Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92553 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oley, Maximillian Christian
"Kasus Meningoencephalocele Anterior (MEA) mempunyai insidens yang tinggi di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Data statistik Thailand menunjukkan kasus ini di dapatkan pada 7 penderita dari 42.315 kelahiran hidup di RS Chulalongkom Bangkok (Idari 6.000 kelahiran hidup). Berbeda pada belahan Dunia bagian Barat yang lebih banyak di jumpai kasus Meningoensefalokel Posterior.
Menurut etiologinya, Meningoensefalokel erat kaitannya dengan faktor gizi ibu pada masa kehamilan, itu sebabnya kasus-kasus demikian banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi bawah. Signifikansinya jelas antara banyaknya jumlah kasus tersebut di Indonesia dan penggolongan Indonesia yang masuk ke dalam kelompok Negara berkembang.
Sebagian besar kasus MEA dari golongan sosial ekonomi bawah yang tidak terjangkau oleh fasilitas kesehatan, karena sarana yang terbatas dan tingginya biaya pengobatan. Sarana kesehatan di Indonesia yang dalam hal ini termasuk minimnya fasilitas rumah sakit dan tenaga Bedah Saraf yang belum merata penyebarannya di seluruh Indonesia. Sebagian besar terkonsentrasi di lbukota Propinsi atau kota-kota besar yang pada umumnya memiliki rumah sakit yang mempunyai fasilitas diagnostik, penunjang diagnostik, perawatan maupun peralatan penunjang operasi yang lengkap.
Dari segi tehnik operasi, saat ini yang dilakukan menurut tehnik klasik, karena mempertimbangkan aspek kosmetik insisi operasi bentuk bikoronal, sedemikian besarnya [uka operasi sehingga menimbulkan penyulit-penyulit yang penanganannya ideal dilakukan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas lengkaplkhusus.
Melihat berbagai masalah yang terkait Iangsung ataupun tak Iangsung pada penderita MEA ini, maka dibuat suatu tehnik operasi dengan penyulit minimal yang bisa dilakukan di rumah sakit daerah tanpa fasilitas khusus. Bentuk incisi yang dilakukan adalah transkel dan diteruskan sampai regio frontal, berbeda dengan insisi bikoronal pada tehnik klasik. Insisi ini selanjutnya disebut "JAKARTA INCISION".
Tehnik operasi ini dalam penelitian ini akhirnya bisa menurunkan biaya kesehatan yang tinggi, tanpa mengurangi ataupun menyalahi tujuan pengobatan penderita MEA.
Bagaimana membuktikan suatu pola perawatan dan tehnik operasi yang berbeda dengan tehnik klasik pada penderita Meningoensefalokel Anterior sehingga penyulit yang ditimbulkan oleh tehnik operasi klasik dapat diminimalisir dan mengurangi biaya pengobatan penderita MEA?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klara Yuliarti
"ABSTRAK
Latar belakang.Masa pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI), yaitu usia 6 sampai 24 bulan, merupakan salah satu periode kritis untuk mencegah malnutrisi. Growth faltering banyak terjadi pada fase ini, disebabkan kandungan nutrisi MPASI yang tidak lengkap dan tidak seimbang serta tingginya angka infeksi.Prevalensi defisiensi seng pada usia 6-24 bulan tinggi, baik di negara berkembang maupun negara maju. Mayoritas MPASI pertama yang diberikan di Indonesia berupa produk nabati, yaitu beras, beras merah, kacang-kacangan, buah, dan sayur yang memiliki kandungan seng yang rendah dan fitat yang tinggi sehingga merupakan faktor risiko defisiensi seng. Hati ayam merupakan sumber seng, protein, dan zat besi yang baik. Perlu dilakukan evaluasi pemberian hati ayam sebagai MPASI pertamadalam hal akseptabilitas, toleransi, serta efektivitas terhadap status seng.
Tujuan. Mengevaluasi MPASI buatan rumah berbahan dasar hati ayam dalam hal akseptabilitas, toleransi, dan efektivitas terhadap status seng.
Metode. Uji klinis acak dengan pembanding MPASI tepung beras fortifikasi dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Koja, dan Kramat selama Februari sampai Juni 2014. Terdapat tiga kelompok intervensi, yaitu kelompok MPASI hati ayam, MPASI bubur susu (tepung beras fortifikasi, mengandung susu), dan MPASI single grain (tepung beras fortifikasi tanpa susu). Intervensi dilakukan selama 30 hari. Sebelum dan sesudah intervensi dilakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan seng plasma. Setiap hari dilakukan pencatatan volume MPASI yang dihabiskan dan efek samping. Analisis Anova dan Bonferroni dilakukan untuk menilai perbedaan antar kelompok. Korelasi Pearson dan regresi linear digunakan untuk menilai faktor-faktor yang memengaruhi status seng plasma.
