Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89169 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Jauhari
"Salah satu masalah yang dihadapi bangsa Indonesia adalah jumlah penduduk miskin yang cukup besar, yaitu mencapai 36,1 juta jiwa pada tahun 2004. Penduduk miskin dan kelaparan sering merusak Iingkungan hidup sekitar mereka untuk mempertahankan hidup, mereka menebang potion di hutan, mencari pakan ternak di wilayah terlarang, memakai tanah marjinal; dan dalam jumlah yang terus bertambah mereka memenuhi pusat perkotaan.
Untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kerusakan Iingkungan perlu dilakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap penduduk miskin sehingga mereka dapat memperoleh penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Pembinaan dan pemberdayaan perlu dilakukan terhadap penduduk miskin di pedesaan karena sebagian besar penduduk miskin berada di pedesaan. Sebagian besar penduduk miskin di pedesaan adalah petani gurem dengan kepemilikan iahan kurang dari 0,5 hektar per rumah tangga petani (RTP). Jumlah petani gurem pada tahun 1993 adalah sebanyak 10,8 juta dan meningkat menjadi 13,7 juta pada tahun 2003.
Pembinaan dan pemberdayaan penduduk miskin di pedesaan perlu dilakukan melalui pengembangan sektor pertanian yang terbukti menyerap banyak tenaga kerja dan menghasilkan komoditas pangan. Di antara komoditas pertanian yang dapat berperan dalam diversifikasi pangan dan dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan petani adalah komoditas jagung.
Pengembangan budidaya tanaman jagung memiliki prospek ekonomis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan berpeluang untuk diekspor ke luar negeri. Namun, pengembangan budidaya tanaman jagung secara intensif dan secara monokultur di Iingkungan alam Indonesia yang memiliki ekosistem hutan hujan tropis akan berakibat pada terjadinya degradasi Iingkungan, terganggunya keseimbangan ekosistem dan tidak berkelanjutan. Untuk mengatasi dampak yang merugikan terhadap lingkungan tersebut, perlu dilakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap petani agar mereka dapat melaksanakan dan mengembangkan sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan, yang dapat menjaga kesuburan sumberdaya lahan pertanian secara berkelanjutan, menjaga keseimbangan ekosistem, tidak menremari lingkungan dan dapat meningkatkan produktivitas serta memberikan keuntungan kepada petani.
Sistem pertanian berkelanjutan akan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dan peslisida kimia, sedangkan Iimbah pertanian yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia. Pembinaan dan pemberdayaan petani dalam pengembangan sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan melalui kemitraan agribisnis.
Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan model sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain itu juga untuk mendapatkan model kemitraan agribisnis yang dapat membina petani dalam pengembangan pertanian berkelanjutan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan penjelasan deskriptif-eksploratori untuk memperoleh gambaran petani dalam hubungannya dengan pengembangan pertanian berkelanjutan. Sumber data primer diperoleh dari petani responden (33 petani) Desa Mojo, Kec. Andong, Kab. Boyolali serial lembaga Pembina petani, yaitu: PT. Dharma Niaga (Kemitraan Usaha Bersama) dan CV. Dus International Trading (Program Pembangunan Kemandirian Ekonomi Rakyat Melalui Pertanian Organik Terpadu).
Berdasarkan hasil penelitian diajukan perlunya pengembangan sistem pertanian polikultur yang sesuai dengan dengan tipologi lingkungan Indonesia berbentuk hutan hujan tropis, berbeaya rendah dan sedikit masukan sumberdaya dari luar ekosistem pertanian. Selain itu, perk] dikembangkan kemitraan agribisnis yang tidak hanya dapat meningkatkan penghasilan petani tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan petani dalam perbaikan kualitas ekosistem pertanian.

A problem faced by Indonesia is the fairly large number of poor people, with totaled 36.1 million in 2004. The poor and hungry often destroy the environment where they live just to survive; they cut down trees in forests, they look for cattle feed in restricted areas, they use marginal lands, and in increasing number they crowd city centers.
