Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176150 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juweni
"Tujuan: Mengetahui pengaruh suplementasi formula tempo terhadap kadar malondialdehida dan F2-Isoprostan serum pada penderita ipedcolesterolemia.
Tempat: P.T. National Gobel, Jakarta.
Bahan dan cara: Penelitian eksperimental pada dua kelompok. Kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing 17 subyek yang telah memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan diberikan formula tempo (100 gram) per oral, sekali sehari selama 42 hari. Data yang dikumpulkan meliputi data rasio demografi, data nutrisi, data antropometri, data laboratorium, yaitu: malondialdehida (MDA) dan F2-Isoprostan serum.
Hasil : Nilai median MDA serum kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yaitu 0,88 (0,44 - 3,04) nmol/mL vs 1,07(0,39 - 2,02) nmol/mL. Narnun uji statistik terhadap perbedaan ini tidak bermakna. Nilai median F2 Isoprostan serum kelompok perlakuan 793,0 (100,9 - 6316,25) pg/mL lebih tinggi dibandingkan nilai median kelompok kontrol 391,75 (100,9 - 10172,5) pg/mL dengan analisis staliatik tidak berbeda bermakna. Pada kelompok perlakuan subyek perokok didapatkan korelasi kuat antara kadar MDA dan F2-lsoprostan serum, sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan korelasi bermakna.
Keshnpulan: Pengaruh suplementasi formula tempe yang mengandung isofavon terhadap penurunan kadar MDA dan F2-Isoprostan serum belum dapat dibuktikan walaupun terlihat kecenderungan penurunan rentangan kadar MDA serum setelah suplementasi formula tempe selama 42 hari.

Objective: To identify the effect of tempe formulae supplementation on the level of serum malondialdehide and F2-Isoprostane of the hypercholesterolemic subjects.
Place: P .T. National Gabel, Jakarta.
Materials and methods: An experimental study of two groups was carried out 17 subject's of treatment and control group fulfilled the criteria of the selection. The subjects were given 100 gram of tempe formulae orally, once a day for 42 days. The data collected were socio-demographic, nutritional, anthropometric and laboratory data such as: malondialdehide (MDA) and F2- Isoprostane.
Results: The median value of the serum MDA for the treatment group lower than the control group 0,88(0,44 - 3,04) nmol/mL vs 1,07(0,39 - 2,02) nmol/mL although statistical tests concerning this difference are not significance. The median value of serum F2-Isoprostane was 793,0 (100,9 - 6316,25) pg/mL for the treatment group higher compared to median value of 391,75 (100,9 - 10172,5) pg/mL for the control group. According to statistical analysis this difference was not significant. Subjetcs in the treatment group who were smokers showed a strong correlation between the level of MDA and F2-Isoprostane, whereas the control group did not show any significant correlation.
Conclusion: The effect of tempe formulae supplementation containing isoflavon on lowering the level of serum MDA and F2-lsoprostane have not been proven, although a tendency towards a decrease in the level of serum MDA was observed after 42 days supplementation of tempe formulae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T3401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octarini Prasetyowati
"NIHL merupakan masalah kesehatan utama pada pekerja yang terpajan bising di industri manufakturing. Efek dari bising selain menimbulkan NIHL juga efek hiperkolesterolemia. Sudah ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan pengaruh bising terhadapa NIHL, namun penelitian pengaruh bising terhadap hiperkolesterolemia dan pengaruh hiperkolesterolemia dengan kejadian NIHL belum banyak diteliti lebih lanjut.Tujuan Untuk mengetahui hasil analisis pajanan bising terhadap kejadian NIHL dan hiperkolesterolemia pada pekerja produsen alat beratMetode Penelitian ini menggunakan studi cohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan berkala perusahaan PT.X selama 4 tahun berturut-turut dari tahun 2013 sampai 2016, dimana pemilihan sampelnya menggunakan kriteria matching indeks massa tubuh. Keluarannya adalah NIHL dan Hiperkolesterolemia, dengan variabel penelitian umur, masa kerja, merokok dan konsumsi alkohol. Variabel dianalisis menggunakan univariat, bivariat dan multivariat menggunakan SPSS 20.0.
