Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163554 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lugita Agustina
"Alasan dan tujuan : penelitian dilakukan dengan dilatarbelakangi teori bahwa stres kerja dapat menimbulkan penyakit pada karyawan sehingga mengakibatkan tingginya jumlah ketidakhadiran karena sakit (cuti sakit). Cuti sakit tidak hanya berdampak pada tingginya beban biaya pengobatan yang harus ditanggung perusahaan tetapi juga mengganggu pola kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan mengetahui bagaimana dinamika interaksi yang terjadi antara sumber stres kerja (stressor), yakni yang berasal dari faktor pekerjaan, individual dan extra organizational, dengan penyakit, maka dapat dilakukan langkah pengelolaan stres kerja yang akan mengurangi penyakit pada karyawan.
Metode : penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus, dengan sampel 4 (empat) orang karyawan yang bekerja sebagai operator produksi. Sampel dipilih secara purposive mewakili karyawan dengan cuti sakit tertinggi dan terendah. Data diperoleh terutama melalui wawancara pertanyaan terbuka kepada subyek penelitian, ditambah dengan informasi clan pihak terkait seperti atasan dan dokter perusahaan, serta didukung oleh catatan pemeriksaan medis.
Hasil penelitian : Subyek penelitian yang memiliki stressor faktor pekerjaan dan extraorganizational yang tinggi, serta didukung oleh faktor individual berupa NA (Negative Affect) yang tinggi, serta stress control dan hardiness yang lemah, mengeluhkan lebih banyak keluhan fisik, baik yang memang memiliki dasar fisiologis (disease) maupun yang bersifat subyektif (illness). Mereka memiliki cuti sakit yang tinggi. Sebaliknya, subyek penelitian dengan stressor faktor pekerjaan dan extraorganizational yang rendah, serta didukung oleh faktor individual berupa NA (Negative Affect) yang rendah, serta stress control dan hardiness yang kuat, tidak mengeluhkan keluhan fisik, psikologis maupun perilaku. Mereka lebih bahagia dan produktif dalam menjalani kehidupannya.
Kesimpulan dan saran : Interaksi antara stressor pekerjaan, individual dan extraorganizational dapat memicu stres, baik distress maupun eustress. Untuk mengatasi distress, yakni stres yang menimbulkan gangguan dalam kehidupan individu, perlu dilakukan konseling individual yang bertujuan untuk membantu individu untuk meningkatkan hardiness dan spiritual health, mengubah NA-nya yang tinggi, serta mempelajari teknik-teknik pengelolaan stres."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luis Yulia
"Seiring perkembangan daerah Kepulauan Riau khususnya Kota Batam, semakin banyak perusahaan yang tumbuh di Kota Batam, termasuk perusahaan distributor farmasi,dan tingginya persaingan baik di dalam maupun dari negara tetangga membutuhkan usaha dan kerja keras demi mencapai target penjualan perusahaan. Produktivitas pekerja yang masih kurang menimbulkan berbagai permasalahan di perusahaan tersebut. Efesiensi dan restrukturisasi perusahaan menyebabkan tekanan yang cukup berat bagi karyawannya.
Psikologi kerja merupakan penyebab yang paling dominan dalam hal memicu terjadinya kasus penurunan produktivitas kerja, angka kemangkiran dan juga kecelakaan kerja yang dijelaskan oleh beberapa teori stres kerja, seperti model teori Occupational Stress oleh Cooper, Occupational Stress WHO dan Davidson.
Metode penelitian ini non eksperimental yaitu dengan teknik observasional, pembagian kuesioner. Analisis data menggunakan statistik univariat dan bivariat. Uji korelasi dengan chi-square yang dilakukan terhadap beberapa variabel faktor penyebab stres dan ditentukan faktor yang paling berpengaruh pada stres kerja karyawan adalah; untuk faktor pekerjaan adalah beban kerja, peran organisasi, penilaian atasan, kepastian kerja dan pelatihan pekerja, untuk faktor Lingkungan kerja yang paling berpengaruh adalah keselamatan kerja, faktor fisik debu dan suhu panas; untuk faktor personal adalah faktor kemampuan, kepribadian , kelelahan dan kejenuhan; faktor lingkungan sosial kerja yang paling berperan terhadap stres kerja adalah faktor emosional.