In order to deal with problems of poverty and damaged environment, upgrading and empowering disadvantaged people should be initiated to help them make money to meet their own needs. The upgrade and empowerment programs should be aimed at poor people in villages because the fact shows that most of those living below poverty line are rural areas. Many of them are small farmers with land ownership of less than 0.5 hectare per household. The number of small farmers increased from 10.8 million in 1993 to 13.7 million in 2003.
Upgrading and empowering poor villagers should be done by promoting the agriculture sector which has shown to have employed many workers and provided food products. One of the agricultural commodities that are significant in food diversification and can be developed to increase farmers income is maize.
Cultivating maize has economic potential because the crops can supply domestic demands and foreign export. However, intensive and monoculture maize plantation in Indonesia with its tropical rain forest ecosystem could lead to environmental degradation and ecosystem imbalance, and would not be sustainable. In order to eliminate the damaging effects to the environment, it is necessary to upgrade and empower farmers to enable them to carry out and develop an integrated and sustainable agricultural system capable of keeping farmlands sustainably fertile, the ecosystem in balance and the environment dean and intact, as well as improving productivity and giving benefits to farmers.
A sustainable agricultural system can minimize the use of chemical fertilizers and pesticides, and the produced wastes can be used as forage for ruminants. Farmers upgrading and empowering programs for developing a sustainable agricultural system is possible through an agribusiness partnership.
The reseach aimed to gather a model of the sustainable and environmental friendly agriculture system. The reseach to gather too a model of the agriculture partnership will be can to empowering farmers in the promotion of sustainable agriculture.
The reseach methode is survey methode with the exploratory-description to gather the farmers Image in promotion of sustainable agriculture. The primer resource from farmers in Desa Mojo, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali and the empowering farmers institute (PT. Dharma Niaga and CV. Dus International Trading).
Based on the reseach above, it's suggested the promotion of policuiture agriculture system that in agreement with the environmental tipology of Indonesia is tropical rain forest, in low cost and low external input sustainable agriculture. It's. suggested too the promotion of the agribusiness partnership that just not can giving benefits to farmers but can also empowering farmers to increasing quality of the agriculture ecosystem.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Triwahyuni
"Evaluasi terhadap program pertanian berkelanjutan sudah dilakukan oleh beberapa lembaga yang melaksanakan program tersebut, tetapi evaluasi yang memberi perhatian khusus pada perubahan perilaku sasaran program belum dilakukan. Perubahan perilaku penting dikaji untuk melihat sampai sejauh mana intervensi program dikatakan berhasil.
Metode analisa berpikir logis (logical framework analysis) dengan melihat input, output, effect dan impact digunakan dalam melakukan evaluasi untuk memperoleh gambaran proses perubahan perilaku secara mendalam. Hasil evaluasi kemudian dipetakan menggunakan prinsip dasar Homans dalam perubahan perilaku.
Evaluasi bertujuan untuk mempelajari apakah program mencapai tujuan dan bagaimana program mencapai tujuan tersebut. Populasi yang dipelajari adalah petani yang berdomisili di desa Ringinlarik, kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Evaluasi menggunakan data kuantitatif sebagai data sekunder untuk memperoleh gambaran lokasi studi dan masyarakatnya. Selain itu juga menggunakan data kualitatif sebagai hasil wawancara yang dilakukan dengan informan.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa perubahan perilaku yang terjadi pada program Pertanian Berkelanjutan sampai tahap effect. Perubahan perilaku yang terjadi yaitu petani sudah bersedia menjadi kader, memilih menggunakan pupuk alami daripada pupuk kimia, menanam tanaman pupuk hijau dan membuat pupuk dari kotoran ayam sebagai alternatif pupuk alami, menanam dan mengembangkan benih lokal yaitu jagung lokal dan padi mentik wangi, dan memilih memakai pestisida alami. Lebih lanjut, tercapai kesesuaian antara rencana program dan hasil yang dicapai dalam dua tahun pelaksanaan program.
