Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dede Sutarya
"Disamping memperlihatkan unjuk kerja yang mengesankan ada hal-hal yang perlu diperhatikan dari pengkodean turbo dan iteratif dekodingnya, salah satu perhatian utama dalam implementasi keduannya adalah kompleksitas. Untuk beberapa aplikasi kompleksitas dekoder iterativ masih menjadi hambatan. Hal tersebut menjadi menarik dan panting untuk mencari kelas dari algoritma dekoding atau metoda yang sederhana yang memungkinkan adanya suatu trade-off antara unjuk kerja dengan kompleksitas dalam range yang cukup lebar. Tesis ini mendiskusikan gagasan untuk menerapkan penghentian iterasi adaptiv pada proses dekoding dengan dekoder iteratif. Penghentian tersebut akan disimulasikan pada dekoder turbo cdma2000 dengan kanal AWGN. Unjuk kerja Turbo Code dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain ukuran frame, interleaver, code rate, algoritma dekoding, iterasi dan sebagainya. Iterasi yang butuhkan oleh dekoder untuk konvergen pada tiap ukuran frame adalah berbeda. Salah satu cara untuk mengurangi kompleksitas adalah menghentikan iterasi ketika satu frame data telah selesai dikoreksi. Ini akan mencegah iterasi berlebihan (over iteration), yang berhubungan dengan sikluslcycle hardware yang terbuang. Karena waktu iterasi yang dibutuhkan untuk dekoding tiaptiap frame informasi bervariasi, make dekoder harus memiliki mekanisme penghentian adaptiv. Dan hasil simulasi diperoleh pengurangan kompleksitas eksekusi algoritma viterbi dan kompleksitas penghitungan path matric dengan selisih HER rata-rata 6.78E-04 untuk ukuran frame 768 bit dan 9.54E-04 untuk ukuran frame 384 bit. Sedangkan pengurangan latency dengan penghentian adaptiv rata-rata 3.63 msec untuk ukuran frame 384 bit dan 7.37 msec untuk ukuran frame 768 bit. Dengan demikian metoda penghentian adaptive iterasi decoder cukup efektiv untuk mengurangi kompleksitas dan jugs latency.

Beside show impressive performance there is things required to paid attention from turbo code and decoding iterative, one main concern in its implementation is their complexity. For some application the full complexity iterative decoder is prohibitively complex. It has been an interesting and important to look for class from decoding algorithm or simple method to allows one to trade off performance with complexity, in a larger range. The thesis discusses an ideas to apply adaptive stopping iteration at decoding process with iterative decoder._The adaptive stopping simulation will implemented at turbo decoder of cdma2000 with AWGN channel. Turbo code performance influenced by many factor, for example frame size, interleaver, code rate, decoding algorithm, iteration etc. Iteration requiring by decoder for the convergent of every frame size is differ. One of the way to reduce complexity is halting iteration when one frame of data have been corrected correctly. This will prevent abundant iteration (over iteration), related to hardware cycle which castaway. Because number of iteration required for the decoding of every information frame vary, hence decoder have to applied adaptive stooping mechanism. Simulation result obtained complexity reduction execute viterbi algorithm and computing complexity of path metric with mean difference BER 6.78E-04 for frame size 768 bit and 9.54E-04 for frame size 384 bit. While latency reduction with adaptive stopping obtained mean 3.63 msec for frame size 384 bit and 7.37 msec for frame 768 bit. Thereby adaptive stopping iteration method was effective to reduce complexity as well as latency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Sutarya
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
TA3252
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Martin J.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnold, Von Robert
"Jakarta: Pradnya Paramita, 1987"
621.381 ARN e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Emir Soaduon
"Pada penelitian ini dilakukan perancangan antena yang beresonansi pada frekuensi 1.8 GHz dan 2.1 GHz. Pemilihan frekuensi ini disesuaikan terhadap IMT 2000. Penggunaan geometri antena berbentuk segitiga sama sisi dimaksudkan untuk memperkecil dimensi antena secara keseluruhan. Secara geometris antena ini berbentuk dua segitiga sama sisi yang saling membelakangi, satu segitiga sebagai radiator dan segitiga yang lain sebagai parasitiknya. Gangguan yang dilakukan oleh elemen parasitik terhadap elemen peradiasi dengan menggandeng keduanya dengan jarak tertentu, memunculkan frekuensi resonan baru yang berdekatan dengan frekuensi resonan utama yang dibangkitkan oleh elemen peradiasi. Perbandingan antara frekuensi alas terhadap bawahnya sebesar 1.1. Resonan pertama dibangkitkan oleh elemen peradiasi sedangkan resonan kedua berasal dari elemen parasitik.
