Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170356 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Made Riasmini
"Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia membawa konsekuensi munculnya permasalahan yang cukup kompleks baik dari aspek fisik, psikologis dan sosio ekonomi. Hal ini dapat mempengaruhi kemandirian usia lanjut dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL). Aktivitas kehidupan sehari-hari merupakan tingkat ldnerja seseorang dalam melakukan fungsi kehidupan sehari-hari, mencakup aktivitas kehidupan sehari-hari yang bersifat dasar (ADL Dasar) maupun aktivitas yang lebih kompleks (ADL Instrumental). Kemampuan usia lanjut dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karakteristik demograii, masalah kesehatan kronis, tingkat fimgsi kognitif dan dukungan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang laktor apa saja yang berhubungan secara bemtakna dengan kemampuan usia lanjut dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari di Kelurahan Palmeriam Kecamatan Matraman Jakarta Timur.
Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi usia lanjut di Kelurahan Palmeriam Kecamatan Matraman Jakarta Timur (100 RW). Sampel diambil dengan metoda proportional random sampling sebesar 166 responden usia lanjut bemsia 60 tahun ke atas. Pengumpulan data dengan cara kunjungan rumah pada keluarga yang mempunyai usia lanjut yang dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2002. Data diolah dan dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan Regresi Logistik Ganda.
Hasil penelitian pada analisis unjvariat rnenggambarkan bahwa dari karakterisrik usia Ianjut sebagian besar berumur antara 60-69 tahun (47,0 %), betjenis kelamin perempuan (75,3 %), status janda/duda (60,2 %), berpendidikan rendah (82,5 %), tidak bekerja (77,7 %) dan mempunyai masalah kesehatan kronis ringan (64,5 %). Sebanyak 53,0 % tidak mengalami gangguan kognitif dan 57,2 % memperoleh dukungan memadai dari keluarga. Secara umum usia lanjut mempunyai kemampuan mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yaitu sebesar 53,6 % Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur, pendidikan, pekerjaan, masalah kesehatan kronis, tingkat fungsi kognitif dan dukungan keluarga dengan kemampuan usia lanjut dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda didapa: adanya hubungan bemulma antara umur, tingkat timgsi kognitif dan dukungan keluarga dengan kemampuan usia lanjut dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Setelah dilakukan uji interaiksi, temyata ada interaksi antar variabel tingkat fumgsi kognitif dan dukungan keluarga terhadap kemampuan usia lanjut dalam melakukan aktivitas kehidupan.
Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan kepada pihak Suku Dinas Kesehatan Wilayah Jakarta Timur dan Puskesmas Kecamatan Matraman agar mengembangkan berbagai program kegiatan yang terkait dengan aktivitas kehidupan sehari-hari usia lanjut dengan penekanan pada upaya promotif dan preventiil Disamping itu perlu dlkembangkan program home vis!! dalam rangka memberdayakan dukungan keluarga terhadap usia lanjut, juga pemberdayaan masyarakat unluk menggerakkan penduduk usia lanjut dalam mengikuti berbagai aktivitas kelompok di masyarakat.

Increasing number of elderly in Indonesia has emerged complex problem : physically, psychologically and socio-economically. lt will affect their ability to do activities of daily living (ADL). Activities of daily living is a performance of doing daily function, includes basic activities of daily living (Basic ADL) and complex activities of daily living (Instrumental ADL). The performance of elderly in doing activities of daily living is influenced by several factors, those are demography characteristic, chronic health problem, cognitive iitnction level, and family support.
This research aims to identity information on what are the dominant factors that are influence the elderly abilities in doing activities of daily living in Palmeriam Village, Matraman District, East Jakarta.
The research design is analytical descriptive with cross sectional approach ofthe elderly population in Palmeriam Village, Matraman District, East Jakarta (10 RW). The sample of this study is 166, the subjects are older than 60. The sample was taken by proportional random sampling rncthod. Data was collected through home visit to family who have elderly &om July to August 2002. Collected data is analized with Chi-Square and Multiple Logistic Regression test.
Univariate analysis described that most of the elderly population characteristics are aged between 60-69 year (47,0%), women (75,3%), widow/widower (6O,2%), low educated (82,5%), unemployed (?77,7%), light cronic health problem (64,5%). Almost 53,0% of the sample do not have cognitive disturbance and S7,2% have proper support fiom family. Generally, S3,6% of the elderly have self ability in doing their activities of daily living. Chi-Square test showed that there is a relationship between age, education, job, chronic health problem, cognitive function level and family support, and the elderly ability in doing their activities of daily living. Multiple Logistic Regression Analysis demonstrated that there is a relationship between age, cognitive function level and lamily support, with the elderly ability in doing their activities of daily living.
Following interaction test, it showed that there is an interaction between the variable cognitive iitnction level and Family support to the elderly ability in doing their activities of daily livingb Based on this research, it is recommended to Health Authority at East Jakarta and Health Centre at Matraman District to develop programe that relates to the elderly activities of daily living with focus on promotive and preventive eH`ort. In addition, it is needed to develop a home visit programe in order to encourage support from the family to the elderly, also to empower society to motivate the elderly to follow several group activities in society."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T6401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuslan Sunandar
"Lanjut usia di Jawa Barat tahun 2002 yang terbina hanya 162.548 dari jumlah 2.333.782 orang, Kelurahan Garuda merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Andir yang mempunyai jumlah Ianjut usia cukup besar yaitu : 295 orang, tersebar di 6 RW. Jumlah tersebut membawa konsekuensi munculnya permasalahan yang cukup kompleks baik dari aspek fisik, psikologis maupun sosial ekonomi. Permasalahan tersebut antara lain adalah penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari yang dapat berdampak terhadap penurunan kualitas hidup. Salah satu program preventif dan promotif pada penurunan status fungsionaI adalah kegiatan latihan fisik melalui olahraga. Tujuan penelitian diketahuinya kontribusi waktu, frekuensi, dan intensitas olah raga terhadap kemampuan melakukan aktivitas fisik sehari-hari pada lanjut usia di kelurahan Garuda kecamatan Andir kota Bandung. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional, teknik sampling yang digunakan, proporsional random sampling dengan jumlah sampel 118. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada responder menggunakan kuesioner. Analisis data pertama secara univariat kemudian bivariat dengan regresi linier sederhana dan multivariat untuk melihat faktor yang paling dominan.