Hasil Penelitian ini menggunakan 34 sampel untuk kelompok yang terpajan bising dan 34 sampel untuk kelompok yang tidak terpajan bising. Prevalensi NIHL meningkat setiap tahunnya, mulai dari 19,1 ditahun 2014 kemudian meningkat menjadi 23,5 ditahun 2015 lalu pada tahun 2016 meningkat hampir 2 kali lipatnya yaitu 57,4. Prevalensi Hiperkolesterolemia di tahun 2014 sebesar 10,3, kemudian meningkat drastis di tahun 2015 menjadi 52,9, yang kemudian turun menjadi 41,2 pada tahun 2016. Hubungan antara pajanan bising dengan hiperkolesterolemia didapatkan nilai p=0,662, Crude RR 1,13, 95 IK 0,64-2,01, dari analisis multivariate didapatkan bahwa pekerja yang terpajan bising dengan kejadian NIHL didapatkan p=0,000, Adjusted RR 15,86 3,96-63,51 .Kesimpulan Pada responden yang terpajan bising, tidak terbukti mempengaruhi kejadian hiperkolesterolemia, sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa presponden yang terpajan bising memiliki risiko 15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terpajan bising.

NIHL is a major health problem in workers exposed to noise in the manufacturing industry. Loud noise from work can cause NIHL and hypercholesterolemia. There have been many studies that show the influence of noise to NIHL, but the research on the impact of noise to hypercholesterolemia have not been studied further.Objective To determine the results of the analysis of noise exposure on the incidence of NIHL and hypercholesterolemia in heavy equipment manufacturersMethods This study used a retrospective cohort study using secondary data from the results of periodic medical check up PT.X company for 4 years in a row from 2013 to 2016, where its sample selection using the body mass index matching criteria. The output is NIHL and Hypercholesterolemia, with the variables are age, work time, smoking and alcohol consumption. The variables were analyzed using univariate, bivariate and multivariate analyzes using SPSS 20.0.
Result This study using 34 samples for the group exposed to noise and 34 samples of unexposed noised. The prevalence of NIHL is increasing every year, ranging from 19.1 in the year 2014 and then increased to 23.5 by 2015 and then in 2016 increased nearly 2 times, and its 57.4. The prevalence of hypercholesterolemia in 2014 was 10.3, and then increased dramatically in 2015 to 52.9, which then fell to 41.2 in 2016. The respondents were exposed to noised, not showing the incidence of hypercholesterolemia with p value 0.662, Crude RR 1.136, 95 CI 0.641 to 2.01, while the results of multivariate analysis showed that presponden exposed to noise the p value is 0,000, Adjusted RR 15,86 and 95 CI 3,96 63,51.Conclusion The respondents were exposed to noised, not showing the incidence of hypercholesterolemia, while the results of multivariate analysis showed that presponden exposed to noise had a risk 15 times higher compared to unexposed noised.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Maria Wahyuningtyas
"Penelitian ini adalah diketahuinya pengarub pemberian jus anggur 300 gram per hari selama dua minggu terhadap kadar NO serum laki-laki dan perempuan dengan kadar kolesterol total batas tinggi. Penelitian ini merupakan sebuab field trial, membandingkan Ul subyek dalam kelompok yang mendapatkan jus anggur disertai penyuluhan TIC (P) dengan 17 subyek dalam kelompok yang hanya mendapatkan penyuluhan 1LC (K). Subyek yang memenuhi kriteria penelitian dibagi menjadi dua kelompok dengan randomisasi sederhana. Data yang diambil melipoti usia, jenis kelamin, riwayat hiperkolesterolemia dalam keluarga, akrivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), asupan energi, lernak, kolesterol, serat, dan polifenol dengan food record. Pemeriksaan kadar kolesterol total dan NO serum dilekukan di awal dan ekhir perlekuan. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kernaknaan 5%. Sebanyak 18 subyek pada kelompok P dan 14 subyek pada kelompok K, dengan rerata usia 35,57±5,20 tahun mengikuti penelitian secara lengkap. Indeks akrivitas fisik subyek kedua ke!ompok termasuk di bawah rata-rata. Data awal tidak didapatkan perbedaan bermakna (p>O,OS). Setelah dua minggu perlakuan, didapatkan persentase asupan energi terbadap kebutuhan energi total termasuk kategori cukup pada kelompok perlakuan dan kurang pada kontrol. Asupan lemak total dan kolesterol kadua kelompok adalah tergolong cukup. Asupan serat tergolong kurang. Terdapat perbadaan bermakna asupan polifenol pada kedua kelompok selama perlakuan (p<0,05). Terdapat peningkatan kadar NO serum sesudab perlekuan pada kedua kelompok yang tidak berbeda bermakna (p>O,OS), bahkan terdapat penurunan kadar kolesterol total serum pada kedua kelompok sesudah perlekuan meskipun tidak berbeda bermakna (p>0,05) dan masih dalam kategori batas tinggi. Pemberian jus anggur 300 gram per han tidak didapatkan perbedaan bermakna peningkatan kadar NO serum antara kelompok perlakuan dan kontrol.

