Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96217 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irawati Hermawan
"Obligasi daerah merupakan salah satu altematif pembiayaan pembangunan di daerah. UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemenntah Daerah memberi peluang bagi daerah untuk menerbitkan obligasi daerah, dan untuk memfasilitasi penerbitannya, telah diterbitkan PP 54/2004 tentang Pinjaman Daerah dan PP 58/2004 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Saat ini Departemen Keuangan tengah mempersiapkan rancangan keputusan menteri terkait dengan pengaturan teknis penerbitan obligasi daerah. Datam UU 33/2004, PP 54/2005 dan PP 58/2005 dijelaskan bahwa Obligasi daerah hanya dapat dilakukan untuk membiayai investasi sektor publik yang menghasilkan peneriman dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Kemudian dalam peraturan di atas juga diatur bahwa Obligasi daerah yang diterbitkan hanya jenis obligasi pendapatan (Revenue Bonds).
Investasi sektor publik erat kaitannya dengan infrastruktur, oleh karenanya obligasi daerah juga dapat digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum merupakan kewajiban Pemerintah dan pemerintah daerah, namun karena kekuatan pembiayaan Pemerintah dan pemerintah daerah sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan, diperlukan adanya partisipasi sektor swasta dalam penyelenggaraan infrastruktur (Private Sector Participation atau PSP; Public Private Partnership atau PPP). Terkait dengan dipromosikannya PPP atau PSP dalam penyediaan infrastruktur di daerah, maka perlu dikaji apakah proyek infrastruktur yang dikerjasamakan dengan badan usaha (BUMN, BUMD, swasta) dapat juga didanai dengan obligasi daerah, dan apabila jawabannya ya, bagaimanakah mekanisme pembiayaannya. Permasalahan pembiayaan yang bersumber dari obligasi daerah bagi penyediaan infrastruktur yang dikerjasamakan dengan badan usaha tersebut menjadi fokus penelitn dalam tesis ini."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Yuliati
"Pembiayaan infrastruktur selama ini berasal dari APBN. Obligasi Negara merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur. Untuk mengetahui potensi obligasi negara menggunakan metode SWOT dan kendalanya menggunakan metode Analytic Network Process (ANP). Selain itu, analisa kelayakan obligasi negara pada pengembangan Bandara Mutiara - Palu.
Hasil penelitian yaitu dari potensi yang ada muncul strategi dengan memanfaatkan jumlah peminat obligasi negara yang sudah ada dan menerbitkan obligasi khusus infrastruktur sedangkan untuk kendala yang paling dominan adalah kendala regulasi (0,302240) dengan rater agrrement sebesar 0,8720. Untuk kelayakan pengembangan Bandara Mutiara - Palu nilai NPV = 142.436.462.579, IRR = 11,11% dan Payback Period selama 15 tahun 6 bulan.

Infrastructure financing usually comes from the state budget. Government Bonds is one of the sources of financing infrastructure development. To find out the potential for government bonds using SWOT and constraints using the method of Analytic Network Process (ANP). In addition, the feasibility analysis on developing Mutiara - Palu airport with government bonds.
