Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131176 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laksmi Widjajanti
"ABSTRAK
Pengisian saluran akar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan endodontik Untuk maksud tersebut pengisian saluran akar dilakukan dengan bahan padat dan semen saluran akar. Mengingat dalam saluran akar yang terinfeksi banyak ditemukan mikroorganisme dan tidak mudah dihilangkan dengan tindakan sterilisaasi maka pemberian antimikroba dalam semen saluran akar dianjurkan Akan tetapi sampai sejauh mana daya antimikroba semen saluran akar terhadap tumbuh kembang biaknya kuman penyebab infeksi pulpa perlu diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antimikroba dari empat macam semen saluran akar yang banyak dipakai di Indonesia terhadap kuman anaerob. Kuman anaerob yang digunakan diperoleh dengan cara isolasi haggling dari pasien dengan infeksi pulpa pada klinik pasca FKG UL Sebelas koloni kuman kokus gram positif dan 12 koloni laiman batang gram negatif yang diperoleh dari 23 pasien diuji kepekaannya terhadap semen saluran akar Proco-Sol, Endomethasone, AH26 dan Sealapex dengan menggunakan metode cakram. Jarak zona hambat diukur dan dibandingkan. Hasilnya AH26 mempunyai daya antimikroba terbesar diikuti oleh Proco-Sol, Endomethasone dan Sealapeks, serta daya antimikroba ke empat semen saluran akar tersebut terhadap kuman kokus gram positif dan kuman batang gram negatif tidak berbeda bermakna pada batas kemaknaan p= 0,05."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentius Setyarahardja
"PENDAHULUAN
Kuman anaerob adalah kuman yang peka terhadap O2, karena 02 merupakan bahan toksik terhadap kuman ini; makin lama kontak dengan 02, kondisi dan jumlah kuman yang hidup makin menurun (1-3). Dalam 10 tahun terakhir ini penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman anaerob tampak meningkat. Sebagian besar kuman anaerob penyebab infeksi adalah anggota flora normal kuman anaerob, yang karena sesuatu hal masuk ke dalam bagian tubuh yang bukan tempatnya (1). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa perneriksaan terhadap kuman anaerob perlu dilaksanakan secara rutin di laboratorium mikrobiologi.
Salah satu syarat dalam usaha mengisolasi dan mengidentifikasi kuman anaerob dari bahan-bahan pemeriksaan adalah suasana lingkungan pertumbuhan yang babas 02. Untuk memperoleh suasana tersebut telah dikenal beberapa cara, diantaranya (1, 3-7):
1. Silinder anaerob (anaerobic jar)
2. Roll tube technique
3. Anaerobic glove box
Kedua cara tersebut terakhir di atas adalah cara-cara yang lebih canggih dibandingkan cara yang percama, akan tetapi kedua cara ini dalam penggunaannya memerlukan biaya yang besar, tempat yang lebih luas, dan tenaga laboratorium yang berpengetahuan cukup mengenai teknik anaerob serta perawatan alat-alatnya. Oleh sebab itu kedua cara ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan dalam laboratorium rutin. Untuk suatu laboratorium mikrobiologi yang sederhana dengan tenaga, ruangan dan dana yang terbatas, maka cara dengan mempergunakan silinder anaerob merupakan cara yang lebih dianjurkan (1,7). Suasana optimal untuk pertumbuhan kuman anaerob dapat diperoleh melalui 2 cara, yaitu dengan evacuation replacement system dan Gaspak/ Gaskit anaerobic system (1, 3-5, 7). Evacuation replacement system merupakan cara standar yang telah mengalami beberapa kali modifikasi dan penyempurnaan sejak ditemukannya oleh McIntosh dan Fildes. Cara tersebut sampai kini masih tetap dipergunakan. Untuk mempergunakan cara ini disamping silinder anaerob diperlukan pampa isap, manometer, silinder-silinder gas yang masing-masing berisi gas H2, CO2 dan N2 serta alai pengisi gas untuk memindahkan gas dari silinder gas ke dalam silinder anaerob. Proses anaerob-iosis dilaksanakan dengan mengeluarkan udara dart dalam silinder dan memasukkan gas N2 atau H2 yang diulangi 5 sampai 7 kali. Pada penggantian terakhir dimasukkan gas H2 dan CO2 atau gas N2, H2 dan CO2 (1). Proses pengeluaran dan penggantian tersebut di atas, di seksi anaerob laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) hanya dilakukan satu kali. Gas yang dipergunakan adalah gas H2 dan CO2.1 Gaspak anaerobic system pertama kali diperkenalkan oleh Brewer dan Allgeier (8), cara ini mempergunakan 'generator H2 dan C02' sebagai penghasil gas H2 dan C02. Gaspak generator merupakan suatu kit untuk sekali pakai (disposable) yang diproduksi dan dipasarkan oleh Becton, Dickinson UK Ltd.; dengan memasukkan air ke dalamnya, maka generator H2 dan C02 akan menghasilkan gas H2 dan CO2 (1, 7-9)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Alfa
"ABSTRAK
Anaemb-Aemb Fixed Bed Reaclor merupakan unit pengolahan biologis aengan kombinasi proses anaerobik aerobik untuk mendapatkan hasil penyisihan yang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dari anaerob-aemb Hxed bed reactor dalam pengolahan Iimbah tahu tempe terutama dalam penyisihan COD dan kandungan N delam Iimbah tahu dan mengidemitikasi kelemahan dan perbaikan yang dlbutuhkan untuk memudahkan penerapan di lapangan.