Hasil penelitian bahwa waktu olahraga dapat menerangkan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari pada lanjut usia sebesar 47,9 %, frekuensi olahraga 28,2 %, sedangkan intensitas olahraga 69,5 % dan menjadi faktor yang paling dominan. Kesimpulan adanya kontribusi yang kuat dari waktu, frekuensi dan intensitas olahraga terhadap kemampuan melakukan aktivitas fisik sehari-hari pads lanjut usia. Saran bahwa kegiatan olahraga yang sudah berjalan dengan baik perlu ditingkatkan dalam segi intensitas/kualitas olahraga yang dilakukan. Pendidikan kesehatan tentang olahraga kepada lanjut usia dan masyarakat luas perlu lebih gencar melalui berbagai cara dan media agar cakupan kegiatan olahraga meningkat.

Aging in West Java of year 2002 constructive only 162.548 from amount 2.333.782 people. Kelurahan Garuda represent one of chief of village in kecamatan Andir having amount continue the big enough aging that is : 295 people, the round of in 6 RW. That is bring the consequence of complex problems appearance from physical aspect, psychological and also economic and social. The problems for example is functional status reduction which can affect to decline quality of live. One of program of prevention and promotion is activity of physical practice of through physical exercises. Research aim knowing of time contribution, frequency, and sport intensity to ability conduct activity of daily livings the aging in kelurahan Garuda of kecamatan Andir of Bandung city. Research conducted by cross sectional desain , sampling technics used proporsional random sampling with the amount sampel 118. Data collecting conducted by interview to responder use the kuesioner. Analyse the first data by univariat later then bivariate by simple regression linier and multivariat to see the most dominant factor.
Result of research that sport time can explain the ability to conduct ADLs at the aging equal to 47,9 %, sport frequency 28,2 %, while sport intensity 69,5 % and become the most dominant factor. Conclusion is existence of strong contribution from time, sport intensity and frequency to ability conduct the ADLs at the aging. Suggestion that sport activity walk better require to be improved in intensity/quality facet. Health education about sport to continuing wide society and aging need more intensively through various means and media so that sport activity coverage increase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustika
"Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen kesehatan kekerjasama dengan Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1995 telah melaksanakan Survei Kesehatan rumah Tangga (SKRT) yang terintegrasi dengan Susenas. Dari hasil analisis awal penduduk usia lanjut berumur 55 tahun ke atas sekitar 7,7% dibandingkan seluruh populasi, dengan usia harapan hidup 65-70 tahun. Diperkirakan jumlah ini akan menjadi 9,9% dan total populasi di tahun 2000. Walaupun perubahan proporsi ini tidak terlalu besar. Namun, secara absolut jumlah penduduk golongan usia ini akan paling besar dibandingkan negara lain kecuali Cina, AS, India (SP,1980).
Angka kesakitan pada penduduk usia lanjut adalah 25,7% (SKRT,1992). Dan pada tahun 1996 angka kesakitan 15,1%. Walaupun usia lanjut bukan suatu penyakit, namun bersamaan dengan proses penuaan, insiden penyakit kronik dan hendaya (distabilitas) akan semakin meningkat. Untuk menilai kemandirian usia lanjut digambarkan dengan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari (Activities of daily life=ADL) apakah mereka dapat tanpa bantuan misalnya; bangun, mandi, ke WC, kerja ringan, makan, minum dsb.
Untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimanakah penduduk usia lanjut dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi ADL penduduk usia lanjut berdasarkan karakteristik sosial ekonomi dan demografi serta kesehatan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)1995. Susenas merupakan salah satu survei rumah tangga yang diselenggarakan setiap tahun oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
Dalam pengolahan dan dianalisis data ini, dipilih penduduk usia lanjut berumur 55 tahun ke atas, berjumlah 26.491 orang.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar penduduk usia lanjut adalah Sebagian besar penduduk usia lanjut pada penelitian ini adalah wanita, kelompok umur yang terbanyak adalah antara 60-69 tahun. Pendidikan sebagian besar responden berpendidikan rendah( tidak sekolah atau tidak tamat SD),sebagian besar berstatus kawin. Apabila dilihat dari status pekerjaannya sebagian besar tidak bekerja.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pengeluaran rata-rata terbanyak berkisar antara 90.0001-350.000 rupiah (di bawah rata-rata) dan tinggal di Desa.
Berdasarkan keluhan/gangguan yang dirasakan (sesak nafas, asma, kejang, lumpuh, kecelakaan di Rumah, kecelakaan lainnya), pada umumnya tidak mempunyai keluhan kesehatan, gangguan kesehatan (perilaku/jiwa, pikun, sendi dan kelumpuhan) maupun gangguan kesehatan2 (penglihatan, pendengaran, bicara, rasa raba, kejanggalan dan terbelakang).
