Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 232678 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arief Rakhman
"Dengan adanya gejolak ekonomi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini membuat kondisi perekonomian Indonesia terpuruk. Tetapi saat ini sudah mulai menunjukkan adanya tanda-tanda ppemulihan ekonomi. Hal ini dapat dilihat perkembangan pasar modal Indonesia menunjukkan suatu perkembangan yang baik dan mulai kembali aktif. Investasi pada pasar modal dapat dilakukan dengan membeli satu ataupun lebih dari satu jenis saham, di sinilah diperlukan suatu pengetahuan mengenai cara memperoleh tingkat pengembalian sesuai dengan yang diharapkan.
Menentukan tingkat pengembalian dari sebuah sekuritas dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya yang cukup populer dengan menggunakan CAPM. Metode ini memperhitungkan aspek tingkat suku bunga bebas risiko (suku bunga SBI) yang berlaku, di mana tingkat pengembalian yang diperoleh sesuai dengan tingkat risiko (diwakilkan dengan beta). Pada penelitian ini, return market diwakilkan dengan indeks IHSG. Sampel yang digunakan adalah seluruh saham sektoral yang terdapat pada bursa efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan SPSS dalam melakukan regresi terhadap data-data, untuk melihat pengaruh risk terhadap return pada saham-saham sampel.
Hasil penelitian terhadap saham sektoral menunjukkan hasil bahwa tidak ada pengaruh positif linear antara risk dengan return, hal ini dikarenakan faktor perekonomian Indonesia yang sulit diprediksi dan juga pengaruh dari internal perusahaan. Dari hasil pengukuran kinerja portofolio dapat dilihat sektor yang paling baik kinerja portofolio pada periode 2001 hingga 2005 yaitu Pertambangan, sedangkan yang paling buruk kinerja portofolionya yaitu Perdagangan.
Dengan melihat nilai beta saham dan nilai return saham dari tahun 2001 hingga tahun 2005, maka nilai-nilai tersebut sulit untuk memprediks return untuk tahun 2006 karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Jika keadaan perekonomian stabil setiap tahunnya maka beta tahun sebelumnya dapat dipakai untuk memprediksi return di masa datang.
Penelitian ini bertujuan untuk membantu para investor dalam menginvestasikan modalnya pada saham-saham tertentu yang memberikan return yang baik. Dengan semakin banyaknya investor yang berinvestasi di pasar modal maka diharapkan ke depannya pasar modal Indonesia semakin baik dan diharapkan hal ini dapat memberikan dampak yang positif pada perekonomian Indonesia.

With existence of economic distortion some years lately make the condition of indonesian economics downhill. But in this time have started to show the existence of economic cure. This matter can be seen by Indonesia capital market growth shows a good growth and makes a fresh staratively. Investments at capital market can be done by buying one and or more than one share type, hence needed a procedurel knowledge to get rate of return are matching with which expected.
Determining rate of return from securities can be done with a few methods, one of them which is popular enough by using CAPM. This method reckon aspect mount free rate of interest (rate of interest SBI) going into effect, where obtained rate of return as according to risk storey level (delegated entrust with beta). At this research, market return delegated entrust with index IHSG. Used by sample is entire sector share found on Bursa Efek Jakarta. Research uses SPSS in doing regression to data, to see risk influence ot return at sample share.
Result of research to all sector share show result of that there is no positive influence linear between risk and return, this matter because of factor economics of Indonesian that difficult to predict as well as influence from internal company. From result of masurement of portfolio performance can be seen by the best sector of portfolio performance at period 2001 till 2005 that is Mining while the worst of performance is commerce.
Seeing share beta value and share return value from year 2001 till year 2005, the values is difficult used for prediction of return for the year 2006 because of many factor influence it. If situation economic every single year are stable, hence previous year beta can be used for prediction of return a period are going to come.
