Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162288 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nunung Kartika
"Dewasa ini sekitar 45% kematian bayi terjadi pada bayi berumur kurang dari satu bulan, dan 20% kematian bayi tersebut disebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Depkes, 1996). Dilihat dari segi kesehatan masyarakat BBLR turut berperan di dalam menentukan sukses tidaknya pembentukan generasi mendatang (Population Report, 1998), karena BBLR dapat mengakibatkan tumbuh kembang bayi dan anak terhambat, serta menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi yang dilahirkan. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko BBLR, antara lain dengan meningkatkan pelayanan antenatal care (ANC).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran terjadinya BBLR yang berhubungan dengan frekuensi ANC, pemberian vaksinasi tetanus toxoid, pemberian tablet besi, tinggi fundus uteri, berat badan ibu, tinggi badan ibu, tekanan darah ibu, umur ibu, pendidikan ibu, lingkar lengan atas ibu, kadar Hb ibu, paritas, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi.
Penelitian ini merupakan studi observasional dari data sekunder laporan data maternal perinatal dasar RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2000. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebanyak 863 ibu yang melahirkan tunggal dan cukup umur selama tahun 2000. Analisis yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan uji chi square dan multi variat dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian BBLR dari 863 kelahiran tunggal dan cukup umur adalah sebanyak 53 kelahiran (6,1%), sedangkan kejadian BBLR dan total populasi yaitu dari 2684 kelahiran, termasuk tunggal, kembar prematur dan cukup umur, sebanyak 462 kelahiran (17,2%). Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa yang frekuensi ANCnya tidak adekuat sebesar 14,63%, tinggi fundus uteri yang tidak normal adalah sebesar 34,62%, tinggi badan kurang dari 145 cm sebesar 14,75%, tekanan darah tidak normal sebesar 12, 42%, paritas > 4 sebesar 8,9%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel tersebut dengan kejadian BBLR (p < 0,05), sedangkan variabeI vaksinasi tetanus toxoid, berat badan ibu, umur ibu, pendidikan ibu, LLA ibu, kadar Hb ibu, jarak kehamilan, dan jenis kelamin bayi tidak mempunyai hubungan yang bermakna.Variabel tablet tablet besi tidak dapat dianalisis karena datanya kurang bervariasi. Dari model regresi logistik diketahui ternyata variabel yang paling besar peranannya terhadap kejadian BBLR adalah frekuensi ANC, tinggi fundus uteri, dan tekanan darah ibu, sedangkan yang paling kuat hubungannya dengan kejadian BBLR adalah tinggi fundus uteri, dengan OR 15,46 ( CI 95 % ).
Disarankan agar rumah sakit melakukan pemantauan yang ketat terhadap ibu yang terdeteksi mempunyai risiko BBLR, dan menyiapkan ruangan bersalin khusus dengan sarana yang lengkap untuk persalinan BBLR Untuk petugas lapangan atau penyuluh kesehatan, agar dapat menyebarluaskan informasi mengenai tanda-tanda yang menunjukkan BBLR, serta memberikan informasi mengenai penanganan kejadian BBLR Bagi praktisi kesehatan terutama bidan praktek swasta, agar dapat melakukan deteksi dini kejadian BBLR.

Nowadays about 45% infant mortality occurs to infant in the age less than 1 month, and 20% as stated above caused by low birth weight (LBW) (Depkes, 1996). From the view of public health, LBW has its role to determine the successful future generation formation (Population Report, 1998), because LBW can cause retardation to child growth, also can cause health birth infant problem. There are efforts had been done to reduce LBW risk, such as increase antenatal care (ANC).
This research aim is to know the description LBW occurred which related to the frequency of ANC, tetanus toxoid vaccination, iron tablet distribution, fundus uteri height, mother's weight, mother's height, mother's blood pressure, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's Hemoglobin level, parity, interval of pregnancy, and infant gender.
This research is observational study by secondary data analyzed. Secondary data is taken from the audit maternal prenatal dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung in year 2000. The design used in this study is cross sectional with 863 mothers who deliver single baby and mature during year 2000. The analysis of this research is using univariate, bivariate with chi square test and multivariate with logistic regression test.
The research showed that from 863 single and mature births, 53 infants are LBW (6,1%), while L13W from total of population from 2684 births, including single, preterm twin and mature, are 462 births (17,2%). The result of univariate test showed that the inadequate ANC are 14,63%, abnormal fundus uteri height are 34,62%, less than 145 cm height are 14,75%, abnormal blood pressure are 12,42%, parity > 4 are 8,9%. The result of statistics analysis showed that there is meaningful relationship between stated variables with LBW (p< 0,005), while tetanus toxoid vaccination, mother's weight, mother's age, mother's education, mother's upper arm circumference, mother's hemoglobin content, spacing of pregnancy, and infant gender, are not related to LBW and the ferrum distribution cannot analyzed because the data is not representatives to analyzed. From the logistic regression is known that the determinant factor to LBW is ANC frequency, fundus uteri height, and mother's blood pressure.
