Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98141 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ario Soeryo Kuncoro
"Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering dijumpai dan merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular di dunia. Hipertensi sebagian besar tanpa gejala tetapi akan merusak organ tubuh diantaranya jantung yang akan mengalami perubahan struktural dan fungsional yaitu LVH (left ventrikel hypertrophy) dan disfungsi diastolik. Disfungsi diastolik saja akan meningkatkan risiko kardiovaskular tidak tergantung pada massa LV dan tekanan darah. Disfungsi diastolik pada hipertensi mungkin terjadi disertai LVH maupun tidak. Beberapa tahun terakhir studi mengenai brain natriuretic peptide (BNP) banyak dilakukan, demikian pula pada disfungsi diastolik sebagai penanda kelainan fungsi ventrikel. Kenaikan kadar BNP mungkin dapat digunakan untuk memperlihatkan proses perubahan fungsi ventrikel sebagai peijalanan penyakit hipertensi.
Tujuan penelitian
Mengetahui hubungan antara peningkatan kadar BNP dengan derajat disfungsi diastolik pada penderita hipertensi.
Hipotesis penelitian dan manfaat penelitian
Kenaikan kadar BNP berhubungan dengan derajat disfungsi diastolik pada pasien hipertensi. Pemeriksaan BNP diduga dapat digunakan sebagai alat deteksi dini efek hipertensi pada jantung.
Metodologi
Penelitian dilakukan pads penderita hipertensi di PINHK selama kurun waktu April std Oktober 2006 (40 pasien, 24 pria, dan 16 wanita). Pasien yang memenuhi }criteria inklusi dan eksklusi dilakukan pemeriksaan ekokardiografi dan diukur EDD, ESD, IVSD,IVSS,massa LV, fraksi ejeksi, rasio EIA, DT, IVRT, rasio e'la',rasioEle', dan doppler vena pulmonal menggunakan alat ekokardiografi dari Vivid -Philips. Pasien dibagi menjadi kelompok dengan fungsi diastolik normal (DDO), disfungsi diastolik tahap I (DDI), psedonormal (DD2) dan restriktif (DD3). Seluruh pasien dilakukan pemeriksaan BNP dengan menggunakan Abbott AxSYM BNP assay pada hari yang sarna dengan ekokardiografi. Uji korelasi dilakukan dengan Pearson test.
Hasil
Didapatkan kadar BNP masing-masing kelompok tidak berbeda bermakna (DD0=39,77+45,95 pg/ml;DD1=39,35±36,51 pglml;DD2=45,15+_3,65 pg/rnl;p=0,79). Tidak terdapat korelasi kadar BNP dengan rasio E/A (r=0,13;p=0,44) dan indeks massa LV (r=0,005;p=O,97). Terdapat korelasi positif BNP dengan nilai Ele' (r=0,524;p=O,O1).
Kesimpulan
Tidak terdapat korelasi BNP dengan disfungsi diastolik pada pasien hipertensi asimtomatik. Nilai BNP berkorelasi dengan nilai Ele' yang menunjukkan nilai tekanan pengisian ventrikel kin.

Background
Hypertension is the most common disease entity encountered in clinical practice. It is still the main cause of cardiovascular event in the world. Hypertension is mostly seen in the clinic as asympomatic. But during time it may impact heart, as one of target organ, which may shown left ventricle hypertrophy as well as diastolic dusf unction. Even diastolic dysfunction could impact in increasing cardiovascular event in the future. Diastolic dysfunction maybe associated with hypertrophy or it may be precedes hypertrophy. Recently studies regarding brain natriuretic peptide in diastolic dysfunction has been conducted as a marker for ventricle dysfunction. BNP may be use to express the process of ventricle dysfunction in hypertension.
Aim of the study
To see the correlation of increasing level of BNP with degree of diastolic dysfunction in hypertensive patient.