The aim of this study was to investigate the effect of grape juice (that made from 300 grams of grapes per day) during two weeks on serum NO level in male and female subjects with borderline high total cholesterol level. The study was a field trial Thirty five subjects were selected using certain criteria and randomly (simple randomization) divided into two groups. The treatment group (n=18) received grape juice and nutrition counseling; the control group (n=l7) received nutrition counseling. Data obtained directly from the subjects were age, gender, history of hypercholesterolemia in .subject's family, physical activity, and body mass index, intake of energy, fat, cholesterol~ fiber and polyphenol using food record. Laboratory findings of serum NO level and total cholesterol level were done before and after intervention. For statistical analysis, unpaired t-test and Mann Whitney were used with the level of significance was S%. Eighteen subjects in the treatment group and fourteen subjects in the control group completed the study and analyzed. Mean of age was 35.57±5.20 years old. The physical activity index of bath groups were low. The characteristics of the two groups were closely matched at base line (p>O.OS). After two weeks intervention, subjects? energy consumed in the treatment group achieved the recommended diet, while in the control group was below. The average intake of total fat and cholesterol in both groups achieved the recommended diet, but the fiber intake were below. The average intake of polyphenol in the treatment group was increased significantly than the control group (pQ.05). There were decreased on serum total cholesterol level in bath groups, although not statistically significant (p>O.OS). The effect of gyape juice for two weeks did not significantly increase serum NO level in the treatment group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Qanita Vieriyal
"Prevalensi penyakit akibat inflamasi di Indonesia dilaporkan cukup tinggi, dengan dampak jangka panjang seperti kanker, gangguan saraf, dan masalah peredaran darah. Salah satu faktor penyebab inflamasi adalah kolesterol tinggi dalam darah, yang meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Hiperkolesterolemia, kondisi di mana kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida dalam darah terlalu tinggi, merupakan masalah kesehatan yang signifikan. Bromelain, enzim dari buah nanas, telah terbukti memiliki sifat antiinflamasi dan antikolesterol. Meskipun bromelain dapat diserap dengan baik di usus halus, pemberian secara oral menghadapi tantangan asam lambung yang dapat mendenaturasi enzim ini, mengurangi efektivitasnya. Oleh karena itu, diperlukan enkapsulasi untuk melindungi bromelain dari asam lambung dan memastikan khasiatnya tetap terjaga. Penelitian ini telah mengkaji enkapsulasi bromelain dalam matriks kering beku kitosan-alginat-pektin, yang diharapkan dapat memungkinkan pelepasan lambat di lambung dan pelepasan kumulatif tinggi di usus halus. Kapsul HPMC dengan matriks kitosan-alginat-pektin menurunkan pelepasan bromelain sebesar 19% dalam SGF dan 17% dalam SIF, melindungi enzim dari degradasi asam dan memastikan lebih banyak bromelain aktif mencapai usus halus. Dalam pengujian aktivitas antiinflamasi, kapsul bromelain menunjukkan IC50 untuk inhibisi denaturasi protein pada 66,999 ppm, mendekati natrium diklofenak dan lebih efisien daripada ekstrak bromelain. Pada konsentrasi 100 µg/ml, efisiensi matriks bromelain mencapai 106%, lebih efektif daripada natrium diklorofenak. Pada konsentrasi tertinggi (1000 µg/ml), efisiensi adalah 84%, menunjukkan efektivitas pada konsentrasi menengah hingga tinggi. Dalam pengujian antikolesterol, matriks bromelain mencapai IC50 pada 33,18 ppm, lebih efektif dibandingkan ekstrak bromelain. Pada konsentrasi tertinggi (1000 µg/ml), efisiensi inhibisi mencapai 83%, menunjukkan bahwa pada konsentrasi tinggi, matriks bromelain hampir seefektif simvastatin. Pengujian in vivo menunjukkan matriks bromelain memiliki potensi signifikan dalam efek antiinflamasi dan antikolesterol, setara atau lebih tinggi dari ekstrak bromelain, didukung oleh hasil in vitro yang menunjukkan peningkatan stabilitas dan aktivitas enzimatik melalui enkapsulasi.