Dari yang mempunyai keluhan/gangguan; jenis keluhan yang terbanyak adalah sesak nafas, jenis gangguan kesehatan terbanyak adalah gangguan sendi dan jenis gangguan kesehatan2 terbanyak adalah gangguan penglihatan.
Karakteristik sosio-ekonomi, demografi dan kesehatan penduduk usia lanjut menunjukkan persentase yang tinggi pada ADL Dasar yang baik, semakin tua kelompok umur penduduk usia lanjut semakin tinggi persentase untuk mendapatkan ADL dasar yang buruk. sebaliknya semakin muda kelompok umur semakin tinggi ADL dasar baik.
Persentase terbesar ADL dasar baik adalah pada penduduk usia lanjut laki-laki, kelompok umur 55-59 tahun, pendidikan SMP Ke atas, berstatus kawin, bekerja, pengeluaran di bawah rata-rata, tinggal di Desa, tidak mempunyai keluhan, tidak mempunyai gangguan kesehatan, tidak mempunyai gangguan kesehatan2, tidak pernah di rawat, dan tidak cacat.
Melalui analisis inferensial dengan regresi logistik; kelompok umur, pendidikan, status bekerja, keluhan, status dirawat, gangguan kesehatan1, serta gangguan kesehatan2 berpengaruh terhadap ADL Dasar. Pengaruh yang terbesar adalah status dirawat.
Dari hasil penelitian tersebut implikasi kebijakan yang disarankan adalah mengingat ADL dasar baik pada penduduk usia lanjut memperlihatkan persentase yang tinggi dibandingkan dengan ADL dasar yang buruk, disarankan penduduk usia lanjut dapat "didayagunakan" sesuai dengan kemampuannya, karena secara umum kesehatan penduduk usia lanjut baik dan masih mampu untuk bekerja.
Namun harus di ciptakan lapangan kerja yang khusus baik formal maupun informal, yaitu jenis pekerjaan yang tidak banyak menggunakan kekuatan fisik, misalnya; menjadi konsultan, penulis, pengrajin, penjaga toko dsb. Dengan mengaryakan penduduk usia lanjut tersebut, ketergantungan mereka kepada orang lain atau pemerintah menjadi berkurang, dan mereka dapat memberi sumbangan positif pada perekonomian negara. Dengan demikian, mereka akan dapat mengisi sisa-sisa hidup mereka dengan hidup lebih bahagia, sejahtera dan produktif.
Mengingat umur, pendidikan, status bekerja, keluhan, status dirawat, gangguan kesehatan, dan gangguan kesehatan2 serta kecacatan berpengaruh terhadap ADL dasar, maka perlu peningkatan program kesehatan pra-usia lanjut melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan usia lanjut, membiasakan olah raga sesuai dengan kemampuannya, menjaga keseimbangan gizi melalui diet garam dan lemak, menurunkan berat badan untuk yang kegemukan, menghilangkan kebiasaan merokok, menghindari Cara hidup yang tidak teratur dan kurang sehat serta kebiasaan hidup lainnya yang kurang baik bagi kesehatan di masa lanjut usia."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T6305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Usia lanjut adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Peningkatan jumlah usia lanjut disebabkan semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia. Meningkatnya usia dapat menimbulkan masalah - masalah kesehatan akibat dari perubahan atau kemunduran strukrur dan fungsi organ tubuh.
Salah satu masalah kesehatan yang berhubungan dengan proses menua adalah masalah gizi. Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengetahui status gizi seseorang, diantaranya dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran status gisi usia Ianjut dan untuk mengetahui faktor -faktor demografi yang berhubungan dengan status gizi usia lanjut. Desain yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: analitik korelasi dengan analisis univariat dan bivariar. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2003, di Kelurahan Paseban Kecamatan Senen Jakarta Pusat dengan sampel adalah usia lanjut yang berumur lebih dari 65 tahun sebanyak 66 responden. Penelitian ini melibatkan tujuh variabel independen sebagai faktor-faktor demografi yang berhubungan dengan status gizi, variabel terbanyak adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, status kesehatan, kebiasaan merokok. Hasil analisis unuvariat, responden terbanyak diketahui pada kelompok umur 75 - 84 tahun 45,5 %, jenis kelamin perempuan 81, 8 %, tingkat pendidikan rendah 66, 7 %, tingkat pendapatan tinggi 97,9 %, status kesehatan baik 86.4 %, kebiasaan tidak merokok 86,4 % dan status gizi tidak normal 5 7,6 %. Sedangkan pada analisis bivariat dikerahui bahwa secara statistik tidak ada variabel independen yang mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi usia lanjut (IMT). Dari hasil penelitian ini disarankan bagi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pemberian makanan tambahan dan penyuluhan kesehatan pada usia lanjut dan keluarganya, bagi tenaga keperawatan untuk diadakannya pelatihan - pelatihan tentang perawatan usia Ianjut yang dapat meningkatkan status gizi usia lanjut, bagi institusi pendidikan untuk menambahkan literatur, buku, jurnal tentang usia Ianjut sebagai acuan arau pedoman, bagi bidang penelitian perlu dilakukan penelitian lebih Ianjut tentang faktor-faktor yang belum tercakup seperti tingkat stres, keturunan dan hormonal, bagi masyarakat perlu ditingkatkan pengetahuan tentang status gizi usia lanjut melalui pendidikan kesehatan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5432
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Widagdo
"Penyakit tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai salah satu negara dengan penderita TB terbesar nomor tiga di dunia setelah India dan Cina. Pendekatan pengobatan TB dilakukan melalui Strategi Directly Observed Treatment Short course (DOTS) namun prevalensi TB masih tetap tinggi. Keberhasilan pengobatan penyakit TB terletak pada kepatuhan penderita dalam pengobatan TB selama 2 bulan fase awal dan 4 bulan fase lanjutan sehingga memberikan dukungan keberhasilan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita dalam pengobatan TB di wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Tahun 2002 dengan Desain Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah penderita TB paru yang telah mendapat pengobatan TB selama 6 - 8 bulan di wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2002. Jumlah sampel sebanyak 81 orang dengan sampel klaster. Analisis data menggunakan Chi square untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan uji logistik untuk melihat faktor yang dominan yang paling berhubungan dengan kepatuhan penderita dalam pengobatan TB. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 50 orang (61,7 %) patuh dalam pengobatan dan 31 orang (38,3 %) tidak patuh dalam pengobatan TB. Hasil analisis bivariat menghasilkan variabel sikap penderita terhadap penyakit dan pengobatan yang berhubungan dengan kepatuhan penderita dalam pengobatan TB (p-value= 0,00). Hasil analisis multivariat dengan metode regresi logistik, dari 12 variabel bebas hanya tiga variabel, yaitu sikap, dukungan keluarga dan pengawas minum obat yang masuk untuk dianalisis.
