angin sebagai salah satu energi terbarukan berpotensi untuk menyelesaikan masalah tersebut khususnya di Indonesia. Pemanfaatan Energi angin menjadi energi listrik sudah di Implementasikan di Indonesia, salah satunya di Muara Gembong yang dilakukan oleh Universitas Indonesia. Pengembangan Kincir Angin khususnya komponen Blade harus disesuaikan dengan karakteristik angin di Indonesia. Untuk mendapatkan Desain yang optimal diperlukan evaluasi terhadap karakteristik Blade yang terpasang. Evaluasi yang dilakukan menggunakan metode numerik software Qblade.
Hasil simulasi menunjukan efisiensi Blade (Cp) 0,485 pada TSR 5,5. Torsi maksimal Blade di capai pada 300rpm-550rpm pada kecepatan angin 3m/s-12m/s. Pengukuran langsung kecepatan angin dari bulan November 2014-Mei 2015 menunjukan Kecepatan angin 1m/s-2m/s menunjukan probabiliti 18% namun energi yang dihasilkan 0 watt. Sedangkan energi terbesar dihasilkan pada kecepatan angin 6m/s-7m/s yaitu sebesar 26kWh walaupun probabiliti kecepatan angin 7%.
Hasil simulasi dari struktur blade menunjukan beban kritis terjadi pada pangkal Blade tepatnya pada sudut twist terbesar yaitu 12,40. Secara keseluruhan struktur Blade cukup kuat untuk menahan beban yang diakibatkan oleh angin. Bedasarkan data-data evaluasi di atas menunjukan bahwa karakteristik dari Blade yang terpasang memang di khususkan untuk kecepatan angin yang tinggi yaitu >7m/s.

Sort of fossil fuel as energy resource of the world triggers a rapid development in renewable energy. Wind energy as one of renewable energy resource has a great potential to solve world’s energy needs especially in Indonesia. The utilization of wind energy to electric energy has been implemented in Indonesia in Muara Gembong done by University of Indonesia. The wind turbine development especially in blade component has to be suited with Indonesia wind characteristics. In order to obtain an optimum design an evaluation for the implemented blade performance is significantly needed. The evaluation is conducted by numerical method using QBlade software.
The simulation results show the blade efficiency (Cp) of 0.485 at TSR of 5.5. The maximum torque generated is on the range rotational speed of 300-500 rpm at wind speed of 3-12 m/s. A direct measurement in wind speed has conducted in November 2014 - May 2015. Although the measurement results show wind speed range of 1-2 m/s with probability value of 18%, the energy generated is 0 watt. While the highest value of energy generated by this wind energy which is at wind speed range of 6-7 m/s is 26 KWh with probability value of 7%.
The blade structure simulation result shows the critical load occur at blade hub region precisely at twist of 12.4o. The overall blade structure is actually strong enough to withstand the load produced by wind. Consequently, based on evaluation data obtained, it is proven that the implemented blade performance is specifically designed at high wind speed condition (>7 m/s).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naurah Naziihah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian di Kawasan mangrove Muara Angke untuk menyeleksi spesies burung yang dapat dijadikan spesies indikator dengan menggunakan metode Indicator Value pada bulan September sampai dengan Desember tahun 2018. Kawasan mangrove Muara Angke merupakan salah satu kawasan hutan mangrove di Indonesia yang awalnya memiliki luas 1200 ha pada tahun 1960, namun kebijakan pemerintah yang mengalihfungsikan hutan mangrove menjadi pemukiman warga dan tambak menyebabkan luas kawasan tersebut berkurang menjadi 326 ha. Kawasan mangrove tersebut memiliki peranan penting bagi burung, yaitu sebagai feeding ground, nesting ground dan nursery ground berbagai jenis burung. Penelitian dilakukan di Hutan Lindung, Arboretum Mangrove dan Taman Wisata Alam Muara Angke serta bertujuan untuk mengkaji burung sebagai bioindikator dan mengetahui korelasi antara nilai Indicator Value dengan struktur habitat ketiga lokasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 35 spesies burung di ketiga lokasi tersebut. Indicator Value digunakan untuk untuk mengetahui bagaimana kelimpahan berbagai macam spesies dapat dijadikan indikator untuk mengetahui kualitas suatu lingkungan. Lima spesies dengan nilai Indicator Value tertinggi ialah bondol jawa (Lonchura leucogastroides), madu sriganti (Cinnyris jugularis), remetuk laut (Gerygone sulphurea), cangak abu (Ardea cinerea), dan cangak merah (Ardea purpurea). Analisis korelasi Rank Spearman dilakukan antara nilai kelimpahan jenis gereja erasia (Passer montanus), bondol jawa (Lonchura leucogastroides) dan remetuk laut (Gerygone sulphurea) dengan data struktur habitat, yaitu tutupan kanopi, spesies pohon yang mendominasi, desibel suara dan tutupan sampah. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa gereja erasia memiliki korelasi negatif dan signifikan terhadap tutupan sampah.

