Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bernardinus Realino S
"Rice fields located in Citarum Hilir watershed of Karawang district are more and more affected by growth of residential and industrial areas. This resulted in the need to have supporting rice fields elsewhere including in the upstream region. ln Citarum Hulu watershed, 19,5% fiom the existing rice fields is non-irrigated with 32,l9% of population work in the agriculture sector. But productivity of' non-irrigated rice fields of Citanim Hulu watershed is still low, which is below 25 kwintal/ha. One of the efforts to increase its productivity is to look at the local climate model. The low productivity may also be caused by factors such as slope and altitude, which are used as variables in Wilayah Tanah Usaha (WTU). Sandy (1985) wrote that growth and death of any plant in Indonesia depend on water. Awarding to Chang (1968) every process in a plant is affected by water. Furthermore, FAO believed that the growth requirement of a rice plant is also depended on water availability. Mohr, Schimdt-Ferguson, and Oldeman made climate classifications based on rainfall in relation with plant needs of irrigation. Spatial climate model and planting time/season are important factors in management of non-irrigated rice fields in Citarum Hulu watershed. These rice fields are nou-unifonnly found in the center down to the south. Rice production varies from 22 to 4l kw/ha where the majority produces 30-40 kw/ha. Productivity model for the northem part is varied, and to the south is more stable with productivity of 30-40 kw/ha. The annual average rainfall in Citarum Hulu watershed is 1770-3458 mm/yr where the majority of the region has in the range of 2000-3000 mm/yr. Maximum monthly rainfall is 558 mm and a minimum of 6 mm on average. Rainfall is high in the months of November to April and dry period is fiom June to August. Mol-rr?s climate classification is around class III - Vb where the majority is in class III-IV. Schmidt-Ferguson?s climate classification for this area is type C to type A, where the majority is in the wet type (A). 0Ideman?s climate classification varies from D3 to Bl where the majority ofthe region is in climate group C-B (humid-wet). ln general, climate model for Citarum Hulu watershed is as follows: in the center (around the city of Bandung) is almost always drier than its surrounding areas, specifically in the northem and southem parts that are mountainous. The distribution of non-irrigated rice fields has a strong correlation with the annual rainfall model of Schimdt-Ferguson and Oldeman, because as an area has more precipitation there tend to be non-irrigated rice fields. But it is not true with Mohr climate. A strong correlation in productivity of non-irrigated rice fields with rainfall model, Mohr, Schmidt-Ferguson, and Oldeman climate models mean that as a region receives more precipitation then 'there is a tendency of higher rice productivity. But there is also a tendency that if an area is extremely wet, the productivity will decrease. Planting season in the Citarum Hulu watershed is from October and May with 4 planting time models: October/February, October/March, November/March, and December/April. In the November/March, planting time is dominant in almost all of the watershed area. Part of the non-irrigated rice fields in Citarum Hulu watershed are still according to the WTU conception, that is 65,87%, which the majority is in the center. As for the rest of this region, they should be converted into protected forest areas (especially in the south) and hard plant agriculture (in the cast). Keywords: DAS Citarum Hulu, non-irrigated rice fields, rainfall, climate model, Mohr, Schmidt-Ferguson, Oldeman, WTU conception, planting time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T6376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auriwan Yasper
"Klasifikasi curah hujan sangat membantu masyarakat dan instansi terkait dalam mengambil kebijakan seperti pengelolaan sumber daya air, transportasi, pertanian dan pencegahan bencana. Model yang sudah pernah digunakan dalam melakukan klasifikasi curah hujan yaitu XGBoost, telah terbukti mampu melakukan klasifikasi dengan efektif, namun masih memerlukan tuning pada hyperparameter-nya untuk meningkatkan performa model. Penelitian ini bertujuan untuk merancang metode klasifikasi curah hujan dengan model XGBoost dan menemukan nilai learning rate terbaik untuk klasifikasi curah hujan. Parameter max depth, dan n estimator ditetapkan berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan. Model ini dibangun berdasarkan data historis curah hujan selama 3 bulan setiap jam, yang telah dikumpulkan oleh peralatan Automated Weather Observed System (AWOS) di Stasiun Meteorologi Kota Pontianak. Pencarian hyperparameter menggunakan metode coarse to fine, yaitu pencarian kasar ke pencarian halus. Pencarian kasar menggunakan RandomizedSearchCV, sedangkan pencarian halus dengan GridSearchCV. Model dievaluasi dengan metrik Accuracy, precision, recall, dan F1-score. Evaluasi menunjukkan bahwa model memilki metrik evaluasi yang baik dengan persentase diatas 80% untuk setiap kasus pembagian data. Nilai learning rate terbaik dengan akurasi tertinggi yang didapatkan pada model dengan 2040 data set adalah pada kasus klasifikasi biner, yaitu sebesar 0.043 dengan akurasi pada data latih 90.19%.