Hasil analisis menunjukkan tidak ada variabel yang paling berkontribusi (p< 0,05) dengan kepatuhan penderita dalam pengobatan TB. Dengan demikian seluruh variabel yang ada memiliki kedudukan dan kesempatan yang sama dalam hubungannya dengan kepatuhan penderita dalam pengobatan TB. Implikasi dari penelitian ini meliputi : perlunya peningkatan pengetahuan penderita dan keluarganya melalui penyuluhan, perlunya pengawasan minum obat, khususnya penderita usia muda atau tua dan penderita yang mudah lupa, meningkatan kegiatan kunjungan rumah oleh perawat atau petugas kesehatan, mempertahankan dukungan pemerintah terhadap penderita TB dan meningkatkan kemampuan perawat komunitas melalui pendidikan dan pelatihan.

Analyzes Factors Related to Patients Compliance Tuberculosis Treatment in the Context Community Health Nursing in Pasar Minggu Health Centre South-Jakarta in 2002Tuberculosis is one of public health problems particularly in developing countries; include Indonesia as one of the country with the third number for tuberculosis in the World followed by India and China. Treatment approach for tuberculosis is done using a strategy called Directly Observed Treatment Short Course (DOTS). The succeed tuberculosis treatment depends on the patient's discipline in the treatment for tuberculosis for two months in the first period and four months for the second period.
The aims for this research is to analyze factors related to the client's compliance for tuberculosis treatment in Pasar Minggu Health Centre South- Jakarta in year 2002 with Cross Sectional Design.The population are the patients with tuberculosis who had received tuberculosis treatment for 6 - 8 months in Pasar Minggu Health Centre South- Jakarta in Year 2002. Total samples are 8I patients with cluster sampling method. Data analyzes is used Chi Square to correlate independence variables and dependent variable, as well as logistic analyze for the main factors which is correlated the patient's compliance in the treatment for tuberculosis. The results of this research shows that 50 patients (61,7 %) are were compliance for in treatment and 31 patients ( 38,3 %) were not compliance tuberculosis treatment.
The results of bivariate analyzes shows that the treatment related to the patient's compliance in the treatment for tuberculosis (p-value= 0,00). The results of multivariate analyzes with logistic regression method of 12 independence variables only three variables includes: attitudes, family supports and supervision drug administration for which were analyzed. The result shows that there is no variables were contributed (p < 0,05) into the patient's compliance in the treatment for tuberculosis. It is concluding that, all variables have the same opportunity in related to the patient's compliance in the treatment for tuberculosis. The Implication of the research involved the necessary to increase knowledge of the patients who has received medicines, particularly for the young adults? patient and the elderly patients who have memory disturbance. Increasing frequency of home visits by the nurse, volunteers, or health workers, as well as maintenance of the government supports for the patients with tuberculosis and to improve the ability of the community health nurse through education and training."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 10024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Preticia
"Latar belakang: ECC masih merupakan masalah kesehatan gigi masyarakat pada negara maju dan sedang berkembang, seperti di Indonesia. Prevalensi dan tingkat keparahan ECC meningkat sehingga perlu dilakukan pencegahan dini pada gigi anak. Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi ECC, salah satunya perilaku menjaga kebersihan gigi dan mulut anak.
Tujuan: Mengetahui prevalensi dan pola ECC berdasarkan tingkat keparahannya, dan menganalisis hubungan faktor risiko terhadap kejadian ECC.
Metode: Cross-sectional pada 218 anak berusia 24-42 bulan, wawancara, pemeriksaan klinis karies gigi dan plak gigi.
Hasil: Prevalensi ECC pada 218 anak adalah 52,8%. Pola karies berdasarkan tingkat keparahannya terbanyak ditemukan lesi dentin berkavitas (2,20 gigi/ anak), diikuti oleh karies email (1,73 gigi/ anak). Terdapat hubungan signifikan antara praktik menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut, yaitu plak indeks (p= 0,001), pengawasan dalam menyikat gigi anak (p= 0,025), kebiasaan sikat gigi setelah minum susu atau makan (p= 0,060) dan sebelum tidur (p= 0,050). Tidak ada hubungan signifikan antara faktor demografi pola pemberian ASI dan MP-ASI terhadap karies gigi sulung, namun frekuensi makanan jajanan kariogenik menunjukkan adanya hubungan signifikan terhadap karies gigi sulung (p= 0,011).
Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara tingkat kebersihan gigi dan mulut, pengawasan sikat gigi, sikat gigi setelah minum atau makan dan sebelum tidur, frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian ECC.

Background: ECC is still a dental health problem for people in developed and developing countries, such as in Indonesia. The prevalence and severity of ECC increases, so that early prevention of the child’s teeth is needed. The factors that cause ECC are multifactorial, one of which is the maintaining oral health and hygiene practice.
Objective: To obtain the prevalence and severity of ECC data and to analyze the relationship between risk factors and ECC.
Method: Cross-sectional study in 218 children aged 24-42 months through interviews, clinical dental caries and plaque examination.
Results: The prevalence of ECC for 218 children is 52,8%. The severities of caries lesion are mostly dentinal lesion with cavities (2.20 teeth/ child), followed by enamel lesion (1.73 teeth/ child). There are significant relationships between maintaining oral health and hygiene practices towards ECC, which are plaque index (p=0,001), the children’s brushing teeth supervision (p=0,025), toothbrushing habits after drinking milk or eating (p=0,060) and before going to bed (p=0,050). There are no significant relationships between demographic factors, breastfeeding patterns, and complementary feeding patterns towards ECC, but the frequency of cariogenic snacks shows a significant association with ECC.
Conclusion: There are significant relationship between plaque index, toothbrushing supervision, toothbrushing habits after drinking or eating and before going to bed, and the frequency of cariogenic snacks consumption with ECC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fainurmah Rivai
"ABSTRAK
Salah satu dampak keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah menurunnya angka kematian, khususnya kematian bayi, anak balita, kematian umum dan meningkatnya umur harapan hidup. Pada tahun 2000 jumlah usia lanjut diperkirakan akan menjadi 15,3 juta orang dengan perkiraan angka harapan hidup berkisar antara 65-70 tahun. Di DKI Jakarta pada tahun 2000 meningkat menjadi 6,77 % dari total penduduk. Proporsi usia lanjut di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 1998 sebesar 6,84 % menduduki proporsi tertinggi di Wilayah/Kota Madya Jakarta Selatan. Agar penduduk usia lanjut tidak menjadi beban keluarga masyarakat dan negara, maka pelayanan untuk kelompok ini perlu semakin mendapat perhatian. Melalui Kartu Menuju Sehat diharapkan masalah-masalah kelompok usia lanjut ini dapat dideteksi secara dial sehingga masalah kesehatan segera diatasi yang selanjutnya akan mengurangi komplikasi yang lebih berat. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan di Wilayah/Kota Madya Jakarta Selatan. Rancangan penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan total sampel 141 orang.
Sampel adalah hasil yang diperoleh yaitu dari 141 responden terdapat 72,3 % responden yang telah memanfaatkan kartu menuju sehat usia lanjut, di mana 86,5 % berjenis kelamin perempuan. Pendidikan terbanyak responden adalah < 6 tahun (77,3 %) dengan status perkawinan adalah berstatus cerai (cerai mati /cerai hidup) sebesar 53,2 %, dan 68,8 % responden berstatus tidak bekerja. Pengetahuan responden tentang kartu menuju sehat ternyata pada umumnya sudah baik (59,6 %). Responden yang menyatakan jarak tempat pelayanan yang menyatakan dekat dari rumahnya sebesar 75,4 %. Responden yang memersepsikan kesehatannya berstatus sehat sebanyak 52,5 %, sedangkan kesehatan aspek fisik biologi yang berdasarkan hasil pemeriksaan petugas kesehatan dalam satu bulan terakhir sehat sebesar 67,4 %. Penelitian ini membuktikan bahwa jenis kelamin mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05) dengan ketidakpemanfaatan kartu menuju sehat usia lanjut (OR= 0,12 nilai p-0.002).
Selanjutnya yang dapat disarankan ialah perlu diupayakan mensosialisasikan kartu menuju sehat usia lanjut dengan cara kerja sama dengan Departemen lain di Tingkat Pusat seperti Departemen Sosial, Departemen Tenaga Kerja, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Forum Koordinasi Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia, Organisasi Sosial di Tingkat Pusat seperti : PKK, Kamar Dagang dan Industri dan memanfaatkan media elektronika seperti RRI, TVRI, media cetak seperti Gema Lansia agar pelaksanaan pembinaan tidak terjadi drop out diupayakan pembinaan kesehatan dan bagi responden saki-laki perlu diinformasikan secara terus menerus dan berkesinambungan bahwa ada pelayanan kesehatan bagi usia lanjut, apabila diperlukan diberikan brosur/leaflet baik waktu pendaftaran ataupun melalui pertemuan rutin dan pengembangan hobi bagi responden yang masih sehat dan produktif dan juga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan kartu menuju sehat dengan alat ukur/instrumen yang akurat.

ABSTRACT
One of the impact of national development success in health sector is the decreasing of death number, especially infant mortality, under five mortality, general mortality and the increasing of life expectancy age. In 2000 the number of aging is about will be 15,3 million with the estimation of life expectancy age is 65 - 70 years. In Jakarta in the year of 2000, the number of aging will be 6,77 % of the total population. The proportion of aging in Primary Health Center Kecamatan Pesanggrahan in 1998 is 6,84 % the highest proportion in South Jakarta In order to aging will not be burden in family, community and country, so the attention should be given for this group. By using Karla Menuju Sehat (KMS) it is hoped that the problem of aging can be detected earlier so the health problem is overcame immediately and then it will decrease the heavier complication. The research is conducted in Primary Heath Center in Kecamatan Pesanggrahan in South Jakarta. Cross-sectional design is used by using 141 sample.