Hypotesis and benefit of the study
!increasing level of BNP correlate with degree of diastolic dysfunction in hypertensive patient. Thus BNP may be beneficial as tool for early detection of hypertension impact to heart.
Methodology
Study was conducted to outpatient with hypertension in PJNHK during April-October 2006 (40 pts, 24 male, 16 female). All patients was done echocardiography exam to see the diastolic dysfunction and ventricular dimension. All patients was classified as normal diastolic function (DDO), diastolic dysfunction grade I (DM), pseudonormal (DD2) and restrictive filling pattern (DD3) accordingly. BNP measurement was done at the same time echo was done using Abbot AxSYM assay.Pearson test was done for correlation test.
Result
There was no difference among the group for diastolic dysfunction (DDO= 39,77±45,95 pg/ml,DD1=39,35±36,51 pg/ml; DD2=45,15±3, 65 pg/ml;p0, 79). No correlation of BNP with E/A ratio ((r=0,13;p=0,44) and LV mass index (r=0,005;p=0,97). BNP value correlate well with E/e ' ratio representing LV filling pressure ((r=0, 524;p =0, 01).
Conclusion
BNP level not correlate well with diastolic dysfunction in this group of aymptornatic hypertensive patients. BNP value correlate with E/e' which shown a LV filling pressure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Vanissa
"Menurut data World Health Organization (WHO) hipertensi merupakan penyebab dari 75 juta kematian yang merupakan 12,8% dari seluruh kematian di dunia. Hipertensi merupakan penyakit yang multifaktorial, yang disebabkan oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah kadar kolesterol atau lebih spesifiknya kadar low density lipid (LDL). Penurunan dari kadar LDL telah menjadi salah satu tatalaksana yang penting pada hipertensi. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui signifikansi dari kadar LDL terhadap kendali tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional menggunakan data sekunder dari rekam medis poliklinik Ginjal dan Hipertensi IPD RSCM. Setelah data terkumpul dilakukan analisis menggunakan uji hipotesis chi square.
Pada penelitian ini sampel penelitian sebanyak 117 orang, 55 orang laki-laki dan 53 orang perempuan. Kelompok usia dengan prevalensi hipertensi terbanyak adalah usia 60-79 tahun. Pada penelitian ditemukan perbedaan proporsi antara pasien dengan kadar LDL yang tinggi pada hipertensi tidak terkendali sebesar 43,8% dan hipertensi terkendali sebesar 20,3%.
Berdasarkan uji hipotesis didapatkan hasil variabel kadar LDL dengan nilai p=0,006, rasio prevalensi 2,156 dan interval kepercayaan (CI) 95% 1,223-3,802. Dari hasil ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan kadar LDL yang bermakna secara statistik terhadap kendali tekanan darah dan kadar LDL merupakan faktor risiko dari kendali tekanan darah.

Based on the data from World Health Organization (WHO) hypertension is the cause of more than 75 million deaths or 12,8% of overall death in the world. Hypertension is a multifactorial disease causes by many risk factors, and one of them is low-density lipid (LDL) level. One of the focuses of hypertension management nowadays is to reduce the lowdensity lipid (LDL) level. This what makes researcher to do this research, to know the significance of low-density level to hypertension. This research was done with cross sectional method using secondary data from medical record in Cipto Mangunkusumo hospital. After the researchers collected all the data, we analyze the hypothesis using chi square test.
In this research, there were 117 samples, which 55 of them are male and 53 of them are female. The highest prevalence of hypertension was found in patients aged 60-79 years old. We also found proportion differences in patients with high low-density lipid level, in uncontrolled hypertension the percentage is 43,8% and in controlled hypertension the percentage is 20,3%.