The purpose of this research is to help the investor in investing their capital at certain share which gives good return. With more and more investor that have capital market investment is expected to make capital market of Indonesian progressively good and expected this matter can give impact which are positive at economics of Indonesian.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T 18429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pabunag, Maria Theresia Romeo
"Dana merupakan hal yang utama dalam rangka melaksanakan kegiatan investasi. Dana dapat berasal dari modal sendiri atau dari pinjaman. Namun dengan tersedianya dana tidak otomatis investasi dapat langsung dilakukan, karena sering ditemukan fakta bahwa investor mengalami kesulitan dalam menggunakan dana investasi yang dimilikinya atau diperolehnya dan salah satunya adalah mengenai pendistribusian dana investasi. Untuk masalah ini investor sering menghadapi dilema antara dua pilihan strategi, yaitu: Apakah pendistribusian dana tersebut lebih baik dilakukan sekaligus atau secara bertahap?
Di dalam dunia investasi, dikenal 2 strategi untuk pendistribusian dana investasi, yaitu strategi pendistribusian dana secara sekaligus yang disebut lump-sum (LS) dan strategi distribusi dana secara bertahap yang disebut dollar-cost averaging (DCA). Penerapan kedua strategi ini akan memberi dampak signifikan atas return yang akan diperoleh dan risk yang harus dihadapi. Dari kedua strategi ini sering dipertanyakan: Strategi manakah yang dapat memberikan return yang paling maksimal?
Untuk menjawab pertanyaan ini telah muncul berbagai studi dan penelitian yang membedah dan menyajikan perbandingan keunggulan dari penerapan kedua strategi ini. Banyak jumal ilmiah diterbitkan untuk melakukan pembuktian keunggulan salah satu dari kedua strategi ini. Beberapa karya akhir yang ditulis oleh mahasiswa MMUI sebelumnya juga telah menganisis keunggulan strategi LS dan DCA atas investasi dalam reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap di Indonesia.
Dalam karya akhir ini penulis mencoba melakukan perbandingan antara strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia. Fokus penelitian dalam karya akhir ini adalah untuk:
1. Mengetahui strategi distribusi dana inveslasi mana yang lebih unggul jika diaplikasikan dalam melakukan pembelian saham.
2. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai untuk sasaran investasi saham yang dipilih.
3. Mengetahui strategi distribusi dana investasi mana yang sesuai dengan sasaran investasi yang memiliki kinerja portofolio terbaik.
4. Menguji rumus dari Michael S. Rozeff tentang perbandingan keunggulan antara 2 strategi distribusi (LS dan DCA) dan mengetahui apakah rumus tersebut dapat diaplikasikan untuk menghasilkan return/wealth investasi yang maksimal.
Adapun manfaat dari penulisan karya akhir adalah untuk memberikan gambaran kepada para investor mengenai penerapan strategi LS dan DCA untuk investasi dalam saham di Indonesia.
Saham yang merijadi sasaran penelitian adalah saham PT. Indosat Tbk. (ISAT) dan saham PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode tahun 2001-2005. Adapun data yang digunakan adalah harga penutupan harian saham dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari BEJ dan suku bunga Surat Berharga Indonesia (SBI).
Penelitian ini menggunakan berbagai tools, meliputi antara lain tools untuk pengukuran kinerja portofolio investasi (Sharpe Ratio, Treynor's Measure, Jensen's Alpha, dan Information Ratio) dan rumus penghitungan terminal wealth, variance of terminal wealth, comparison of terminal wealth and variance of terminal wealth, dan equalization of return yang diajukan oleh Michael Rozeff dalam salah satu jumal ilmiahnya yang membahas tentang keunggulan salah satu strategi distribusi investasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi LS dan DCA 4 bulan unggul dalam memberikan return yang maksimal (27.85% dan 20.29% untuk saham ISAT, 73.92% dan 24.46% untuk saham TLKM, 64.45% dan 47.02% untuk portofolio 2 saham). Hal ini juga secara tidak langsung menyatakan bahwa semakin lama rentang waktu penanaman dana investasi maka imbal hasil yang diperoleh akan lebih baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rumus-rumus yang diajukan oleh Michael Rozeff ternyata tidak dapat digunakan untuk mencapai return yang maksimal antara kedua strategi, khususnya dalam penerapannya untuk investasi saham di Indonesia.