It is suggested that hospital carry out the tight supervision to LBW detected mother, and preparing special delivery room with fully equipped for LBW delivery. Health worker is hoped to spread out the information about the LBW symptom, also spread out the information about taking care of LBW. For the private health practitioners especially private midwife, it is necessary to detect LBW early, and refer immediately if there is no ability to deliver LBW infant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richa Aprilianti
"Anemia merupakan akibat sekunder dari Gagal Ginjal Terminal (GGT) yang terjadi pada 80-95% pasien, seiring dengan penurunan laju filtrasi glomerulus pada pasien hemodialisis. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada pasien hemodialisis rutin. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 116 orang.
Hasil penelitian menunjukkan penyakit inflamasi merupakan faktor yang paling berhubungan dengan anemia ( p = 0,05; OR = 2,7), kedua adekuasi hemodialisis (p = 0,04; OR = 2,3) dan ketiga status nutrisi (p = 0,04; OR = 0,31). Pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dan peran perawat dalam memastikan adekuasi hemodialisis tercapai untuk setiap pasien dengan frekuensi dialisis 3x/minggu selama 4 - 5 jam/sesi hemodialisis merupakan kunci keberhasilan manajemen anemia sebagai salah satu indikator kualitas pelayanan ruang hemodialisis.

Anemia is a secondary effect of Chronic Renal Failure (CRF), which occurs in 80-95% of patients, in line with the decline of glomerular filtration rate. The purpose of this research was to identify the factors associated with anemia in hemodialysis patient. This study used cross-sectional design with a sample of 116 people.
Results showed inflammatory disease was the most influential factor on the incidence of anemia (p = 0.05, OR = 2.7), then the adequacy of hemodialysis (p = 0.04; OR = 2.3) and third nutritional status (p = 0.04; OR = 0.31). Implementation of comprehensive nursing care and the role of nurses ensure adequacy of hemodialysis is achived for each patient with the frequency of hemodialysis performed 3 times a week for 4-5 hour per session of hemodialysis is the key indicator of adequacy of treatment of anemia as a service quality hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T38674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Yudianto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan operan pasien di Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Populasi penelitian adalah 747 perawat pelaksana yang bekerja di Ruang Rawat Inap. Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 85 perawat pelaksana Untuk menguji hubungan antara faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong dengan pelaksanaan operan pasien perawat pelaksana digunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan operan pasien dalam kategori balk yaitu sebesar 56,5%. Rata - rata karakteristik responden berjenis kelamin perempuan (81,2%), berpendidikan Akademi (82,4%), Lebih dari setengah umur responden lebih dari 25 tahun (60%) dengan lama bekerja lebih dari 10 tahun (52,9%). Hasil analisis uji Chi Square dengan a =0,05 antara karakteristik perawat dengan pelaksanaan operan hanya jenis kelamin yang menunjukkan adanya kecenderungan yang nyata, dimana mayoritas dari perawat perempuan melaksanakan operan pasien dengan baik (p value < 0,05). Tingkat pengetahuan menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien, responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik cenderung pelaksanaan operannya juga balk (p value < 0,05). Sikap menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien (p value < 0,05). Dukungan pimpinan menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan (p value < 0,05). Dukungan teman sejawat menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien. Ketersediaan protap menunjukkan adanya hubungan dengan pelaksanaan operan pasien (p value < 0,05). Hasil analisa multivariat menunjukkan dari keenam variabel hanya empat variabel yang mernpunyai pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan operan pasien yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan ketersediaan protap dengan p value 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan agar pihak manajemen rumah sakit perlu lebih meningkatkan pengetahuan, sikap serta penyediaan sarana untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan khususnya dalam pelaksanaan operan pasien.

