Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kompong Thom: Kontingen Garuda XII B, 1993
R 355.409596 GAR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadiyan Dewanto
"Penelitian ini membahas tentang diplomasi pertahanan dalam pengiriman misi pasukan Kontingen Garuda Indonesia yang bertugas di Timur Tengah. Pengiriman pasukan Kontingen Garuda Indonesia dilakukan demi kepentingan nasional di masa pemerintahan Orde Baru. Konflik terjadi pada tahun 1973 dimana Mesir menyerang daerah Semenanjung Sinai yang diduduki oleh Israel sejak tahun 1967. PBB sebagai organisasi dunia berusaha mewujudkan perdamaian dengan membentuk pasukan penjaga perdamaian United Nation Emerging Force II (UNEF II). Indonesia merupakan salah satu negara yang berkontribusi di misi UNEF II dengan mengirimkan Kontingen Garuda untuk melakukan segala tindakan pencegahan dalam konflik di Timur Tengah. Pengiriman pasukan Kontingen Garuda ini juga diartikan sebagai ajang Indonesia untuk berdiplomasi di forum berskala Internasional. Penulis beragumen bahwa pengiriman pasukan Kontingen Garuda Indonesia di misi UNEF II merupakan bagian diplomasi Indonesia dalam rangka mewujudkan kepentingan nasional khususnya dalam bidang pertahanan. Berbeda dengan kajian – kajian sebelumnya yang membahas secara umum tentang peranan misi pasukan perdamaian Indonesia. Penelitian ini akan menekankan secara khusus tentang implementasi diplomasi indonesia dalam pengiriman pasukan perdamaian UNEF II di masa orde baru. Perihal sumber penelitian sejarah, penelitian ini menggunakan sumber – sumber berupa arsip, surat kabar, majalah, buku, dan jurnal.

This article discusses defense diplomacy in sending missions to the Kontingen Garuda Indonesia troops serving in the Middle East. The dispatch of the Kontingen Garuda Indonesia was carried out in the national interest during the New Order government. The conflict occurred in 1973 where Egypt attacked the Sinai Peninsula area occupied by Israel since 1967. The United Nations as a world organization is trying to bring about peace by forming a peacekeeping force United Nation Emerging Force II (UNEF II). Indonesia is one of the countries that contributed to the UNEF II mission by sending a Garuda Contingent to take all preventive measures in conflicts in the Middle East. The sending of the Kontingen Garuda troops is also interpreted as an opportunity for Indonesia to have diplomacy in international forums. The author argues that sending troops from the Garuda Indonesia contingent to the UNEF II mission is part of Indonesia's diplomacy in the context of realizing national interests, especially in the defense sector. This is different from previous studies which generally discuss the role of the Indonesian peacekeeping mission. This research will emphasize specifically on the implementation of Indonesian diplomacy in sending UNEF II peacekeepers in the New Order era. Regarding the sources of historical research, this research uses sources in the form of archives, newspapers, magazines, books, and journals."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Widyawati
"Tulisan ini mengungkap perjalanan Pasukan Garuda yang bertugas di Timur Tengah sebagai pasukan pemelihara perdamaian yang berada di bawah komando UNEF atau Pasukan Darurat PBB. Misi pertama telah dirintis oleh Pasukan Garuda 1 yang mengemban tugasnya menyusul serangkaian peristiwa yang menghangat di Timur Tengah akibat diumumkannya nasionalisasi Terusan Suez oleh Pemerintah Mesir. Pengiriman pasukan yang pertama ini kemudian dilanjutkan oleh pengiriman pasukan yang berikutnya (Pasukan Garuda VI dan Pasukan Garuda VIII) yang masih bernaung dalam komando PBB (UNEF II) sehubungan dengan situasi di Timur Tengah yang kembali menghangat dengan meletusnya perang besar antara negara-negara Arab (Mesir, Syria dan Jordania) dengan Israel. Bagaimana Indonesia sampai ikut ambil bagian dalam peace-keeping force ini dan ikut serta berupaya menciptakan suasana damai dan tertib di kawasan yang tengah bergolak akan penulis paparkan dalam tulisan ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dea Annisa Septania
"Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor pendorong keberhasilan Kontingen Garuda XI dalam melaksanakan tugasnya di United Nations IraqKuwait Observation Mission (UNIKOM) 1991-1992. Pembahasan dalam penelitian ini berfokus pada partisipasi angkatan pertama dari Kontingen Garuda XI di perbatasan Irak-Kuwait. Penelitian ini mengangkat permasalahan bagaimana Kontingen Garuda XI melaksanakan operasi militer bersama UNIKOM dalam waktu yang relatif singkat. Karya penelitian ini berbeda dengan karya-karya sebelumnya karena dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan berbeda, dimana penulisan ini turut mengangkat signifikansi peran komandan Kontingen Garuda XI, yaitu Letkol Inf. Albert Inkiriwang. Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa keberhasilan Kontingen Garuda XI dalam melaksanakan tugasnya dan memberikan pengaruh bagi kelanjutan partisipasi Indonesia dalam misi PBB disebabkan oleh faktor kompetensi perwira yang ditugaskan dan signifikansi peran Letkol Inf. Albert Inkiriwang. Bukan hanya memiliki kemampuan militer, mereka juga memiliki kemampuan strategi dan komunikasi yang mumpuni untuk menjalankan tugas internasional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang sumbernya diperoleh melalui arsip, buku, koran, dan artikel jurnal.

This study discusses the factors driving the success of the Garuda XI Contingent in carrying out their duties in the United Nations Iraq-Kuwait Observation Mission (UNIKOM) 1991-1992. The discussion in this study focuses on the participation of the first generation of the Garuda XI Contingent on the IraqKuwait border. This study raises the issue of how the Garuda XI Contingent conducted a joint military operation with UNIKOM in a relatively short time. This research work is different from previous works because in this study carried out through a different approach, where this writing also raised the significance of the role of the commander of the Garuda XI Contingent, namely Lieutenant Colonel Inf. Albert Inkiriwang. From the results of this study it can be explained that the success of the Garuda XI Contingent in carrying out its duties and giving effect to the continued participation of Indonesia in the UN mission was due to the competency factor of the officers assigned and the significance of the role of Lieutenant Colonel Inf. Albert Inkiriwang. Not only have military capabilities, they also have strategic and communication skills capable of carrying out international tasks. This study uses historical research methods whose sources are obtained through archives, books, newspapers, and journal articles."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kholidah Tamami
"ABSTRAK
Invasi Israel ke Libanon membuat Perserikatan Bangsa-bangsa membuat misi
perdamaian internasional yang diberi nama UNIFIL (United Nations Interim
Force in Lebanon. Untuk menyusun pasukan-pasukan dari negara-negara
anggotanya agar tergabung dalam UNIFIL, PBB melakukan seleksi terhadap
negara-negara anggotanya untuk berpartisipasi dengan cara memberian mandat
melalui Resolusi DK PBB 1701. Indonesia merupakan negara yang dimandatkan
oleh PBB setelah sebelumnya pasukan UNIFIL hanya diisi oleh negara-negara
anggota NATO (North Atlantic Treaty Organization).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menekankan metode
studi kasus dari peristiwa yang terjadi di Libanon Selatan yang melibatkan
Indonesia sebagai pasukan pemelihara perdamaian (peacekeeper). Adapun
praktek pemeliharaan perdamaian (peacekeeping) yang dilakukan Indonesia
sesuai dengan landasan Politik Luar Negeri RI (Polugri).
Penelitian ini dilakukan berdasarkan fakta historis dimana pada tahun-tahun
militer Indonesia tergabung dalam UNIFIL telah membangun citra positif
Indonesia khususnya di Libanon. Hal tersebut berdasarkan temuan-temuan
mengenai banyaknya prestasi yang diperoleh Kontingen Garuda yang dibuktikan
dengan berbagai macam penghargaan baik oleh pemerintah Indonesia, pemerintah
Libanon maupun Perserikatan Bangsa-bangsa sehingga menjadi kebangaan
tersendiri bagi Indonesia.