Berdasarkan analisis tersebut maka disarankan bahwa untuk melakukan distribusi sebaiknya menggunakan strategi LS atau DCA dengan rentang waktu investasi yang panjang, dengan didasarkan pada pertimbangan bahwa waktu yang panjang diyakini cukup untuk mengumpulkan return selama pasar melakukan penyesuaian kondisi setelah melalui beberapa gejolak.
Penerapan salah satu strategi tetap dibutuhkan kedisiplinan tinggi. Jika telah memilih satu strategi maka harus tetap digunakan selama satu investment horizon yang telah ditetapkan, misalnya 1 tahun. Juga disarankan untuk menerapkan strategi LS dan DCA 4 bulan atas saham atau portofolio saham berkinerja tinggi.
Selain itu dalam melakukan penerapan salah satu strategi tidak diperlukan melakukan penyetaraan dana investasi yang telah ditetapkan, karena basil yang kelak diperoleh tidak akan maksimal.

Fund is an important element to execute investment activities. Source of fund can be self-funded or from loan-financing. However, well-prepared fund does not automatically smoothing the investment activities. Investors often face dilemma to decide how to distribute the fund: Should it better to invest the fund all at once or gradually?
Investment fund distribution can be executed in 2 strategies, that are Lump-sum (LS) and Dollar-cost averaging (DCA). In LS investment fund is distributed all at once, while in DCA the fund is distributed gradually in fixed amount and fixed time intervals within one investment horizon. Applying one of the strategies will give significant impact in investment return, which gives the reason why they are often be the subject in lots of studies to find out which one is more superior.
This thesis tries to find out which strategy is more superior, if applied in stock equities investment in Jakarta Stock Exchange (JSX) during year 2001-2005. This thesis also wants to give another perspective in the benefit of applying investment fund distribution strategy in stock equity investment, especially in Jakarta Stock Exchange. Besides using usual tools such as risk & return portfolio analysis and investment portfolio performance analysis, a set of investment performance tools specifically generated by Michael S. Rozeff to compare superiority between both strategies is also used.
Equity stocks within the period of year 2001-2005 of PT. Indosat Tbk. (ISAT) and PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) become the subject of examination and analysis. Data used as raw material for calculation is the historical monthly closing price. Another data sources are the monthly closing price of JSX price index and Bank Indonesia monthly interest rate. All data are inputted into the calculation tools, and then results are being analyzed.
Tests and analysis results show that LS and DCA 4 months are superior in giving maximum returns (27.85% and 20.29% on ISAT, 73.92% and 24.46% on TLKM, 64.45% and 47.02% on portfolio combination of both stocks). Results also give evident proof that long time intervals within one investment horizon in investing fund will give higher return. The portfolio performance test and analysis also shows that TLKM gives the highest performance. Results also shows that the performance tool set from Rozeff cannot be applied for fund distribution strategy for equity stock in Indonesia.
Based on the conclusion, this thesis then recommends that long time intervals within one investment horizon in applying fund investment distribution strategy is suggested to achieve high return. LS and DCA 4 month strategies are recommended for equity stock that has high performance. Applying the fund investment distribution strategy needs military discipline to achieve desired return, and once a strategy is applied investor cannot move to another strategy in the middle of the investment horizon. Another recommendation is that to achieve maximum return, investment performance tools from Rozeff is not needed.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Eka Putri Eliandy
"Penelitian ini menggunakan metode studi peristiwa dengan tujuan mengetahui adanya perbedaan abnormal imbal hasil untuk saham (abnormal return) dan aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) sebelum dan sesudah pembelian kembali saham (buyback stock). Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 yang melakukan pembelian kembali saham. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum buyback stock dan sesudah buyback stock, 2) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity sebelum buyback stock dan sesudah buyback stock.