The result of this test is that the low-density level is statistically connected with blood pressure control, since the p is 0,593, and is a risk factor of hypertension since the prevalence ratio is 2,156 and the confidence interval is 1,223-3,802.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeane Andini
"Hipertensi merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Dari Riskesdas tahun 2007 dilaporkan prevalensi penduduk Indonesia usia di atas 18 tahun yang menderita hipertensi mencapai 31,7%. Hipertensi seringkali disertai perubahan-perubahan metabolik, salah satunya dislipidemia.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan kadar High Density Lipoprotein (HDL) terhadap kendali tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian dilaksanakan dengan metode cross sectional menggunakan data sekunder dari 117 rekam medis pasien hipertensi poliklinik penyakit dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji Chi-square.
Dari hasil penelitian didapatkan jumlah pasien hipertensi tidak terkendali sebanyak 48 pasien (41%). Jumlah pasien hipertensi tidak terkendali dengan kadar HDL rendah sebanyak 11 pasien (61,1%), sedangkan jumlah pasien hipertensi terkendali dengan kadar HDL rendah sebanyak 7 pasien (38,9%).
Dari penelitian ini didapatkan proporsi pasien hipertensi tidak terkendali dengan kadar HDL rendah secara signifikan lebih besar dibandingkan pasien hipertensi terkendali dengan kadar HDL rendah, namun nilai p=0,060 (p>0,05) yang didapatkan menyimpulkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara kadar HDL terhadap kendali tekanan darah pada pasien hipertensi poliklinik penyakit dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Hypertension is a major public health problem in Indonesia. Riskesdas 2007 reported the prevalence of Indonesia's population aged over 18 years who suffering hypertension achieve 31.7%. Hypertension is often accompanied by metabolic changes, one of them is dyslipidemia.
This study aims to prove the association of High Density Lipoprotein (HDL) level to blood pressure control in hypertensive patients. Research is carried out by cross sectional method using secondary data from 117 medical records of hypertensive patients at internal medicine clinic Cipto Mangunkusumo general hospital. Hypothesis testing is done using the Chi-square test.
From the results, the number of uncontrolled hypertensive patients were 48 patients (41%). The number of uncontrolled hypertensive patients with low HDL level were 11 patients (61.1%), while the number of controlled hypertensive patients with low HDL level were 7 patients (38.9%).
From this study, the proportion of uncontrolled hypertensive patients with low HDL level is significantly greater than controlled hypertensive patients with low HDL level, but the value of p = 0.060 (p> 0.05) were obtained concluded that no statistically significant relationship between the level of HDL to blood pressure control in hypertesive patients at internal medicine clinic Cipto Mangunkusumo general hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Wiryawan
"Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan dunia dan merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan proses aterosklerosis dan aterotrombosis. Pengukuran tekanan darah di klinik atau rumah sakit saat ini masih dianggap sebagai metode referensi dalam mendiagnosis dan evaluasi pasien hipertensi, tetapi disebabkan adanya fenomena white-coat terlihat semakin jelas informasi yang diberikan seringkali tidak adekuat tentang status tekanan darah pasien yang sebenarnya. Hipertensi sendiri dikaitkan dengan kerusakan target organ dan salah satu diantaranya ke organ pembuluh darah. Pemeriksaan ketebalan tunika intima media arteri karotis dimaksudkan untuk melihat kerusakan yang terjadi akibat efek fenomena white-coat pada pembuluh darah yang mencerminkan terjadinya proses aterosklerosis dini.
Tujuan dari penelitian ini adalah menilai hubungan antara kejadian fenomena white-coat pada pasien hipertensi dalam pengobatan dengan ketebalan tunika intima media arteri karotis.
Metode. Studi potong lintang dengan pengambilan pasien hipertensi dalam pengobatan secara konsekutif, mulai bulan Januari - Mei 2014 di poli rawat jalan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta. Pasien menjalani pemeriksaan OBP saat kontrol dan HBP dilakukan selama 4 hari berturut-turut dengan memakai alat tensimeter osilometri yang tervalidasi. Pemeriksaan ketebalan tunika intima media arteri karotis dilakukan pada semua pasien yang masuk dalam kriteria inklusi untuk mendapatkan nilai rerata ketebalan kompleks tunika intima.