ABSTRACT
Research has been carried out on September to December 2018 in Muara Angke mangrove area to selected birds as indicator species. Muara Angke mangrove area is one of the mangrove forest areas in Indonesia which initially had an area of 1200 ha in 1960, but the government policy that transferred the function of mangrove forests to residential settlements and ponds caused the area to decrease to 326 ha. The mangrove area has an important role for birds, as feeding grounds, nesting grounds and nursery grounds for variety of birds. The study was conducted in Hutan Lindung, Arboretum Mangrove dan Taman Wisata Alam Muara Angke and aimed to study birds as bioindicators and understand the correlation between the value of the Indicator Value and the habitat structure of the three locations. This study recorded a total of 35 bird species from all three locations. The indicator value was used to find out how the abundance of various species can be used as an indicator to determine the quality of an environment. Five species with the highest indicator value are Javan munia (Lonchura leucogastroides), Olive-backed sunbird (Cinnyris jugularis), Golden-bellied gerigone (Gerygone sulphurea), Grey heron (Ardea cinerea), and Purple heron (Ardea purpurea). Analysis of Spearman Rank correlation was carried out between tree sparrow (Passer montanus), javan munia (Lonchura leucogastroides) and golden-bellied gerigone (Gerygone sulphurea) species abundance with habitat structure data, such as canopy cover, tree species that dominated the sites, sound decibels and garbage cover. The results indicated that tree sparrow have negative but significant correlation with canopy cover"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Muhammad Alif Bryan Riztama
"Indonesia adalah negara kepulauan yang luas, dimana fitur topografinya dapat membatasi suatu area dengan area lainnya. Hal ini menyebabkan distribusi listrik menjadi sangat bervariasi. Oleh Karena itu, dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat ditempatkan di daerah sulit terjangkau, yang dapat memenuhi kebutuhan listrik masyarakat setempat. Energi bayu/angin adalah salah satu energi terbarukan yang mempunyai potensi yang bagus. Energi ini cukup melimpah di daerah pesisir khususnya Kampung Bungin, Muara Gembong, dan total 3 kincir angin telah terpasang di daerah ini.
Saat ini, pengambilan data-data terkait kincir angin tersebut menjadi poin penting, terutama setelah pemasangan bilah blade baru. Data yang diambil berupa kecepatan angin, serta data penghasilan listrik, menggunakan Data Logger yang tersedia di lokasi. Pengolahan data tersebut menggunakan software MagdeTech 4 serta Microsoft Excel. Aproksimasi kecepatan angin menggunakan Distribusi Weibull 2-parameter. Hasil perhitungan kecepatan angin untuk menemukan potensi kincir angin akan dibandingkan dengan hasil aktual di lapangan.

Indonesia is a vast country in which the topographical features can separate areas from one another. This causes electricity distribution to be uneven. Therefore, a standalone power plant placed in remote areas that can fulfill the demand for electricity locally is needed. Wind energy, as one of the renewable energy resource, has a great potential to solve this problem. Wind energy is readily available in Bungin Village, Muara Gembong, and three micro wind turbines have been installed in the village.
Today, it is important to obtain the data related to the wind turbines, especially with the new blades installed, which consists of gathering wind speed and power generation data from the data loggers present on the site. Data processing is done by using MadgeTech 4 and Microsoft Excel. A Two parameter Weibull Distribution is used to approximate wind speed in the future. Also, the result from processing the wind speed data to obtain power generation, will be compared with actual power generation data in forms of voltage and current, and an analysis can be made.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setio Utomo
"Paradigma pendekatan pembagunan saat ini telah mengalami pergeseran secara signifikan dari yang sifatnya sentralisasi, top down, kini bergeser kearah sistim desentralisasi dan bottom up. Bahkan saat ini trend pembangunan juga mulai memperlakukan masyarakat sebagi pelaku utama. Program-program pembangunan yang mengklaim berbasis masyarakat (community based) hampir dapat dijumpai dalam setiap departemen pemerintahan bahkan pemerintah daerah juga mulai mengadopsi sistem ini. Program-program seperti PPK (Depdagri), P2KP ( Departemen Kimpraswil). PPMK (Pemda DK]) adalah contoh dari model pembangunan yang menggunakan community based.