Riau Archipelago is a rapid developing province, especially its major island Batam, where numerous companies are located and up-growing. Pharmaceutical distributors are amongst them. Confronting competition of similar domestic and overseas companies, PT. ABC requires extra efforts and hard works to achieve its sales target. Low productivity of its workers remains problematic for the company whereas attempts on efficiency and corporate restructuring incur heavy pressure upon workers.
Theories of workstress, such as the Occupational Stress theoretical model by Cooper, and Occupational Stress by WHO state that work psychology and human factors are dominant causes regarding diminishing productivities, absenteeism, and work accidents.
The method in this study was non-experimental using observational techniques and questionnaires for data recording. Data analysis used univariate and bivariate statistics. Determination of correlation between independent and dependent variables used the chi-square test. The most significant factor of the workstress for occupational factors were workload, organizational roles, supervisor’s estimation, work certainty, and training of workers; for environment factors were the safety, physical factors of dust and hot temperature; for personal factors were the capability, personality, fatigue and boredom; and for the social working environment factor was the emotional factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henri Murti Prabowo
"Gambaran Stres Kerja pada Karyawan di Perusahaan PerbankanPT. Bank X Tahun 2016Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran stres kerja karyawan danmelihat faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stres kerja. Penelitianini adalah penelitian survei deskriptif. Pengumpulan data melalui kuesioner denganjumlah responden 52 orang. Hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan tingkatstres kerja didominasi karyawan yang mengalami tingkat stres tinggi 46,2, tingkatstres menengah 40,4, tingkat stres rendah 11,5, dan tingkat stres sangat tinggi1,9. Perlu adanya strategi manajemen stres atau coping untuk mengelola stres yangterjadi pada karyawan PT. Bank X pada tahun 2016, sehingga dapat meningkatkanmotivasi karyawan, produktivitas kerja, lebih siap menghadapi stres, dan menurunkanangka absensi karyawan.Kata kunci:Stres kerja, Tingkat Stres, Coping.

Purpose of this research is to see description of work stress on employees andto get risk factors that related with work stress occurrence. This study is a descriptivesurvey research. The collecting data of this research through questionnaires with totalof respondents 52 people. Result of this research shows work stress levels dominatedby employees that have high stress level 46,2, medium stress level 40,4, lowstress level 11,5, and very high stress level 1,9. There is a need about stressmanagement strategies or coping to manage stress that occurs on employees PT.Bank X year 2016, so that increasing employee motivation, work productivity,prepared to deal with stress, and decrease employee absence number.Keywords Work stress, Stress level, Coping.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrianingsih
"Skripsi ini menjelaskan mengenai dua variabel, yaitu stres kerja dan kinerja karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara stres kerja dengan kinerja karyawan pada Agen AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Pancoran Mas Depok. Variabel stres kerja diuji dengan menggunakan 7 dimensi dari Shin-Goo Park. Sedangkan variabel kinerja karyawan diuji dengan menggunakan 4 dimensi dari jurnal Emin Kahya.
Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 60 agen pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Pancoran Mas Depok. Tetapi kuesioner yang berhasil dikumpulkan kembali adalah 57 kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah korelasi spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara stres kerja dengan kinerja karyawan menunjukkan kekuatan hubungan yang sedang dan arah hubungan negatif atau berlawanan. Hal ini berarti bahwa pada tingkat stres kerja rendah maka kinerja karyawan akan meningkat, tetapi peningkatan jumlah stres yang rendah dapat meningkatkan kinerja hanya sampai titik tertentu. Pada tingkat stres kerja tinggi yang melebihi titik tersebut maka kinerja akan menurun.

This study explaine 2 (two) variables, the variables are job stress and employee performance. The purpose of this study to analyze the relationship between of job stress with employee performance of agent at AJB Bumiputera 1912 on Pancoran Mas Depok Branch Office. Job stress variables were tested using 7 dimensions of Shin-Goo Park. While employee performance variables were tested using 4 dimensions of Emin Kahya.
The research method was used a quantitative study, conducted by distributing questionnaires to 60 agent at AJB Bumiputera 1912 Pancoran Mas, Depok Branch Office. But the questionnaire which collected questionnaires returned was 57 questionnaires. Analysis of data is used the spearman correlation.
The results showed that relationship between job stress with employee performance is demonstrate the strength and direction of relationship is negative or the opposite relationship. This means that at low stress levels will increase the employees performance, but it only at some point level highest and then will decrease if over that the highest level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lugina Prativi
"Skripsi ini membahas faktor yang mempengaruhi stres kerja di fungsi Operasi dan Produksi PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian ini menggunakan teori Cox, Griffith, dan Rial-Gonzales tahun 2000 dengan variabel yang digunakan yaitu Bahaya Fisik berupa kebisingan, Konten Pekerjaan (Beban Kerja dan Desain Kerja) dan Konteks Pekerjaanyaitu (Hubungan Interpersonal, Peran di Organisasi dan Pengembangan Karir). Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam kepada informan dan observasi langsung ke area kerja, sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan studi literatur terdahulu. Hasil yang didapat, faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah bahaya fisik dari kebisingan, sedangkan bahaya psikososial pada konten pekerjaan yaitu beban kerja dan kontek pekerjaan yaitu hubungan intepersonal.