The research uses event study method in order to examine the differences in abnormal return for stocks and trading volume activity. The sample used is listed company in Indonesian Stock Exchange for the period 2008-2012 which have done buyback stock. The analyses of this research were performed using paired t test. The result showed that: 1) There is significant differences on abnormal return before buyback stock and after buyback stock, 2) There is no significant differences on trading volume activity before buyback stock and after buyback stock.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S54419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virda Onglau Renza
"Investasi dapat diartikan sebagai cara penanaman modal, baik langsung maupun tidak langsung bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebagai hasil dari penanaman modal tersebut. Harapan untuk memperoleh keuntungan tersebut diusahakan dapat terwujud dengan melakukan penilaian dan analisis yang berkaitan dengan tingkat pengembalian investasi dan risiko yang akan dihadapi, baik dari faktor eksternal maupun internal perusahaan. Salah satu analisis yang digunakan adalah analisis yang didasarkan pada kinerja keuangan yang terdapat dalam data-data akuntansi.
Penelitian dalam tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh pertumbuhan harga saham yang diukur dengan Price earning ratio (PER), leverage keuangan yang diukur dengan Debt to equity ratio (DER) dan tingkat profitabilitas yang diukur dengan Earning per share (EPS) terhadap return dan risiko saham. Return adalah keuntungan yang diperoleh atas investasi yang dilakukan oleh investor, risiko adalah ketidaktentuan atas investasi yang akan diperoleh oleh investor, PER merupakan perbandingan antara harga saham terhadap laba bersih per lembar saham, DER merupakan perbandingan antara jumlah kewajiban dengan jumlah modal sendiri, sedangkan EPS adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
Penelitian dalam tesis ini dilakukan terhadap 14 perusahaan Automotive & Allied yang sahamnya telah listing di Bursa Efek Jakarta dengan rentang waktu penelitian dari tahun 2001 sampai dengan 2005. Untuk menguji hubungan antara variabel independen dan dependen digunakan uji korelasi dan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan uji regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PER tidak mempunyai hubungan dengan return sedangkan DER dan EPS memiliki hubungan dengan return saham pada perusahaan Automotive & Allied dan tidak terdapat hubungan antara PER, DER dan EPS dengan risiko saham perusahaan Automotive & Allied. Secara simultan, variabel PER, DER dan EPS terdapat pengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan Automotive & Allied sedangkan tidak terdapat pengaruh terhadap risiko saham perusahaan Automotive & Allied.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sebaiknya para investor lebih mempertimbangkan EPS dan tidak hanya menggunakan variabel yang dipakai dalam penelitian ini dalam melakukan investasi, tetapi juga mempertimbangkan hal-hal lain yang bisa mempengaruhi tinggi rendahnya return dan risiko saham tersebut. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah faktor-faktor lainnya baik eksternal maupun internal perusahaan, yang diperkirakan akan mempengaruhi return maupun risiko saham.

Investment can be interpreted as a mode cultivation of capital, direct and indirect aim to get advantage as a result of cultivation of the capital. Expectation to get the advantage can be materialized by doing the assessment and analysis related to return and risk, either from external and internal factor of company. One of the analysis used is the analyzing that based on the finance performance in accountancy data.
The research in this thesis is aim to know the relation and influence of the growth share price measured by Price earning ratio ( PER), leverage measured by Debt to equity ratio (DER) and the level of profitability measured by Earning per share (EPS, to stock return and risk. Return is a benefit which obtained from the investment, risk is the uncertainty that an investment will earn by investor, PER is comparison between share prices to net profit per sheet share, DER is comparison between debt amounts with capitals amount, while EPS is comparison between net profits after tax with the common share sheets amount.
Research in this thesis is done to 14 company Automotive & Allied which are the share have listing in Jakarta Stock Exchange from 2001 to 2005. To test the relation between independent and dependent variables used by correlation test and for the test of influence of independent variable to dependent variable used by multiple linear regression test.
The result of this research shows that PER doesn't have the relation with stock return, while DER and EPS have the relation with stock return and there?s no relation between PER, DER and EPS with risk. Simultaneously, variable PER, DER and EPS are significant influence to stock return, while there are no influence to risk.