Hasil. Sebanyak 90 bayi diikutsertakan dalam penelitian, namun terdapat 7 subjek drop-out dan 17 sampel darah lisis sehingga data yang dapat dianalisis adalah 66 bayi. Akseptabilitas ketiga jenis MPASI setara. Tidak didapatkan efek simpang pada semua kelompok. Ketiga jenis MPASI dapat memenuhi kebutuhan harian seng sebesar 3 mg/hari. Efektivitas terhadap status seng ditunjukkan dari selisih seng plasma pra-intervensi dan pasca-intervensi. Perbedaan selisih sengplasma (μg/dL) hati ayam dan bubur susu adalah 12,0 (IK 95% 0,6;23,4), hati ayam dan single grain adalah 12,0 (-23,4;-0,6), serta bubur susu dan single grain 8,5 (-2,3;19,3). Pertambahan berat badan dan panjang badan berbeda bermakna antara ketiga kelompok.
Simpulan. Akseptabilitas MPASI hati ayam setara dengan tepung beras fortifikasi. Tidak didapatkan efek samping selama pemberian MPASI hati ayam dan tepung beras fortifikasi. Efektivitas MPASI hati ayam terhadap status seng plasma lebih baik dibandingkan tepung beras fortifikasi. Faktor yang memengaruhi efektivitas MPASI terhadap status seng plasma adalah jenis MPASI, yang mungkin berkaitan dengan rasio molar fitat/seng, dan asupan kalsium.

ABSTRACT
Background.High prevalence of zinc deficiency and growth faltering were observed during the complementary feeding perioddue to low quality complementary food and high prevalence of infection. Most of first complementary food given to Indonesian infants were plants sources which contain low zinc and high phytate, thus put Indonesian babies into high risk of zinc deficiency. Chicken liver is a good source of zinc, protein, and iron, making it a good option for complementary food.
Objective. To evaluate chicken liver based complementary food in terms of acceptability and effectivity on zinc status.
Method. Randomized clinical trial comparing three groups of complementary food:chicken liver, fortified rice cereal containing milk, and fortified rice cereal without milk given to predominantly breastfed infant aged around 6 month old. This study took place in primary health care of Jatinegara, Koja, and Kramat District during February to June 2014. Intervention was given for 30 days. Anthropometric measurement and plasma zinc investigation were performed before and after intervention. Amount of consumed complementary food was recorded daily. Anova and Bonferroni test were used to evaluate difference between groups. Factors influencing plasma zinc status were evaluated with Pearson correlation and linear regression.
Results. Ninety babies were enrolled, 7 subjects refused to continue study and 17 blood samples were hemolyzed thus only 66 subjects were analyzed. The three groups shown similar acceptability and were able to met daily requirement of zinc of 3 mg/day. No adverse effect was observed during study period. The increment of pra-intervention and pasca-intervention plasma zinc was used as an indicator of effectivity on zinc status. Mean difference of zinc increment (μg/dL) between two groups were 12,0 (95% CI 0,6;23,4) for chicken liver and rice cereal containing milk, 12,0 (-23,4;-0,6) for chicken liver and rice cereal without milk, and 8,5 (-2,3;19,3) for rice cereal containing milk and without milk. Weight and length increment showed significant difference between three groups.
Conclusions. The three groups showed no difference in acceptability and were able to met daily requirement of zinc of 3 mg/day. Chicken liver group demonstrated better effectivity on zinc status compared to fortified rice cereal groups. Dietary factors influencing plasma zinc status were type of complementary food, which probably correlated with molar ratio of phytate/zinc, and calcium intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ruwaida
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
338.642 AKS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anky Tri Rini Kusumaning Edhy
"BAB I PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan manifestasi klinis berat penyakit arbovirus. Penelitian tentang manifestasi klinis DBD telah banyak dan dibahas secara luas oleh Sumarmo (1983), tetapi tidak banyak diungkapkan keadaan sistem pernafasan pada DBD. Pengamatannya terhadap analisis gas darah telah sampai pada kesimpulan yang serupa dengan penelitian Pongpanich dan Kumponpant (1973), yaitu hasil analisis gas darah menunjukkan gambaran asidosis metabolik ringan dan alkalosis respiratorik kompensasi. Kompensasi ini berhubungan dengan asidosis metabolik akibat renjatan, seperti dilaporkan Varavithya dkk. (1973).