The prevalence of inflammation-related diseases in Indonesia is reported to be quite high, with long-term impacts such as cancer, nerve disorders, and circulatory problems. One contributing factor to inflammation is high blood cholesterol, which increases the risk of heart disease and stroke. Hypercholesterolemia, a condition where total cholesterol, LDL, and triglyceride levels in the blood are excessively high, is a significant health issue. Bromelain, an enzyme from pineapple, has been proven to have anti-inflammatory and anti-cholesterol properties. Although bromelain is well absorbed in the small intestine, oral administration faces the challenge of stomach acid that can denature this enzyme, reducing its effectiveness. Therefore, encapsulation is needed to protect bromelain from stomach acid and ensure its efficacy. This study has examined the encapsulation of bromelain in a freeze-dried chitosan-alginate-pectin matrix, which is expected to allow slow release in the stomach and high cumulative release in the small intestine. HPMC capsules with a chitosan-alginate-pectin matrix reduced bromelain release by 19% in SGF and 17% in SIF, protecting the enzyme from acid degradation and ensuring more active bromelain reaches the small intestine. In anti-inflammatory activity testing, bromelain capsules showed an IC50 for protein denaturation inhibition at 66.999 ppm, close to that of diclofenac sodium and more efficient than bromelain extract. At a concentration of 100 µg/ml, the efficiency of the bromelain matrix reached 106%, more effective than diclofenac sodium. At the highest concentration (1000 µg/ml), the efficiency was 84%, indicating effectiveness at medium to high concentrations. In anti-cholesterol testing, the bromelain matrix achieved an IC50 at 33.18 ppm, more effective than bromelain extract. At the highest concentration (1000 µg/ml), the inhibition efficiency reached 83%, indicating that at high concentrations, the bromelain matrix is almost as effective as simvastatin. In vivo testing shows that the bromelain matrix has significant potential in anti-inflammatory and anti-cholesterol effects, comparable to or higher than bromelain extract, supported by in vitro results showing increased stability and enzymatic activity through encapsulation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan uji validitas dan reliabilitas kuesioner Morisky Medication Adherence Scale 8 (MMAS-8) versi bahasa Indonesia untuk mengukur kepatuhan konsumsi statin pada 40 penerbang militer di Skadron Udara Halim Perdanakusuma pada tanggal 6 April-15 Mei 2016. Hiperkolesterolemia merupakan penyebab penyakit kardiovaskular yang dapat menyebabkan inkapasitasi dalam penerbangan. Salah satu cara untuk mengontrol hiperkolesterolemia adalah dengan minum obat antikolesterol golongan statin, namun belum ada instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan minum obat statin di kalangan penerbang militer di Indonesia. Validitas diuji dengan validitas kriteria. Reliabilitas diuji dengan konsistensi internal dan uji ulang (test-retest). Didapatkan korelasi negatif lemah dan tidak ditemukan hubungan bermakna antara antara kadar kolesterol dan tingkat kepatuhan minum statin (koefisien Spearman -0,199; p=0,218). Konsistensi internal moderat (Cronbach?s α=0,759) dengan reliabilitas tes ulang yang baik (koefisien Spearman=0,860). Hasil uji validitas dan reliabilitas MMAS 8 versi bahasa Indonesia pada penerbang militer belum dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan minum statin pada penerbang militer di Indonesia.

ABSTRACT
This study analyzed the validity and reliability of Morisky Medication Adherence Scale 8 (MMAS-8) Bahasa version to measure statin adherence among 40 military pilots in Halim Perdanakusuma Air Force Base on April 06th-May 15th 2016. Hypercholesterolemia is the cause of cardiovascular disease which lead to inflight incapacitation. One of the way to control hypercholesterolemia is using statin medication, however there has not been an instrument to measure statin adherence in military pilots in Indonesia. Validity was confirmed using crirerion-related validity. Reliability was tested for internal consistency and test-retest reliability. Negative weak correlation and no significant association between cholesterol and statin adherence level (Spearman coefficient -.199, p=0.218) was found. Moderate internal consistency and excellent test-retest reliability were found (Cronbach?s α=0.759; Spearman correlation=0.860). Validity and reliability of MMAS 8 Bahasa version has not been able to be used to measure statin adherence among military pilots in Indonesia."