The results is potential that have emerged strategies to use the existing interest of goverment bonds and issuing infrastructure bonds, while for the most dominant constraint is regulatory (0.302240) with rater agrrement of 0.8720. For development feasibility Mutiara - Palu airport value NPV = 142 436 462 579, IRR = 11.11% and Payback Period for 15 years and 6 months.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31815
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"City governance is as a part of local governance in Indonesia faces various issues in local autonomy nowadays. Among others are issues on population growth, lack of job , authority distribution, development funding and lack of local revenue. In other side, city governance should give convenience and safety to its citizen to stay in town. Therefore, the efforts to increase the city,s fiscal capacity are badly needed. It had been much activities developed by city government to increase it fiscal capacity through extensification, intensification and diversification local income resource, however, they were not maximum enough to support city development needs. Local bonds is a funding alternative for local infrastructure development that can be developed by local government to overcome the issues on local development funding and fiscal capacity generally. Those local bonds are potential to develop by local government remind that central government succeeded to issue government 's bonds and attracted community."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Gigih Prayoga
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya yield SBSN yang ditawarkan oleh investor pada lelang Surat Berharga Syariah Negara dibandingkan dengan yield Surat Utang Negara (SUN) pada tenor yang bersesuaian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh atas perubahan variable kurs, inflasi, IHSG, debt-to-GDP ratio, dan yield SUN terhadap variabel perubahan incoming weighted average yield (WAY) Surat Berharga Syariah Negara yang terbentuk pada lelang SBSN bertenor 5 tahun. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Penelitian ini mengolah data time series bulanan dari Oktober 2009 sampai dengan Juni 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perubahan inflasi dan perubahan yield SUN berpengaruh signifikan dan positif sedangkan variabel perubahan IHSG berpengaruh signifikan dan negatif terhadap variabel perubahan incoming weighted average yield (WAY) Surat Berharga Syariah Negara. Adapun variabel perubahan kurs dan perubahan debt-to-GDP ratio tidak berpengaruh signifikan.

The background of this study is that bid yield offered by investors in SBSN (sovereign sharia securities) auction frequently higher than market yield of SUN (sovereign bonds) with equivalent tenor. The Purpose of this research is to figure out if five determinants (changes of exchange rate, inflation, Jakarta Composite Index, debt-to-GDP ratio, and yield of sovereign bonds) significantly affecting change of incoming weighted average yield (WAY) SBSN 5 years tenor. In this study, multiple linear regression method has been employed in analyzing monthly time series data from October 2009 to June 2015. The result shows that changes of inflation and yield of sovereign bonds are significant and positive in affecting the dependent variable, while change of Jakarta Composite Index is significant in affecting the dependent variable with negative direction. Meanwhile the changes of exchange rate and debt-to-GDP ratio variable was found to be insignificant."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Ferry Saut
"Resesi ekonomi dunia tahun 80 an sempat mempengaruhi sumber-sumber pendapatan negara, prospek penerimaan negara yang tidak begitu cerah, sehingga untuk membiayai pembangunan prasarana. bergantung pemerintah daerah tidak mungkin dari bantuan pemerintah pusat. Untuk lagi itu hanya perlu dicari alternatif sumber pendanaan bagi pemerintah daerah dengan melakukan pinjaman dari publik dengan mengeluarkan obligasi. Dana yang didapat dari obligasi digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana seperti jalan, air bersih, listrik dan gas, pembuangan limbah , pelabuhan, rumah sakit dan sebagain ya. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan kepustakaan dengan melihat kondisi yang ada di penelitian Indonesia apakah obligasi yang dikeluarkan pemerintah daerah ini menja.di sumber pembiayaan seperti yang diterapkan pemerintah negara bagian dan lokal di Amerika 5erikat. Obligasi di Indonesia memiliki prospek dan potensi yang besar untuk dikembangkan, demikian pula dengan obligasi pemerintah daerah. Banyaknya sumber-sumber dana yang belum digali oleh instrumen obligasi seperti bank, perusahaan Asuransi, Yayasan Dana Pensiun dan masyarakat. Kondisi yang ada sekarang sang at mendukung untuk mengeluarkan obligasi seperti meningkatnya minat investor terhadap obligasi, turunnya kredibilitas perbankan, lesunya pasar modal di Indonesia, adanya penurunan mulai masuknya investor luar negeri untuk suku bunga dan membeli obligasi Indonesia. Obligasi pemerintah daerah dapat menjadi alternatif instrumen yang menarik bagi investor. Selain potensi yang besar hambatan yang oleh pemerintah daerah juga banyak seperti akan dihadapi sulitnya untuk mengubah Undang-Undang yang ada misalnya ten tang pembebasan pajak atas bunga dan mengenai peraturan pemerintah untuk mengeluarkan obligasi. 8elum aktitnya pasar sekunder obligasi dan perusahaan rating obligasi agar investor dapat mengetahui kualitas emiten dan obligasinya. Perbaikan manajemen keuangan pemerintah daerah agar lebih protesional dan full supaya investor tertarik dan percaya. disclosure Obligasi mengaktitkan pemerintah diharapkan dapat memperkaya dan pasar modal di Indonesia. Selain itu penyediaan dana pembangunan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerintah daerah akan lebih mandiri serta dana pembangunan dari pemerintah pusat dapat dikonsentrasikan ke daerah yang kurang mampu."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Sari Anisah
