Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76429 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harahap, Sari Tuani R.
"Sindroma Down merupakan keadaan luar biasa yang disebabkan oleh kelainan genetik kromosom (Payne & Patton, 1981). Kelainan kromosom inilah yang menyebabkan anak-anak Sindroma Down memiliki keterbatasan-keterbatasan pada kemampuan intelektual dan fisiologisnya, serta memiliki sejumlah masalah dalam kesehatan dan perilakunya. Untuk itu diperlukan berbagai upaya untuk menumbuhkembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam diri anak-anak Sindroma Down ini. Salah satu layanan yang bertujuan menumbuhkembangkan potensi dan kemampuan secara maksimal anak-anak Sindroma Down ini adalah layanan pendidikan luar biasa.
Salah satu kunci keberhasilan menumbuhkembangkan kemampuan dan potensi yang ada dalam diri anak-anak Sindroma Down dalam layanan pendidikan luar biasa adalah melalui pembinaan hubungan yang kolaboratif antara orangtua dan guru. Hubungan yang kolaboratif ini merupakan hubungan rekan kerja yang sejajar antara orangtua dan guru yang sifatnya saling melengkapi dengan saling berkomunikasi dan bekerjasama (Porter & McKenzie, 2000). Dengan hubungan yang kolaboratif ini maka terjadi komunikasi dua arah antara orangtua dan guru. Di satu sisi guru menjadi kolaborator dengan para orangtua sebagai pemberi informasi dan pemecahan masalah (Turnbull, Turbiville, & Turnbull, 2000). Di sisi lain orangtua dapat diberdayakan menjadi fasilitatorlpenghubung pendidikan anak antara lingkungan sekolah dan lingkungan rumah (Porter, 2002), karena orangtua pada dasarnya adalah pengasuh bagi anaknya, yang berperan menjadi guru, pelatih, dan juga sekaligus sebagai pengarah kemampuan sosial anaknya (Hanson, 2003).
Oleh karena itu, peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini untuk melihat gambaran hubungan antara orangtua dan guru dalam layanan pendidikan Iuar biasa khususnya bagi anak-anak Sindroma Down. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi panting bagi para orangtua dan pihak sekolah, betapa pentingnya peran serta orangtua dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Hasil penelitian ini berupa data demografis subjek penelitian, gambaran kemampuan komunikasi dan sikap guru, gambaran hubungan rekan kerja yang sejajar antara orangtua dan guru, gambaran dukungan sosial yang diberikan guru, dan gambaran keterlibatan orangtua dalam program pendidikan anak. Data-data ini diperoleh dengan menggunakan desain non-experimental dengan metode kualitatif secara in-depth interview terhadap 3 orang subjek orangtua yang memiliki anak Sindroma Down yang sedang menjalani pendidikan luar biasa selama kurang dari 6 tahun, dimana ketiga orangtua tersebut memiliki tingkat pendidikan terakhir setara dengan sarjana dan terlibat langsung dalam penanganan anak-anaknya dalam menjalani kegiatan-kegiatan sekolah anaknya.
Hasil menunjukkan bahwa hubungan orangtua - guru khusus dalam layanan pendidikan Iuar biasa bagi anak-anak Sindroma Down pada umumnya sudah baik dalam berkomunikasi dan dalam pembinaan hubungan rekan kerja yang sejajar namun belum menunjukkan hubungan yang kolaboratif karena orangtua merasa belum diberdayakan sebagai penghubunglfasilitator pendidikan anak mereka antara lingkungan sekolah dan lingkungan rumah, sehingga para guru masih berperan sebagai pengajar dan pelaksana isi kurikulum, serta sebagai pemberi laporanlevaluasi atas basil proses pembelajaran anak didiknya kepada pihak orangtua.