2016
T46639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nora Wardani
"Tujuan : Mengetahui pengaruh formula tempe terhadap kadar kolesterol total dan apolipoprotein-B pada laki-laki umur 40-60 tahun, dengan hiperkolesterolemia dalam rangka mengurangi resiko terjadinva aterosklerosis.
Tempat : PT National Gobel Jakarta.
Bahan dan cara : Penelitian uji klinis tentang pemberian formula tempe 100 gram/hari dibandingkan dengan pemberian formula plasebo 100 gram/hari selama 42 hari, terhadap 34 orang subyek (17 orang kelompok perlakuan dan 17 orang kelompok kontrol) yang telah memenuhi kriteria. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, meliputi data pendidikan, penghasilan asupan nutrisi dan pola makan, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar kolesterol total dan apolipoprotein-B plasma, dengan hasil analisis statistik tidak ada perbedaan bermakna antara dua kelompok sebelum penelitian.
Hasil : Terjadi penurunan kadar kolesterol total yaitu dari 245,64 mg/dL menjadi 207 mg/dL (15,73%) dan penurunan apolipoprotein-B dari 128,52 mg/dL menjadi 108,35 mg/dL (15,69%) pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol terjadi penurunan kadar kolesterol total dari 234,4 mg/dL menjadi 198,52 mg/dL (15,3%) dan penurunan apolipoprotein-B dari 125,47 mg/dL menjadi 102,88 mg/dL (18%). Hasil analisis statistik perbandinaan antara dua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan : Pemberian formula tempe 100 gram/hari selama 42 hari belum jelas manfaatnva untuk menurunkan kadar kolesterol total dan apolipoprotein-B plasma secara signifikan.

Objective: To investigate the effect of tempe formula on plasma level of total cholesterol and apolipoprotein-B in male (40-60 years), with hypercholesterolemia, in respect to minimizing atherosclerosis risk.
Place: PT National Gobel Jakarta.
Materials and methods: Clinical trial with supplementation of tempe formula 100 gram/day for 42 days given to 17 subjects compared to 17 subjects of placebo group. Both groups have passed some criteria?s. Data were collected through interview, which include education, income, dietary intake and food pattern. Data also collected from physical examination and laboratory measurement. The plasma level of total cholesterol and apolipoprotein-B, between the two groups showed no significant differences prior to experiment.
Result : Total cholesterol of the supplementation group were reduced from 245,64 mg/dL to 207 mg/dL (15,73%) and apolipoprotein-B from 128,52 mg/dL to 108,35 mg/dL (15,69%), On control group total cholesterol decreased from 234,4 mg/dL to 198,52 mg/dL (15,3%) and apolipoprotein-B from 124,47 mg/dL to 102,88 mg/dL (18%). There were no significant differences in the result between the two groups.
Conclusion: Supplementation of tempe formula 100 gram/day for 42 days was not clear to reduced. plasma level of total cholesterol and apolipoprotein-B.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
T9989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolita Satya Gitya Utami
"Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Apotek Kimia Farma No. 50 Bogor. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa calon apoteker mampu menerapkan peranan, tugas, dan tanggung jawab, serta fungsi apoteker dalam manajemen pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika yang berlaku, memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktik kefarmasian di Apotek yang sudah dibekali teori praktik kefarmasian di bangku kuliah, dan mempelajari strategi dan kegiatan yang perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan dan mengembangkan praktik kefarmasian di apotek. Tugas khusus yang diberikan berjudul Pembuatan Poster Kesehatan di Apotek Tentang Hiperkolesterolemia dan Cara Penangannya. Tugas khusus ini bertujuan untuk memberikan informasi dan meningkatkan promosi kesehatan dalam menurunkan prevalensi hiperkolesterolemia pada masyarakat sekitar Apotek Kimia Farma No. 50, Bogor.