Hasil. Didapatkan 219 subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi. Uji statistik Mann Whitney digunakan untuk mengetahui hubungan pasien hipertensi yang mengalami fenomena white-coat dengan ketebalan tunika intima media arteri karotis. Hasil yang didapat, tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna secara statistik ketebalan tunika intima media arteri karotis antara pasien hipertensi yang mengalami fenomena white-coat dan yang tidak (A. Karotis kanan 0,7 ± 0,5 vs 0,8 ± 0,4 mm, nilai p = 0,153 ; A. Karotis kiri 0,8 ± 0,4 vs 0,7 ± 0,4 mm, nilai p = 0,900 ; A. Karotis kanan dan kiri 0,7 ± 0,4 vs 0,8 ± 0,3 mm, nilai p = 0,260). Dari hasil uji bivariat terhadap seluruh faktor perancu didapatkan variabel obat antihipertensi golongan enzym penyekat angiotensin dan usia terbukti sebagai perancu dalam penilaian hubungan antara fenomena white-coat dengan rerata ketebalan tunika intima media arteri karotis.
Kesimpulan. Penelian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna secara statistik ketebalan tunika intima media arteri karotis antara pasien hipertensi yang mengalami fenomena white-coat dan yang tidak.

Background. Hypertension is one of the most important public health problems worldwide and a major risk factor for all forms of atherosclerotic and atherothrombotic CVD. Office blood pressure monitoring nowadays still considered as a method of reference for diagnosing an evaluating hypertensive patients, but due to white coat phenomenon, the information for the real blood pressure status is unclear. Hypertension itself was related to target organ damage and one of them is vascular damage related to atherosclerosis. Evaluation of carotid intima media thickness can represent early atherosclerotic process that happened in organ vascular caused by white-coat phenomenon.
Our objective was to analyze the relationship between white-coat phenomenon in hypertensive patients with carotid intima media thickness.
Method. This is a cross sectional, consecutive study. Data was collected from January ? May 2014 in National Cardiac Centre Harapan Kita Hospital Outpatient clinic. Office Blood pressure was measured when patients controlled to the clinic and HBP was measured for 4 consecutive days with the same validated electronic device. B-mode ultrasound of carotid arteries was performed to measured mean of carotid intima media thickness.
Results. Two hundred and nineteen hypertensive patients on therapy were enrolled in this study. Mann Whitney statistic test was used to determine the relationship of independent variables in hypertensive patients with white-coat phenomenon with carotid intima media thickness and found that there is no significant difference between hypertensive patients with white-coat phenomenon and no white-coat phenomenon with mean carotid intima media thickness (Right Carotid artery 0.7 ± 0.5 vs 0.8 ± 0.4 mm, p value = 0.153 ; Left Carotid Artery 0.8 ± 0.4 vs 0.7 ± 0.4 mm, p value 0.900 ; Right and left Carotid Artery 0.7 ± 0.4 vs 0.8 ± 0.3 mm, p value 0.260). From bivariate analysis results, obtained on all confounding variables, ACE-inhibitor and age proved as confounding in the assessment of the relationship between hypertensive patients with white-coat phenomenon and mean carotid intima media thickness.
Conclusions. This study showed that there is no significant difference of mean carotid intima media thickness in hypertensive patients with white-coat and no white-coat phenomenon.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktorilla Fiskasianita
"Tidur yang cukup merupakan kebutuhan dasar yang sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan fungsi kardiovaskular. Penelitan ini merupakan penelitian descriptive correlative dengan desain studi cross sectional yang bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian dilakukan di Puskesmas Beji-Depok terhadap 97 pasien hipertensi rawat jalan yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), sedangkan tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer digital.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yaitu sebanyak 87 orang (89,7 %) memiliki kualitas tidur buruk (PSQI ≥ 5), sedangkan hanya 10 orang (10,3 %) memiliki kualitas tidur baik (PSQI ≤ 5). Rata-rata tekanan darah responden secara keseluruhan 145,19/86,15 mmHg. Hasil analisis uji T independent menunjukan secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan tekanan darah. Namun, secara klinis hasil analisis data menunjukkan responden yang memiliki kualitas tidur buruk memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada responden yang memiliki kualitas tidur baik dengan mean differece sistolik sebesar 6,228 mmHg dan mean difference diastolik 4,409 mmHg.