This research is the factors that influence job stress in the worker of Operations and Production PT. Pertamina Geothermal Energy Kamojang area in 2012. This research is a qualitative case study design. This study using the theory of Cox, Griffith, and Rial-Gonzalez in 2000 with the variable is a Physical Hazards such as noise, Content to Works (Workload and Work Design) and Context to Work (Interpersonal Relationships, Role in Organizations and Career Development). The primary data obtained by the informant in-depth interviews and direct observation to the work area, while the secondary data obtained from the company's data and previous literature. The results, factors affecting job stress is physical hazards of noise, whereas psychosocial hazards on the job content and context of the work load and the intepersonal relationships."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S43975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Vierdelina
"Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa bekerja sebagai pengemudi bus kota berisiko tinggi terhadap gangguan kesehatan (Kompier, 1996). Berbagai faktor kondisi pekerjaan maupun lingkungan kerja yang dapat menimbulkan stres, menurut pengamatan penulis, ditemui pada pengemudi Bus Patas 9B jurusan Bekasi Barat-Cililitan/Kampung Rambutan. Belum ada penelitian mengenai tingkat stres pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut, hal ini yang membuat perlunya dilakukan penelitian mengenai gambaran stres kerja serta faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut.
Desain penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, sejak April hingga Juli 2008. Besar sampel diambil sama dengan jumlah populasi, yaitu 49 orang, dengan rumus kecukupan sampel hypotesis test for a population proportion (two-side test) didapatkan besar sampel 48 orang.
Hasil dari telitian ini menunjukkan dari 49 pengemudi Bus Patas 9B tersebut, ada sebanyak 25 orang (51%) yang mengalami stres sedang, sisanya 24 orang (49%)y ang mengalami stres ringan dan tidak ada yang mengalami stres berat. Belum terbukti ada hubungan yang signifikan antara karakteristik individu (umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja) dan stres kerja pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut. Belum terbukti ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap faktor kondisi pekerjaan (jumlah jam kerja dalam satu hari, shift kerja, hubungan interpersonal dengan kondektur, hubungan interpersonal dengan pengemudi Bus Patas 9B lainnya, dan jumlah pendapatan) dan stres kerja pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut. Hanya persepsi terhadap faktor kondisi bus yang terbukti mempunyai hubungan signifikan dengan stres kerja pada pengemudi Bus Patas 9B tersebut, sedangkan persepsi terhadap faktor lingkungan kerja lainnya (kemacetan, penumpang bermasalah, suhu panas, dan kebisingan) belum terbukti signifikan hubungannya dengan stres kerja. Penulis memberikan saran sebaiknya dapat disediakan bus yang kondisinya layak, dengan memperbaiki, merawat, atau jika diperlukan mengganti bus yang tidak layak dengan bus yang baru, dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai stres kerja pada pengemudi bus tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soesmalijah Soewondo
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0389
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Jurika Chrisna
"Latar belakang dan tujuan.
Abortus spontan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang cukup mempengaruhi kondisi fisik dan psikis pekerja di PT.X, Tangerang. Selama kurun waktu tahun 2000 - 2003 ditemukan sebanyak 14.67% sampai 20.33% kasus per tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai abortus spontan yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, khususnya stresor dan stres kerja.
Metode.
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol, pada 300 orang pekerja perempuan di unit produksi sebuah pabrik sepatu olah raga di Tangerang. Kasus adalah subyek yang pernah hamil dan mengalami abortus spontan selama kurun waktu tahun 2000 - 2003. Kontrol adalah subyek yang pernah hamil namun tidak pernah mengalami abortus spontan selama kurun waktu yang sama. Kelompok kasus dan kontrol diambil dari departemen yang sama, dengan perbandingan 1 kasus dipadankan dengan 2 kontrol. Kasus dan kontrol didapatkan dari data kesakitan pada perusahaan tersebut. Instrumen pengukuran stresor kerja menggunakan Survei Diagnostik Stres dan SCL-90 (Symptom Check List) untuk mengukur adanya kelainan psikopatologi/stres kerja.
Hasil dan kesimpulan.
Stresor kerja yang dominan terjadi pada pekerja di perusahaan sepatu ini tersebut adalah beban kerja kualitatif berlebih. Ada hubungan yang bermakna antara keenam jenis stresor kerja dengan terjadinya abortus spontan (OR 2.45 - 4.68) dan kelainan psikopatologis (OR 1.91 - 2.56). Namun tidak ditemukan keterkaitan antara kelainan psikopatologis/stres kerja dengan terjadinya abortus spontan.