The classification of rainfall is very helpful for the community and related agencies in making policies such as managing water resources, transportation, agriculture, and disaster prevention. The model that has been used to classify rainfall, namely XGBoost, has proven to be able to classify effectively but still requires tuning its hyperparameters to improve model performance. This study aims to design a rainfall classification method using the XGBoost model and find the best learning rate for rainfall classification. The max depth and n estimator parameters are determined based on research that has been done. This model was built based on historical rainfall data for 3 months every hour, which has been collected by the Automated Weather Observed System (AWOS) equipment at the Pontianak City Meteorological Station. The hyperparameter search uses the coarse-to-fine method, which is a coarse-to-fine search. The coarse search uses RandomizedSearchCV, while the fine search uses GridSearchCV. The model is evaluated with Accuracy, precision, recall, and F1-score metrics. The evaluation shows that the model has good evaluation metrics with percentages above 80% for each case of data sharing. The best learning rate value with the highest accuracy obtained in the model with the 2040 dataset is in the binary classification case, which is equal to 0.043 with an accuracy of 90.19% of the training data."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI Publishing, 2018
551.57 RIS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryadi
"Berdasarkan tinjauan fisis dan hasil analisis klimatologi pola sebaran suhu muka laut, suhu udara permukaan dan curah hujan di wilayah daratan Sumatera Barat, menunjukkan bahwa lautan memiliki peran dalam pembentukan sistem cuaca di wilayah Sumatera Barat. Namun, ini masih harus dibuktikan dengan melibatkan pola sebaran angin di perairan timur Samudera Hindia dan sekitar Sumatera Barat serta penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kondisi lokal terhadap pembentukan hujan di Sumatera Barat.
Indeks penguapan laut dapat dihitung dari besarnya kecepatan angin, serta selisih antara suhu muka laut dan suhu udara permukaan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan data meteorologi permukaan bulanan selama periode 30 tahun (1971-2000) yang diperoleh dari NCEP Realtime Marine Data di perairan timur Samudera Hindia. Analisis hubungan indeks penguapan dengan curah hujan di Sumatera Barat menggunakan regresi linear yang dinyatakan dari nilai koefisien korelasinya.
Hasil perhitungan menunjukkan rata-rata indeks penguapan bulanan bagian selatan ekuator Samudera Hindia lebih tinggi dibandingkan bagian utara ekuator dan makin ke arah pantai indeks penguapan semakin rendah. Di bagian utara peningkatan indeks penguapan terjadi pada bulan April dan Oktober hingga puncaknya November, sedangkan di bagian selatan peningkatan terjadi mulai bulan Juni hingga Agustus. Sumatera Barat memiliki 4 pola hujan dengan sebaran curah hujan tertinggi di pesisir barat dan wilayah perbukitan sebelah barat Bukit Barisan, sedangkan ke arah wilayah perbukitan tersier sebelah timur Bukit Barisan curah hujan semakin rendah. Pada kondisi normal, bulan Maret dan November merupakan bulan dengan nilai curah hujan yang paling tinggi. Indeks penguapan laut di sekitar ekuator Samudera Hindia umumnya berkorelasi kuat dan positif dengan curah hujan bulanan di pesisir barat dan wilayah perbukitan sebelah barat Bukit Barisan. Semakin dekat jaraknya ke arah pantai nilai koefisien korelasinya lebih tinggi. Koefisien korelasi indeks penguapan dengan hujan bulanan pada bulan yang sama lebih tinggi dibanding menggunakan indeks penguapan satu bulan sebelumnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surbakti, Helmon