Based on the research result, investors better more considering EPS and not only using the variable in this research in doing the analysis investment, but also consider the miscellaneous that can influence stock return and risk. To all researchers, if will do the research, concerning the factors influence return and share risk, the data to be analyzed should be tested. For the next research, expected can add the other factors which estimated will influence stock return and risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Reinhard
"Volatilitas return sebuah saham menggambarkan fluktuasi pada return saham tersebut, yang sekaligus juga menunjukkan risikonya. Investor yang spekulatif menyukai saham-saham yang mempunyai volatilitas tinggi, karena memungkinkan memperoleh keuntungan (gain) yang besar dalam jangka waktu yang singkat. Selain keuntungan besar, volatilitas yang tinggi dapat mengakibatkan kerugian (loss) yang besar pula. Untuk menghindari kerugian ini, dibutuhkan model yang dapat digunakan memprediksi return dan volatilitas saham.
Volatilitas juga dipandang sebagai salah satu ukuran kecepatan pasar (speed of the market). Pasar yang bergerak lambat (move slowly) adalah pasar yang bervo]alilitas rendah (low-volatility market), sedangkan pasar yang bergerak cepat (move quickly) adalah pasar yang bervolatilitas tinggi (high-volatility market).
Tujuan penelitian ini adalah membuat model dan menganalisis tingkat volatilitas return saham-saham perbankan yang ada di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama periode 1998-2005. Model-mode] yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan untuk melakukan peramalan (forecasting) volatilitas masa yang akan datang. Dalam pembuatan model optimal ini, model ARMAIARIMA terbukti cukup baik dijadikan sebagai model dasar untuk conditional mean. Dari 23 bank yang diteliti, 17 bank memiliki volatilitas yang heteroskedastic, sedangkan 6 bank lainnya homoskedastic. Terhadap bank-bank yang volatilitasnya homoskedastic, model volatilitasnya cukup dihitung menggunakan formula deviasi standar biasa. Volatilitas yang bersifat heteroskedastic akan berupa conditional variance dan estimasinya lebih cocok menggunakan metoda ARCH (AutoRegressive Conditional Heteroskedasticity).
Penelitian ini membuktikan bahwa model ARCHIGARCH beserta varian-variannya cukup baik untuk memodelkan volatilitas yang heteroskedastic. Model ARCH(1) adalah model keluarga ARCHIGARCH yang paling cocok digunakan memodelkan saham-saham perbankan Indonesia, jauh lebih cocok (fit) dibandingkan dengan model GARCH(l,l) yang sangat digemari di beberapa pasar global dunia. Model volatilitas ARCH(l) dipakai oleh 8 bank, kemudian model EGARCH dipakai oleh 4 bank, yaitu 2 bank memakai model EGARCH(0,1,0), I bank memakai model EGARCH(1,1,4), dan I bank lagi memakai model EGARCH(1,0,1). Model volatilitas lainnya yang digunakan adalah 3 bank menggunakan model TARCH(1,1,1), 1 bank menggunakan model GARCH(1,1), dan I bank lagi menggunakan model PARCH(1,1,0,1). Keseluruhan model-model optimal yang dihasilkan ini sudah signifikan pada significance level 5%.
Temuan lain dari penelitian ini menyimpulkan penggunaan variabel-variabel makroekonomi seperti tingkat SBI, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga kredit ternyata tidak cocok digunakan sebagai regressor untuk pembuatan model conditional mean dan conditional variance, terutama bila dikombinasikan dengan GARCH(I,I). Akan tetapi variabeI-variabel makroekonomi ini dapat digunakan untuk perbaikan model conditional mean dengan jalan menambahkannya pada model ARMAJARJMA yang diperoleh, seperti terlihat pada model untuk 5 bank_ Penggunaan model ARCHIGARCH bagi perbaikan conditional mean dapat dilakukan melalui penambahan komponen ARCH-MIGARCH-M, seperti terlihat pada model untuk 6 bank.
Bagi investor yang memiliki karakteristik risk averse, melakukan investasi dengan membeli dan menyimpan saham-saharn perbankan Indonesia bukanlah hal yang dianjurkan. Kesimpulan ini didasarkan pada temuan yang menyatakan hanya 8 dari 23 bank yang memiliki rata-rata return bulanan yang positif. Dui 8 yang positif ini ada 3 bank yang memberikan return rata-rata diatas return rata-rata IHSG, dan hanya 2 bank yang diatas return rata-rata tingkat SBI. Return rata-rata saham perbankan Indonesia secara keseluruhan adalah -0,52% per bulan. Bagi investor yang memiliki karakteristik risk-taker, membeli saham-saham perbankan Indonesia cukup menjanjikan, karena volatilitas saham-saham perbankan di Bursa Efek Jakarta cukup tinggi. Penelitian ini menunjukkan ada bank yang volatilitas return-nya mencapai 33% per bulan, dan bahkan ada juga yang return maksimumnya diatas 100% per bulan.