Disemua program pemberdayaan masyarakat tersebut hampir seluruh program yang dijalankan memiliki komponen pendamping di dalamya. Kebcradaan pendamping ini diharapkan menjadi facilitator dan mediator antara masyarakat dan program. Dengan demikian maka posisi pendamping dalam sebuah program sangat berpengaruh untuk mencapai keberhasilannya. Pendamping menjadi ujung tombak dari program yang akan dijalankan. Di sisi finansial komponen pendamping ini juga memiliki nilai yang signifikan dari seluruh pembiayaan program, sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja dan sumebr daya manusia komponen ini juga dapat dijadikan sarana transformasi sosial.
Karena pentingnya posisi dan pecan pendamping dalam sebuah program maka penulis tertarik dan mencoba memperlajari proses pendampingan yang terjadi dan dan mengkaji faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendamping dalam menjalankan tugasnya. Dengan mengambil sebuah contoh kasus di Desa Pantai Sederhana di Kecamatan Muara Gembong, Bekasi, penulis ingin mengkaji sejauhmana pengaruh faktor-faktor internal dan ekstemal yang ada pada pendamping mempengaruhi keberhasilan pendampingan.
Didasarkan pada persoalaan diatas penulis mencoba membagi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pendampingan kedalam beberapa aspek yaitu aspek internal, aspek ini berkaitan dengan diri pendamping dan melekat padanya. Untuk mengetahui aspek ini maka dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu : (1) pemahaman pendamping terhadap program, (2) pemahaman pendamping terhadap karakter budaya setempat, (3) pemahaman pendamping terhadap wilayah geografis, (4) kemampuan komunikasi dan sosialisasi pendamping dan (5) kemampuan motivasi pendamping. Sedangkan aspek lainnya yaitu aspek eksternal, yaitu aspek yang berada diluar diri pendamping yang sangat mempengaruhi seluruh proses yang akan dilakukan pendamping di lapangan.
Aspek tersebut berhubungan dengan fasilitas dan pendukung yang diberikan kepada pendamping dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di lapangan. Aspek eksternal ini merupakan aspek yang menjadi tanggung jawab pengelola program.
Dari hasil temuan penelitian yang mengambil kasus pendampingan sebuah program di Desa Pantai Sederhana, Bekasi, ditemukan fakta bahwa faktor-faktor diatas sangat berpengaruh dalam proses pendampingan. Aspek internal misalnya, temuan dilapangan membuktikan apabila pendamping memiliki kualitas yang memadai dari sisi aspek internal maka pendamping tidak menghadapi kesulitan di lapangan. Kondisi yang memadai dari sisi aspek internal pendamping ini juga akan sangat membantu masyarakat yang didampingi dalam melakukan proses belajar bersama pendamping. Sedangkan untuk aspek lainnya yaitu aspke eksternal memang sangat sulit untuk mengukur derajat pengaruhnya terhadap kinerja pendamping karena memang tidak ada standar yang sama bagi pendamping atas hak yang mesti didapat dalam menjalankan program pendampingan. Hampir setiap program mempunyai kebijakan tersendiri bagi pendamping untuk diberikan fasilitas pendukungnya.Faktor eksternaI lainnya seperti modal sosial masyarakat masih memerlukan penelitian lebih jauh untuk mengetahui pengaruhnya terhadap keberhasilan pendampingan. Untuk mengakaji dan meneliti tentang pengaruh kondisi sosial-ekonomi, politik dan hubungan-hubungan kekerabatan serta kebiasan-kebiasan masyarakat terhadap sebuah program pendampingan membutuhkan waktu dan biaya yang jauh lebih lama dan besar. Oleh karena itu bagi mereka yang tertarik dan berminat pada program pendampingan dalam sebuah program pembangunan penulis bisa menyarankan untuk mengkaji lebih jauh tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan struktur sosial, ekonomi dan politik dan modal sosial masyarakat lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Restu Jati Saputro
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34188
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>