"Hujan yang merupakan salah satu bentuk presipitasi mempunyai hubungan yang erat dengan limpasan permukaan . Sebelum menjadi limpasan permukaan, air hujan yang jatuh kepermukaan bumi akan mengalami proses infiltrasi , evaporasi maupun transpirasi yang semuanya merupakan bentuk kehilangan total air hujan. Ada suatu metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan besarnya kehilangan total tersebut, metode ini dinamakan phi indeks. Phi indeks merupakan intensitas kehilangan yang terbagi rata yang harus dikurangkan dari intensitas hujan agar didapat limpasan permukaan akibat hujan netto yang benar-benar menjadi limpasan. Jadi hipotesisnya adalah bila diketahui persamaan hubungan antara hujan ( X ) dan aliran ( Y ) maka intensitas kehilangan adalah curah hujan nyata ( R ) dikurangi hujan yang menjadi aliran tersebut, atau dalam bentuk persamaan regresi linier Y = a.X , dimana X = R - ?. Data-data yang digunakan adalah data curah hujan besar harian yaitu data curah hujan harian yang lebih besar dari data curah hujan harian rata-rata, dan data limpasan harian yang berasal dari data debit harian yang telah dikurangi dengan aliran dasamya . Data curah hujan dan data debit harian tersebut diperoleh dari stasiun pengukuran hujan dan stasiun pengukuran debit pada DAS Ciujung tahun 1997 karena memiliki data stasiun hujan terukur yang paling banyak tersebar pada DAS Ciujung. Dengan demikian diharapkan hasil yang diperoleh dari hipotesa dengan menggunakan data tersebut akan memberikan hasil besamya phi indeks yang cukup mewakili untuk DAS Ciujung."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Alif Renaldy
"Curah hujan ekstrim diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pemanasan global di sebagian besar dunia dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi uap air atmosfer. Amplikasi curah hujan ekstrim dapat meningkatkan intensitas dan frekuensi banjir yang merugikan di berbagai sektor. Melaui investigasi spasial dan temporal berdasarkan indikator hujan ekstrem yaitu meliputi aspek frekuensi, persistensi, absolut maksimal dan rata-rata per kejadian. Penelitian ini mengungkap kecenderungan hujan ekstrem dan karakteristik hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu periode 1980-2022. Analisis yang digunakan dikenal dengan metode non-parametrik yaitu Mann-Kendall Test sebagai salah satu metode yang paling populer digunakan untuk mengevaluasi ada tidaknya kecenderungan pada data rentang waktu hidrologi. Hasil menunjukkan bahwa secara spasial kecenderungan hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu terdeteksi terdapat 5 titik stasiun penakar curah hujan dengan kenaikan/penuruan trend secara signifikan dalam periode 1980-2022. Sedangkan secara termporal bulanan, memperlihatkan trend kenaikan/penurunan signifikan terjadi pada 12 lokasi stasiun curah hujan di DAS Citarum. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa kondisi topografi dan fenomena iklim (ENSO & IOD) terindikasi mempengaruhi intensitas curah hujan di DAS Citarum Hulu. Hasil dari visualisasi spasial curah hujan dan curah hujan ekstrem berdasarkan indikator hujan ekstrem juga menampilkan kecenderungan hujan ekstrem relatif tinggi di ketinggian >1000 mdpl dan berdasarkan analisis temporal bersama fenomena iklim ditemukan peningkatan curah hujan di tahun-tahun La Nina kuat IOD negatif, namun untuk curah hujan ekstrem tidak semua parameter menunjukkan keterkaitan terhadap fenomena iklim.