Temuan lain memperlihatkan kekuatan dan kelemahan program. Usaha-usaha pemberdayaan, dan pendampingan yang dilakukan LSM Lesman serta didukung komitmen petani terhadap program menunjukkan kekuatan program. Kelemahan program yang diperoleh berdasarkan temuan lapangan seperti kurangnya pengelolaan dan pemasaran benih baru, desain pelatihan dengan materi yang sulit dipahami oleh petani, dan dampak program terhadap petani sekitar yang belum terlihat.
Prinsip dasar Homans dalam social behavior yang tepat dalam penelitian ini adalah stimulus, action, reward, value dan expectation. Proposisi stimulus, sukses, value, dan agresi approval yang tepat menggambarkan perubahan perilaku petani. Lebih lanjut, berdasarkan temuan lapangan, pertimbangan rasional dalam memilih beberapa alternatif adalah yang paling utama, dimana biaya produksi merupakan faktor dominan yang dipertimbangkan petani untuk mengadopsi teknologi.
Evaluasi dengan menggunakah analisa kerangka logis efektif memberikan gambaran proses perubahan dalam pelaksanaan program, khususnya dalam melihat perubahan perilaku. Beberapa aspek program yang perlu diperbaiki yaitu design pelatihan, merumuskan perbedaan peran antara PL dan kader (CO), perlu dibuat perencanaan dan langkah-langkah terhadap pengembangan benih baru, perlu dilakukan studi dampak program terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, ada potensi petani di desa Ringinlarik untuk menjadi produsen pupuk kandang atau kompos dan pupuk hijau, dan memasarkan benih jagung lokal ke lokasi lain yang mayoritas masyarakatnya mengkonsumsi jagung serta memiliki kesamaan dalam hal kondisi alam (tanah, air)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T9391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendro Putra J
"ABSTRAK
Sektor pertanian mengonsumsi 70% air Indonesia, terutama dari komoditas padi. Pertanian organik dapat menjadi alternatif efisiensi air. Riset ini bertujuan untuk melakukan kajian jejak air komoditas padi organik yang meliputi perhitungan jejak air (operasional dan rantai pasok), valuasi ekonomi, analisis keberlanjutan multidimensi, hingga perumusan strategi dengan analisis SWOT. Berdasarkan perhitungan jejak air, pertanian padi organik dapat menghemat 52,8% jejak air karena eliminasi jejak air abu-abu dari bahan kimia berbahaya. Sementara itu, status keberlanjutan tergolong sangat berkelanjutan untuk dimensi lingkungan, cukup berkelanjutan untuk dimensi sosial, namun dimensi sosial dinilai kurang berkelanjutan karena tidak tersedianya pasar bagi komoditas padi organik. Harga jual yang lebih tinggi dan biaya produksi yang relatif rendah menyebabkan valuasi ekonomi pertanian padi organik lebih tinggi dibandingkan pertanian padi konvensional, sehingga harga padi organik dapat ditekan. Rumah Mikroorganisme Lokal sebagai konsep pemberdayaan komunitas sosial menjadi strategi berbasis turn around yang ditawarkan untuk mengoptimalkan pertanian organik dalam perwujudan pertanian berkelanjutan.

ABSTRACT
Agricultural sector takes up to 70% to Indonesia water consumption, with rice as the highest. Organic farming comes up as an alternative for water efficiency. This research aims to assess water footprint of organic rice commodity, covering water footprint calculation (operational and supply chain), economic valuation, multidimensional sustainability analysis, and strategy conceptualization through SWOT analysis. According to water footprint calculation, organic rice farming saves 52.8% of water footprint due to elimination of gray water footprint as water polluted due to dangerous chemical used. Meanwhile, sustainability status is categorized as very sustainable for environment, fairly sustainable for social, meanwhile the economic is still less sustainable due to the limitation in market availability of organic rice. The higher selling price and lower production cost make the economic valuation of organic rice farming higher than the conventional. Therefore, the organic rice selling price should be lowered. Rumah Mikroorganisme Lokal as a concept of social community engagement is developed as turn around based strategy to optimize organic farming in achieving sustainable agriculture."