Penelitian ini juga menunjukkan tidak diikusertakannya para orangtua dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program pendidikan individual anak. Faktor utama tidak diikusertakannya para orangtua dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program pendidikan individual anak disebabkan karena adanya sistem pendidikan luar biasa di Indonesia yang secara khusus tidak mengadakan program pendidikan anak secara individual balk dalam pelaksanaannya maupun dalam perencanaannya. Oleh karena itu program pendidikan bagi anak-anak sudah ditentukan dalam suatu kurikulum pendidikan luar biasa yang telah ditetapkan oleh Depdiknas, sehingga para guru ini hanya berperan sebagai pengajar dan pelaksana isi kurikulum tersebut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyatno Kurim
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
TEKNODIK 15:1 (2011)(1-2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Belline Sucipto
"Sindroma Down adalah suatu kelainan genetik yang disebabkan kesalahan pembagian set yang terjadi sasudah pembuahan sehingga memiliki kelebihan satu kromosom pada setiap selnya, yaitu 47 kromosom. Kelebihan kromosom ini berdampak pada ciri-ciri fisik pada anak Sindroma Down (Mangunsong dick, 1998). Selain ciri-ciri fisik, anak Sindroma Down memiliki keterbelakangan mental dari mild hingga moderate yang berdampak pada keterlambatan kognitif, bahasa, kemampuan bina diri dan sosial (Hallahan & Kauffman, 2006)
Untuk mengembangkan potensi anak Sindroma Down secara maksimal, diperlukan kolaborasi antara rumah dan sekolah. Dalam konteks sekolah, kolaborasi merupakan interaksi langsung minimal antara dua pihak yang mempunyai kedudukan yang sederajat dan sukarela, keduanya terlibat dalam pembuatan keputusan bersama untuk mencapai suatu tujuan (Gable & Manning, 1997). Kolaborasi membawa dampak positif bagi tenaga profesional baik guru maupun terapis, orang tua, dan tentu saja anak Sindrorna Down itu sendiri.
Salah satu sekolah yang khusus menangani anak Sindroma Dawn di Jakarta adalah sekolah M. Sekolah ini memiliki sembilan murid dengan empat guru dan dua terapis. Berdasarkan pengamatan peneliti, baik guru, terapis, dan orang tua jarang bertemu dan berdiskusi. Melihat fenomena ini, peneliti ingin meneliti gambaran kolaborasi guru, terapis, dan orang tua di sekolah ini, dan secara khusus mengenai aspek-aspek kolaborasi yang penting bagi guru dan terapis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang gambaran kolaborasi guru, terapis, dan orang tua anak Sindroma Down di sekolah M. Hasil penelitian ini berupa data partisipan penelitian, gambaran umum sekolah M, gambaran umum kolaborasi guru, terapis, dan orang tua anak Sindroma Down. Data ini diperoleh dengan menggunakan metode kualitatif secara mendalam terhadap tiga orang partisipan, yaitu dua guru dan satu terapis yang menangani anak Sindroma Down minimal satu tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum terjadi kolaborasi di sekolah M. Kolaborasi dapat terjadi apabila ada dukungan dari kedua pihak, tenaga profesional bersikap terbuka, mau mendekatkan diri kepada orang tua, dan orang tua mau menerima keadaan anak sepenuhnya.
Dalam penelitian ini, guru menginginkan hubungan timbal balik, komunikasi yang lancar dengan orang tua karena guru menganggap orang tua sangat berperan dalam perkembangan anak Terapis merasa tidak perlu melibatkan orang tua pada penentuan tempi, karena terapis merasa orang tua sudah menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya ke sekolah dan hanya menginginkan anaknya tidak memalukan di hadapan saudaranya.