The result shows that 72,3 % respondents used Kartu Menuju Sehat (KMS). Among them, about 86,5 % are females. Their most education is 5 6 years (77,3 %) with widow/divorce as a marital status (53,2 %) and 68,8 % respondents have jobless status. Generally the respondent knowledge about Kartu Menuju Sehat (KMS) is good (59,6 %)_ Respondents who stated that the distance of service place is near from their houses is about 75,4 %. There is 52,5 % respondents who percept that their health are healthy, meanwhile there is 67,4 % respondents with healthy status based on health officer check on physical-biological aspect in the last month. The result proves that sex has significant relationship (p < 0,95) with the non-usage Kartu Menuju Sehat (KMS) among aging.
The next it can be suggested that it is necessary to socialize Kartu Menuju Sehat (KMS) among aging by joint with other departments in center level such as : Department of Social, Department of Man Power, National Family Planning Coordination Board (BKKBN), Forum Koordinasi Kesejahteraan Lanjut Usia, Social Organization in center level such as PKK, Industrial and Trade Chamber (KADIN) by using electronic media like RRI, TVRI, printing media : Gema Lansia, so that the implementation of health supervision can prevent drop out and it is necessary to inform continuosly and sustainably for male respondents that there is health service for aging. If necessary it is given brochure/leaflet when both registration and routine meeting and the development of hobbies for respondents still health and productive and also it is necessary to conduct the further research about the usage of Kartu Menuju Sehat (KMS) as an accurate measurement/instrument.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Sulastri
"Kualitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan keperawatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan adalah kinerja perawat pelaksana, kinerja perawat pelaksana dapat dipengaruhi oleh keberhasilan supervisi yang dilakukan manajer keperawatan dan keberhasilan supervisi manajer keperawatan ditentukan oleh kemampuannya dalam supervisi. Kemampuan supervisi mencakup pengetahuan, entrepreneurial, intelektual, sosioemosional dan interpersonal. Kemampuan supervisi berhubungan dengan karakteristik demografi perawat manajer dan karakteristik organisasi yang terbentuk dari budaya organisasi. Hasil residensi di RSUD Pasar rebo menunjukkan 50 % kepala ruangan tidak melaksanakan supervisi, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik demografi dan karakteristik organisasi dengan kemampuan supervisi.
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Rebo Jakarta, dengan jumlah sampel 30 perawat manajer garda depan yang merupakan total sampel. Instrumen penelitian terbagi tiga yaitu bagian pertama adalah karakteristik demografi, bagian kedua adalah karakteristik organisasi dan bagian ketiga adalah kemampuan supervisi. Mengingat jumlah sampel yang keeil, maka hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk rumah sakit lain.
Karakteristik responden berumur antara 23 tahun sampai dengan 50 tahun, terbanyak adalah perempuan, pendidikan SPK dan D III keperawatan, status perkawinan sebagian besar menikah, lama bekerja antara 4 tahun sampai dengan 28 tahun, dan lama menjadi manajer 0 tahun sampai dengan 4 tahun. Hasil penelitian variabel karakteristik organisasi menunjukkan bahwa sebagian besar responder mempunyai karakteristik organisasi sedang (60%,n=30), variabel kemampuan supervisi menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kemampuan supervisi pada tingkat sedang (60%, n=30). Karakteristik demografi tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kemampuan supervisi. Sementara karakteristik organisasi menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kemampuan supervisi.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada penentu kebijakan di rumah sakit untuk menetapkan peraturan agar supervisi dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya pertimbangan ratio perawat dengan jumlah tempat tidur, perlu adanya perawat pengganti bagi perawat yang sedang melaksanakan tugas belajar, dan mengingat kemampuan supervisi sebagian besar responden berada pada tiungkat sedang, usia responden sebagian besar berada pada usia produktif maka perlu adanya penyegaran tentang menejemen keperawatan secara berkala, terutama tentang supervise.

The Relationship between Demographic Characteristics and Organization Characteristic and The Supervision Competencies Perceived by Nurse Manager at the Pasar Rebo Hospital, Jakarta Timur The quality of health care service will be affected by quality of nursing services. On the other hand the quality of nursing services will be affected by the clinical nurse's performance. The nurse clinical performance will be depended on the fulfillment of supervision function done by Nurse Managers. The success of manager in supervision will be depended on competencies from the activity. The competencies of supervision are: knowledge, entrepreneurial, intellectual, socio-emotional, and interpersonal. Supervision competencies related to demographic characteristic nurse manager and the organization characteristic which build up from the organizational cultural. The result of residence in Pasar Rebo Hospital show the figures that 50% first line nurse manager did not to do the supervision. So that this research want to know a relation between demographic characteristic, organization characteristic with the supervision competencies.
This research is analytic descriptive research with cross sectional methods. The subject research will be held in Pasar Rebo Hospital Jakarta with total 30 samples from first line nurse manager. Our research instrument will be separate from three parts. Part one is demographic characteristic, part two is organization characteristic, and the third is the competencies of supervision. Total sample is minimal so that the result of this research can not be generalization to the other hospital.
The respondents age from 23 year to 50 year. Many of them are women, and have studied at SPK and DIII Nursing Program education, marital status respondent have been married and have been working for 4 to 28 years and responsible of manager form 4 year until 4 years. The result of variable characteristic organization pointed that many of them (60%) have characteristic organization middle, variable competency supervision pointed that many of them (60%) have ability to supervision at the middle level. Demographic characteristic is not relation between capability supervision.