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persiapan Penerbitan Obligasi Daerah baik dalam maupun sekitar organisasi sebagai alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur. Penelitian ini menggunakan pendekatan post positivist, dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara kualitatif melalui wawancara mendalam dan studi literatur. Rencana penerbitan obligasi daerah di Provinsi Jawa Barat sudah dikaji sejak tahun 2012. Hasil penelitian dari rencana penerbitan obligasi daerah pada Provinsi Jawa Barat adalah sudah siap jika ditinjau dari penilaian keuangan. Namun, secara penilaian administratif masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Diketahui pula hal tersebut dipengaruhi oleh kurangnya komitmen pemerintah dalam hal peraturan dasar obligasi daerah yang kurang memadai untuk menerbitkan obligasi daerah, belum adanya sinergi antar lembaga yang terlibat, dan tingginya pajak yang dikenakan atas tingkat bunga dan/atau diskonto obligasi daerah yang dapat menyebabkan kurangnya minat investor serta sulitnya obligasi daerah untuk dapat berkompetisi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

ABSTRACT
This study discusses Factors Affecting the Preparation of Bond Issuance in both within and around the organization as an alternative financing infrastructure development. This research uses post positivist approach, using qualitative data collection technique through in depth interview and literature study. The plan to issue local bonds in West Java Province has been studied since 2012. The research results of the planned issuance of regional bonds in West Java Province is ready when viewed from the financial valuation. However, in administrative assessment there are still some things to be considered. It is also influenced by the lack of government commitment in terms of inadequate local bond regulations to issue local bonds, the absence of synergies between the agencies involved, and the high taxes imposed on the interest rate and or discounted regional bonds that may lead to a lack of interest Investors and the difficulties of local bonds to compete at the local, national, and global levels."
2017
S68431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nastiti Danarsari
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis selisih imbal hasil antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah pada kategori peringkat dan sisa waktu jatuh tempo (time to maturity) yang berbeda-beda. Tahapan-tahapannya adalah, pertama, menghitung rata-rata selisih imbal hasil aktual antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah. Kedua., membuat estimasi selisih imbal hasil yang dihitung dengan memasukkan faktor ekspektasi gagal bayar. Ketiga, membandingkan antara selisih imbal hasil aktual dan selisih imbal hasil estimasi dan menghitung selisihnya. Keempat, menyelidiki apakah selisih imbal hasil yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor ekspektasi gagal bayar tersebut memiliki sensitivitas lerhadap faktor-faktor yang mempengaruhi premi risiko pada pasar saham dengan menggunakan regresi berganda pada data time series. Temuan pada selisih imbal hasil aktual adalah bahwa peringkat yang terbaik tidak selalu memiliki selisih imbal hasil yang lerkecil, sementara pada estimasi selisih imbal hasil menunjukkan hal yang konsisten, yaitu peringkat lerbaik memiliki estimasi selisih imbal hasil yang terkecil dan peringkat terburuk memiliki eslimasi selisih imbal hasil terbesar. Estimasi selisih imbal hasil memiliki kontribusi sekitar 7%-66% dari selisih imbal hasil aktual. Pada tingkat keyakinan 95%, sebagian besar hasil regresi tidak secara signifikan membuktikan bahwa selisih imbal hasil yang tidak dapat dijelaskan oleh fakotr ekspektasi kerugian akibat gagal bayar akan memiliki sensitivitas terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi premi risiko pada saham. Lebih lanjut, faktor-faktor yang mempengaruhi premi risiko pada pasar saham hanya mampu menjelaskan 0.7%-21% dari sisa selisih imbal hasil yang tidak terjelaskan oleh faktor ekspektasi kerugian terhadap gagal bayar. Dengan demikian, faktor ekspektasi kerugian akibat gagal bayar memiliki kontribusi yang lebh besar dibandingkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi premi risiko dalam selisih imbal hasil antara obligasi korporasi dan obligasi pemerintah. Dan yang terakhir, terlepas bahwa sebagian hasil regresi tidak signifikan, ditemukan bahwa kategori peringkat yang terbaik ternyata tidak memiliki premi risiko terendah.