Analysis of the relationship between occupational stress and spontaneous abortion among of footwear factory employees at PT: X in Tangerang (thesis). Jakarta: University ofBackground and objectives. Spontaneous abortion is one of reproductive heath problem which influence physical and psychological condition among female workers at sport shoes PT. X, Tangerang. The incidence is 14.67 % - 20.33% per year of pregnancy on 2000 -2004 The objective of this study is to get overview about the case and influence factors, especially about stressor and occupational stress
Methods. This research use case-control study design at 300 female workers at production unit in a spar/shoe factory in Tangerang. Case is subject which have pregnant and spontaneous abortion during 2000 -- 2003. Control is subject which have pregnant but have never got spontaneous abortion at the same time. Group of cases and control taken from a same department, 1 case compared with 2 controls. Both of group taken from company morbidity data. Measurement instrument of occupational stressor used Diagnostic Stress Survey and SCL (Symptom Check List) for identified occupational stress/psychopathological disorders.
Result and conclusion. Qualitative over workload is the most of occupational stressor which happened among workers. There was a relationship between occupational stressor with spontaneous abortion (OR 2.45 - 4.68) and psychopathologic disorders (OR 1.91 - 2.56). But there is no relationship between psychopathologic disorders/occupational stress with spontaneous abortion).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T13624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mesayu Hesti Azizah
"Latar belakang dan tujuan:
Sebagai asset bagi perusahaan, pekerja offshore harus sehat baik fisik maupun mental untuk dapat mencapai kreativitas dan produktivitas tertinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dan gangguan mental.
Metode:
Penelitian ini menggunakan rangcangan kros seksional dengan 125 orang responder. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosiodemografi responden, kebiasaan responden, karakteristik lingkungan kerja, pengukuran stres kerja dengan menggunakan kuesioner survai diagnosis stres dan pengukuran gangguan mental dengan menggunakan kuesioner symptom check list-90.
Hasil dan kesimpulan:
Pekerja offshore yang diduga memiliki gangguan mental sebanyak 47,2%. Jenis gangguan mental terbanyak adalah sensitifitas interpersonal kemudian obsesif konpulsif (21,6%) dan phobia (19,2%). Stres kerja tidak berpengaruh secara bermakna terhadap risiko terjadinya gangguan mental. Perkembangan karir adalah stresor dominan dengan nilai P paling kecil (0,069) tetapi belum bermakna. Faktor karakteristik responden yang secara bermakna berhubungan dengan gangguan mental adalah pendidikan. Faktor karakteristik responden yang secara bermakna berhubungan dengan stres kerja adalah pangkat dan status pernikahan. Bising kerja secara bermakna berpengaruh terhadap timbulnya stres kerja.

Background and Objective:
As an asset to company, offshore personals have to stay healthy both physically and mentally to be highest creativity and productivity. The aim of this research is to study job stress and mental disorders relationship.
Methods:
This study was using cross sectional design that had 125 respondents. The data collected were respondent's characteristic of socio demography and habit, work environment's characteristic, measurement of job stress by using Survey Diagnostic Stress Questionnaire and measurement of mental disorders by using Symptoms Check List-90 Questionnaire.
Result and conclusion:
The offshore personals that presumed as mental disorders in this study is 47,2%, the prone symptom of mental disorder is interpersonal sensitivity (24,8%) followed by obsessive compulsive (21,6%) and phobia (19,2%). Job stress isn't influence the prevalence of mental disorder. Career development is job stressor that has smallest value of significance but the value isn't small enough to be significant. Respondent characteristic factor that has a significant relationship to mental disorders is education level. Respondent characteristic factors that show a significant relationship to job stress are job grade and marriage status but the prone is job grade. Working noise is the work environment characteristic that has a significant relationship to job stress.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Fatih Pradapa
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan stres pada karyawan perusahaan tambang di PT. Spirit Estetika Kreatif Utama. Penelitianini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa para pekerja tambang di perusahaan ini mengalami beberapa aspek yang terdapat pada stresor-stresor di dalam pekerjaan, seperti tidak adanya keterlibatan di dalam pengambilan keputusan, jenjang karir yang tidak jelas, kenaikan gaji yang tidak menentu, tidak adanya agenda rekreasi bersama dari perusahaan, lingkungan pekerjaan yang tidak nyaman, serta tidak tersedianya sarana mencegah stres sepertifasilitas untuk melakukan kegiatan olah raga.

The purpose of this research is to describe stress of employees in PT. Spirit Estetika Kreatif Utama. This research is a qualitative research with descriptive approcah. The results of this study illustrate that mine workers in this company are experiencing some aspects of stressors in work, such as lack of involvement in decision making, unclear career ladder, uncertain salary increases, absence shared leisure agenda of the company, uncomforTabel work environment, and unavailability of means of preventing stress such as facilities for sporting activities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>