Metode Hubung singkat yang terhubung antara patch dengan ground plane pada satu titik di antara voltage null dengan puncak segitiga sama sisi, menghasilkan dimensi antena yang berukuran 113 bagian dari sebenarnya. Celah, di antara dua elemen yang saling membelakangi, akan berpengaruh pada frekuensi rasio antara kedua resonan tersebut maupun perolehan nilai return loss yang berkaitan dengan nilai VSWR di bawah 1.2.
Cara yang digunakan untuk memperoleh perbandingan elemen radiator dan parasitiknya adalah dengan menguji coba 5 buah antena dengan 5 perbedaan pada elemen parasitiknya. Untuk mengetahui jarak celah yang tepat adalah dengan menguji coba 5 buah antena yang identik namun memiliki 5 perbedaan celah yang menggandeng elemen radiator dengan parasitiknya.
Hasil pengukuran return loss yang diperoleh dari segitiga dengan panjang sisi elemen peradiasi 2 cm dan panjang sisi parasitik 1.6 cm adalah -21.24 dB untuk frekuensi 1.86 GHz dan -25.37 dB untuk frekuensi 2.15 GHz. Nilai VSWR-nya berturut-turut 1.19 dan 1.12. Bandwidth pada kedua resonan adalah 37.21 MHz.

The research had been done to design antenna which are resonant at L8 GHz and 2.1 GHz. The frequencies are adjusted to IMT 2000. Geometrical dimension such as equilitriangular is used to shrink the original patch. The antenna is consisted of two element, one element as radiator and the other as parasitic. The disturbance done by parasitic element generates new resonant which is closed to the main resonant. Division between second and first resonant is 1.1. The first resonant is generated by radiator and second resonant is generated by parasitic element.
Short circuit connected from patch to ground plane in one spot between voltage null and equilitriangular tip, can shrink the dimension to become 113 part of original dimension. Gap, between two element can affect to frequency ratio and return loss values connected to VSWR values beneath 1.2.
The way to reach appropriate composition between radiator and parasitic element through experiment on 5 samples that have 5 different parasitic dimensions. The way to reach appropriate gap between radiator and parasitic element through on 5 samples that have 5 different gaps.
With 2 cm radiator equilitriangular length and 1.6 cm parasitic equilitriangular length brings return loss results -21.24 dB at L86 GHz and -25.37 dB at 2.15 GHz, respectively. VSWR values are 3.19 and 1.12 respectively. Bandwidth on both resonant is 37.21 MHz.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T2786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirullah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38408
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Surjati
"Frekuensi ganda antena mikrostrip merupakan suatu jenis dari antena mikrostrip yang dapat bekerja pada dua buah frekuensi yang berbeda satu dengan yang lainnya tanpa memerlukan dua buah antena yang berbeda secara fisik. Dan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah dilakukan modifikasi terhadap struktur dari reactively loaded patch antenna untuk bentuk segitiga sama sisi dengan menggunakan pencatuan secara langsung atau probe feed.