The purpose of this article is to explain the spread between yield on corporate and govemment bonds over different rating class and time to maturity. First to be determined is the actual yield spread, and then the estimated yield spread considering expected default loss. We make comparison between actual spread and estimated spread and examine whether the difference is related to factors that we commonly accept as explaining risk premium for common stocks. On actual spread calculation we find that the higher-rated bonds do not consistently have lower yield spread. However, estimated spread calculation showed the consistent result, which are the higher-rated bonds always have lower yield spread, and lower-rated bonds have higher yield. We show that expected defaults account for 7% - 66% of the total actual spread. Most of our time series regression result can not significantly prove that the remaining part of the yield spread is related to factors that explaining risk premium for common stock. Risk premium factors for common stock only accounts for 0.7% - 21% of total unexplained spread. This result implies that expected default loss accotmts for bigger part on the yield spread than risk premium factors do. And fmally, regardless the insignificances on the regression result, this paper show that the higher-rated bonds do not consistently have smaller risk premium."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Nurfitria
"Penelitian yang dilakukan dalam menyusun tesis ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yakni mengkaji ketentuan-ketentuan pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan rencana penerbitan Obligasi Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur penerbitan, kendala dan alternatif penyelesaiannya dalam rencana penerbitan Obligasi Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Peraturan-Peraturan untuk Penerbitan Obligasi Daerah dibuat beradasarkan peraturan pasar modal, dengan berbagai penyesuaian yang diperlukan. Penerbitan Obligasi Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah untuk memenuhi sasaran misi keempat Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan pembangunan infrastruktur strategis yang berkelanjutan. Rencana penerbitan Obligasi Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkendala mengenai laporan keuangan dan alokasi dana cadangan yang belum ada peraturannya, sehingga diperlukan peraturan tambahan untuk menjadi dasar yang pasti dalam pelaksanaan penerbitan Obligasi Daerah selanjutnya.

This thesis using legal normative approach research, which examines the provisions of the legislation relating to the issuance of the Regional Bond West Java Provincial Government. The purpose of this study was to determine the procedures for issuing, constraints and alternative settlement in the Regional Bond issuance West Java Provincial Government. Rules for the Issuance of Municipal Bonds made beradasarkan capital market regulation, with the necessary adjustments. Municipal Bond Issuance West Java Provincial Government is to meet the target of the fourth mission of West Java Provincial Government, namely West Java realize comfortable with the sustainable development of strategic infrastructure. Bond issuance plan of West Java Provincial Government is constrained on the financial statements and the allocation of the reserve fund has been no rules, so that additional regulations are needed to be a sure foundation in the implementation of the Regional Bond next."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Rayhana Putri
"Penyebab terjadinya permasalahan lingkungan yang terus meningkat dewasa ini didominasi oleh 5 faktor utama, yakni: teknologi, pertumbuhan penduduk, ekonomi, politik dan tata nilai. Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai pengurangan kemiskinan, proses pembangunan ekonomi tradisional tetapi berdampak buruk pada lingkungan, sehingga merusak alam untuk pengembangan di masa yang akan datang. Untuk mengatasi hal ini, negara memerlukan strategi pembangunan berkelanjutan yang baru, dengan mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan melestarikan lingkungan dan menanggapi masalah perubahan iklim. Pembiayaan berbasis lingkungan (Green Finance) adalah pendukung yang menggabungkan uang dan bisnis dengan perilaku ramah lingkungan. Salah satu bentuk Green Finance adalah dalam bentuk efek bersifat utang berwawasan lingkungan (Green Bond). Green Bond adalah kategori efek yang berkembang yang dikeluarkan oleh perusahaan, pemerintah, dan bank institusional untuk meningkatkan modal dalam mendukung proyek-proyek yang bermanfaat bagi adaptasi perubahan iklim dan inisiatif lingkungan. Penelitian ini melihat dari permasalahan yang akan timbul apabila penerbitan Green Bond tidak diatur oleh pemerintah dan tidak ada standar menegenai penerbitan Green Bond. Selanjutnya, dalam penelitian ini menganalisis mengenai implementasi penerbitan Green Bond di Indonesia. Terakhir, penelitian ini menganalisis mengenai perbandingan implementasi penerbitan Green Bond di Indonesia dengan Amerika Serikat. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, adalah: Pertama, apabila Green Bond tidak diawasi dan tidak ada transparansi maka ketika terdapat informasi yang tidak seimbang (information asymmetry) dapat menyebabkan adanya satu pihak yang memperoleh keuntungan dengan cara mengeksploitasi ketidaktahuan pihak lain, yang kemudian dapat menghambat pertukaran barang atau kegiatan pasar. Sehingga pemerintah mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) Nomor 60/pojk.04/2017 tentang Green Bond. Kedua, Pada awal 2016 PT SMI membentuk divisi pembiayaan berkelanjutan, dan saat ini sedang mengembangkan laporan keberlanjutan dan membangun akuntansi kapasitas gas rumah kaca (GRK). PT SMI telah mengkonfirmasi bahwa serratus persen dari hasil Green Bond akan digunakan untuk membiayai proyek hijau yang memenuhi syarat. Penerbitan Green Bond oleh PT SMI merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) Nomor 60/pojk.04/2017 tentang Green Bond. Ketiga, dibandingkan dengan Amerika Serikat, tidak memiliki peraturan yang spesifik mengenai Green Bond. Amerika Serikat memakai Green Bond Principle sebagai pedoman mereka untuk mengatur penerbitan Green Bond.

The causes of environmental problems that continue to increase today are dominated by 5 main factors, namely: technology, population growth, economy, politics and values. Economic growth is considered a poverty reduction, a traditional economic development process but it has a negative impact on the environment, thus damaging nature for future development. To overcome this, the country needs a new sustainable development strategy, by striving for economic growth that is in line with preserving the environment and responding to the problem of climate change. Green Finance is a proponent that combines money and business with environmental concerns. One form of Green Finance is in the form of Green Bond. Green Bond is a growing category of bond issued by companies, governments and institutional banks to raise capital to support projects that benefit climate change adaptation and environmental initiatives. This research observes at the problems that will arise if the issuance of Green Bond is not regulated by the government and there are no standards regarding the issuance of Green Bond. Furthermore, this research analyzes the implementation of Green Bond issuance in Indonesia. Finally, this study analyzes the comparison of the implementation of Green Bond issuance in Indonesia with the United States. The conclusions that can be obtained from this research are: First, if Green Bond is not monitored and transparency is not present then there will be information asymmetry lead to the existence of one party that benefits by exploiting the nescience of the other party, which can then impeding the exchange of goods or market activities. So the government issued Indonesian Financial Services Authority Regulation (OJK) Number 60/pojk.04/2017 concerning Green Bond. Secondly, in early 2016 PT SMI formed a sustainable financing division, and is currently developing a sustainability report and building an accounting for greenhouse gas (GHG) capacity and issued Green Bond. PT SMI has confirmed that one hundred percent of Green Bond proceeds will be used to finance eligible green projects. Issuance of Green Bond by PT SMI refers to the Indonesian Financial Services Authority Regulation (OJK) Number 60/pojk.04/2017 concerning Green Bond. Third, compared to the United States, it does not have specific regulations regarding Green Bond. The United States uses the Green Bond Principle as their guideline to regulate the issuance of Green Bonds.
"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T54610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadus Guru
"Keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah memerlukan keikutsertaan mayarakat, keterbukaan dan pertanggung jawaban kepada masyarakat yang diupayakan dengan menerapkan azas desentralisasi, dekonsetrasi dan azas tugas pembantuan.