Adequate sleep is a basic need which is important to maintain cardiovascular system function. It is a descriptive correlative study using cross sectional approach which aims to identify the relationship between sleep quality and blood pressure on hypertensive patient. The research was conducted in Public Health Center of Beji-Depok towards 97 participants recruited using consecutive sample method. Sleep quality is measured using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and blood pressure is measured using digital sphygmomanometer.
The result shows that 83 participants (89.7 %) have poor sleep quality (PSQI ≥ 5) while only 10 partcipants (10.3 %) have good sleep quality (PSQI ≤ 5). The average blood pressure of all participants is 145.19/86.15 mmHg. Statistical analysis using T independent test shows there is no significant relationship between sleep quality and blood pressure. However, in clinical basis the result shows a significant difference. Clinically speaking, participants with poor sleep quality indicates higher blood pressure compare to those with better sleep quality with systolic mean difference of 6.228 mmHg and diastolic mean difference of 4.409 mmHg.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fridyan Ratnasari. author
"Hipertensi tidak terkendali sebagai masalah kesehatan utama yang sering tidak terdiagnosa sehingga prevalensinya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi tidak terkendali ini merupakan kontributor utama mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskular. Prevalensi tertinggi hipertensi tersebar di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Namun, dari seluruh pasien hipertensi, hanya 37% yang mendapatkan tatalaksana obat antihipertensi. Semakin meningkatnya angka kejadian hipertensi terutama hipertensi tidak terkendali dari tahun ke tahun semakin mempertegas pentingnya evaluasi penatalaksanaan pada pasien hipertensi dalam mencapai hipertensi terkendali. Untuk menjawab permasalahan klinis tersebut, peneliti melakukan analisa data 198 rekam medis pasien hipertensi melalui penelitian dengan metode cross sectional di Poliklinik Ginjal dan Hipertensi IPD RSCM.
Tujuan penelitian adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara jumlah pemberian obat antihipertensi dengan terkendalinya kendali tekanan darah. Dari seluruh data yang terkumpul, peneliti mengeksklusi data yang tidak lengkap hingga menjadi 117 data yang selanjutnya menunjukkan karakteristik pasien hipertensi. Penderita hipertensi 53% nya merupakan wanita. Selain itu, 50,4% pasien hipertensi berada pada status obesitas. Penelitian ini menunjukkan proporsi pasien dengan hipertensi tidak terkendali sebesar 41% dan 78,6% dari seluruh pasien hipertensi mendapatkan obat antihipertensi lebih dari dua obat. Pada pengobatan kombinasi, terdapat 47,8% pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan 52,2% pasien dengan hipertensi terkendali, sedangkan pada pengobatan monoterapi terdapat 16% pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan 84% pasien dengan hipertensi terkendali.
Berdasarkan analisa uji hipotesis dengan Chi-square test, terhadap variabel jumlah pemberian obat didapatkan p= 0,004 (p<0,05) yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara jumlah pemberian obat antihipertensi dengan kendali tekanan darah pada pasien hipertensi Poliklinik Ginjal dan Hipertensi IPD-RSCM.

Uncontrolled-hypertension is one of the health problem which mostly undiagnosed in which its prevalence increase year by year. It is the main contributor for mortality and morbidity of cardiovascular disease. The highest prevalence of hypertension spread highly in most advancing countries such as Indonesia. Unfortunately, from all hypertensive patients, only 37% was prescribed for anti-hypertensive drugs. This proportion is out of those undiagnosed hypertension. The increasing number of uncontrolled-hypertension become an important factor to be evaluated factor in prescribing anti-hypertensive drugs for the patient. In line with this clinical question, researcher analyze 198 hypertensive patients? medical records by cross-sectional study in Renal and Hypertension Division of Internal Medicine, Cipto Mangunkusumo Hospital.