According to this research, we suggest that the key person which have decision in the hospital to set up or make the rules for the good supervision activity. The most important, there is must be increase ratio from nurses with the total bed. And also have another nurses for change the nurses who have following the study program, and attention to the competencies of supervision the whole respondent at the middle level, the respondent age at the productive activity so that they must have many training programs of nursing management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T 8819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatiek Sukesi
"Meningkatnya jumlah populasi lanjut usia disebabkan karena perbaikan gizi masyarakat. menurunnya tingkat kematian ibu dan angka fertilitas. Keadaan tersebut mengakibatkan angka harapan hidup dari umur 66,6 tahun laki-laki dan 69 tahun perempuan diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2000.
Dari total penduduk Indonesia saat ini 6.8% berusia 60 tahun. Perubahan secara alami yang terjadi pada penduduk lanjut usia, dimana secara fisik kemampuannya mengalami kemunduran, serta peran di dalam masyarakat juga mulai menurun. Akibatnva akan mengalami krisis pada dirinya terutama apabila tidak disiapkan sebelumnya.
Dinamika pembangunan dan tingkat pendidikan mengakibatkan lanjut usia memilih Panti Werdha sebagai rumah lanjut usia, hal ini dipandang sebagai suatu kesatuan komunitas lansia. Lanjut usia yang tinggal di Panti Werdha pada umumnya mengalami status gizi kurang ataupun status gizi lebih, hal ini disebabkan karena fungsi organ-organ tubuh menurun serta adanya penyakit degeneratif dan pola makan. Pada umumnya lansia memilih makanan yang lunak dan rendah serat serta kalori tinggi, mengakibatkan kelebihan kalori, gemuk atau obesitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Jakarta. Pengumpulan data-data dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan data primer. Pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul.
Rancangan penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 66 responden yang berumur lebih dari 60 tahun tidak menderita sakit berat yang dinyatakan oleh dokter atau petugas kesehatan, tidak sedang menderita dimensinya. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariate dengan menggunakan uji tabulasi silang dan analisis regresi logistik. Analisis dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS for Window versi 10.10.2000 untuk mengetahui kiasifikasi masing-masing variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, status kawin, status pekerjaan, lama tinggal, ketuhan, status kesehatan. Dari semua variabel yang diteliti, ternyata yang berperan besar terhadap status gizi adalah jenis kelamin laki-laki mempunyai kecenderungan 6 kali (OR = 6.649) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan perempuan pada umur lebih dari 60 tahun, Status kawin mempunyai kecenderungan 4 kali (OR = 4.021) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan yang lansia yang tidak kawin.
Status kerja mempunyai kecenderungan 13 kali (OR = 13.001) lebih baik status gizinya dibandingkan dengan lansia yang tidak bekerja pada umur lebih dan 60 tahun setelah dikontrol dengan variabel lainnya. Dengan demikian ketiga variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi.
Memperhatikan hasil penelitian tersebut bahwa status pekerjaan lanjut usia di Sasana Trisna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan berperan besar terhadap status gizi maka diperlukan penelitian lebih lanjut balk dilakukan di Sasana Trisna Werdha tingkat swasta rnaupun pemerintah sebagai uji banding lebih lanjut.
Daftar bacaan : 40 (1986-2000)

The increasing number of populations of the elderly is due to better communal nutrition, decreased rate of mother's mortality, and fertility. Such a condition generates life expectancy from 66.6 years of age in men and 69 years of age in women that can be projected to achieve more than 70 years of age by the year 2000.
Of the current total Indonesian population, 6.8% are 60 years of age. Natural change occurs in the elderly where their capacity and social roles degrade physically that it will lead to their self-crisis if not prepared previously.
Dynamics of development and educational levels make the elderly choose Panti Werdha as their group home as being viewed from a continum of the elderly community. The elderly that live in Panti Werdha generally experience malnutrition or over-nutrition due to their declining organic functions, degenerative diseases and food-consumption style. In general, the elderly prefer soft and lower-fibre and highly-contained calorie food that it may cause over-calorie or obesity.
This research aims to identify factors related to nutrition status of the elderly in Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan Jakarta. Data set are collected by interview method with primary data, measurements of height, weight, hip and incomperence.
The research design is cross-sectional in manner which includes a number of 66 respondents of 60 years of age that do not suffer from serious diseases according to the medical examination by doctor, health-personnel of which they do suffer from their dimensions. Data analysis includes analyses of univariate, bivariate and multivariate by making use of cross-tabulation test and logistic regression analysis.
Results of research indicate that the nutrition-status of the elderly in STW Ria Pembangunan has a significant correlation among age, gender, marital status, work-status. duration of stay, complaint, health status. Of all the researched variables, the fact shows that nutrition status is greatly affected by male-gender with six time tendency (OR = 6.649) better than that of female-gender over 60 years of age. Marital status has 4 time tendency (OR = 4.021) better in their nutrition status than that in the unmarried elderly.
Work status includes 13 time tendency (OR = 13.001) better in their nutrition status than that in the unemployed elderly of over, 60 years of age after being controlled with other variables. Therefore, these three variables have significant correlation with the nutrition status.
Taking the results of research into account, it appears that the work status of the elderly in Sasana Trisna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan largely effects the nutrition status that it needs more research into Sasana Trisna Werdha at private or public level as a further comparative-test.