Reaktor anaerob dan aerob ini terbuat dari bahan FRP (Hbenglass Reinforced Plastic).
Bahan ini dipilih karena sifamya yang ringan dan tidak mudah retak. Hal ini membenkan kemudahan dalam pemasangan dan pemindahan Iokasi.
Media pengisi (lempat menempelnya mikroorganisme) terbuat dari bahan PVC dengan ukuran % inch dan panjang potongan 2 inch yang ditempatkan dalam keranjang berlubang dari FRP.
Limbah yang digunakan adalah limbah tempe dan Iimbah dari tahap penggumpalan bubur tahu dari pabrik tahu milik PRtMKOPT| di Jalan Gang Seratus Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Variasi beban pada penelitian ini seperti dilihat pada tabel dibawah :
Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah COD, pH, temperatur NH4-N. NO2~N, NO3-N, suspended solid dan alkalinitas pada Laboratorium Analisa PT SUCOFINDO.
Dari hasil peneliiian ini diperoleh hasil konsentrasi effluent reaktor sebagai berikul :

"
1996
S34576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Sigit Prasetya
"Indonesia memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap bahan bakar fosil dalam pemenuhan kebutuhan energi. Akan tetapi, penurunan ketersediaan bahan bakar fosil membuat perlunya pengembangan energi terbarukan, salah satunya adalah biobutanol. Biobutanol adalah sumber energi alternatif yang sangat potensial karena tidak menyebabkan korosi, tidak menyerap air, dan mempunyai angka oktan yang hampir sama dengan bensin. Biobutanol dihasilkan dari fermentasi sederhana secara anaerob oleh bakteri Clostridium beijerinckii yang dapat merubah berbagai macam monosoakarida menjadi aseton, butanol, dan etanol (ABE).
Pada penelitian ini, sumber glukosa diperoleh dari kertas. Kertas dihidrolisis dengan menggunakan dua metode, yaitu menggunakan H2SO4 1% dan kombinasi enzim (selulase, selobiase, silanase). Hasil hidrolisis difermentasi secara anaerob selama 72 jam pada suhu 370C. Butanol yang dihasilkan adalah sebanyak 0,0000295 ml/gram kertas.

Indonesia is highly dependent on fossil fuels to fulfill energy needs. However, availability of fossil fuel resources is decreasing. This has stimulated the development of alternative renewable resources to substitute fossil fuels, for example biobutanol. Biobutanol is an alternative energy source with huge potential because it does not cause corrosion, non-hygroscopic, and has similiar octane number as gasoline. Biobutanol is produced from anaerobic fermentation using Clostridium beijerinckii bacteria that can change various monosoakarida into acetone, butanol, and ethanol (ABE).
