Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chatarina Niken Dwsbu
"Penelitian lni berupa peroobaan di Iaboratorium dengan skala penuh
untuk mengetahui perilaku sambungan pracetak dengan aistem takik.
Sambungan diletakkan di sendi plastis balok yang diharapkan mengalami
kenancuran teriebih dahulu seteiah mencapai kekuatan yang diinginkan.
Sambungan ini dibuat dengan bentuk pracetak tertakik dan tulangan Ientur
dimasukkan pada kedua bagiannya di Iubang yang disiapkan. Lubang
kemudian diinjeksi. Bagian sambungan ditutup dengan bahan pengisi dari
Janis iidak menyusut dan mempunyai kekuatan minimal sama dengan mutu
baton pracetaknya.
Terdapat tiga elemen dalam penelitian ini yaitu satu buah baiok
sederhana untuk pengujian lantur dengan beban berulang, satu buah balok
sederhana untuk pengujian geser dengan beban monotonik dan satu
elemen koiom - balok untuk pengujian beban horizontal secara siklik dan
beban vertikal konstan.
Pengujian Ientur menuniukkan beban maximum 23.9 ton, beban retak
pertama 6.64 ton. Hasil perhitungan beban monotonik maximum adalah
38.67 ton dengan demikian beban yang dicapai pada pengujian beban
berulang 61.8 % nya. Lendutan maximum benda uji 61.09 mm dengan
beban 51 % beban maximum. Beban Ieieh tidak berbeda pada bagian
batas sambungan dan di tengah sambungan. Tulangan yang masuk ke
Iubang dan yang tidak mempunyai perilaku disipasi energi sama baik. Letak
lapis tulangan Ientur tidak mempengaruhi disipasi energi. Retak
terkonsentrasi pada daerah dengan tulangan Iantur yang tidak rapat dan
pada batas sambungan.
Pengujian beban geser mempefiihatkan beban maximum 38.2 ton,
beban retak 17.85 ton dan hasil perhitungan menunjukkan beban maximum
28.132 lon di luar sambungan dan 41.12 di sambungan. Beban ratak
pertama 10.94 ton. Beban 80 % beban maximum yaitu 30.56 ton
mempunyai lendutan 1.072 mm. Pengujian kolom-balok menunjukkan Iup histerisis cukup baik sampai
Siklus 28. Kehandalan ditinjau dari penurunan beban kurang dari 20 %
beban maximum, jumlah daktilitas kumulatif, penurunan kekakuan dan
disipasi energi pada dua siklus berurutan, rasio disipasi energi relatif dan
kekakuan sekan pada batas drifi -0.0035 dan +0.DO35. Berdasarkan hal
tersebut maka dktilitas yang mampu dicapai adalah 6573. Kehancuran
benda uji ini terletak di sendi plastis dan elemen ini mampu
mengembangkan kekuatan dan kemampuan deformasi untuk zone 6
dengan jenis tanah Iembek. Pada percobaan dipakai untuk gedung
berlantai 6. Tulangan silang di sendi plastis berperan mendisipasi energi
secara bergantian.
Tipe retak adalah retak lentur dilanjutkan retak geser pada siklus
akhir. Tidak ditemukan keretakan di titik kumpul dan kolom. Perbandingan
dengan hubungan monolit maka tipe ini Iebih aman.
Sambungan ini menambah kasanah jenis sambungan praoetak yang
telah ada dan memberlkan masukan bagi tersusunnya peraturan tentng
beton pracetak untuk menahan gaya gempa.

Abstract
This detail examination is laboratory expenrnent with full scale to nnd
out behavior precastconcrete connection with notch system. The dimention
of beam and column based on building of six stories high. The location of
this connection is at beam plactic hinge and this concept design is at this
location the failure will be occur after the element .got the ideal force. This
connection have a notch at two part of precast and the bending bar go into
the hole that prepare at precast notch. Alter that the hole get an tiller liquid
injection. This connection is pour unshrinkage cement that has same quality
with precast concrete.
There are three element in this experiment. One is simple beam to
repeatly bending test, one is simple beam to monotonic shear test and the
else is a beam ~ column element to horizontal cyclic test with constant
vertical force. ~
The bending test shown the maximum force is 23.9 ton and first
cracking force is 6.64 ton. The computation result with monotonic loading is
38.67 ton as maximum force this test only has 61.8 % monotonic maximum
force. Maximum displacement of this test is 61.09 mm at 51 % maximum
force. Yielding force at the border and the middle of the connection has
same value. Behavior of bar that go into the hole as good as the regular bar.