Pada penelitian ini dilakukan suatu perancangan dan pembuatan antena mikrostrip segitiga sama sisi menggunakan sepasang slit dengan lebar slit 1 mm baik menggunakan saluran mikrostrip maupun saluran coplanar waveguide. Daiam perancangan ini lebar slit dibuat tetap sebesar 1 mm sedangkan tinggi slit dapat diubah-ubah dari 10 mm sampai 14 mm dan jarak antara slit dapat diatur, mula-mula 3 mm kemudian 5 mm dan selanjutnya menjadi 7 mm. Dalam penelitian ini dibahas pengaruh perubahan tinggi slit dan jarak antara slit terhadap dua buah frekuensi resonansi yang keluar karena penambahan sepasang slit tersebut.
Frekuensi ganda dapat dibangkitkan dengan menambahkan sepasang slit pada alas dari segitiga sama sisi yang saling paralel satu dengan lainnya dengan lebar slit 1 mm menggunakan teknik pengkopelan secara elektromagnetik. Penambahan beban sepasang slit menggeser frekuensi resonansi kedua (fr2 ) dan dibutuhkan tinggi slit serta jarak antara slit tertentu untuk dapat menghasilkan frekuensi resonansi pertamanya (fr1).
Untuk saluran mikrostrip, bandwidth yang dihasilkan dapat diperlebar sampai 5,39% dengan rasio frekuensinya berkisar antara 1,08 sampai 1,52. Sedangkan untuk saluran coplanar waveguide, bandwidth dapat diperlebar sampai 2,90% dengan rasio frekuensinya berada pada kisaran 1,29 sampai 1,31."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
D556
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wangi Putri Mahendra
"Radiasi gelombang Amplitude Modulation (AM) berdaya rendah pada tubuh manusia dapat menghasilkan efek resonansi pada sel-sel tubuh apabila frekuensi modulasi yang diradiasikan memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi natural sel-sel tubuh. Efek resonansi ini yaitu getaran yang kuat pada sel hingga terjadi pelepasan molekul-molekul yang dapat menurunkan kestabilan sel. Mengingat penanganan terhadap kanker payudara menjadi salah satu prioritas di Indonesia, pada skripsi ini dilakukan rancang bangun sebuah generator RF yang khusus ditujukan untuk menghasilkan frekuensi yang beresonansi dengan sel kanker payudara, yaitu 1873,477 Hz. Generator RF ini tersusun atas osilator, modulator, dan amplifier yang disimulasikan menggunakan software Multisim dan dirancang dengan menggunakan komponen dengan harga terjangkau namun tetap memiliki kehandalan yang baik. Generator ini dapat menghasilkan gelombang AM yang memiliki frekuensi modulasi 1886,792 Hz dengan eror sebesar 0,71% terhadap frekuensi yang beresonansi dengan kanker payudara, dan menghasilkan daya keluaran 32 mW.

A low level radiation of amplitude modulated wave on human body is able to cause a resonant effect on cells if the modulating frequency matches the cells’ natural frequency. The effect is a great vibration on cell causing the loss of molecules that lowers the stability of cells. Knowing that breast cancer treatment is one of the main priority in Indonesia, this thesis presents the design and construction of an RF generator which produces a frequency of 1873,477 Hz that resonates with breast cancer cells. The generator is constructed by oscillators, a modulator, and an amplifier, which is simulated using Multisim software and designed using low cost components, yet has a good reliability. This generator produces 1886,792 Hz amplitude modulated wave with 0,71% error from the breast cancer resonant frequency, and produces 32 mW output power.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Arnol
"Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) skala kecil merupakan pembangkit listrik tenaga angin dengan kapasitas daya dibawah 50 kW.[8] Untuk menghemat biaya pengeluaran untuk sistem mekanik PLTB maka pada tesis ini didesain PLTB dengan jari-jari turbin, rasio gear gearbox dan sudu pitch turbin konstan/tetap. Pada sistem PLTB dengan sudu pitch tetap, jika kecepatan angin lebih besar dari batas kecepatan angin maksimum maka sistem harus dimatikan karena akan melebihi batas torsi dan arus generator sehingga dapat merusak generator. Dengan demikian pada kecepatan angin lebih besar dari kecepatan angin maksimum, field weakening dibutuhkan untuk membuat generator dapat bekerja dengan kecepatan putar rotor lebih besar dari batas kecepatan putar rotornya dengan cara melemahkanan fluks generator sehingga arus dan torsinya mengecil. Daya, torsi dan arus generator dapat dikendalikan sesuai batasannya dengan mengendalikan kecepatan putar rotornya sehingga generator dapat mensuplai daya maksimum. Maka dengan menggunakan field weakening, generator dapat mensuplai daya walaupun kecepatan angin melebihi kecepatan maksimum.