This research is research with co-relational descriptive design instead to test of relation among factors, which have as a correlation with patient pass implementing in Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital. The research populations are 747 nurses to test the relation among predisposition factor, proponent and impetus with executor nurse patient pass implementing used of chi square, The research results shown that patient pass implementation in good category that is as big as 56,5%. The respondent characteristic average are girl sex (81,2%), and academic education (82,4%). A half of respondent's age is more than 25 years (60%) with job experience more than ten years (52,9%). The chi square test analysis results with a = 0,05 among nurse characteristic with pass implementing just sex showed the presence of obvious tendency, where the majority from girls nurse conduct with good patient pass (p value < 0,05). Knowledge level showed the presence of relation with patient pass implementing, respondent that have good knowledge level tend her pass implementing is good ( p value < 0,05). Attitude has shown the presence of relation with patient pass implementing (p value < 0,05). The leader support showed the presence relation with pass implementing. The colleague has shown the presence relation with patient pass implementing. Availability of fixed procedure has shown the presence relation with patient pass implementing (p value < 0,05). Multivariate analysis result has shown from six variables just four variables had significant influence toward patient pass implementing that are sex, knowledge, attitude, and availability of fixed procedure with p value 0,05. Based research results can suggestion in order to hospital management party need for more increase of knowledge, attitude and preparing the infrastructure to increasing of nursing upbringing quality, especially in-patient pass implementing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Nurhayati
"Infeksi Nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit setelah pasien dirawat lebih dari tiga hari. infeksi ini menjadi masalah besar pada setiap rumah sakit, di Amerika angka kejadian infeksi nosokomial mencapai rata-rata 6 persen. Di Indonesia, beberapa hasil survailens menunjukkan angka kejadian infeksi nosokomial berkisar 1 -15 persen, dengan angka kejadian infeksi paling tinggi di bagian bedah.
Kejadian infeksi nosokomial dapat memberikan kerugian, baik terhadap pasien, Rumah Sakit maupun terhadap tenaga kesehatannya. Selain hari rawat akan bertambah dan biaya perawatan tinggi, pasien akan mengalami gangguan fungsi tubuh dari yang paling ringan sampai gangguan berat pada seluruh sistem tubuh. Oleh karenanya, angka kejadian infeksi nosokomial ini telah digunakan sebagai salah satu tolok ukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, pada tahun 1987 telah dimulai upaya pengendalian infeksi nosokomial dengan menunjuk lima Rumah Sakit Umun Pusat untuk dijadikan Rumah Sakit rujukan pengendalian infeksi nosokomial, termasuk diantaranya RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Lingkup kegiatannya mencakup pelatihan tim pengendalian infeksi nosokomial, penyusunan komite pengendalian infeksi nosokomial , penyusunan standar operasional prosedur, surveilens, dan pelaksanaan tindakan pencegahan. Program ini bertujuan membentuk perilaku petugas kesehatan agar tetap patuh dalam melaksanakan tindakan medic atau keperawatan, dan pengendalian lingkungan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial.
Prioritas pengendalian infeksi nosokomial di RSVP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah pencegahan infeksi luka operasi yang memiliki angka kejadian infeksi nosokomial paling tinggi di bagian bedah. Kegiatan pengendaliannya mencakup tindakan pencegahan sebelum pasien di operasi, selama pasien di operasi dan sesudah pasien di operasi.
Atas dasar hal tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam pencegahan infeksi nosokomial luka operasi di bagian bedah RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.
Penelitian ini dilaksanakan melalui kegiatan survai kros-seksional survei, menggunakan responden tenaga dokter dan perawat yang bekerja di bagian rawat inap bedah dan kamar operasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Pengambilan total sampel adalah sebanyak 117 responden dan pertigumpulan data dilakukan melalui observasi tindakan medis 1 keperawatan dan wawancara.
Analisis statistik dilakukan dengan univariat, Kai-kuadrat untuk melihat hubungan variabel dependen dengan variabel independen, dan untuk mengetahui variabel independen yang paling berhubungan dilakukan uji multivariat regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara perilaku kepatuhan petugas kesehatan dengan latar belakang pendidikan petugas kesehatan yang tinggi, pengetahuan petugas yang balk, dan sikap petugas kesehatan yang balk dan pengawasan yang baik umumnya dapat melakukan tindakan pencegahan infeksi nosokomial luka operasi yang baik pula.
Rata-rata tingkat kepatuhan petugas kesehatan dalam pencegahan infeksi nosokomial tersebut di bagian bedah. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah 40,2 % baik, 39,3 % sedang, dan 21,5 % kepatuhan rendah. Variabel pengawasan tim menunjukkan hubungan paling bermakna terhadap perilaku petugas kesehatan dalam pengendali infeksi nosokomial tersebut. Dengan pengawasan yang baik, petugas kesehatan mempunyai peluang untuk patuh melaksanakan pencegahan infeksi nosokomial mencapai 89 persen.
Keberadaan tim pengendali infeksi nosokomial di Rumah Sakit memberikan dampak yang cukup baik bagi terwujudnya perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam pencegahan infeksi nosokomial luka operasi.

Nosocomial infection is an infection on patient which occured after care more than three days. This infection become a big problem for every hospital, in America, it have achieved average occurance value of 6 percent for nosocomial infection. In Indonesia, some surveilens results showed the occurence value of nosocomial infection was about 1-15 percent with the highest occurance at the surgical division.