The volatility of a share's returns depicts the fluctuation of the returns of the shares which at the same time also shows its risk. Speculative investors like shares of high volatility, because such shares make possible to earn large gains within a short time. Besides big gains, high volatility could bring big losses too. To avoid these losses, a good model is needed that could be used to predict the return and volatility of shares.
Volatility is also deemed as one of measurements to rate the speed of the market. A market that moves slowly is a low-volatility market, while a market that moves quickly is a high-volatility market.
The goal of this research is to create the optimal models and analyze the return volatility of banking shares listed on the Jakarta Stock Exchange (JSX) during the 1998-2005 period. The models created is expected to be useable for the forecasting of future volatility. In making the optimal model, the ARMAIARIMA model is proven to be good enough as a basic model for the conditional mean. Of 23 banks examined, 17 showed a heteroskedastic volatility, while 6 others showed a homoskedastic volatility. On the banks with homoskedastic volatility, it is adequate to calculate the model's volatility by applying the naive method based on historical sample variance (i.e. ordinary standard deviation formula). The heteroskedastic volatility will take the conditional variance form and its estimation is more suitable using the AutoRegressive Conditional Heteroskedasticity (ARCH) method.
The research proves that the ARCHIGARCH (Generalized ARCH) model along with its variants is good enough to be a model of a heteroskedastic volatility. The ARCH(1) model is of the family of ARCHIGARCH models which is most suitable for use to model Indonesian banking shares, more fit in comparison with the GARCH(1,1) model which is the most favorite among several world global market. The ARCH(1) volatility model is used by 8 banks, the EGARCH model by 4 banks, i.e. 2 banks use the EGARCH(0,1,0), I bank uses the EGARCH(1,1,4) model, and another 1 bank uses the EGARCH (1,0,1) model. The other volatility models used are: 3 banks uses the TARCH (1,1,1) model, 1 bank uses the GARCH(1,1) model, and 1 more bank uses the PARCH (1,1,0,1) model. The whole optimal models created are already significant at the significance level of 5%.
Another finding of this research concluded that the macroeconomic variables such as SBI rate, inflation rate, and credit interest rate are not suitable for use as the regressors in making the conditional mean and conditional variance model, particularly when combined with GARCH(1,1). These macroeconomic variables, however, could be used to make improvements on the conditional mean model by adding it to the ARMAIARIMA model obtained, such as to be seen in the model for 5 banks. An application of the ARCHIGARCH model to improve on the conditional mean can be done through adding an ARCH-MI LARCH-M model, as seen in the model for 6 banks.
For investors with risk-averse characteristic, to invest by purchasing and holding Indonesian banking shares is not encouraged. This conclusion is based on the finding that only 8 out of 23 banks have have a positive average monthly return. Of the 8 with positive average, 3 banks yielded an average return above the IHSG average return, and only 2 banks had an average return above the SBI rate. The average return of Indonesian banking shares as a whole is -0,52% per month. For investors who are risk-taker, to buy Indonesian banking shares is quite promising, because the volatility banking shares on the Jakarta Stocks Exchange is quite high. The research shows there was a bank which had a return volatility of 33% per month, and there was even a maximum return of over 100% per month.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kusumaningtyas
"Suatu perusahaan diharapkan mampu mewujudkan good corporate governance seperti akuntabilitas, pengungkapan dan transparansi. Perusahaan dituntut untuk melaksanakan prinsip keterbukaan (disclosure) karena perkembangan perusahaan dimonitor oleh masyarakat pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Konsekuensinya perhatian berbagai pihak terhadap pelaporan (keuangan maupun non-keuangan) yang dilakukan oleh perusahaan menjadi semakin mendalam (intensif) dan lebih menuntut transparansi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor- faktor seperti jenis KAP berasosiasi secara positif dengan ukuran perusahaan, struktur kepemilikan dan DER mungkin berhubungan dengan tingkat pengungkapan sukarela laporan tahunan. Penelitian dilakukan atas dasar laporan tahunan 2003 terhadap 50 perusahaan sampel.