2019
T53732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elqadri
"Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang perlu ditumbuh kembangkan dalam pelaksanaan pembangunan nasional, peningkatan kesejahteraan rakyat secara umum. Atas pertimbangan hal tersebut pengembangan sektor ini juga dilaksanakan di Kecamatan Pasaman. Dengan pengembangan sektor ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat yang mana pada gilirannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pasaman. Pelaksanaan program pembangunan di sektor salah satunya adalah dengan pengembangan komoditi perkebunan. Pengembangan komoditi perkebunan telah banyak pola yang dikembangkan salah satu dari pola tersebut adalah pengembangan melalui Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR Bun). Dimana dalam pelaksanaan program ini diharapkan terjadinya transfer teknologi perkebunan dari perusahaan pengelolaan kepada masyarakat yang berada di sekeliling lokasi dilaksanakan proyek.
Pelaksanaan pembangunan perkebunan melalui pola Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR Bun) tidaklah mutlak sesuai dengan konsep yang telah dirumuskan sebelumnya. Tidak sedikit masalah yang timbul akibat dibangunnya perkebunan dengan pola tersebut diantaranya tidak harmonisnya hubungan antara pelaku utama proyek Perkebunan dengan petani peserta PIR Bun yang disebabkan oleh latar belakang yang berbeda, penyelesaian pembebasan tanah yang tidak tuntas, penentuan petani plasma yang kurang tepat sasaran dan terjadinya jual beli atas lahan perkebunan oleh petani plasma.
Dari berbagai permasalahan tersebut, maka penulis melaksanakan penelitian terhadap Pelaksanaan Program Perkenunan Inti Raktay (PIR Bun) di Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya peralihan hak atas lahan perkebunan oleh petani plasma.
Melalui pendekatan kualitatif digambarkan secara lebih akurat tentang gejala atau situasi sosial melalui pengamatan dan wawancara. Beberapa informan yang dipilih adalah Ninik Mamak/datuk Ketua KUD, Petani Plasma, dan petani pekerja. Analisis dilakukan dengan menelaah data yang diperoleh dari berbagai sumber dan informan
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa sebelum dilaksanakannya PIR Bun dilaksanakan langkah-langkah yang ditempuh oleh pemerintah dan pihak perusahaan adalah penyedian lahan atau tanah untuk lokasi PIR Bun di Sumatera Barat, khususnya Kecamatan Pasaman. Kepemilikan lahan dikuasai oleh masyarakat hukum adat yang dikepalai oleh kepala suku (datuk) dimana tanah tersebut dikenal dengan tanah ulayat, tanah ulayat tersebut dapat dimanfaatkan oleh semua anggota kaum tersebut akan tetapi pengaturan berada pada seorang datuk.