Dalam rangka menerapkan azas desentralisasi yang diwujudkan melalui pelaksanaan otonomi daerah, diharapkan dapat memberikan peluang bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah yang berdaya guna dan berhasil guna; maka dibutuhkan pengaturan perimbangan keeuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pengaturan mina berdasarkan atas hubungan fungsi yaitu berupa sistim keuangan daerah yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintahan.
Realisasi pelaksanaan otonomi daerah (desentralisasi) sebagai penjabaran dari Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah, dimana otonomi daerah dititik beratkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota; setidaknya dilakukan karena dalam kenyataan adanya kesenjangan antar daerah. Selain itu karena daerah kurang memiliki dana dalam membiayai kegiatan pelayanan publik di daerah, juga disebabkan oleh pengaturan pusat yang terlalu sentralistis; sehingga seperti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat II; telah dilakukan uji coba otonomi daerah pada daerah percontohan.
Namun kondisi otonomi daerah selama ini terutama di daerah Kabupaten/Kota, masih semu karena kemandirian yang diciptakan berbalik menjadi ketergantungan pada Pemerintah Pusat dan atau Daerah Propinsi. Otonomi daerah yang dititik beratkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, hakekatnya adalah juga untuk memberdayakan Pemerintah Daerah dalam usaha melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan yang selama ini masih dirasakan adanya masalah dalam melakukan tugas pemerintahan dan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat. Karena dalam negara yang menganut sistim negara kesatuan, persoalan otonomi daerah merupakan hal sangat panting yaitu tentaug pembagian kewenangan politik atau .kewenangan pengambilan keputusan dan kewenangan pengelolaan keuangan.
Untuk mengukur kemampuan atau kemandiriau suatu Daerah Kabupaten dan Daerah Kota minimal dapat dipergunakan dua ( 2) variabel pokok yaitu oleb rendahnya mutu sumber daya manusia dan kemampuan keuangan. Rendahnya mutu sumber daya manusia dapat diketahui dari rendahnya bidang pendidikan, rendahnya kemampuan aparatur, rendahnya kemampuan partisipasi masyarakat dan kemampuan organisasi soma administrasi. Khusus untuk mengatasi kemampuan keuangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, salah satu cara adalah dengan ditetapkannya Undang-Undang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang merupakan pedoman dalam pengelolaan penerimaan keuangan daerah.
Walaupun demikiari seharusnya dalam negara yang berbentuk kesatuan, biaya bagi penyelenggaraan otonomi daerah tidak harus hanya dan sumber pendapatan asli daerah saja; tetapi juga dana dan pemerintah pusat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dana yang bersumber dari APBN yang diterimakan kepada daerah berdasarkan pasal 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 adalah dana perimbangan.
Dalam tesis ini Kabupaten Ende sebagai salah satu Kabupaten dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, akan dilihat kemandiriannya berdasarkan ukuran kemampuan keuangan daerah dan seberapa besar nilai ketergantungan pada dana eksternal yang berasal dari Pemerintah Pusat berupa dana perimbangan,, berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tabun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kemampuan keuangan daerah dianalisis dari struktur penerimaan daerah yang merupakan total pendapatan daerah dan ini tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Ende. Demikian pula dengan dana perimbangan akan dilihat seberapa besar jumlah komulatif yang diterima bagi daerah Kabupaten Ende jika Undang-Undang ini dilaksanakan dalam menunjang keuangan daerah guna dapat digunakan bagi kelancaran dalam komponen belanja rutin dan belanja pembangunan.
Demikian juga dilihat kebutuhan dan kapasitas Pemerintah Daerah Kabupaten Ende agar dapat melaksanakan pelayanan publik minimal sesuai standar sebagai sebuah daerah otonom dengan besarnya jumlah dana perimbangan sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999.
Judah komulatif dana perimbangan dihitung sebagai berikut:
a. PBB dihitung berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1985.
b, BPHTB dihitung berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Talnm 1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1997.
c. Bagian daerah dari penerimaan hasil sumber daya alam, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus dihitung berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>