In this sudy, the source of glucose obtained from paper. Paper hydrolized by using two methods, using 1% H2SO4 and combinations of enzymes (cellulase, cellobiase, xylanase). Hydrolysis results is fermented in anaerobic chamber for 72 hours at temperature 370C. The result of butanol production is 0.0000295 ml/gram paper.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stivan Junan Navidad
"Latar Belakang. Daun kelor (M. oleifera) memiliki kandungan kimia yang berguna sebagai antibakteri pada bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Kandungan ini dapat merusak DNA dan membran sel yang nantinya senyawa pada daun kelor akan menembus dinding sel bakteri sehingga zat metabolisme bakteri terbuang hingga mengalami kematian. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Cutibacterium acnes, bakteri anaerobic aerotolerant, bersifat Gram positif. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antiseptik terhadap C. acnes. Metode: Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji Percentage Kill ekstrak daun kelor dengan etanol sebagai pelarut terhadap bakteri C. acnes. Pada kontrol dimasukkan akuades steril dengan bakteri terstandar Mc Farland 0,5 sedangkan pada perlakuan mengandung ekstrak M. oleifera dengan bakteri yang sama. Kontrol dan perlakuan dilakukan dalam waktu bersamaan dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit. Selanjutnya diinokulasi pada medium agar darah. Setelah diinkubasi secara anaerob, pertumbuhan koloni bakteri dihitung dan persentase kematian dibandingkan antara kontrol dan perlakuan. Hasil Uji Percentage Kill dikatakan memenuhi kriteria apabila hasil yang didapatkan dalam setiap waktu kontak sebesar ≥90%. Hasil: Hasil Uji Percentage Kill dalam waktu kontak 1, 2, dan 5 menit pada bakteri C. acnes masing-masing adalah 59,7%, 72%, dan 91,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada menit ke-5 ekstrak daun kelor mampu mengeradikasi bakteri C. acnes secara efektif. Kesimpulan: Eksperimen ini menunjukkan hasil Uji Percentage Kill belum efektif pada menit pertama dan kedua namun efektif pada menit kelima.

Introduction. Moringa leaves (M. oleifera) contain chemicals beneficial as antibacterials for Gram-positive and Gram-negative bacteria. This content can damage DNA and cell membranes so that the compounds in Moringa leaves will penetrate the bacterial cell walls, and the bacteria's metabolic substances are wasted until they die. The bacteria used in this study were Cutibacterium acnes, an aerotolerant, anaerobic, Gram-positive bacteria. This research was conducted to test the activity of Moringa oleifera leaf extract as an antiseptic against C. acnes. Method: The method employed in this research is the Percentage Kill test of moringa leaf extract with ethanol as the solvent against C. acnes bacteria. In the control group, sterile distilled water with McFarland 0.5 standardized bacteria is used, while the treatment group contains M. oleifera extract with the same bacteria. Both control and treatment are conducted simultaneously with contact times of 1, 2, and 5 minutes. Subsequently, they are inoculated on a blood agar medium. After anaerobic incubation, bacterial colony growth is counted, and the percentage of death is compared between the control and treatment. The Percentage Kill test results meet the criteria if the obtained results at each contact time are ≥90%. Results: The Percentage Kill test results at 1, 2, and 5 minutes of contact with C. acnes bacteria are 59.7%, 72%, and 91.8%, respectively. These results indicate that at the 5th minute, moringa leaf extract can eradicate C. acnes bacteria effectively. Conclusion: This experiment demonstrates that the Percentage Kill test was ineffective in the first and second minutes but became effective in the fifth minute."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Fitri
"Inokulum merupakan suatu media pertumbuhan bagi mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan mikroorganisme dan kinerja reaktor Anaerobic Digestion (AD). Kinerja inokulum dapat dioptimalkan dengan beberapa cara, salah satunya adalah aditif asetat yang dapat mendorong pertumbuhan archaea metanogen agar fermentasi anaerob berjalan lebih baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan asetat dalam inokulum pada populasi mikroorganisme penghasil metana dan pengaruhnya pada populasi mikroorganisme, pembentukan biogas, penyisihan Volatile Solids (VS) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Terdapat 2 jenis inokulum yang digunakan pada penelitian ini, inokulum alami yang terbuat dari kotoran sapi dan inokulum buatan yang terbuat dari terasi, gula pasir, batang pohon pisang busuk, susu, dan dedak, ekstrak ragi, Lactobacillus MRS Broth, cairan rumen, dan penambahan asetat sebagai sumber karbon. Percobaan dilakukan pada reaktor AD berbahan fiber dan tanpa pengaduk yang memiliki volume keseluruhan 1 m3 dan volume isi 0,8 m3 selama 71 hari kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asetat tidak terbukti memperkaya populasi archaea metanogen dan produksi biogas. Metana dihasilkan dari genus Methanosaeta yang jumlahnya sangat sedikit yaitu hanya 0,004% dan genus Prevotella dalam jumlah cukup banyak yaitu 26,6% pada akhir operasional. Prevotella membentuk metana melalui penggunaan asam laktat yang dihasilkan genus Lactobacillus. Namun, inokulum buatan dengan aditif asetat terbukti meningkatkan konsentrasi metana hingga 41,7%, VSD hingga 91%, dan CODr hingga 99,5%. Hal ini menunjukkan inokulum buatan memiliki potensi yang sangat baik sebagai media pertumbuhan untuk menunjang pengolahan sampah makanan pada Anaerobic Digestion (AD) dengan bantuan pengontrolan pH yang sesuai dengan rentang pH optimum untuk tahap metanogenesis.