Tanah ulayat tersebut diserahkan kepada pihak perusahaan untuk diolah menjadi perkebunan kelapa sawit, ada yang berbentuk Inti dan ada yang berbentuk plasma. Pihak perusahaan berkewajiban untuk membeli semua hasil panen petani plasma dan membina petani sedangkan KUD memberikan pelayanan sarana dan prasarana produksi, pelayanan kebutuhan hidup petani, hingga pelayanan pembayaran hasil penjualan tanda bush segar dan menyembatani kepentingan para petani pemilik dengan pihak perusahaan, khususnya terkait dengan proses pencairan pinjaman dari Bank. Kebun inti diberikan dalam bentuk HGU kepada perusahaan untuk beberapa. tahun, sedangkan kebun plasma langsung menjadi hak milik petani dengan diterbitkannya sertifikat atas nama masing-masing anggota, mereka tidak boleh memperjual belikan kebun tersebut sebelum hutang mereka kepada Bank lunas. Akan tetapi ada sebagian dari petani yang menjual kepada pihak lain dengan berbagai faktor, yaitu persepsi tentang hak atas tanah, persepsi ekonomis terhadap PIR Bun, persepsi sosial terhadap Pir Bun, kesenjangan budaya antara perusahaan inti denga petani plasma serta kepemilikan tanah yang kumonal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Permata Sari
"ABSTRAK
Produktivitas pemetik teh di Perkebunan teh Cibuni mengalami penurunan disebabkan oleh berkurangnyajumlah tenaga kerja pemetik teh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas pemetik dan faktorfaktoryang mempengaruhi produktivitas pemetik di Perkebunan teh Cibuni. Penelitian ini dilakukan diPerkebunan Teh Cibuni, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Desain penelitian yang digunakan yaitudesain kuantitatif dengan teknik penelitian survei. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhanadengan sampel 40 orang pemetik. Analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS IBMStatistics, pengujian asumsi klasik dan pegujian hipotesis menggunakan uji , uji F dan uji t. Variabel yangdigunakan yaitu motivasi, kedisiplinan, jenis kelamin, usia, pengalaman kerja, keterampilan, dan kapasitas petik.Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai determinasi sebesar 0.845 = 84.5% yang artinya pengaruh semuavariabel bebas terhadap variabel terikat adalah 84.5%, sedangkan 15.5% lainnya dipengaruhi oleh variabel lainyang tidak diteliti. Nilai R atau nilai korelasi sebesar 0.934 menunjukan kekuatan hubungan yang sangat kuatantara motivasi, kedisiplinan, jenis kelamin, usia, pengalaman kerja, keterampilan dan kapasitas petik denganproduktivitas kerja pemetik. Hasil uji t menunjukan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadapproduktivitas pemetik teh yaitu motivasi, usia, pengalaman kerja, keterampilan dan kapasitas petik, sedangkanvariabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas pemetik teh yaitu kedisiplinan dan jeniskelamin."
Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2018
630 AGRIN 22:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Arsa Adi
"ABSTRAK
Tujuan penelitian thesis yang beriudul "Pembangunan Pertanian Dalam Menunjang Ketahanan Daerah - Studi Kasus : Usahatani di Kahupaten Daerah Tingkat II Timor Tengah Selatan" adalah untuk menentukan keterkaitan pembangunan pertanian dengan kondisi Ketahanan Nasional di daerah berdasarkan pendekatan Kesejahteraan dan Keamanan dari aspek Astagatra Penelitian dilakukan dengan penelitian lapangan, studi kepustakaan dan sumber informasi lainnya. Data dianalisis secara tabulasi dan deskriptif.
Keadaan dan kondisi pertanian yang umumnya ditangani oleh masyarakat pedesaan merupakan cermin kemakmuran. Sebagai hasil interaksi faktor lingkungan dan sosial budaya di Timor Tengah Selalan telah berkembang bermacam-macam pola usahatani, yang secara keseluruhan cenderung berpola usahatani campuran. Petani dominan menanam tanaman pangan seluas-luasnya terutama jagung dan ubi kayu serta beternak, terulama sapi dan babi. Luas lahan usahatani rata-rata 2,15 ha per keluarga tani dan kemampuan mengolah tanah rata-rata 1,25 ha per musim tanam.
Kecukupan pemenuhan konsumsi pangan menunjukkan bahwa ketahanan pangan para petani cukup memadai, yaitu jagung 306,106 kg setara beras per kapita per tahun dan ubi kayu 102 kg setara beras per kapita per tahun. Kecukupan pangan itu didukung oleh adanya tradisi diversifikasi dalam pola konsumsi pangan. Demikian pula kriteria kesejahteraan petani menurut Sajogyo (1976) menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani Timor Tengah Selatan tergolong dalam kategori cukup, yaitu Rp. 5.941.800 per tahun per keluarga tani atau setara dengan 990,3 kg beras per kapita per tahun.