The occurance nosocomial infection could gave disadvantages directly to the patients, hospitals, and also health providers. Besides a long stay care and expensive cost, the patient will faced problem of body faction systems, either from light to heavy disturbances. So that, the occurance value of nosocomial infections was use as measures of quality services of hospital.
To antisipate those conditions, in 1997, it .was started the preventing effort of nosocomial infection with address to five hospitals center as reference to prevent those infections, including for the RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Scope activities covered training for the prevention team, commitee arragement, standard arragement for operational procedure of preventing nosocomial infections, and surveilens.
The prevention priority ofnosocomial infection in RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung is to prevent of wounds which have highest occurance value for nososcomial infection at the surgical division. Those activities also covered preventive measures of the patient before operation, during the operation, and after the operation process.
Based on the above mentions, the objectives of this research was to obtain information concerning factors which retalted to compliance behavior of health providers in preventing nosocomial infections of wounds at the surgical division of RSVP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
The research was conducted through the activities of cross sectional survey, using respondents of medical doctors and nurces which worked at division of surgical care stayed and the operation room in RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. The total samples were 117 respondents, and data collection was done through observation of medical I nursing activities and also the discussion.
Statistical analysis used distribution frequencies and Xi-square analysis to find the relationship among the dependance variable and each independance variables. However, multivariate analysis with the logistic regression was also use to find a dominance independence variable which gave the highest relation.
The research results showed there was significant relationships among compliance behavior of health providers with education level, knowledge, attitudes of health providers, and the monitoring team. The health providers which have higher level education, better knowledge, and better attitudes were usually done better in preventing nosocomial infection of wounds.
The average value of compliance behavior for health providers in preventing nosocomial infections at the surgical division of RSUP Dr, Hasan Sadikin Bandung were 40.2 % better, 39.3 % fair, and 21,5 % low, respectively. The role of monitoring team gave better relationships to the behavior of health providers in preventing those nosocomial infections. The compliance behavior of health providers could be improve to 89 percent in preventing nosocomial infection, through better team monitoring activities.
The availability team of preventing nosocomial infection in the hospitals gave better impacts on the improving compliance behavior of health providers to prevent nosocomial infection of the wounds.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Natasya
"Sekitar 490.000 perempuan di seluruh dunia didiagnosa menderita kanker serviks dan
rata-rata 240.000 kasus kematian perempuan terjadi akibat kanker serviks dan hampir
80% dari kasus tersebut terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2008). Nyeri
merupakan keluhan terbanyak yang dirasakan penderita kanker. Seperti halnya dikatakan
oleh Abernethy, Keefe, McCrory, Scipio, (2006), angka kejadian nyeri pada semua
pasien kanker sekitar 25% pada kanker yang baru terdiagnosa dan sekitar 60% sampai
dengan 90% pada kanker stadium lanjut. Dodd, Miaskowski, dan Paul (2001)
mengidentifikasi terjadinya nyeri pada pasien dengan kanker yang mendapatkan
kemoterapi. Tujuan :dari penelitian ini mendapatkan gambaran efektifitas Brief CBT
terhadap nyeri dengan menggunakan instrumen Numeric Rating Scale (NRS) dan Perceived
Meaning Cancer Pain Inventory (PMCPI). Metoda : quasi experimental pre post test with
control group, teknik consecutive sampling terhadap 51 sampel : 26 intervensi dan 25
kontrol. Hasil penelitian ditemukan penurunan intensitas nyeri dan PMCPI yang mendapat
CBT lebih besar dibanding yang tidak mendapat CBT (p-value < 0,05). Rekomendasi: Brief
CBT dijadikan terapi terpadu dalam manajemen nyeri pada pasien kanker serviks.

Approximately 490,000 women worldwide are diagnosed with cervical cancer and
anaverage of 240,000 female deaths occur from cervical cancer and nearly 80% of these
cases occur in developing countries (WHO, 2008). Pain is a complaint that is felt most
cancer patients. As well said by Abernethy, Keefe, McCrory, Scipio, (2006), the incidence
of pain in all cancer patients about 25% in the newly diagnosed cancers and approximately
60% to 90% in advanced cancer. Dodd, Miaskowski, and Paul (2001) identified the
occurrence of pain in patients with cancer receiving chemotherapy. The purpose: to get an
overview of the research on the effectiveness of brief CBT pain using instruments Numeric
Rating Scale (NRS) and Perceived Meanings Cancer Pain Inventory (PMCPI). Method:
quasi-experimental pre-post test with control group, 51 consecutive sampling technique to
sample: 26 intervention and 25 control. The results found reductions in pain intensity and
PMCPI that gets bigger than that CBT did not receive CBT (p-value <0,05).