Small wind turbin is wind power plants with a capacity below 50 kW.[8] To reduce cost for the mechanical systems of wind tubin in this thesis was designed wind turbin with turbine radius constant , gear ratio gearbox constant and turbine blade pitch constant / fixed. In the wind turbine system with fixed pitch blades, if wind speed is greater than maximum wind speed limit, the system should be shut down because it would exceed the limits of torque and current generator, which can damage the generator. Thus, if wind speed is greater than the maximum wind speed, field weakening is required to make the generator can work with rotor rotational speed larger than rotor rotational speed limit with flux weakening so that generator current and torque decreases. Power, torque and current generator can be controlled by controlling according rotor rotational speed so generator can supply the maximum power. Then, with field weakening, generator can supply power although wind speed exceeds maximum speed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanesa Alamanda Ganes
"Zat-zat berbahaya dalam barang elektronik berpotensi menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Perusahaan elektronik harus beradaptasi dan melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan kesadaran publik dan mematuhi peraturan pemerintah. Memastikan tidak adanya zat berbahaya dalam produk memerlukan keterlibatan seluruh rantai pasokan, dengan pemasok memainkan peran penting sebagai penghubung awal dalam proses tersebut. Memilih pemasok yang paling sesuai dapat menjadi tantangan, membutuhkan pertimbangan yang cermat terhadap berbagai kriteria untuk mengidentifikasi pemasok hijau yang optimal bagi perusahaan. Untuk memfasilitasi pemeringkatan pemasok yang efektif, berbagai alat Multi-Criteria Decision Making (MCDM) dapat digunakan. Dalam penelitian ini, Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Other Preferences by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) digunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan proses pemilihan pemasok. Temuan penelitian mengungkapkan tiga kriteria utama dan 14 subkriteria untuk memilih pemasok ramah lingkungan dalam kondisi aktual PT XYZ. Pendapat para ahli menunjukkan bahwa kriteria lingkungan memiliki tingkat kepentingan tertinggi, diikuti oleh faktor sosial dan ekonomi. Di antara subkriteria tersebut, para ahli memprioritaskan pemilihan pemasok berdasarkan kepatuhan mereka terhadap persyaratan produk hijau. Model yang diusulkan di penelitian ini diterapkan untuk mengevaluasi kriteria pemilihan pemasok hijau, yang menghasilkan peringkat yang mempertimbangkan jarak masing- masing pemasok dari solusi ideal positif dan negatif.

Hazardous substances in electronics pose potential risks to human health and the environment. Electronics companies must adapt and make the necessary adjustments to raise public awareness and comply with government regulations. Ensuring the absence of hazardous substances in products requires the involvement of the entire supply chain, with suppliers playing an essential role as the initial link in the process. Choosing the most suitable supplier can be challenging, requiring careful consideration of various criteria to identify the optimal green supplier for the company. To facilitate effective supplier ranking, various Multi-Criteria Decision Making (MCDM) tools can be used. In this study, Analytical Hierarchy Process (AHP) and Technique for Other Preferences by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) were used as tools to enhance the supplier selection process. The research findings revealed three main criteria and 14 sub-criteria for selecting green suppliers under the actual conditions of PT XYZ. Expert opinions showed that environmental criterion has the highest level of importance, followed by social and economic factors. Experts prioritized supplier selection among the sub-criteria based on their compliance with the green product requirements. The proposed model in this study is applied to evaluate the green supplier selection criteria, which results in a ranking that considers each supplier's distance from the positive and negative ideal solutions."
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>