Pharmacist's internship was conducted at Apotek Kimia Farma No. 50 Bogor.The purpose of internship gives prospective as pharmacist to apply the role, duties, and responsibilities, as well as the function of the pharmacist in the management of pharmaceutical preparations, health equipment, medical materials and consumables also clinical pharmacy in accordance with the provisions of the applicable legislation and ethics, have the insight, knowledge, skills, practical experience, and learn the strategies and activities to solve the problems and develop clinical pharmacy services. The specific tasks given entitled Making Health Posters at the pharmacy About Hypercholesterolemia and how to overcome. This particular task aims to provide information and increase health promotion in lowering the prevalence of hypercholesterolemia in the communities surrounding the Apotek Kimia Farma No. 50 Bogor.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Trisno Wijanto
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Penderita kanker kolorektal sering mengalami malnutrisi. Untuk memperkecil komplikasi paska bedah, diperlukan tunjangan nutrisi bagi penderita pra bedah kanker kolorektal dengan malnutrisi. Sebagai tunjangan nutrisi, susu lazim digunakan di rumah sakit. Tetapi pemberian susu pada orang dewasa dan keadaan malnutrisi sering menimbulkan intoleransi, sehingga diperlukan bahan makanan lain sebagai penggantl susu. Tempe merupakan sumber gizi tradisional yang memiliki banyak kelebihan karakteristik, diharapkan dapat sebagal pengganti susu.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pengaruh suplementasi formula tempe dan susu terhadap .perubahan kadar transperin serum penderita kanker kolorektal dengan malnutrisi. Penelitian dilakukan di RSUPNCM, Jakarta. Penderita pra bedah kanker kolorektal yang memenuhi kriteria penerimaan di bagi dua kelompok secara acak. Pada kelompok tempe mendapat suplementasi formula tempe 100 g/hari dan kelompok susu diberikan suplementasi susu full cream 75 g/hari, selama 7hari. Pada awal dan akhir penelitian diperiksa kadar transferin serum sebagai parameter status protein.
Hasil: Terjadi peningkatan kadar transferin serum yaitu dari (200,36 ± 29,10) mg/dL menjadi (250,36 ± 91,00) mg/dL pada kelompok tempe dan dari {195,33 ± 29,70) mg/dL., menjadi (276,13 ± 134,15) mg/dL pada kelompok susu. Peningkatan ini secara statistik bermakna (p < 0,05). Bila dibandingkan kedua kelompok tersebut, kadar transferin serum sesudah suplementasi secara statistik tidak berbeda bermakna (p > 0,05).
Kesimpulan: Suplementasi formula tempe atau susu pada penderita pra bedah kanker kolorektal dengan malnutrisi, dapat meningkatkan kadar transferin serum yang setara. Formula tempe merupakan sumber protein nabati dapat digunakan sebagai pilihan alternatif pengganti susu.

Comparison Study Of The Influence Of Tempe Formula And Milk Supplementation Towards The Transferrin Serum Content Of Pre Surgery Colorectal Cancer Patient With Malnutrition.Scope and Method of Study. A colorectal cancer victim often suffers of malnutrition. To reduce complications a colorectal cancer patient with malnutrition requires nutritional support before surgery. Generally in hospitals milk is used as nutritional support. However milk otten causes intolerance to adults and cases of malnutrition, therefore other foodstuff is required to substitute for milk. Tempe represents a traditional source of nutrition with many characteristic advantages and expected useable as a substitute for milk.
The aim of this study is to compare the influence of tempe formula and milk supplementation towards the change of transferrin serum content in colorectal cancer patients with malnutrition. The study is conducted at the RSUPNCM in Jakarta. Pre surgery colorectal cancer patients fulfilling the criteria are divided at random into two groups. The tempe group receives a supplementation of 100 grams per day tempe formula, while the milk group is given supplementation of full cream milk powder of 75 grams per day for 7 days. At the beginning and conclusion of the study the transferrin serum content is examined as a paramenter of the protein status.
Result: An increase of the transferrin serum content has 1 occured, i.e. from (100,36 ± 29,10) mg/dL to (250,36 ± 91,00) 1 mg/dL in the tempe group and from (195,33 ± 20,70) mg/dL to (276,13 ± 134,15) mg/dL in the milk group. Statistically the increase is significant (p < 0,05). When comparing the two groups the transferrin serum content supplementation does not differ significantly statistic-wise (p > 0,05).