Penelitian ini menemukan bahwa besarnya tingkat pengungkapan sukarela (disclosure level) atas laporan tahunan 2003 pada perusahan manufaktur yang terdaftar di BEJ untuk indeks pengungkapan dengan pembobotan adalah 13,5% dan indeks pengungkapan tanpa pembobotan adalah 16%.
Hasil penelitian dengan indeks pengungkapan dengan pembobotan ataupun tanpa pembobotan menunjukkan bahwa jenis KAP berasosiasi secara positif terhadap hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat pengungkapan, dan juga jenis KAP berasosiasi secara positif terhadap hubungan antara struktur kepemilikan dan tingkat pengungkapan. Sedangkan jenis KAP berasosiasi secara positif terhadap hubungan antara DER dan tingkat pengungkapan tidak terbukti."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Indroyono
"Untuk mengukur perekonomian suatu negara, salah satu tolok ukurnya adalah tingkat investasinya dimana makin banyak investasi yang dilakukan di negara tersebut makin tinggi pula tingkat perekonomiannya. Berbicara mengenai investasi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk melkkukan investasi di pasar modal. Seperti deposito, saham, obligasi, kurs, dan banyak instrumen lainnya yang menawarkan keuntungan bagi para investor. Yang menjadi subyek penelitian pada penelitian ini adalah investasi pada saham khususnya saham pads sektor rokok.
Dari data-data harga saham sektor rokok pada Bursa Efek Jakarta, dapat dilakukan perhitungan regresi sehingga dapat dilihat perbandingannya terhadap Indeks Harga Saharn Gabungan (IHSG) untuk mengukur tingkat expected return dan risk dari suatu sekuritas. Salah satu caranya dengan menggunakan metode yang sudah cukup popular seperti CAPM. Metode CAPM dapat membantu menentukan tingkat return dan risk dan suatu saham. Capital Asset Pricing Model ( CAPM) adalah suatu model keseimbangan yang menentukan hubungan antara risiko dan tingkat return."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiguna Ali Putra
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat likuiditas serta nilai return dan risiko sistematik saham pada perusahaan ndash perusahaan yang terdaftar pada bursa efek periode 2009 sampai 2012 Analisis dilakukan setelah menggolongkan perusahaan berdasarkan tingkat likuiditasnya LMx digunakan untuk menghitung tingkat likuiditas sedangkan beta digunakan untuk menghitung risiko sistematik saham Hasil penelitian menunjukkan sejak 2009 ndash 2012 selalu terjadi peningkatan likuiditas saham ndash saham pada Bursa Efek Indonesia Selain itu dari penelitian ini kita juga dapat mengetahui bahwa nilai average return dari saham ndash saham di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian selalu bernilai positif Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara tingkat likuiditas dengan return pada Bursa Efek Indonesia dan juga bahwa terdapat korelasi antara tingkat likuiditas dengan risiko sistematik beta namun tidak terdapat korelasi antara return dengan beta.

This study conducted to investigate liquidity rate stock return and systematic risk on listed companies in Indonesia Stock Exchange 2009 2012 Analysis conducted after dividing companies based on their liquidity rate LMx was used to calculate liquidity rate meanwhile beta was used to calculate stock systematic risk Result of this study show that since 2009 until 2012 liquidity rate of stocks in Indonesia Stock Exchange always increase Furthermore from this study also we know that average retun of the stocks at Indonesia Stock Exchange during research period always has positive value This study also shows that there is no correlation between liquidity rate and return at Indonesia Stock Exchange and also there is correlation between liquidity rate and systematic risk beta but there is no correlation between return and beta.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S52740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djana Jusuf
"Globalisasi ekonomi dunia dengan disepakatinya GATT menjadi WTO (1994), Deklarasi APEC (1994), AFTA 1995) dan ASEM (1996) menjadikan dunia dengan ciri makin terkikisnya hambatan-hambatan lalu-lintas keuangan internasional, arus ke luar masuk modal dan tingkat investasi. Proteksi pada sektor finansial tidak dapat dilaksanakan lagi. investasi asing, campuran maupun domestik dalam bentuk pembelian aset domestik ( deposito, obligasi, saham dan sekuritas lainnya) perlu mendapat dukungan penuh dan konsisten.