Bending bar layer has not energy dissipation etfect. Crack concentration is
at area that has smaller bending bar and at connection border
The result of shear test are maximum force is 38.2 ton, the first
cracking force is 17.85 ton. The result of it's computation are the maximum
force is 28.132 at out of connection and in connection is 41.12 ton ton and
the first cracking force is 8.926 ton. The 80 % maximum force that is 30.56
ton has 1.072 mm deflection. _
The failure mode is bending at the beam and than shear failure at last
cycle without craking at joint and column. Comparative with monolit the
failure mode is more safe. Beam - column test produce good histerisis loop until 28th cycle. The
performance trade on force degradation not more than 20 % maximum force,
cumulative ductility, degradation of stilfness and energy dissipation from two
cycle in a series/elative energy dissipation ratio,secant stiffness between
drift limits of -0.0035 and +0.0035. Based of that the element ductility is
6. 673. The location of failure at the connection or at the beam plastic hinge
and the element is capable to develop it's strength and deformation after
yielding. The system can applied at 6th seismic zone with soft soil. The
connection crossing bar is capable to dissipate the energy by tum.
This system enrich the kind of precast connection and give any input
for concrete structure seismic regulation for precast."
2001
T5279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Nina O.E.
"Sebagai negara yang teletak pada pertemuan lempengan-lempengan tektonik dunia, Indonesia merupakan negara yang beresiko tinggi terhadap ancaman gempa. Oleh karena itu studi mengenai perilaku struktur perlu mendapat perhatian khusus sehingga perilaku struktur akibat gaya gempa yang kemungkinan akan dialami selama masa penggunaannya dapat dikontrol. Sambungan balok-kolom merupakan bagian yang sangat penting dalam mentransfer gaya-gaya yang bekerja pada struktur. Apabila sambungan balok-kolom ini tidak sempurna dan terjadi kegagalan di daerah ini akibat beban lateral, maka akan mengakibatkan keruntuhan prematur dari struktur tersebut. Pada umumnya pelaksanaan sambungan balok-kolom pada bangunan bertingkat kurang memperhatikan detail dari penjangkaran tulangan dan confinement dari joint, terutama pada daerah sambungan tepi portal.
Untuk mengetahui bagaimana sifat sambungan sesungguhnya di daerah balok-kolom beton bertulang dilakukan penelitian dengan eksperimental dan pendekatan numerik, dalam hal ini dilakukan pada sambungan balok-kolom beton bertulang bagian sisi luar portal dengan penonjolan balok pada sisi luar. Analisa numerik yang dilakukan menggunakan program komputer Drain-2DX versi 1.10 dengan menggunakan element type 15 (fiber beam-column element). Struktur didiskritisasi menjadi elemen balok dan kolom dengan menggunakan element type 15 di atas, dan setiap elemen dibagi menjadi segment yang didiskritisasi dengan pendekatan fiber. Untuk setiap fiber pemodelan dilakukan dengan menggunakan kurva tegangan-regangan masing-masing 2 untuk pemodelan sifat tekan material beton (kurva Hognestad dan Kent dan Park), 1 untuk pemodelan sifat tarik material beton (kurva dengan tension stiffening), 1 untuk pemodelan sifat tarik dan tekan material baja (kurva bilinear dengan strain hardening). Selain itu dalam analisa numerik digunakan nilai pullout dan gap fiber properties untuk memperoleh hasil kurva beban vs lendutan yang mendekati hasil eksperimen di laboratorium. Mengingat eksperimental dilakukan dengan semi cyclic, maka analisa numeruk dilakukan dengan displacement control untuk fase loading dan load control untuk fase unloading.
Dari hasil analisa numerik yang dilakukan, baik dengan kurva tegangan-regangan Hognestad maupun Kent dan Park, serta penggunaan pullout dan gap fiber properties diperoleh kurva beban vs lendutan dan pola retak yang dapat mewakili eksperimen di laboratorium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Kurniawan
"Daerah sambungan balok-kolom pada struktur gedung dari beton bertulang merupakan bagian yang sangat penting karena sambungan balok-kolom merupakan bagian struktur yang mentransfer gaya-gaya yang bekeija. Keruntuhan bangunan seringkali disebabkan kegagalan sambungan dalam mentransfer beban yang bekerja terutama beban lateral seperti gempa. Dengan demikian pendetailan di daerah sambungan perlu mendapat perharian khusus karena daerah sambungan menerima gaya momen dan geser yang besar.