The inoculum is a growth medium for microorganisms to decompose organic matter that can optimize the growth of microorganisms and the performance of the Anaerobic Digestion (AD) reactor. The performance of the inoculum can be optimized in several ways, one of which is acetate additives which can encourage the growth of archaea methanogens so that anaerobic fermentation runs better.
The purpose of this study was to analyze the effect of the addition of acetate in the inoculum on the population of methane-producing microorganisms and their effect on microorganism populations, biogas formation, removal of Volatile Solids (VS) and Chemical Oxygen Demand (COD). There are 2 types of inoculums used in this study, natural inoculum made from cow dung and modified inoculum made from shrimp paste, granulated sugar, rotten banana tree trunks, milk, and bran, yeast extract, Lactobacillus MRS Broth, rumen liquid, and additions acetate as a carbon source. The experiments were carried out on an AD reactor made from fiber and without stirrer which had an overall volume of 1 m3 and a volume of contents of 0.8 m3 for 71 working days.
The results showed that the addition of acetate was not proven to enrich the archaea methanogen population and biogas production. Methane is produced from the genus Methanosaeta, which is very small, only 0.004% and the genus Prevotella in considerable numbers, which is 26.6% at the end of operation. Prevotella forms methane through the use of lactic acid produced by the genus Lactobacillus. However, the modified inoculum with acetate additives was proven to increase the concentration of methane to 41.7%, VSD to 91%, and CODr to 99.5%. This shows that the modified inoculum has very good potential as a growth medium to support food waste processing in Anaerobic Digestion (AD) with the help of pH control that is in accordance with the optimum pH range for the methanogenesis stage.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Sandra A. R.
"ABSTRAK
Tindakan irigasi dengan bahan antiseptik selama preparasi mekanis, merupakan upaya untuk mendapatkan keadaan saluran akar yang steril. Sampai saat ini bahan antiseptik yang digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar cukup banyak, tetapi sejauh mana efektivitas bahan-bahan tersebut dalam mematikan mikroorganisme penyebab infeksi pulpa dan periapeks masih menjadi pertanyaan. Sodium hipoklorit merupakan antiseptik golongan oksidator dan halogen. Kombinasi kedua golongan antiseptik ini menghasilkan daya bakterisida yang kuat. Efek bakterisida NaOCI antara lain sangat bergantung pada kadarnya. Dari penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa konsentrasi NaOC1 yang dapat mematikan kuman adalah 1 sampai 5%, sedang konsentrasi di bawah 1% dikatakan tidak mempunyai efek bakterisida. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efek bakterisida NaOCI dengan berbagai konsentrasi pada kuman-kuman anaerob yang diisolasi langsung dan penderita infeksi pulpa dan periapeks yang datang ke poliklinik FKG UI. Uji resistensi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode pengenceran dan cakram. Kuman-kuman anaerob dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kokus gram positif (11 koloni) dan batang gram negatif (12 koloni) berdasarkan morfologi sel dan pewarnaan Gram. Kuman-kuman tersebut dibiak ulang pada perbenihan cair BH1 yang mengandung NaOCI pada pelbagai konsentrasi yakni 5,25%; 2,62%; 1,31%; 0,65% dan 0,32%. Kemudian dieram secara anaerob pada temperatur 37°C selama 72 jam. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perbedaan konsentrasi larutan NaOCI berpengaruh terhadap efek bakterisida kuman kokus gram positif dan batang gram negatif. Pengenceran sodium hipoklorit sampai konsentrasi 0,65% masih efektif mematikan kuman-kuman anaerob kokus gram positif dan batang gram negative. Kadar bakterisida larutan NaOCI 0,32% masih optimal terhadap anaerob gram positif dan batang gram negatif. "
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Nunar Hikmawan
"ABSTRAK
Pengolahan air limbah tangki septik dengan menggunakan reaktor anaerobik tipe fixed film dimaksudkan agar dengan lahan yang relatif kecil dapat dibuat pengolahan limbah rumah tangga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja alat, yang dilihat dari efisiensi penyisihan COD, serta hubungan penyisihan COD dengan variabel lain, yaitu : pH, temperatur, NH4, NO2, NO3, P04 dan SS.