Recommendation: Brief CBT therapy be integrated in the management of pain in patients
with cervical cancer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanan Sekarwana
"Sampai dengan PELITA VI, telah terjadi perubahan yang mendasar di berbagai bidang yang berpengaruh terhadap sistem perumahsakitan di Indonesia baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Dalam memberikan pelayanan yang bermutu, komponen barang medis sebagai faktor penunjang mempunyai peranan yang penting dan menentukan. Kelengkapan barang medis, tersedianya barang tepat waktu dan kualitas bearing yang prima untuk memenuhi kebutuhan operasional pelayanan merupakan harapan dari para pengelola rumah sakit. RSUP Dr. Hasan Sadikin yang merupakan Rumah Sakit Ketes B Pendidikan dan pusat rujukan seluruh wilayah Jawa Barat serta sebagai unit swadana, harus mampu memberikan pelayanan yang berkualitas, baik ditinjau dari segi Sumber Daya Manusianya maupun dari segi sarana, prasarana dan alatnya. Telah dilakukan penelitian dengan wawancara, observasi dan analisa data sekunder pada proses perencanaan penggunaan barang medis di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Didapatkan hasil bahwa proses perencanaan penggunaan barang medis belum berjalan secara optimal. Dalam penelitian ini ditemukan berbagai faktorfaktor penyebabnya, yaitu : kuantitas dan kualitas unsur perencana dalam menyususn proses perencanaan, pemanfaatan data rekam medis sebagai sumber informasi untuk perencanaan, keterbatasan dana, terdapat kelemahan protap baik mengenai arahan maupun mengenai umpan balik, dan Pola penggunaan Barang Medis. Disarankan untuk mengembangkan proses yang sudah berjalan, baik mengenai sumber daya manusianya, prosedur maupun mengenai penggunaan dana agar tercapai tujuan yang efektif dan efisien. Hasil Penelitian ini merupakan masukan bagi pihak manajemen Rumah Sakit guna mengembangkan proses perencanaan penggunaan barang medis untuk operasional dengan harapan dapat meningkatkan mutu pelayanan sehingga dicapai pelayanan kesehatan yang optimal disegala bidang.

During Pelita VI, fundamental changes in many fields has effects toward the systems to be developed by hospitals in achieving good systems. Medical goods as ancillary factor place an important role in delivering service with acceptable quality with meets necessity. Dr. Hasan Sadikin General Hospital as a B Class Teaching Hospital as well as a Swadana has the obligation in delivering medical service with good quality, including quality of human resources, facilities, etc. The study of planning process in consuming medical goods had been done through interview, observation, and analysis of secondary data.
Result shows the process of planning in consuming medical goods was not done optimally. Factors effecting it are : quantity and quality of the planning it self, such as : optimalization of data recorded by Medical Records Sub Department, budget constrains, In-sufficient SOP, lack of feed back, inappropriate system in consuming medical goods. Development of on-going process is recommended, including the development of human resources, procedures, and systems to be applied in consuming medical goods in order to achieve the objective effectively and efficiently. The result of the study is meant to serve as an input for management in developing the planning in consuming medical goods operationally. A better quality of medical service is also one of its objectives.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyati
"Telah dilakukan penelitian tentang masalah bagaimana peluang pasar program HHC di RSHS Bandung tahun 1998, dengan tujuan utama diperolehnya informasi tentang kondisi peluang pasar program HHC RSHS Bandung. Ruang lingkup penelitian meliputi empat indikan peluang pasar ialah indikan Pelanggan, Pasar, Kontpetitor dan Lingkungan, dimana indikan Pelanggan membentuk kriteria daya tarik, sedangkan ketiga indikan lainnya membentuk kriteria kemungkinan keberhasilan bagi program HHC RSHS Bandung.
Penelitian ini terdiri dari berbagai rancangan ialah:
Studi data primer tentang pelanggan, yang terbagi dalam dua bagian ialah rancangan kualitatif dengan cara FGD untuk aspek sensitivitas pelanggan terhadap 4P dan perilaku pelanggan, dan rancangan kuantitatif untuk segmentasi pelanggan. Studi data sekunder tentang Pasar, dengan menggunakan rancangan time series. Studi data primer tentang kompetitor, dengan rancangan survei deskriptif, untuk mencari informasi pelayanan primer program HHC dan berapa besar pembayarannya.
Studi data sekunder tentang lingkungan dengan rancangan time series, meliputi peraturan, sosial ekonomi, pendidikan , demografi dan epidemiologi di Jawa Barat. Studi data primer terhadap kemungkinan keberhasilan dan daya tank program HHC RSHS, melalui rancangan kualitatif dengan cara nursing expert judgment melalui teknik Delphi. Sebanyak tiga kali putaran.