Namun demikian, pemerintah Indonesia sepertinya tidak lantas berpuas diri
dengan prestasi yang telah dicapai oleh tentara militernya. Dengan posisi militer
Indonesia yang masuk dalam lima belas besar peringkat dunia, Indonesia masih
menginginkan masuk dalam posisi sepuluh besar peringkat militer dunia sehingga
untuk mencapai tujuan itu pemerintah terus melakukan upaya pembenahan
didalam tubuh militer, penambahan jumlah personil yang dilengkapi dengan skill,
penambahan anggaran yang menyesuaikan serta menjalin kerja sama dengan
aktor-aktor peacekeeping lainnya.

ABSTRACT
Israeli invasion to Southern Lebanon was responsed by the United Nations (UN)
to make the international peace mission called UNIFIL (United Nations Interim
Force in Lebanon). To prepare troops from member countries that are members of
UNIFIL, the UN undertook the selection by the UN Resolution called mandate.
Indonesia is one of UN members countries which is mandated by the UN after the
previous UNIFIL troops only be filled by the member countries of NATO (North
Atlantic Treaty Organization). A pride for Indonesia because through Tentara
Nasional Indonesia (TNI) in the name of nation internationally, but it is contrast
with what Indonesia’s had with alutsista is uncomplete.
This study used a qualitative approach by emphasizing the study method of the
ectivity that occurred in South Lebanon as involving Indonesian peacekeepers.
The practice of maintaining peace (peacekeeping) are conducted in accordance
with the foundation of Indonesian Politics of Foreign Affairs (Polugri), Concept
of Military Operations Other Than War (MOOTW) and defensive military
doctrine and form of implementation of International Cooperation.
This study was conducted based on the historical facts in the years in which the
Indonesian military have joined the UNIFIL build a positive image of Indonesia,
especially in Lebanon. It is based on the findings of the many achievements in
Garuda Contingent as evidenced by the various awards by the Indonesian
government, the Lebanese government and the United Nations so that it becomes
a moment of pride for Indonesia.
However, the Indonesian government seems not necessarily satisfied with the
achievements by military troops. By entering the Indonesian military position in
the world rankings fifteen, Indonesia still wanted inside the top ten world ranking
military so as to achieve the purpose that the government continues to make
efforts to reform the military in the body, increasing the number of personnel who
are equipped with skills, adding adjust budget and collaborate with other
peacekeeping actors."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Noviansyah
"Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah konflik yang terjadi antara Eksekutif dan legislatif dalam suatu pengambilan kepctusan tertentu. Permasalahan ini berkorelasi dengan pembuatan konstitusi bare dengan tindakan ekstensif dan penguatan posisi presiden selam era Boris Yeltsin. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis.
Dari penelitian didapatkan kesimpulan bahwa konflik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan pandangan dan kepentingan politik beberapa kelompok sebagai akibat dari sistem multipartai yang diterapkan. Selain itu pihak pro-reformasi yang diwakili oleh Boris Yeltsin menggunakan kekuasaannya untuk membuat konstitusi 1993 yang juga dikenal sebagai konstitusi Yeltsin. Konstitusi ini mencantumkan beberapa pasal yang memberikan kekuasaan lcbih dan privilage kepada presiden."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14842
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
P.E.J. Ferdinandus
"Dalam hibungan dengan pemandian suci di pulau Jawa ditemukan arca pancuran. Arca-arca tersebut terdapat mempunyai hubungan yang erat dengan pemandian suci, misalnya di Jawa Timur: di Belahan dijumpai sebuah pemandian dengan arca-arca pancuran yang melukiskan seorang wanita dan airnya dipancarkan keluar dari kedua buah dadanya dan dari telapak tangannya (Stuterheim, 1938, h.299-308). Di Jalatunda terdapat sebuah pemandian dengan arca-arca pancuran kepala naga yang mengeluarkan air dari mulutnya (Bosch and De Haan, 1965, h.220, gambar 7). Di Gempol Kerep ditemukan sebuah arca pancuran Garuda membawa kendi di tangan kirinya, airnya dipancarkan dari kendi (R.O.C. 1907, h.29)..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1974
S11825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Kaswara
"ABSTRAK
Manajemen pendapatan merupakan cara memaksimumkan pendapatan dengan
mengalokasikan persediaan tempat duduk untuk suatu penerbangan. Dengan tujuan
maksimalisasi pendapatan diharapkan keuntungan pada suatu penerbangan akan
maksimum. Hal tersebut dapat terjadi karena biaya untuk setiap penerbangan (biaya
piiot, awak kabin, bahan bakar, pendaratan dan navigasi) adalah tetap.