Extreme rainfall is expected to continue increasing along with global warming in most parts of the world due to an increase in the concentration of atmospheric water vapor. The application of extreme rainfall can increase the intensity and frequency of floods, which is detrimental in various sectors. Through spatial and temporal investigations based on extreme rain indicators, which include aspects of frequency, persistence, absolute maximum, and average per event, this study reveals the trend of extreme rainfall and the characteristics of extreme rain in the Citarum Upper Watershed for the period 1980-2022. The analysis used is known as the non-parametric method, namely the Mann-Kendall Test, as one of the most popular methods used to evaluate whether there is a trend in hydrological time span data. The results show that spatially, the trend of extreme rain in the Upper Citarum watershed was detected at 5 rainfall measuring stations with a significant increase/decrease trend in the 1980-2022 period. Meanwhile, on a monthly basis, a significant increase/decrease trend occurred in 12 rainfall station locations in the Citarum watershed. In this study, it is also known that topographical conditions and climatic phenomena (ENSO & IOD) are indicated to affect the intensity of rainfall in the Upper Citarum watershed. The results of the spatial visualization of rainfall and extreme rainfall based on extreme rain indicators also show a tendency for relatively high extreme rain at altitudes > 1000 meters above sea level. Based on a joint temporal analysis of climatic phenomena, it is found that there is an increase in rainfall in strong La Nina years when IOD is negative. However, for extreme rain, it does not show all parameters related to climate phenomena."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Li, Xiaofan
"The book shows validation of precipitation modeling against observations and derives a set of diagnostic precipitation equations. The book provides detailed discussions of the applications of precipitation equations to the examination of effects of sea surface temperature, vertical wind shear, radiation, and ice clouds on torrential rainfall processes in the tropics and mid-latitudes, and to the studies of sensitivity of precipitation modeling to uncertainty of the initial conditions and to the estimate of precipitation efficiency. "
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20400646
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Elman
"Penelitian presipitasi pada paduan logam ingat bentuk (shape memory alloy) TiNi dan pengaruhnya terhadap temperatur transformasi, telah banyak dilakukan. Hasilnya antara lain menyatakan bahwa terbentuknya presipitat T13Ni4 dapat mengakibatkan paduan ingat bentuk TiNi peka terhadap perubahan temperatur laku panas, tetapi apabila presipitat tumbuh hingga mencapai fasa kesetimbangan, yaitu presipitat TiNi3, paduan ingat bentuk tidak menunjukan adanya fasa antara saat terjadi transformasi.
Dalam penelitian ini, telah dilakukan penelitian pengaruh proses penuaan terhadap presipitasi dan temperatur transformasi ingat bentuk paduan Ti-50.04%at. Ni, dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik presipitat dan temperatur paduan Ti-50,04%at.Ni yang dituakan pada tempertaur 550 °C selama 1, 2, 5, 10, 20 dan 30 jam, pengamatan dilakukan menggunakan beberapa metoda yaitu mikroskop optik, mikroskop elektron transmisi (Transmission Electron Microscope - TEM) dan metoda tahanan listrik four probe.
Hasil penelitian menunjukan bahwa paduan Ti-50.04%at.Ni, akibat laku panas penuaan berfasa martensit dengan orientasi pelat yang acak. Presipitat yang terbentuk adalah TiNi3 yang tumbuh pada orientasi tertentu, yaitu sesuai dengan hubungan [2021]TmNi3 // [020]Matriks, sedangkan temperatur transformasi tidak menunjukan perubahan yang berarti sebagai akibat perlakuan penuaan.

Examination of precipitate of TiNi shape memory alloy on temperature transformation has been done by many scientists. They observed that Ti3Ni4 precipitate can affect the transformation temperature of the alloy by heat treatment. If precipitate grows into stability phase, i.e. TiNi3 phase, shape memory alloy failed to show intermediate phase. In this research work aging process on precipitation and transformation temperature of Ti-50.04%at.Ni shape memory alloy were carried out.
The aim was study the characteristics of precipitate and transformation temperature of Ti-50.04 %at.Ni alloy which were aged at 550 °C for 1, 2, 5, 10, 20 and 30 hours. The testing method use optical microscope, Transmission Electron Microscope (TEM) and four-probe electric resistance.