G. Studi data primer terhadap besarnya peluang pasar program HHC RSHS melalui expert judgment pengambil keputusan bidang keperawatan ( Kabid Keperawatan ) RSHS Bandung.
Melalui penelitian ini telah diperolelb informasi bahwa program HHC di RSHS Bandung mepunyai daya tank dan kemungkinan keberhasilan yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa peluang pasar program HHC di RSHS Bandung adalah besar.
Mengingat basil penelitian memberikan informasi bahwa peluang pasar program 1-MC ternyata besar, maka disarankan kepada RSHS Bandung untuk membentuk organisasi khusus yang berada di bawah Kadir Pelayanan Medis dan keperawatan yang berperan dalam penyususunan pcrencanaan stratejik program HHC serta strateji pelaksanaan dan evaluasinya. Hal ini penting, mengingat Direktur telah menginstruksikan kepada Kepala Bidang Keperawatan untuk melaksanakan program HHC dalam bidang keperawatan, mendahului bidang lainnya. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk mengenal lebih jauh kebutuhan dan harapan pelanggan dengan jumlah dan jenis pelanggan yang lebih besar dan bervariasi. Mengingat Program ini merupakan program baru, maka disarankan pula melakukan penelitian untuk melihat efisiensi dan efektifitas program, bail( dari sudut RSHS, piovider maupun pelanggan.

A research concerning the market opportunity of Hospital Home Care Program in RSHS in 1998 has been made with the main aim to get the information about the market opportunity condition of the Hospital Home Care Program in Hasan Sadikin General Hospital Bandung. The scope of research covers four market opportunity indicators, the Consumer, Market, Competitor and Environment, where the Consumer indicator forms the criteria of attractiveness while the other three forms the criteria of the possibility of success for the program.
The research is divided into several designs:
1. Primary data study for the consumer, mainly divided into two sections, the qualitativedesign with FGD design for the aspect of the consumer's sensitivity toward the 4P's (Promotion, Product, Place and Price) and the quantitative design for the consumer's segmentation.
2. Secondary data study concerning the market, using the Time Series Design.
3. Primary data study concerning the primary competitor, using the descriptive survey in order to find the service of and cost charged for the Program.
4. Secondary data study concerning the environment, using the Time Series Design that covers the policies, social economy, education, demography and epidemiology in West Java Province.
5, Primary data study concerning the possibility of success and the attractiveness of Hospital Home Care Program in RSHS Bandung, through the qualitative design, using the Nursing expert judgment with three ruonds Delphi technique.
6. Primary data study concerning the market opportunity through the expert judgment of the decision makers of the Nursing Division of RSHS Bandung.
The research finds that the Hospital Home Care Program in Hasan Sadikin General Hospital has a high attractiveness and possibility of success so that it can be concluded that the market opportunity of the program is high.
As the research result shows that the market opportunity of the program is indeed great, it is recommended for the RSHS Bandung to form a special organization under the authority of Wadir Pelayanan R4edis dan Keperawatan that functions in the strategic planning, actuating and evaluation of the program. This is important, as the Director has instructed The Nursing Division to proceed with the program, ahead of other divisions. For further research, it is recommended to find out the needs and expectancy of the consumer through the FGD with more and varied consumers participate. Since it is new, when starting to work out, it is recommended to make a further research to find out the efficiency and effectiveness of the program, from the RSHS, providers and consumers point of view.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Taryana
"Tindakan pembedahan sebagai salah satu upaya terapi medis, selain bertujuan untuk menyembuhkan klien, juga dapat menimbulkan beberapa penyulit, seperti gangguan saluran pernafasan, gangguan saluran cerna, gangguan saluran perkemihan serta terlambatnya penyembuhan luka pembedahan. Selain itu pembedahan dapat menimbulkan stress, karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Keadaan stress yang tidak diatasi dapat menimbulkan permasalahan pada saat pra bedah, selama pembedahan maupun pasca bedah.
Salah satu upaya yang harus dilaksanakan oleh perawat untuk mengatasi permasalahan di atas adalah melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah, yang pada prinsipnya bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental klien dalam menghadapi pembedahan.
Di USA pelaksanaan pendidikan kesehatan terbukti telah dapat mengurangi pemakaian obat-obatan, mengurangi rasa sakit, perasaan cemas, mengurangi lama hari rawat yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya perawatan di rumah sakit yang harus dikeluarkan klien. Bahkan sejak 1972, perhimpunan rumah sakit di Amerika telah menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pra bedah adalah hak klien, sehingga merupakan keharusan bagi perawat untuk melaksanakannya.