Tangki septik dengan menggunakan reaktor anaerobik tipe fixed film dalam penelitian ini merupakan alat dalam skala Iapangan. Berbentuk silinder yang terdiri dari silinder dalam dan luar terbuat dari beton tumbuk untuk diameter luar (cor ditempat). beton dicetak di luar Iokasi untuk diameter dalam. Media anaerobik terbuat dari sterrofoam dipasang antara silinder dalam dan silinder luar.
Limbah yang digunakan adalah berasal dari buangan manusia (tinja), air bekas cucian, dan air hujan. Air limbah domestik ini mempunyai karakteristik beban sekitar 352,18 mg/I COD dan pH sekitar 7,5 yang seluruhnya langsung diolah dalam tangki septik, tanpa pengolahan awal.
Parameter-parameter yang diamati adalah COD, pH, Temperatur, NH4, NO2, N03 dan PO4, semuanya kecuali temperatur diteliti di laboratorium Kawasan Industri Jababeka dan temperatur sendiri dilakukan langsung di lapangan dengan termometer.
Dari hasil penelitian didapatkan efisiensi penumnan COD maksimal sebesar 61,29 % dan pH faktor terbesar dalam mempengaruhi efisiensi. SS mempunyai efisiensi penurunan maksimal sebesar 89,83 %, yang mempengaruhi besarnya efisiensi dari COD.
Nutrien (NH4) dan P04 dalam penelitian mempengaruhi efisiensi dari penyisihan COD walaupun tidak terlalu besar. Temperatur selama penelitian berkisar antara 28,8 °C dan 30,2 °C dan pH influent berkisar antara 7,25 - 7,66.

"
1996
S34562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paraginta Basaria
"Kinerja anaerobic digestion (AD) sebagai solusi teknologi pengolahan sampah organik dapat ditingkatkan dengan pra-pengolahan mekanis, pencacahan. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh ukuran partikel sampah organik terhadap potensi pembentukan gas CH4 serta menganalisis ukuran partikel optimumnya dalam skala laboratorium BMP. Parameter yang diuji yaitu TS, VS, COD, C/N, VFA, pH, dan alkalinitas. Penelitian dilakukan selama 35 hari dengan suhu 35°C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel memiliki pengaruh pada proses hidrolisis, tetapi tidak begitu berpengaruh pada proses metanogenesis. Partikel berukuran 13-10 mm menghasilkan gas CH4 dengan rata-rata 114,7 mL atau sebesar 72,82% dari biogas dengan potensi 0,277 L CH4/gr VS, ukuran 10-4,76 mm dengan rata-rata 101,7 mL atau sebesar 76,04% dari biogas memiliki potensi 0,208 L CH4/gr VS, dan ukuran 4,76-2 mm dengan rata-rata 110,9 mL atau sebesar 75,14% dari biogas memiliki potensi 0,229 L CH4/gr VS. Perbedaan ukuran partikel nyatanya memiliki pengaruh yang besar dalam proses hidrolisis, hal ini dibuktikan dari perbedaan nilai VFA yang dihasilkan secara signifikan. Partikel 13-10 mm menghasilkan VFA sebanyak 19,25 mg/L, sementara partikel 4,76-2 mm menghasilkan VFA sebanyak 118,1 mg/L.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ukuran partikel memberi pengaruh besar pada laju hidrolisis dan asidogenesis, namun tidak begitu berpengaruh pada potensi pembentukan gas CH4. Melihat kepada volume gas CH4 yang dihasilkan maupun potensi gas CH4 yang dapat tercipta dari VS, tidak ada satupun rentang partikel yang lebih unggul dibandingkan yang lain, sehingga tidak terdapat ukuran partikel yang optimum dalam pembentukan gas CH4. Tetapi jika melihat kepada aspek biaya dan energi yang diperlukan untuk mencacah, maka partikel dengan rentang 13-10 mm merupakan ukuran yang paling menguntungkan.