Untuk itu penulis melakukan penelitian ini untuk mempelajari perilaku sambungan balok-kolom beton bertulang dengan penjangkaran tulangan sesuai dengan standar SKSNI. Latar belakang dari penelitian ini adalah berdasaikan fakta bahwa pemilihan model penjangkaran tulangan pada sambungan balok-kolom sangat menentukan kualitas dan kekuatan dari suatu struktur. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk mendesain penjangkaran tulangan yang efisien dan ekonomis.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan membuat spesimen benda uji sambungan balok-kolom yang merupakan pemodelan dari sambungan balok-kolom pada gedung 6 lantai dengan skala 1 : 2. Spesimen ini dibebani dengau beban aksial sebesar 5 ton pada ujung balok yaitu sejarak 100 cm dari sisi dalam sambungan balok-kolom.
Model spesimen dibuat sedemikian rupa agar dapat mewakili keadaan yang sesungguhnya. Data yang dihasilkan dari percobaan selanjutnya akan dibandingkan dengan analisa numerik yang memanfaatkan metode fiber model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Defikson
"In Capacity Design for reinforced concrete construction, reinforcement detail of beam column joint take a very important part. Beam-Column joint cores represent most critical area because on this area horizontal force from beams and vertikal force from columns are act 'together'. That is. Beam column joint failure is most reason that maked matured failure of building structure. Bond Stress is most important considerable in detail of reinforcement concrete strucure design which this bond stress act 'together' arround the two materials reinforcing bar and concrete to resisting external load. With this bond stress, load transfer can develop from concrete that resisting external load to bar reinforcing that embedded in the concrete, so that the two material concrete and ban reinforcing can act 'together' to resisting external load until the material failure. One of mechanism of bond stress development is sufficient embedment length of anchorage reinforcing bar to prevent bond failure. On this thesis, will analyzed relation ship between development of bond stress of beam column joint with anchorage lengthening mechanism of deform bars in tension. Where in increasing bond stress capacity, automatically will increased beam column joint performance. In this laboratory testing bond stress for beam column joint performance, will done by pull-out tes method. In this laboratory testing, the design of beam column joint specimen based on Design of Concrete Structure Building Issue of Indonesia, SK-SNI T-15-1991-03 and also according to Method of Design Capacity. Design Capacity Methode is a design method that is guarantee making plastic hinge region on beam, therefore beam failure will happened before column failure that can be anticipated structure failure, the philosophy of Capacity Design is 'Strong column weak beam' which is design of column is stronger than beam.

Dalam perencanaan suatu konstruksi beton bertulang pendetailan sambungan balok kolom merupakan bahagian yang sangat penting. Daerah sambungan balok kolom merupakan daerah yang paling kritis karena dititik ini mempakan pertemuan antara gaya vertikal yang berasal dari kolom dan gaya horizontal yang berasal dari balok. Karena itulah pada kegagalan sambungan balok kolom ini sering menjadi penjadi penyebab kegagalan pada struktur bangunan. Salah satu pendetailan tersebut yakni tegangan lekatan (bond stess) tulangan dengan beton disekelilingnya.yang mempakan salah satu syarat bekerja baiknya tulangan dalam beton bertulang untuk menahan beban Dengan adanya bond stress ini memungkinkan terjadi transfer gaya dengan baik dari beton yang langsung menerima beban pada tulangan yang berada didalamnya, sehingga beton dengan tulangan dapat secara bersama-sama memikul beban yang diberikan sampai pada titik leleh kedua bahan tersebut. Salah satu mekanisme pemasangan tulangan yakni mekanisme penjangkaran (kait) pada ujung batang tarik. Pada skripsi ini, akan dibahas pengaruh peningkatan kapasitas tegangan bond (bond stress) pada sambuugan balok kolom dengan mekanisme penjangkaran pada tulangan tank. Dengan meningkatnya kapasitas dari bond stress ini, otomatis akan meningkatkan kapasitas sambungan balok kolom. Pengujian bond stress ini akan dilakukan dilaboratorium dengan metode pull-out test. Model sambungan balok-kolom pada penelitian ini di disain sesuai dengan Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, SK-SNI T-15-1991-03 yang merujuk pada metode desain kapasitas. Metode desain kapasitas merupakan suatu metode desain yang menjamin terjadinya sendi plastis di daerah balok sehingga keruntuhan struktur dapat diantisipasi dengan seaman mungkin di mana disini dikenal sebuah filosofi 'Strong column weak beam' yaitu sebuah kolom didisain lebih kuat daripada baloknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Tjahjono
"Artikel ini menyajikan hasil dari studi eksperimental pengaruh penempatan penyambungan terhadap perilaku rangkaian balok-kolom struktur portal beton pracetak yang dikenai pembebanan semi siklik. Empat benda uji dengan skala 1:2 telah dikaji. Tiga benda uji, penempatan penyambungannya berada pada daerah pertemuan balok-kolom dan satu benda uji penempatan penyambungan berada di daerah potensi sendi plastis balok. Pola retak, kekuatan, kekakuan dan daktilitas dari keempat benda uji dibandingkan. Dari hasil pengujian secara umum dapat disimpulkan bahwa keempat tipe penempatan penyambungan dapat memberikan kebutuhan daktilitas yang cukup baik.