Conclusions: The supplementation of either tempe formula or milk to pre surgery colorectal cancer patients with malnutrition equally increases the transferrin serum content. The tempe formula represents a vegetative source of protein and can be used as an alternative option of milk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T9991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikawati
"Mengetahui pcngaruh pemberian kombinasi suplementasi vitamin E dan C terhadap peroksidasi lipid pada usila dengan hiperkolesterolemia. Penelitian uji klinis paralel, tertutup timggai, alokasi acak, untuk membandingkan kadar malondialdehida usila 2,60 tahun dengan hiperkolesterolemia yang mendapatkan kombinasi supiementasi vitamin E 400 IU dan vitamin C 500 mg, masing~masing sebutir sehari selama 45 hari dengan kelompok yang mendapat vitamin E 400 IU dan plascbo.Terdapat 42 subyek penelitian yang berasal dari Yayasan Kebagusan, Yayasan Yasni, dan Yayasan Yakin, Pasar Minggu Jakarta Selatan yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing berjumlah 21 orang. Data yang diambil adalah : data dcmograti, antropometzi, data asupan makanan pada minggu pertama, ketiga dan ketujuh, kadar kolesterol LDL dan MDA plasma sebelum dan sesudah perlakuan. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-tidak bezpasangan bila distribusi nonnal dan uji Manmwhimey bila distribusi tidak normal dengan tingkat kemaknaan p<0.05.
Sebanyak 20 subyek penelitian dad masing-masing kelompok yang dapat mengikuti penelitian sampai sclesai. Sebelum perlakuan, nilai median kadar kolesterol LDL kelompolc vitamin E+plasebo dan vitamin E+C masing- masing adalah I46.50(l30-190) mg/dL dan 146.50(l3I-196) mg/dL. Setelah 45 hari perlakuan, rerata kadar kolesterol LDL kelompok vitamin E4-plasebo (151.9.+:2.2.l mg/dl.) meningkat sedangkan kelompok vitamin B+-C (l46.8i28.21 mg/dL) menurun. Sebelum p¢rIakuan, nilai median kadar MDA plasma kelornpok vitamin E+plasebo dan rerata kadar MDA plasma kelompok vitamin E4-C masing-masing adalah 2.63(l.92-4.42) nmol/ml., dan 3.03:l:0.62 nmol/mL. Setelah 45 haii pcrlakuan rerata kadar MDA plasma kedua keiompok menunm menjadi 2.30i0.67 nmol/mL (p<0.01) pada kelompok vitamin E+plasebo dan 28810.88 nmol/mL (p=0.36) untuk kelompok vitamin E+C. Penurunan kadar MDA plasma kelompok vitamin E+plasebo lcbih besar (-0.5:!:0.55 nmol/mL) daripada kelompok vitamin E+C (-0.28(l.31-1.63) nmol/mL), tetapi dcngan uji statislik terhadap kedua nilai tersebut, tidalc berbeda bcrma!ma(p=0.09). Pembenan kombinasi vitamin E dan vitamin C pada usila dengan hiperkolesternlemia tidak dapat rnenurunkan kadar MDA plasma lcbih besar dibandingl-can dengan hanya pemberian vitamin E.

This parallel, single blind, randomization clinical trial purpose was to compare plasma malondyaldehydc level in hypercholesterolemic elderly aged more than 60 years old. Forty two people from Yayasan Kebagusan, Yayasan Yasni and Yayasan Yakin, Pasar Minggu, South Jakarta which participated the study, were divided into two groups. Twenty one elderly were supplemented with 400 IU vitamin E and 500 mg vitamin C for 45 consecutive days, while the other group was supplemented with 400 IU vitamin E and placebo. The data of demographic, anthropometric, food intake in the first, third and seventh weeks, plasma LDL and MDA levels before and alter period were taken. Statistical analyzes was performed by SPSS 11.5.