Dengan demikian, kondisi sosial ekonomi petani memberikan andil dalam menunjang Ketahanan Nasional di daerah. Karena kuatnya perekonomian masyarakat desa yang bersumber dari pengelolaan usahatani dapat mendukung terbentuknya ketangguhan kondisi Ketahanan Daerah dan Ketahanan Nasional."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian,
630 WPPP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Pepi Rospina Pertiwi
"This research is intended to explain (1) the perception of farmers on the application of rice
SLPTT methods, and (2) the level of implementation of rice SLPTT method. The study
design was descriptive research. The study population were all farmers who were members
of paddy farmer groups in the District of Ciawi, who participated in SLPTT. Samples were
selected from two groups of SLPTT participants in two villages, each of 20 participants. Data
consisted of primary data and secondary data. The perception of farmers on the application
of rice PTT was measured on the perception of farmers in terms of the correspondence
among methods, characteristic of the area, and the message content of innovation. The
level of implementation of the rice SLPTT method was measured by the success of the
method in delivering innovation, the success of the method of making the farmers applying
innovation, and the success of the method in providing benefits to farmers. The results
showed that farmers' perception on the suitability of the application of SLPTT methods with
the characteristics of the area is quite good, as well as the farmer's perception about the
suitability of the application of SLPTT methods with the content of the message is in
excellent innovation. The level of implementation of the method is quite effective. Farmers
acquire enough knowledge to increase even tend to be greatly increased. In addition,
farmers acquire sufficient mastery of skills, take benefits of the increased production and
income.
Penelitian bertujuan menjelaskan (1) persepsi petani terhadap penerapan metode SLPTT
padi, dan (2), tingkat penerapan metode SLPTT padi. Rancangan penelitian adalah
descriptive research. Populasi penelitian adalah semua petani yang menjadi anggota
kelompok tani padi di wilayah Kecamatan Ciawi, yang menjadi peserta SLPTT. Sampel
dipilih dari dua kelompok peserta SLPTT di dua desa, masing-masing 20 orang peserta.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Persepsi petani tentang
penerapan PTT padi yang diukur adalah persepsi petani tetang kesesuaian metode dengan
karakteristik wilayah, dan isi pesan inovasi. Tingkat penerapan metode SLPTT padi diukur
dengan keberhasilan metode dalam menyampaikan inovasi, keberhasilan metode dalam
menjadikan petani menerapkan inovasi, dan keberhasilan metode dalam memberikan
manfaat bagi petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani tentang
kesesuaian penerapan metode SLPTT dengan karakteristik wilayah tergolong cukup baik,
persepsi petani tentang kesesuaian penerapan metode SLPTT dengan isi pesan inovasi tergolong sangat baik. Tingkat penerapan metode tergolong cukup efektif baik. Petani
memperoleh pengetahuan yang cukup meningkat bahkan cenderung sangat meningkat,
memperoleh penguasaan keterampilan yang cukup meningkat serta memperoleh manfaat
terhadap produksi dan pendapatan yang juga cukup meningkat."
Tanggerang: Universitas Terbuka. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2016
502 JMSTUT 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Dwi Nugroho
"Apakah yang dimaksud dengan agribisnis dan kaitannya dengan pertanian, usahatani maupun agroindustri - Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang lebih luas dibandingkan dengan pertanian, usahatani maupun agroindustri. Agribisnis dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang terdiri dari beberapa sub-sistem, dimana A. Soeharjo (1988 : 1) memberikan pengertian agribisnis sebagai cakupan kegiatan dari seluruh sekt pertanian (termasuk kegiatan usahatani) ditambah sebahagian dari kegiatan sektor industri (yang menghasilkan sarana produksi sebagai input pertanian) yang mengolah produk pertanian primer, dan juga kegiatan pemasaran disertai adanya lembaga penunjang.