Influence of Connection Placement to the Behavior of Precast Concrete Exterior Beam-Column Joint. This paper presents an experimental study on the influence of connection placement to the behaviour of exterior beamcolumn joint of precast concrete structure under semi cyclic loading. Four half-scale beam-column specimens were investigated. Three beam-columns were jointed through connection that are placed in beam-column joint region and the forth is connected at the plastic hinge potensial region of the beam. Crack patterns, strength, stiffness and ductility of the test specimens have been evaluated. The test result indicated that all beam-column specimens show good ductility behavior."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rico Bonar
"The beam-column joint in a reinforced concrete structure is an area with great attention, because of it's important function of transferring the forces from the beam to the column. As the transferring agent, reinforced concrete consisted of concrete and steel reinforcement that must work together to hold and transfer loads. We can examine the cooperation of these two elements from their bonding mechanism. The anchorage length of tensile steel is the determining factor to the quality of the bonding mechanism. The small dimension of column will contribute to the limited length of the anchorage, which is under the prescribed length of the governing rules. Therefore to increase the length of the anchorage, a hump is made on the outer side of the exterior joint. In this experimental study we will examine the bonding quality and the cracking pattern on the specimen's joint which is modelled from a 5 story office building which is scaled to 1 : 2 size. This experimental study will be held in a laboratory using a hydraulic jack to pull the steel reinforcement from the concrete structure, so that the strain and bonding mechanism can be examined. From experiment conducted, a number of conclusions can be drawn; The bonding quality, which is numerically gauged by the average bond stress, it's value rises linearly and reach their yielding point. While the failure pattern on the specimen is considered to be splitting mechanism which started from the loaded end of column to the outside of the joint.

Daerah pertemuan balok-kolom beton bertulang merupakan daerah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena fungsinya yang penting sebagai tempat penyaluran gaya dari balok ke kolom. Sebagai sarana penyalur, beton bertulang yang terdiri atas beton dan baja hams dapat bekerjasama dengan baik dalam menahan dan menyalurkan beban, keriasama ini dapat kita lihat kinerianya dari mekanisme lekatan antara tulangan baja dengan beton. Panjang penjangkaran tulangan tank adalah faktor yang menentukan terhadap kualitas lekatan yang diperoleh. Dimensi kolom yang kecil menyebabkan panjang penyaluran menjadi terbatas sehingga tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh peraturan. Oleh sebab itu untuk menambah panjang penjangkaran dibuat penonjolan pada sisi luar sambungan eksterior balok-kolom. Pada studi eksperimen ini akan dilihat kualitas lekatan dan pola keruntuhan yang terjadi pada spesimen berbentuk sambungan yang didapat dari pemodelan gedung perkantoran 5 lantai. yang berskalakan 1:2. Studi eksperimen yang dilakukan di laboratorium ini menggunakan hydraulic jack untuk menarik tulangan baja dari beton bertulang, sehingga didapat tegangan lekat serta regangan tulangan yang terjadi. Dari eksperimen yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, kualitas lekatan yang besamya diukur secara numerik oleh satuan tegangan lekat rata-rata, trend nilainya bertambah secara linier dan mencapai konstan saat tulangan tersebut mengalami leleh, sedangkan pola keruntunan yang terjadi pada spesimen berjenis splitting yang dimulai dari ujung kolom yang dibebani menuju keluar joint."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mosley, William Henry
Jakarta: Erlangga, [date of publication not identified]
693.4 MOS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mosley, William Henry
Jakarta: Erlangga, 1989
624.1834 MOS r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfetra Henoch Tandita
"Praktik sambungan spun pile terhadap pile cap di Indonesia pada umumnya ialah berupa pemberian pengisi beton bertulang di bagian hollow spun pile hingga kedalaman kurang lebih 1 meter. Tujuannya ialah untuk memastikan sendi plastis terjadi pada area tersebut dan meningkatkan kemampuan struktur dalam berdeformasi secara inelastis. Namun, analisis yang dilakukan terhadap fondasi masih berada di tahap linear elastis dan batas displacement yang disyaratkan oleh SNI 8460:2017 hanya sebesar 25 mm. Akibatnya, diperlukan jumlah dan ukuran fondasi yang besar supaya fondasi tetap berperilaku elastis. Oleh karena itu, dilakukan studi eksperimen pada spun pile dengan pembebanan siklik lalu dibandingkan dengan pushover analysis pada software finite element ABAQUS untuk mengetahui kapasitas struktur pada fase non linear plastis. Terdapat 2 benda uji berupa spun pile dengan diameter 450 mm yang diberikan pengisi beton bertulang dan salah satu benda uji diberikan pengisi beton non shrinkage mutu tinggi 54 MPa. Hasil permodelan ABAQUS menunjukkan bahwa idealnya beton non shrinkage mutu tinggi akan meningkatkan seluruh parameter penelitian. Namun, berdasarkan hasil eksperimen, didapat bahwa beton non shrinkage mutu tinggi tidak memberikan dampak yang signifikan untuk seluruh parameter penelitian, yaitu daktilitas, energi disipasi, degradasi kekuatan, degradasi kekakuan, overstrength ratio, ketahanan lateral, kapasitas geser dan kapasitas bending.