Di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung pendidikan kesehatan pra bedah telah dilaksanakan, namun belum maksimal. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, seperti pendidikan, pengetahuan, sikap, pengalaman perawat, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta pengawasan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan kepada hal di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan klien pra bedah di RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Penelitian dilaksanakan melalui kegiatan cross sectional survei dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada 99 orang perawat sebagai responden (total sampel) yang bertugas di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil analisis bivariat menunjukkan dari 6 variabel yang diduga berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, ternyata hanya variabel tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan perawat yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah. Dari hasil analisis regresi logistik ternyata variabel pendidikan mempunyai hubungan yang paling bermakna dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka peluang perawat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah yang baik mencapai 15.29 kali dibanding tingkat pendidikan rendah. Rata-rata perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah didapatkan hasil baik 44.4% dan kurang 55.6%.
Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah di RSU.Dr. Hasan Sadikin Bandung, disarankan untuk terus memelihara dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat, melengkapi protap yang sudah ada dengan protap pendidikan kesehatan pra bedah, serta melengkapi sarana dan fasilitas yang dibutuhkan.

Factors Which Related to Nurse Behavior in the Implementation of Pre - Operative Health Education Clients in Surgical Department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, in 2001Operation as one among other efforts of medical therapies, besides the aims of healing the clients, also able to cause various complication, such as respiratory system disorders, gastrointestinal system disorders, urinary system disorders and the delayed of wound healing. On the other hand operation leads to stress, because of threaten to the body, integrity and human soul. This unsolved stress can make problems on pre-operative, during operation and post operative. (Perioperatively)
One of the efforts that should be undertaken by nurses to solve the problems above is to implement the pre-operative health education, which in principal purpose is to prepare physical and mental of the clients facing operation.
In USA the implementation of health education proven could decrease drug consumption, lessen the painful and anxiety. These all would cut down the duration of treatment days, and at last could decrease the hospital payment that should be paid by the client. More over since 1972, the American Hospital Association has declared that pre-operative health education is a right of the client, so it should be a necessity for nurse to implement it.
In the surgical department in RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, pre-operative health education has been implemented, but not maximum yet. There are many factors that might be influenced the implementation of the pre-operative health education, such as; education, knowledge, attitude, nurse experiences, instruments, the provided facilities and the supervision of the implementations.
Based on those mentioned above, the objective of this research was to obtain information concerning factors which related to nursing behavior in the implementation of pre-operative health education clients, in surgical department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
The research was conducted through activities of cross sectional survey, using respondents of nurses which worked at the surgical department in RSU. Dr.Hasan Sadikin Bandung. The total samples were 99 respondents, and data collection was done through observation of nursing activities and interview.
Statistical analysis used distributions frequencies and chi-square analysis to find the relationships among the dependence variable and each independence variables. However, multivariate analysis with the logistic regression was also used to find the dominance independence variable which gave the highest relation.
The research results showed there was a significant relationship among nurses behavior in the implementation of pre-operative health education with education level and knowledge. The nurses which higher level education were usually done better in implementing pre-operative health education, 15.29 times compared with the low level education. On the average nurse behavior of the pre-operative health education got the good results 44.4% and less than 55.6%.
To RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung suggested to complete operational procedure with the pre-operative health education guidance, to complete the instruments and facilities, also the continuation of effort in increasing the nurse education, should be kept and increased."
2001
T9338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Gondodiputro
"Di rumah sakit pendidikan dengan kapasitas 925 tempat tidur, telah dilakukan program pengendalian infeksi nosokomial sejak tahun 1985. Tahun 1988 rumah sakit ini ditunjuk menjadi Rumah Sakit Model untuk pengembangan program pengendalian infeksi nosokomial di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegiatan Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial menurun sejak tahun 1990 dengan menitikberatkan pada faktor organisasi, sumber daya, dan kegiatan tim.
Adapun rancangan penelitiannya adalah deskriptif kualitatif dan berupa studi kasus dimana sasaran penelitian diambil secara purposif.
Hasil yang didapat adalah
Sejak akhir tahun 1990, rumah sakit ini memusatkan perhatiannya kepada persiapan " Rumah Sakit unit Swadana ", sehingga seluruh kegiatan dan penggunaan sumber daya baik sumber daya manusia, dana, sarana diarahkan dalam persiapan ini. Sedangkan program-program lainnya dipersiapkan untuk tahap berikutnya.
Menyadari pentingnya program pengendalian infeksi nosokomial, maka perlu adanya kesepakatan di tingkat pimpinan Rumah Sakit mengenai perlunya Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial diaktifkan kembali.