Experimental results show that Ti-50.04%at.Ni alloy, which were effected by aging treatment have martensite phase. This martensitic is arranged by fine-laths with random orientation. Type of precipitates observed is TiNi3 and they grow through fixed orientation, i.e. [2021]TiNi3 11 [020]Matrix. Furthermore in this study, the transformation temperature were not significantly affected by aging treatment.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Tiara Sofyan
"Paduan aluminium banyak dipakai pada aplikasi otomotif, karena berat jenisnya yang rendah dan ketahanan korosinya yang baik. Karena alasan ekonomis, proses pengecoran produk otomotif selalu memakai scrap dalam komposisi yang cukup besar, yang mengakibatkan fluktuasi kandungan unsur paduan, seperti antara lain Zn. Studi ini mempelajari peran Zn sebesar 1 dan 9 wt. % di dalam proses pengerasan presipitasi paduan aluminium AA319. Pengujian kekerasan dan kekuatan dilakukan untuk mengamati sifat mekanik paduan, sementara respons paduan terhadap pengerasan presipitasi diikuti melalui pengujian kekerasan. Evolusi struktur mikro diamati dengan menggunakan mikroskop optik dan SEM (scanning electron microscope) yang dilengkapi dengan EDS (energy dispersive spectroscopy). Distribusi unsur terlarut dipelajari dengan X-ray mapping pada mode back scattered electron. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Zn sebesar 1 dan 9 wt. % pada paduan AA319 meningkatkan kekerasan dan kekuatan. Selain itu, juga terjadi transformasi morfologi fasa Al-Fe-Mn-Si dari bentuk huruf cina (chinese script) menjadi jarum (needle). Transformasi ini diperkirakan terjadi karena larutnya Zn di dalam matriks aluminium yang mengubah tegangan permukaan antara matriks dan inti fasa interdendritik. Penambahan Zn meningkatkan respons paduan terhadap penuaan alami, namun tidak menyebabkan perubahan signifikan pada penuaan buatan di temperatur 200 oC. Zn diketahui tersegregasi di sekitar fasa Al2Cu.

Aluminium alloys are widely used for automotive application due to its low density and high corrosion resistance. For economic reason, casting of automotive products always uses aluminium scrap as charging materials that may result in fluctuation of content of alloying element, such as Zn. This research studies the role of Zn in precipitation hardening of AA319 aluminium alloys. Hardness and tensile testing were conducted to study the mechanical properties of the alloys, while ageing response was followed by hardness measurements. Evolution of microstructures was observed by using optical microscope and SEM (scanning electron microscope) equipped with EDS (energy dispersive spectroscopy). Distribution of solute elements was detected by x-ray mapping and formation of nanoprecipitates was observed by using TEM (transmission electron microscope). Research results showed that addition of 1 and 9 wt. % Zn on AA310 alloys increases strength and hardness. Morphology transformation of Al-Fe-Mn-Si phase from chinese script into needle shape was detected, and may be due to dissolution of Zn in aluminium matrix that change the interfacial stress between the matrix and interdendritic phases. Addition of Zn also increased response of alloys to natural ageing but no significant change was detected for artificial ageing at 200 oC. Age hardening was contributed by the formation of θ? (Al2Cu) nanoprecipitates. Zn was segregated on the periphery of Al2Cu phase."
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Fenomena banjir merupakan salah satu permasalahan hidrologi yang sering kita jumpai. Banjir akan terjadi apabila aliran air sungai yang mengalir melebihi kapasitas tampung sungai. Jumlah aliran air yang masuk ke sungai sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang menjadi limpasan permukaan. Perhitungan jumlah curah hujan yang menjadi limpasan permukaan diperlukan dalam perencanaan bangunan pengendali banjir untuk disesuaikan dengan kapasitas tampung bangunan air tersebut. Ada suatu metode yang dinamakan metode Antecedent Precipitation Index (API) atau metode Indeks Hujan Sebelumnya (IHS). Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui besar curah hujan yang menjadi limpasan permukaan dengan memperhitungkan kondisi kejenuhan tanah yang disebabkan oleh hujan yangjatuh pada saat-saat sebelum hujan ketika limpasan dievaluasi. Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan harian dan data debit harian pada DAS Ciujung tahun 1997 yang diperoleh dari Puslitbang Pengairan DPMA, Bandung. Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian ini adalah suatu rumus empiris dengan suatu konstanta berupa antecedent precipitation index dan variabel tertentu yang menggambarkan bentuk hubungan antara curah hujan dan debit aliran sungai sehingga rumus tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan besar curah hujan yang menjadi limpasan permukaan pada daerah aliran sungai Ciujung pada tahun 1997."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>