Luasnya cakupan kegiatan agribisnis, menyebabkan banyaknya permasalahan dalam mengembangkan agribisnis yang identik permasalahannya ada pada bidang pertanian. Sebab membicarakan agribisnis tidak terlepas dengan membicarakan pertanian dalam arti yang lebih luas. Adapun permasalahan tersebut diantaranya dalam penyediaan sarana produksi tidak dapat tepat waktu maupun jumlahnya, teknik dalam pengelolaan menghasilkan produksi primer masih kurang efisien, penanganan pasca panen, sistem tataniaga pemasaran hasil, dan juga fluktuasi harga yang masih banyak merugikan petani selama ini. Pertanian sendiri terbagi menjadi lima bidang yaitu Pertanian Rakyat, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan. Agribisnis didalamnya terdapat Pertanian dan didalam Pertanian sendiri diantaranya terdapat kegiatan sub-sektor perkebunan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronni Rens Mankin
"RINGKASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan informasi tentang hubungan dan pengaruh dari faktor-faktor pendidikan, pendapatan kotor petani dan rasio jumlah tanggungan petani dengan luas tanah garapannya terhadap terjadi dan meluasnya tanah kritis yang dalam hal ini diidentifikasi berupa padang alang-alang. Padang alang-alang diduga sebagai hasil pembukaan hutan yang merupakan salah satu hasil kegiatan yakni perladangan berpindah yang sampai sekarang masih banyak dilakukan didaerah pedesaan di luar pulau Jawa.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan para petani peladang dan pengamatan di lapangan pada sampel bekas tanah ladang yang pernah dikerjakan terakhir kalinya. Pengambilan sampel dilakukan terhadap semua bekas tanah ladang didaerah desa Tumbang Tahai dan daerah desa Marang Kecamatan Bukit Batu, Kotamadya Palangka Raya, Propinsi Kalimantan Tengah.
Dengan bertitik tolak pada pandangan bahwa padang alang-alang dapat dikategorikan sebagai tanah kritis yang ditinjau dari segi pertanian secara potensial tidak dapat menjalankan salah satu atau beberapa fungsinya yakni unsur produksi pertanian, media pengaturan tata air dan media perlindungan alam lingkungan, maka ditarik hipotesis pertama bahwa di kedua daerah desa itu terdapat hubungan dan pengaruh faktor pendidikan, pendapatan kotor petani, dan rasio jumlah tanggungan petani dengan luas tanah garapannya terhadap terjadinya dan meluasnya tanah kritis, dan hipotesis kedua adalah bahwa pengaruh faktor pendidikan yang rendah dari para petani merupakan faktor yang terbesar pengaruhnya.
Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga faktor yang diduga tersebut secara bersama-sama berpengaruh, tetapi secara sendiri-sendiri justru faktor pendidikan tidak cukup kuat menunjukkan adanya pengaruh yang berarti. Ternyata pengaruh yang paling besar adalah dari faktor pendapatan kotor petani. Kemudian dari hasil perbandingan terhadap kedua daerah desa tersebut,ternyata pengaruh letak geografis daerahnya, adanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian,dan banyaknya jumlah tanggungan petani serta luas tanah garapannya, mempengaruhi pula terhadap besarnya pengaruh faktor faktor tersebut.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya tanah kritis antara lain adalah (1) memberikan bimbingan dan penyuluhan lebih intensif bagi para petani peladang, khususnya di daerah terpencil dan terisolasi, (2) memberikan perhatian khusus terhadap daerah-daerah yang memiliki tanah kritis dan potensial menjadi lebih luas dengan cara melakukan perbaikan dan perluasan prasarana dan sarana kehidupan, dan (3) mengusahakan terciptanya lapangan kerja di luar sektor pertanian lebih luas.
Penelitian lebih lanjut yang perlu dilakukan adalah meneliti lagi faktor-faktor yang diduga berpengaruh dengan memasukkan pula faktor lain dan menerapkannya pada daerah yang lebih luas dan berbeda.
"
1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>