Struktur organisasi Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial sangatlah kompleks, sehingga perlu disederhanakan dan dibutuhkan uraian tugas yang jelas dan terperinci.
Susunan anggota Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial sebagian besar terdiri dari kalangan medis. Program Pengendalian Infeksi Nosokomial merupakan program terpadu, sehingga dibutuhkan anggota anggota yang berasal dari kalangan medis maupun penunjang medis. Selanjutnya ketua Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial dan anggota-anggotanya perlu dipilih yang dapat melaksanakan kegiatan program ini secara aktif dan mempunyai minat yang besar pada program ini.
Anggota-anggota program pengendalian infeksi nosokomial mau ikut serta secara aktif, tetapi mereka sadar akan kemampuan mereka yang terbatas, sehingga perlu terus menerus diberi pengarahan dan ilmu yang memadai.

Factors that Cause Activities of the Infection Control Committee Decline in " RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung"In a 925 bedded teaching hospital, Infection Control Program (ICP) was done since 1985 was chosen to be a model of developing infection control program for Indonesia.
The aim of this study is, to identify factors, that cause the activities of Infection Control Committee (ICC) declined since the end of 1990.
The result of this study , discovered :
Since the end of 1990 , Hospital attention has focused in preparing this hospital to become a " Rumah Sakit unit Swadana " which needed all the sources including human , financial and other facilities. Because ICP is very important, the hospital should be committed to this program.
The organization structure of ICC is very complex. Up till now, there are no detailed job descriptions.
The members of the ICC are only from the medical staff. Since ICP is a hospital wide program, its membership should have also representatives from other services/departments in the hospital. The chairman and all its members should be active involved and should have a special interest in this program.
In principal the members of ICC are willing to join this program, but they are aware, that they need much more information about infection control in the hospital.
References : 44 (1979-1996)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T2002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardini Tri Indarti
"ABSTRAK
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun yang
mengakibatkan peradangan di banyak organ. Prevalensi LES terus meningkat dan
angka mortalitasnya pun tinggi. Etiologi LES sampai saat ini belum diketahui
secara pasti. Namun, beberapa faktor risiko yang diduga dapat mempengaruhi
kejadian LES. Salah satunya adalah riwayat alergi obat, terutama antibiotik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat alergi antibiotik
dengan kejadian LES setelah dikontrol oleh variabel kovariat berupa riwayat
keluarga menderita LES, riwayat menderita penyakit autoimun lain, usia
menarche, dan perilaku merokok di RSUP Dr. Hasan Sadikin Kota Bandung.
Penelitian ini dilakukan bulan April-Juli 2014 dengan menggunakan desain kasus
kontrol. Kasus adalah pasien LES wanita yang berobat ke Poli Rematologi RSUP
Dr. Hasan Sadikin Kota Bandung. Kontrol merupakan pasien wanita yang berobat
ke Poli Penyakit Dalam dengan dilakukan individual matching dengan kasus pada
usia (rentang 3 tahun), dan asal daerah. Data dianalisis dengan analisis univariat,
bivariat, dan multivariat dengan uji regresi logistik conditional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa riwayat alergi antibiotik cenderung meningkatkan risiko
kejadian LES sebesar 2,34 kali (OR=2,34, 95% CI 0,66-8,22) setelah dikontrol
oleh riwayat keluarga LES, riwayat autoimun, dan perilaku merokok. Untuk kelas
antibiotik penisilin/sefalosporin, risiko meningkat menjadi 2,75 kali (OR=2,75,
95% CI 0,65-11,59).

ABSTRACT
Systemic Lupus Erythematosus ( SLE ) is an autoimmune disease that results in
inflammation in many organs. The prevalenceof SLE is increasing and the
mortality rate was high. Etiology of SLE has not known. However , several risk
factors could be expected to affect the incidence of SLE . One of them is a history
of drug allergies, especially antibiotics. This study aimed to determine the
relationship between antibiotic allergy history and SLE after controlled by family
history,other autoimmune disease, age of menarche, and smoking behavior in Dr.
Hasan Sadikin Hospital Bandung. This study was conducted from April to July
2014 using case-control design. Cases were women SLE patients who went to
Rheumatology Department Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung. Control were a
female patient who went to Internist Department with individually matched at the
age ( 3 years range ), and region. Data were analyzed with univariate, bivariate ,
and multivariate conditional logistic regression. The results showed that a history
of antibiotic allergy tends to increase the incidence of SLE for 2.34 times ( OR =
2.34 , 95 % CI 0.66 to 8.22 ) after controlled by SLE family history, history of
autoimmune, and smoking behavior. For the class of penicillin/cephalosporin, the
risk increased to 2.75 times ( OR = 2.75 , 95 % CI 0.65 to 11.59) ."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>