Dalam penelitian mereka pada pasien 'Dengue Shock Syndrome' didapatkan asidosis metabolik ringan dan alkalosis respiratorik, tetapi tidak dibedakan derajatnya. Selain itu Miller dkk.(1967) menduga pula bahwa alkalosis respiratorik ads kaitannya dengan peningkatan ventilasi karena kenaikan suhu tubuh seperti yang terjadi pada malaria, karena rangsangan demam terhadap pusat pernafasan. Faktor eksitasi serta rasa ketakutan juga diduga menjadi penyebab.
Bhamarapravati dkk. ( 1967 ) mengemukakan bahwa pada 100 autopsi pasien DBD ditemukan edema dan perdarahan paru di samping terdapatnya cairan di dalam rongga pleura, perikardium, dan peritoneum. Tamaela dan Karjomanggolo (1982) melaporkan bahwa secara radiologis edema paru dan efusi pleura bahkan telah terlihat sejak awal penyakit ini dan dapat digunakan sebagai pembantu diagnosis dalam keadaan yang meragukan.
Pada DBD terjadi gangguan pernafasan akibat kebocoran plasma melalui kapiler paru yang cedera dengan akibat lebih lanjut terjadi edema paru serta efusi pleura (Pongpanich dan Kumponpant, 1973; Rohde, 1978; WHO, 1986). Kasim (1982) mendapatkan kesan bahwa edema paru akan mengakibatkan gangguan pertukaran gas di aloveoli dan selanjutnya terjadi hipoksemia yang dikompensasi dengan hiperventilasi. Hipoksemia dapat diikuti dengan hipoksia jaringan disertai laktoasidosis yang akan menambah keadaan hiperventilasi, dan pada analisis gas darah tampak seperti gambaran alkalosis respiratorik yang dapat disertai peningkatan pH.
Hiperventilasi adalah bertambahnya ventilasi alveolar karena berbagai sebab yaitu : hipoksemia, asidosis metabolik dan faktor central yang mengakibatkan tekanan parsial CO2 ( PaCO2 ) kurang dari 30 mmHg (Shapiro dkk., 1978).
Edema paru pada DBD terjadi sebagai akibat ekstravasasi cairan dan plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler. Edema ini pada stadium permulaan berupa edema interstisial yang akan menghambat difusi gas di paru. Hambatan difusi oksigen terjadi lebih dahulu oleh karena koefisien difusi oksigen adalah 1/20 koefisien difusi CO2. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan PaO2 atau keadaan hipoksemia yang akan merangsang pusat pernafasan dan terjadi hiperventilasi. Hipoksemia mengakibatkan berbagai derajat hipoksia jaringan dan diikuti peningkatan metabolisme anaerob dan pembentukan asam laktat serta asidosis metabolik yang dapat menambah hiperventilasi"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T1611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Suri Talita
"Metode resistivitas listrik merupakan salah satu metode eksplorasi sumber daya alam. Metode ini digunakan untuk menyelidiki kondisi materi di bawah permukaan bumi dengan cara mengalirkan arus listrik ke dalam tanah melalui sepasang elektroda listrik kemudian menghitung beda potensial diantara dua elektroda potensial dengan menggunakan voltmeter. Selain daripada itu, metode resistivitas listrik juga membutuhkan nilai potensial listrik yang didapat dari penurunan sifat-sifat potensial listrik sebagai data pembanding. Hal ini memunculkan permasalahan baru yaitu dapatkah nilai potensial listrik dihitung secara teoritis berdasarkan sifat-sifat potensial listrik itu sendiri? Berkaitan dengan masalah tersebut, pada tugas akhir ini akan dibahas pencarian fungsi potensial listrik pada suatu media dengan beberapa lapisan.

Electrical resistivity method is an exploration method which is used to investigate the nature of the structures below the surface by employing an artificial source of current. The current is injected on the surface by the current electrodes and the electrical potential is measured by using voltmeter at the potential electrodes. Finding the electrical potential function is important due to get the value of theoretical electrical potential as a comparator of actual data. The purpose of this study is to find electrical potential function on a multilayered media."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T28824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S34317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Inayah
Jakarta : Salemba Medika, 2006
612.3 LIN a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Efy Afifah
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswan Rasul
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>