Twenty people for each group had followed the study until the end of period. Before study, LDL cholesterol median for vitamin E + placebo group and vitamin E+C group were 146.50(l30-190) mg/dL and l46.50( 130-190) mg/dL respectively. Alter 45 of days treatment, there was an increase in mean LDL cholesterol in vitamin E + placebo group 15l.9i22.1 mg/dL while in vitamin E+C group was decreased to l46.8:l:28.2l mg/dl Before study, plasma MDA level in vitamin E + placebo group and vitamin E+C group were 2.63(l.92-4.42) and 3.031052 nmol/mL, respectively. After 45 days, mean MDA plasma in vitamin E + placebo group was 2.30i0.67 nmol/mL (p<0.01) and was 2.881088 nmol/ml.. (p=0.36) in vitamin E+C group. The decreased on plasma MDA levels in vitamin E+placebo group was higher (-0,510.55 nmol/mL) than vitamin E+C (-0.28(1.3l-1.63) nmol/mL), but statistical test showed not significant different between both group (p=0.09). Combined supplementation vitamin E and vitamin C in hypercholesterolemic elderly couldnot decrease plasma MDA higher than supplementation of vitamin E alone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32064
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Puspasari
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh pemberian 100 gram tempe per hari selama empal minggu tcrhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus (DM) tipc 2 usia lanjut (usila). Penelitian ini merupakan uji klinis parael, acak, terbuka. Subyck penelitian adalah 30 orang pcndcxita DM tipc 2 usila yang tinggal di empat panti wredha di Jakarta. Alokasi acak dengan cara randomisasi blok diiakukan untuk membagi subyek menjadi dua kelompok. Seluruh subyek dibesikan pengaturan diet DM sesuai PERKENI. Kelompok sebanyak I6 orang yang diberikan 100 gram tempe, sedangkan kelompok K sebanyak I4 orang yang diberikan kacang-kucangan pengganti tcmpe. Data yang diambil meiiputi usia, jenis kelamin., berat badan dan indeks massa tumbuh (IMT), serta data asupan dengan metodc food record, Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (GDP) dan glukosa darah 2 jam poslprandial (GDPP) dilakukan pada awal dan akhir pcrlakuan. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kemaknaan 5%. Subyek yang mengikuti penelilian secara lengkap sebanyak 27 orang yang terdiri dari 15 orang kclompok perlakuan dan i2 orang kelompok kontrol. Kcrata usia suhyek adalah ?70,4:b9,5 rahun. Mayoritas subyck (63,5%) adalah perempuan, dan hampir setengah jumlah subyek mempunyai status gizi normai berdasarkan lMT. Sebagian besar (80%) subyck bclum menerima obat DM. Pada awal penclitian, usia, jenis kelamin, IMT, asupan kalori dan zat gizi subyek tidak menunjukkan pcrbcdaan bermakna (p>0,05). Seluruh subyek tidak dapat mematuhi anjuran diet DM yang dibcrikan, asupan Iemak subyek tinggi sedangkan asupan secara rendah. Setelah perlakuan terlihat kecenderungan penurunan kadar GDP dan peningkatan kadar GDPP yang tidak bcfbeda bermakna antam keiompok P dan K. Pcmbcrian 100 glam tempc selama empat minggu tidak menumnkan kadar GDP dan GDPP.

Aim of this study was to investigate the effect of daily intake of 100 gram tempe for four weeks on plasma glucose level in elderly patients with type 2 diabetes mellitus. 'this study was a parallel randomized clinical trial. Subjects were 30 diabetic elderly living in four nursing homes in Jakarta. In the study, subjects were assigned into two groups using block randomization. All subjects had to take diabetic regiment with calorie and macronutrient following diabetic recommendation diet. The treatment group (n=I6) received tempe, while control group (n=14) received legumes other than tempe. Data collection included age, sex, body weight, body mass index, and nutrient intake using 3x24 hours food records. In addition isotlavone intake was also assessed. Fasting plasma glucose levels (FPG) and 2 hours postprandial plasma glucose (PPPG) levels were assessed before and after intervention Unpaired t-test and Mann Whitney wen: used to analysed data with the 5% significance level. There were 27 subjects completed the study: I5 of treatment group and I2 of control group. Mean of age were 70.4 :L 9.5 years. Majority (63.5%) of subjects were female, and almost half subjects had normal BMI. About 80% of subjects did not use diabetic medication. At base line age, BMI, sex, use of diabetic medication, calorie and macronutrient intake wene comparable. All subjects could not comply with diabetic regiment: high fat and low fiber intakes Far, tiber and isotiavoue intake were signiticantly higher in treatment group compare to control group. Decrease in FPG and increase in PPPG alter intervention were observed but were statisticaly insigniticant. In conclusion, daily intake of 100 gram tempc for four weeks did not decrease PPG and PPPG."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32291
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>