Dalam konteks Indonesia kebijakan investasi portofolio perlu lebih dikembangkan karena kecenderungan arus dana internasional dalam masa-masa mendatang ke Indonesia meninjukkan pola atau karakteristik dimana investasi portofolio akan memimpin lalu lintas keuangan, dana dan modal internasional. Melampaui : Direct Investment , pinjaman dari pemerintah (Goverment /Public Debt) , pinjaman dan obligasi swasta ( Private Debt dan Obligation ), dan Hibah ( Grand ). Fenomena ini sudah terlihat pada tahun 1989 dan semakin pesat di tahun 1993 (Laporan Bank Dunia, tahun 1993 dan 1994 ).
Kondisi ini tentunya menantang para pembuat kebijakan (Policy Maker ) dalam mengantisipasi arus dana internasional, khususnya investasi portofolio yang semakin deras ke negara kita. Dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta (BET) mempunyai peran yang dominan dan sentral dalam menangkap peluang tersebut dengan lebih mengembangkan perdagangan dan transaksi di bursa efek.
Dari data terakhir (Juni 1996 ) menunjukkan bahwa porsi pembelian saham oleh investor asing di pasar modal Indonesia sudah melampaui 70 % , bahkan 72 % pada Juni 1996. Hal ini menunjukkan bahwa porsi pembelian saham oleh investor asing akan sangat menentukan dalam mekanisme supply (jual ) dan demand (beli ) di pasar modal. Penetrasi investasi asing yang terlalu besar dan kondisi investor domestik yang sangat lemah mempunyai konsekuensi menguntungka dan merugikan dalam skenario waktu : jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Dari data dan analisis kuantitatif didapat hasil yang mendukurig yaitu anara nilai kurs US $ terhadap Rupiah bisa mempengaruhi kinerja pasar modal Indonesia, dimana bila kurs menguat mengakibatkan investor asing terpacu untuk membeli saham di pasar modal Indonesia, karena kurs dinilai lebih tinggi sehingga keuntungan kurs dapat dimainkan dalam pasar modal Indonesia. Hal ini akan terbalik bila kita meninjau keputusan investasi Investor domestik. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrurazi
"Pada thesis ini di sajikan suatu pengujian Model Tiga Faktor Fama & French terhadap investasi portofolio kelompok-kelompok industri yang ada di Bursa Efek Jakarta ( BEJ). Faktor-faktor yang di usulkan Fama & French sebagai variabel yang mempengaruhi returns portofolio adalah book-to-market dan ukuran perusahaan ( size), Pada Model Tiga Faktor Fama & French terdapat faktor HML ( High Minus Low ) dan SMB ( Small Minus Big) yang diperoleh dan pengelompokan returns saham-saham yang memiliki book-to-market tinggi (H), sedang (M) dan rendah (L) dan pengelompokan returns saham yang memilild ukuran perusahaan kecil (S) dan besar (B). Dengan menggunakan rata-rata returns saham tersebut di bentuk returns HML dan returns SMB dengan menggunakan cara yang digunakan oleh Daniel, Titman dan John Wei (2001) untuk menganalisis hal yang sama di bursa Jepang.
Dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk portofolioportofolio yang ada di Bursa Efek Jakarta Model Tiga Faktor Fama & French dapat digunakan untuk kelompok Industri Keuangan, Industri Kimia Dasar, Perdagangan dan Property. Penggunaan Model Tiga Faktor Fama & French tersebut tidak dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya asset bebas risiko. Disamping itu dilakukan analisis perbandingan penggunaan Model Tiga Faktor Fama & French dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) untuk menganalisis returns masing-masing portofolio."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>