Performance anaerobic digestion (AD) of organic waste processing technology solutions can be improved by pre-mechanical processing, chopping. The research objective was to analyze the effect of particle size of organic waste to the potential formation of CH4 and analyze the optimum particle size in a laboratory scale BMP. The parameters examined are TS, VS, COD, C/N, VFA, pH, and alkalinity. The study was conducted for 35 days with a temperature of 35°C.
The results showed that the particle size has an influence on the process of hydrolysis, but not so influential in the process of methanogenesis. Particles size 13-10 mm produce CH4 gas with an average of 114.7 mL or by 72.82% of the biogas and potential of 0.277 L CH4 / g VS, size 10-4.76 mm with an average of 101.7 mL or amounting to 76.04% of the biogas has the potential of 0.208 L CH4 / g VS, and size 4.76-2 mm with an average of 110.9 mL or by 75.14% of the biogas has the potential of 0.229 L CH4 / g VS. Differences in particle size in fact has a great influence in the process of hydrolysis, it is evident from the difference in value generated significant VFA. VFA from particles 13-10 mm produce as much as 19.25 mg / L, while particles of 4.76-2 mm produce VFA as much as 118.1 mg / L.
Thus, it can be concluded that the particle size to give a major influence on the rate of hydrolysis and asidogenesis, but not so influential on the potential formation of CH4. Looking at the volume of gas produced and the potential CH4 gas that can be created from VS, none of the range of particles that are superior to the others, so there is no optimum particle size in the formation of CH4. But if you look at the aspect of cost and energy needed for chopping, then the particles with a size range of 13-10 mm is the most profitable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64940
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reigina Sandriaty
"Adanya kecenderungan masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi makanan mengandung minyak dan lemak menjadi pemicu peningkatan timbulan limbah minyak dan lemak serta nilai COD dan VS air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biogas dan rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan yang paling optimum.
Penelitian dilaksanakan selama 42 hari inkubasi pada suhu 37˚C dengan tiga variasi rasio VS limbah minyak dan lemak dan sampah makanan yaitu 1:7, 1:2, dan 1:1 dengan metode biochemical methane potential. Limbah minyak dan lemak memiliki karakteristik COD 148 g/L, TS 763 g/L, dan VS 759 g/L.
Penelitian ini menunjukkan bahwa limbah minyak dan lemak memiliki potensi menghasilkan biogas tertinggi melalui proses anaerobic co- digestion dengan sampah makanan dan menghasilkan 485 mLCH4/grVS dari variasi 1:7. Sementara variasi rasio limbah minyak dan lemak dengan sampah makanan 1:2 dan 1:1 hanya menghasilkan 128 dan 4 mLCH4/grVS.

Tendency of Indonesian people to eat foods containing oils dan fats trigger increasing in generation of fat, oil, and grease waste and increasing in wastewater?s COD and VS. This research is conducted to know potential of fat, oil, and grease and its ratio with food waste that obtain the highest biogas production through biochemical methane potential method.
The research was conducted over 42 days incubation at 37˚C including three variation of volatile solids (VS) ratio of fat, oil, and grease waste with food waste, that is 1:7, 1:2, and 1:1. As co- substrate of the anaerobic co- digestion process, fat, oil, and grease characteristics are COD 148 g/L, TS 763 g/L, and VS 759 g/L.
Result showed that fat, oil, and grease waste has potential to produce biogas through anaerobic co- digestion process with food waste and produce 485 mLCH4/grVS as the highest methane yield of 1:7 ratio. While the variation of ratio fat, oil, and grease waste with food waste at 1:2 and 1:1 only produce 128 and 4 mLCH4/grVS, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>