Dengan sistem manajemen pendapatan, diharapkan tidak akan terjadi alokasi
yang berlebihan pada kelas tarif potongan. Berarti sistem manajemen pendapatan
harus membatasi pemesanan pada kelas tarif potongan (terjadi beberapa hari jauh
sebelum waktu keberangkatan). Penolakan tersebut berdasarkan harapan adanya
pemesanan pada kelas tarif tinggi (terjadi dekat waktu keberangkatan), meskipun
masih terdapat kursi yang kosong.
Dalam sistem manajemen pendapatan dikenal 4 (empat) metode optimasi
alokasi kapasitas tempat duduk, yaitu:
1. Metode deterministik dengan alokasi partisi.
2. Metode deterministik dengan alokasi nested.
3. Metode probabilistik dengan alokasi partisi.
4. Metode probabilistik dengan alokasi nested.
Sistem pesan tempat (=reservation system) mempunyai hubungan yang erat
dengan sistem manajemen pendapatan, dalam hal:
1. Memberikan informasi pemesanan untuk setiap penerbangan.
2. Sarana penyimpanan data (=data bank).
3. Sarana yang menghubungkan pelanggan dengan perusahaan penerbangan.
4. Sarana untuk pengawasan dan pengambilan keputusan.
Permasalahan lain yang berhubungan dengan manajemen pendapatan adalah:
Kebijaksanaan penmanfaatan dan pembatasan pembelian (= purchase restriction).
Kebijaksanaan pemesanan lebih (= overbooking policy).
Tingkat ketidak-hadiran (no-show rate).
Pemesanan secara berkelompok (= group booking).
Metode peramalan permintaan ( demand forecasting).
Berikut ¡ni merupakan faktor penunjang implementasi sistem manajemen
pendapatan di PT Garuda Indonesia:
Memungkinkan segmentasi pasar, sehingga kebijaksanaan diferensiasi harga dapat
dilakukan.
Komputerisasi sistem pesan tempat yang ada, mempunyai kemampuan bagi
implementasi sistem manajemen pendapatan.
Program manajemen pendapatan telah dituangkan ke dalam rencana korporasi,
rencana bisnis dan rencana fungsi.
Telah dibentuk organisasi yang bertanggung-jawab pada implementasi manajemen
pendapatan.
Struktur rute yang bervariasi dan yang satu penerbangan (= single leg),
penerbangan lanjutan melalui stasion utama (= hub) dan penerbangan gabungan
(= interline).
Kemampuan personil berdasarkan pelatihan dan pendidikan yang telah diterima.
Banyak paket perangkat lunak sistem manajemen pendapatan.
Berikut ini merupakan permasalahan yang harus dipecahkan:
Masih kurangnya riset pasar yang dapat mendukung keputusan diferensiasi harga
dan banyaknya kelas tarif potongan.
Belum ada pemasukan data pemesanan pada sub-class di dalam sistem pesan
tempat.
Belum ada prosedur dalam pengawasan dan evaluasi posisi pemesanan, penentuan
batas pemesanan lebih, pemasukan data pemesanan dan penumpang yang
terangkut pada setiap sub-class.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prim Kemal S. Suparta
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>