This study was conducted to analyze if there is an association between the number of prescribed anti-hypertensive drugs with the controlling condition of hypertension. From all hypertensive-patients datas, researcherexclude the unqualified datas becoming 117 datas which describe the characteristic of hypertensive patients datas. This research shows the proportion of hypertention in women about 53% ang 47% in men. Meanwhile, 50,4% patients are in obesity stage. From all datas, 41% patients have uncontrolled hypertension. All patients get anyhypertensive drugs with the proportion of using more than one drug is 78,6%. The proportion of patient on combination treatment is 47,8% diagnosed uncontrolled hypertension and 52,2% controlled hypertension, meanwhile in monotherapy patients, there is about 16% uncontrolled hypertension patient and 84% in controlled hypertension.
Based on the analized datas by using Chi-square test, p value for the number of anti-hypertensive drugs is 0,004 (p<0,05). From this reasearch, researcher concludes that there is significant assosiation between the number of anti-hypertensive drugs given to hypertensive patients to the controlling factor of hypertension.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Dwiputra
"Hipertensi merupakan masalah penting dalam kesehatan masyarakat secara global. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi hipertensi pada masyarakat kota Ternate dan menyelidiki hubungan antara perilaku masyarakat dengan prevalensi hipertensi. Sebuah studi potong lintang dilakukan pada penduduk berumur lebih dari 20 tahun di 3 kecamatan kota Ternate. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode multi-stage random sampling. Secara umum, 32,6% dari populasi dewasa masyarakat kota Ternate mengidap hipertensi. Terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan merokok (p=0,001), kebiasaan mengudap Chiki (p=0,007) dan mengudap gorengan (p=0,032) dengan prevalensi hipertensi. Dibandingkan dengan prevalensi hipertensi nasional, prevalensi hipertensi pada masyarakat kota Ternate masih terbilang tinggi.

Hypertension is an important public-health challenge worldwide. This research aims to estimate the current prevalence of hypertension in Kota Ternate and to determine the correlation between behavior and prevalence of hypertension in adult population. A cross-sectional study was conducted to citizens over 20 years old in three sub districts of Kota Ternate. Research samples were selected through a multi-stage random sampling. Overall, 32.6% of adult population in Ternate had hypertension. We found significant correlations between prevalence of hypertension and smoking status (p=0,001); snacks consumption [Chiki (p=0,007) and fried food (p=0,032)]. Comparing to the national prevalence of hypertension launched by Ministry of Health, the local prevalence in Ternate was still high."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harny Edward
"LATAR BELAKANG: Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang turut berperan dalam peningkatan angka morbiditas dan mortalitas stroke, gagal jantung dan gagal ginjal. Morbiditas dan mortalitas hipertensi meningkat dengan makin banyaknya faktor risiko yang dimiliki, makin tinggi tekanan darah dan makin lama seseorang menderita hipertensi. Sampai saat ini mekanisme pasti terjadinya hipertensi belum jelas. Belakangan ini disfungsi endotel juga dikaitkan dengan hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kadar sVCAM-1 dan MAU, membuktikan adanya hubungan antara kadar sVCAM-1 dan MAU, menganalisis pengaruh usia, gender, obesitas, terkendali tidaknya hipertensi, lama sakit dan kadar kolesterol terhadap kadar sVCAM-1 dan MAU pada penderita hipertensi primer.