Reference : 40 (1986-2000)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T7930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisiana Giyantini
"Angka kematian balita karena diare berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 (dianalisis oleh Widodo dan Gandi Kosim) adalah 2,5 per 1000 balita, sedangkan semua umur sebesar 54 per 100.000 penduduk. Proporsi kematian pada balita nomor 2 (13,2%) dibandingkan dengan semua penyebab kematian. Angka insidens diare berdasarkan hasil surveilans di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yang mempunyai 10 kecamatan pada tahun 1999, yakni untuk golongan umur kurang dari satu tahun sebesar I23,58 per 1000 golongan umur kurang satu tahun dan insidens pada umur 1-4 tahun sebesar 84,22 per 1000 golongan umur 1-4 tahun. Angka insidens untuk umur kurang dari satu tahun pada tahun 1999 di Kecamatan Duren Sawit yang mempunyai 11 puskesmas kelurahan dan 1 puskesmas kecamatan, yakni sebesar 200,13 per 1000 golongan umur kurang satu tahun dan untuk umur 1-4 tahun sebesar 45,76 per I000 golongan umur 1-4 tahun. Dengan rnasih tingginya angka insidens pada balita, maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan diare pada balita di Kecamatan Duren Sawit.
Jenis desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Populasi penelitian adalah balita yang tinggal di wilayah Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur, dan sampel adalah balita yang menderita diare yang datang berobat ke puskesmas di wilayah Kecamatan Duren Sawit sebagai kasus dan kontrol adalah balita yang datang melakukan imunisasi ke puskesmas atau posyandu di Kecamatan Duren Sawit. Besar sampel yang diambil adalah 250 kasus dan 250 kontrol. Data dikumpulkan dengan cara mengunjungi keluarga balita untuk melakukan wawancara dan pengamatan serta pengukuran untuk variabel-variabel yang membutuhkan pengukuran, kemudian dianalisis menggunakan piranti lunak program EPI INFO versi 6.0 dan program STATA versi 6.0.
Dari hasil analisis bivariat didapatkan variabel yang tidak berhubungan bermakna secara statistik dengan diare balita yakni variabel ibu bekerja, variabel jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang dan umur anak. Sedangkan variabel yang mempunyai risiko dan berhubungan bermakna dengan diare balita, setelah dilakukan analisis multivariat yakni variabel pengetahuan ibu tentang diare, praktek ibu tentang pencegahan diare, pemberian ASI ekslusif, status gizi anak, jenis sarana air bersih, tingkat risiko pencemaran sarana air bersih, kualitas bakteri air bersih dan kondisi jamban keluarga. Variabel yang paling berisiko terhadap diare balita yakni variabel status gizi buruk mempunyai risiko untuk terjadinya diare pada balita sebesar 5,69 kali (95% CI 3,14-10,32 p = 0,000). Faktor risiko yang mempunyai variabel terbanyak berisiko terhadap diare pada balita yakni faktor risiko lingkungan ( 4 variabel yakni jenis sarana air bersih, tingkat risiko pencemaran sarana air bersih, kualitas bakteri air bersih dan kondisi jamban keluarga.
Dari hasil tersebut diatas peneliti menyarankan untuk dilakukan evaluasi atau penelitian lebih lanjut mengenai penyuluhan dari segi metode, sasaran maupun materi yang diberikan, karena penyuluhan yang telah dilakukan belum berhasil menurunkan terjadinya diare pada balita.

Based on the survey in household health in 1995 (analyzed by Widodo and Gandi Kosim) under 5 mortality rate is 2.5 per 1000 BaIita, whereas in all ages it is 54 per 100,000 populations. Compared with any and all causes of mortality, diarrhea is in the second highest. In 1999, based on the results of surveillance carried out at the East Jakarta Health Service which had 10 sub districts, the mortality rate of children aged less than a year caused by diarrhea was 123.58 per 1000 children of that age group. For ages of 1-4 years it was 84.22 per 1000 children of that age group. In 1999 Duren Sawit Sub district which had 11 district government primary health center and 1 Sub district government primary health center the mortality rate of children aged less than a year was 200.13 per 1000 children of that age group, and for children aged 1-4 years it was 45.76 per 1000 children of that age group. With the current high incidence rate of children under 5 mortality, the researcher would like to carefully study about the factors related to the diarrhea in Balita in Duren Sawit Sub district.
The design of this research is a case control. The observed population is Balita domiciled in Duren Sawit Sub district, East Jakarta, and the sample is the Balita who suffer from diarrhea coming to the local government primary health center in Duren Sawit Sub district, and the control is Balita immunized at the local government primary health center and Posyandu in Duren Sawit Sub district.There are 250 cases of samples and 250 controls. The data will be collected by visiting the Balita's family for interview and observation as well as measurement for variables that require confirmation to be further analyzed by using the software of EPI INFO version 6.0 and STATA version 6.0 programs.
From the multivariant analysis, a variable with risks and related to the diarrhea in Balita is obtained, i.e. variable of mother's knowledge about diarrhea and its prevention, exclusive breast feeding, the child's nutritional status, clean water, the risk of water pollution, the quality of bacteria (total of coli form) of clean water, and the condition of family's toilet. The variable with highest risk in diarrhea is bad nutrition which is 5.69 times (95% Cl 3.14-10.32 p = 0,000). The risk factor with most variables in the diarrhea of Balita is the environment (4 variables, i.e. clean water, water pollution, quality of bacteria in the water, and the condition of family's toilet).
From the above mentioned observation, the researcher suggests to carry out evaluation or further observation about information from the point of method, goal, as well as the material given to the population because the information which has been given does not decrease the diarrhea in Balita.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>