The practice of spun pile to pile cap connections in Indonesia is by giving reinforced infilling concrete in the hollow spun pile to a depth of approximately 1 meter. The purpose of giving the infilling concrete is to ensure that the plastic hinge occurs nearly below the connection and increase the ability of the structure to deform inelastically. However, the analysis carried out on the foundation is still at the linear elastic stage and the lateral displacement limit required by SNI 8460:2017 is only 25 mm. As the result, a large number and size of foundations are required to keep the foundation remain elastic. Therefore, an experimental study was conducted on spun piles under cyclic loading and then compared with pushover analysis on the ABAQUS finite element software to determine the capacity of the structure in the non-linear plastic phase. There are 2 specimens of 450 mm diameter spun pile: common practice and high-strength non-shrinkage infilling concrete. The results of the ABAQUS modeling show that high-strength non-shrinkage concrete will ideally improve all the parameters of the study. However, the testing results show that the high-strength non-shrinkage concrete did not have a significant effect on all research parameters, which are ductility, energy dissipation, strength degradation, stiffness degradation, overstrength ratio, lateral resistance, shear capacity and bending capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Nur Rendra
"Dalam tulisan ini dibahas studi eksperimen mengenai perilaku rangkaian balok kolom dengan sambungan pracetak pada balok yang menggunakan sambungan las pada tulangan longitudinal balok. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui perilaku rangkaian balok-kolom beton apabila dibebani dengan pembebanan semi siklik. Rangkaian balok-kolom beton yang digunakan yaitu rangkaian pracetak, dengan daerah penyambungan di balok. Keruntuhan struktur seringkali disebabkan kegagalan sambungan dalam menahan beban yang bekerja. Kondisi beton yang tidak monolit membuat kemungkinan hal ini terjadi bertambah besar, oleh karena itu pendetailan, terutama tulangannya sangat diperlukan. Sistem portal pracetak yang ditelili pada skripsi ini adalah rangkaian komponen balok-kolom pracetak dan elemen balok pracetak. Pada sistem ini elemen balok-kolom pracetak dirangkai pada lokasi setengah tinggi lantai. Sedangkan untuk pracetak balok dirangkai di dekat muka kolom. Tulangan dari bagian sambungan balok-kolom pracetak disambung dengan tulangan dari balok pracetak dengan bantuan las lislrik. Setelah penvambungan tulangan dari dua bagian beton pracetak ini, barulah dilakukan pengecoran pada daerah sambungan. Percobaan dilaboratorium dilakukan dengan memberi beban pada model struktur. Pembebanan dilakukan pada bagian spesimen sehingga perilaku spesimen sama dengan jika diberikan beban gempa siatis Pemhanding dari rangkaian mi adalah rangkaian monolit yang telah diuji sebelum ini dan memiliki spesifikasi mendekati dari rangkaian pracetak. Dilihat dari hasil yang didapat dari pengujian, rangkaian balok-kolom beton pracetak memiliki perilaku yang mendekati rangkaian monolit. Keruntuhan yang terjadi melalui pembentukan sendi plastis pada balok, sehingga dapat dikatakan sambungan pada balok dapat mendukung terbentuknya mekanisme keruntuhan balok. Dari kurva P-? yang diperoleh, dapat disimpulkan rangkaian memiliki rasio daktilitas, kekuatan struktur, kekakuan yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Pola retak adalah satu hal yang menjadi catatan, karena keberadaannya diluar perhitungan, terjadinya bounding failure membuat penulis menyimpulkan penggunaan bounding agent pada sambungan pracetak mutlak diperlukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>