BAHAN DAN METOPE: Penelitian ini menggunakan 65 subyek non diabetik dengan kadar hs-CRP < 5 mgIL dan protein win < 3+. Dilakukan pemeriksaan kadar sVCAM-1, K-LDL, albumin dan kreatinin urin terhadap subyek dengan protein win negatif atau trace, sedangkan subyek dengan protein urin 1+ atau 2+ hanya dilakukan pemeriksaan kadar sVCAM-1 dan K LDL. Penetapan kadar sVCAM-1 berdasarkan prinsip quantitative sandwich enzyme immunoassay, penetapan kadar K-LDL berdasarkan prinsip enzimatik homogen, penetapan kadar albumin urin berdasarkan prinsip imunoturbidimetri, penetapan kreatinin urin berdasarkan metode kinetik Jaffe dan MAU dinyatakan dengan rasio albumin 1 kreatinin urin.
HASIL: Hasil penelitian menunjukkan proporsi kadar sVCAM-1 tinggi sebesar 81,5 % dan MAU 27,7 %. Kadar sVCAM-1 tinggi dan MAU lebih banyak dijumpai pada subyek tua, lelaki, hipertensi tak terkendali, lama sakit > 10 tahun dan obese. Dari hasil analisis multivariat derigail regresi rr ultipel, Adak didapatkan korelasi -yang bermakna antara kadar sVCAM-1 dengangender dan lama sakit namun didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar sVCAM-1 dengan usia, MAP dan K-LDL. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui suatu persamaan yaitu kadar sVCAM-1 = 175 + 9,7 x usia (tahun) + 5,9 x MAP (mmHg) -- 2,9 x kadar K-LDL (rngldL) dengan nilai R2 adjusted sebesar 23,1 %. Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara MAU dengan usia, gender, MAP. 1MT, lama sakit dan K-LDL.Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar sVCAM-1 dan rasio A 1 K.
KESIMPULAN: Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan proporsi kadar sVCAM-1 tinggi 81,5 % dan MAU 27,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada penderita hipertensi primer telah terjadi disfungsi endotel. Dari analisis multivariat menunjukkan kadar sVCAM-1 berkorelasi dengan usia, MAP dan K-LDL, sedangkan MAU tidak berkorelasi dengan variabel tersebut. Kadar sVCAM-1 tidak berkorelasi dengan MAU.

Hypertension is a health problem which contributes in the increase morbidity and mortality of stroke, heart failure, and renal failure. The morbidity and mortality of hypertension were influenced by various risk factors, the height of blood pressure and the lenght of illness. The mechanism of hypertension up to now remains unclear. Recently, endothelial dysfunction has been associated with hypertension. The aims of this study were to obtain the level of sVCAM-1 and microalbuminuria (MAU) in primary hypertension, to analyse the relationship between sVCAM-1 level and MAU, to analyse the influences of age, gender, obesity, control of hypertension, length of illness, and the level of LDL cholesterol on sVCAM-1 level and MAU.
Sixty five non diabetic subjects with hs-CRP level < 5 mg/L and protein urine < 3 + were enrolled in this cross sectional study. The level of sVCAM-1 were performed on all subjects by ELISA using reagents from R&D system, while MAU was determined by calculated the albumin : creatinine ratio in the urine. The level of LDL cholesterol was performed by homogenous enzymatic assay.
The results indicated that the proportion of increase of sVCAM-1 level was 81.5% and MAU was 27.7% in primary hypertension. Increase of sVCAM-1 level and MAU were found more frequently in older subjects, male, uncontrolled hypertension, length of illness more than 10 years, and obese subject. The results of multivariate analysis with multiple regression showed that sVCAM-1 level significantly correlated with age, mean arterial pressure (MAP), and LDL cholesterol level, but did not correlate with gender, and length of illness. The relationship could be formulated as: sVCAM-1 level = 175 + 9.7 x age (years) + 5.9 x MAP ( mm Hg) -- 2.9 x LDL cholesterol level (mgldL) with R2 adjusted 23.1%. There were no correlation between MAU with age, gender, MAP, obesity, ienght of illness, and LDL cholesterol level. The level of sVCAM-1 did not correlate with albumin:creatinine urine ratio (MAU).