Dalam penalitian ini juga ditemukan komitmen dalam aspek nilai berkaitan dengan aspek peran, yaitu melakukan observasi dan memuat laporan. Selain itu juga ditemukan keterkaitan antar aspek nilai, yaitu kedudukan yang sederajat dan sikap terbuka. Aspek keterampilan, dalam hat ini pengetahuan dan kompetensi menjadi dasar dari aspek peran. Dari data demografis, ditemukan pengalaman berkaitan aspek keterampilan, yaitu pengetahuan dan kompetensi. Dan semua aspek yang mendukung terjadinya kolaborasi antara guru, terapis dengan orang tua, guru menekankan komunikasi dan empati, sedangkan terapis menekankan keterampilan menangani anak (kompatensi)."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana Sjapawi
1992
S2231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana
"Sindroma Down disebabkan abnormalitas kromosom yaitu nondisjuction kromosom 21 dengan karakteristik tertentu. Anak sindroma Down memiliki resistensi yang baik terhadap karies. sIgA di dalam saliva merupakan tanda diaktivasinya respon imun humoral di dalam rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar sIgA saliva dengan karies anak sindroma Down. Subjek penelitian berusia 15-17 tahun, sebanyak 34 orang yang tediri dari 17 anak sindroma Down dan 17 anak normal. Seluruh subjek penelitian dinilai kadar sIgA saliva menggunakan ELISA tidak langsung. Hasil penelitian menunjukan hubungan negatif kuat bermakna antara kadar sIgA saliva dan karies anak sindroma Down (r=-0.628, p=0.007). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar sIgA saliva dan karies anak sindroma Down.

Down syndrome is caused by chromosomal abnormalities nondisjuction chromosome 21 with particular characteristics. Down syndrome children have a good resistance against caries. sIgA in the saliva is a sign activated humoral immune response in the oral cavity. This study aimed to investigate the relationship of salivary sIgA concentrations with caries Down syndrome children. Subjects aged 15-17 years, a total of 34 people consisting of 17 Down's syndrome children and 17 normal children. All subject of the study assessed the concentratios of salivary sIgA using indirect ELISA. The results showed an significant strong negative correlation was found between salivary sIgA concentration and caries Down syndrome children (r = -0628, p = 0.007). This study established that salivary sIgA concentration and caries Down syndrome children was significant correlation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Arinia Indriyany
"ABSTRAK
Pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga negara Indonesia yang berada dalam usia wajib belajar, termasuk juga difabel. Negara idealnya mampu menyediakan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan difabel. Tidak hanya kebutuhan difabel yang harus diperhatikan tetapi juga bagaimana layanan pendidikan tersebut mampu menjamin hak dari difabel dan yang terpenting adalah difabel mampu mengakses layanan pendidikan yang tersedia. Namun tidak jarang difabel mengalami kesulitan mengakses layanan pendidikan yang disediakan oleh negara dikarenakan kebutuhan mereka yang berbeda dengan non difabel. Akibatnya difabel banyak mengalami penolakan ketika ingin bersekolah di sekolah yang mereka inginkan, termasuk di sekolah reguler. Pemahaman yang berkembang adalah sekolah yang pantas bagi difabel hanyalah di sekolah luar biasa. Hal ini yang membuat difabel tak jarang di diskriminasi dalam dunia pendidikan. Kebijakan pendidikan inklusif yang awalnya didesain agar anak difabel dan non difabel mampu belajar bersama pun baik regulasi dan implementasinya masih jauh dari sempurna. Kebijakan pendidikan inklusif seharusnya dapat digunakan sebagai dasar kesetaraan pendidikan kenyataannya masih menerapkan syarat khusus agar difabel mampu diterima di sekolah reguler tersebut. Saat difabel tidak mampu lolos kualifikasi yang ditentukan maka dia tidak dapat diterima di sekolah inklusif tersebut dan dikembalikan ke sekolah luar biasa. Jika hal ini terjadi maka negara gagal menjamin pemenuhan hak pendidikan bagi difabel itu sendiri."
Yogyakarta: Pusat Layanan Difabel (PLD), 2015
370 JDSI 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Rahayu Indrawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emon Sastrawinata
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976
371.91 EMO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>