Based on high proportion of increased sVCAM-1 and MAU, it is concluded that endothelial dysfunction occur in primary hypertension. The level of sVCAM-1 significantly correlates with age, MAP, and LDL cholesterol level, while MAU does not correlate with these variables. There is no correlation between sVCAM-1 level and MAU.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Hotma Parulian
"Latar Belakang : Peningkatan prevalensi penderita hipertensi di masyarakat DKI Jakarta disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dimodifikas maupun tidak. Aktifitas fisik sehagai salah satu lilktor yang dapat mencegah hipertensi perlu mendapat perhatian yang lebih karena faktor ini termasuk: salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dengan usaha dan biaya yang tidak terlaiu besar.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya besar hubungan antara kejadian hipertensi dengan aktivitas fisik pada masyarakat di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006.
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan disain cross sectional dan dianalisis secara kohort menggunakan data sekwtder dari survey faktor resiko PTM utama di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2006. Kasus ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas fisik renda yang berjumlah 668 orang subyek dan non ekspos adalah subyek yang melakukan aktivitas tinggi sejumlah 668 orang. Perbandingan kasus ekspos dan non ekspos adalah 1:1, hingga jumlah keseluruhan subyek penelitian 1336 subyek.
Hasil : Hasil penelitian mendapatkan proporsi hipertensi pada subyek yang beraktivitas rendah sebesar 65,5% dab pada subyek yang beraktivitas tinggi 58 8%. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas fisik berhubungan secara signiflkan dengan kejadian hipertensi. Dengan nilai p (p value) = 0,0001, setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan peketjaan didapat OR aktivitas tinggi 0,750 dengan 95% CI (0,601- 0,937) menunjukkan bahwa dengan beraktivitas dapat mengurangi risiko untuk menderita penyakit hipertensi sebesar 4 kali. Dalam penelitian ini variabel Jenis kelamin. umur, tingkat pendidilcan, status perkawinan, diaberes mellitus, hiperkolesterol, low HDL, IMT, dan pekerjaan semua mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi (nilai p < α), sementara variabel merokok, hiper LDL dan kecukupen serat walaupun berhubungan tetapi hubungannya dengan hipertensi tidak signiflkan (nilai p > a).
Kesimpulan : Aktivittas fisik tinggi dapat mengurangi resiko untuk terkena penyakit hipertensi, semakln sering kita me1akukan aktivitas fisik semakin rendah resiko untuk menderita penyakit. Subyek yang melakukan aktifitas fisik rendah lebih beresiko untuk terkena hipertensi 4 kali dibanding subyek yang melakukan aktifitas fisik tinggi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21021
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Ayu Setyani
"Hipertensi menjadi masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat. Gaya hidup yang tidak sehat menjadi salah satu faktor penyebab tingginya prevalensi hipertensi. Penelitian bertujuan untuk menganalisa hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Penelitian menggunakan desain cross sectional kepada 107 pekerja semen X di Jawa Barat yang diambil dengan teknik convenience sampling di poliklinik pabrik. Proporsi kejadian hipertensi pekerja sebesar 48,1%.
Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara pola makan (p=0,012) dan konsumsi alkohol (p=0,028) dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian menyarankan agar perawat kesehatan kerja melakukan pengendalian hipertensi pekerja dengan melakukan kontrol rutin tekanan darah serta promosi kesehatan modifikasi gaya hidup sehat.

Hypertension is a health problem worldwide with increasing prevalence every year. Unhealthy lifestyle is one of the factors caused this increase in hypertension prevalence. This research aims to study the relationship between lifestyle with the incidence of hypertension. This research used cross-sectional design to 107 workers in West Java using convenience sampling technique taken in the clinic at the factory site.
The result showed the incidence of hypertension in workers was 48,1%. There was significant relationship among nutrition (p=0,012) and alcohol consumption (p=0,028) with the incidence of hypertension. The results suggest occupational health nurses to do routine blood pressure control and also health promotion about healthy lifestyle modifications.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>