Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53857 dokumen yang sesuai dengan query
cover
hapus3
"A systematic information on the amount and the source of investment in agriculture sector is needed, especially in relation to the purpose of formulating the Repelita Vll of Agricultural Sector. The main objective of this paptur is to calculate total value of investment requirement in agriculture and to identify the sources and f he value of each source of its funding. The result of three approach of this study are demand driven predicts that the agricultural-sector real COP Growth in Repelita VU will be 95%/year, this historic trend showed 4.05%/ year, and government-targeted have ranges from 3.58-3,71%/year. Based on the demand driven approach, the total agricultural sector investment requirement in Repelita Vll is Rp 41 2 billion, the historical trend approach is Rp 24.8 billion and the government-targeted is Rp 29.8 billion. Output projection based on the demand driven approach is much greater than the projection obtained from the other two approaches. The last two approaches are basically supply side approach. The findings then can be interpreted that in Repelita Vll demand for agricultural output will be far higher than production capacity. Accordingly, if there are no systematic anticipation to this situation, import of agricultural products will increase very sharply. This, of course, will lead to a very strong balance of payment deficit pressure. The government is, therefore, required to set a new much higher agricultural sector GDP targets than presently set for Repelita Vll."
Economics and Finance in Indonesia, 1999
EFIN-XLVII-1-Mar1999-75
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Dirjen PPM & PLP Depkes RI, 1990
WA671 Ind N90p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pertanian, 1979
631.2 IND r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ufi Saraswati
"ABSTRAK
Disertasi ini membahas tinggalan arkeologis keagamaan yang tersebar di wilayah Kabupaten Batang Jawa Tengah. Sejumlah seratus lima belas (115) tinggalan arkeologis keagamaan yang tersebar di sebelas (11) Situs/Kecamatan, Kabupaten Batang menarik untuk dikaji tidak hanya dalam jumlahnya yang banyak, tetapi tinggalan arkeologis keagamaan tersebut tersebar hampir di seluruh Situs/Kecamatan yang menempati Lansekap berupa daratan Pantai, Perbukitan sampai dengan Pegunungan. Sebaran tinggalan arkeologis keagamaan yang terletak pada Lansekap Kabupaten Batang dari tingkat yang paling rendah sampai pada tingkat yang paling tinggi dihubungkan dengan aspek Kosmologi, bahwa alam semesta tersusun dari beberapa tingkat alam.
Atas dasar latar belakang masalah tentang keberadaan/letak sebaran tinggalan arkeologis keagamaan yang ditemukan di Kabupaten Batang, dapat dirumuskan masalah, 1. Bagaimanakah pola sebaran tinggalan arkeologis keagamaan pada Lansekap Kabupaten Batang Jawa Tengah, 2. Bagaimanakah letak sebaran tinggalan arkeologis keagamaan dalam hubungannya dengan konsep keagamaan pada Lansekap di Wilayah Kabupaten Batang?. Tujuan penelitian ini adalah untuk merekonstruksi pola sebaran tinggalan arkeologis keagamaan, dalam hubungannya dengan konsep keagamaan pada Lansekap Kabupaten Batang Jawa Tengah. Manfaat penelitian adalah pengembangan pengetahuan tentang hubungan antara tinggalan arkeologis keagamaan pada suatu ruang Lansekap dengan konsep keagamaan sebagai hasil budaya dalam suatu kurun waktu.
Pendekatan Arkeologi Lansekap digunakan untuk menganalisis tinggalan arkeologis keagamaan berupa, Prasasti, Pathirtān, Sisa-sisa Bangunan Candi, Arca, Relief, Punden Berundak, Lumpang Batu, Batu Bulat, dan Batu Kenong. Data tinggalan arkeologis keagamaan sebagai teks, selanjutnya ditempatkan pada konteks ruang, waktu dan budaya. Berdasarkan Perspektif Arkeologi Lansekap dapat dinyatakan bahwa, Lansekap di wilayah Kabupaten Batang tidak hanya dimaknai sebagai Lansekap alami, melainkan juga sebagai Lansekap keagamaan. Masyarakat Batang pada awal perkembangan Hindu di Nusantara (abad VII-IX Masehi), telah memaknai atau mempresentasikan bentang wilayahnya sebagai gambaran imajiner tata ruang surga, yang dikenal dalam pandangan Hindu yaitu Saptaloka, meliputi, 1. Bhuhloka/Bhurloka, 2. Bhuwahloka/Bhuarloka, 3. Swahloka/Swarloka, 4.Tapaloka, 5. Janaloka, 6. Mahaloka, dan 7. Satyaloka.

ABSTRACT
This dissertation discusses religious archaeological remains scattered in the district of Batang, Central Java. Some one hundred and fifteen (115) archaeological remains of religious spread across eleven (11) Site / District, Batang interesting to study not only the numbers that much, but the archaeological remains of the religion spread almost throughout Site / District who occupy the landscape in the form of land beaches, hills up to the mountains. Distribution of religious archaeological remains located at Batang Landscape from the lowest level to the highest level associated with aspects of Cosmology, the universe is composed of several natural level.
On the basis of the background of concerns about the presence / location of the distribution of religious archaeological remains found in Batang, can be formulated problem, 1. how the distribution pattern of religious archaeological remains on Landscape Batang, Central Java, 2. how the location of the distribution of the archaeological remains religious in conjunction with the concept Landscape Territory religious in Batang ?. The purpose of this study is to reconstruct the distribution pattern of religious archaeological remains, in conjunction with a religious concept in landscaping, Batang, Central Java. The benefits of the research is the development of knowledge about the relationship between religious archaeological remains on a space Landscape with religious concepts as culture results in a time series.
Archeology Landscape perspective is used to analyzis the religious archaeological remains be, Prasasti, Pathirtān, Remains of Candi buildings, Arca, Relief, Punden Berundak, Lumpang Batu, Batu Bulat, and Batu Kenong. Data religious archaeological remains as text, then placed in the context of space, time and culture. Under the Archaeological Landscape Perspectives can be stated that, in the district of Batang Landscape is not only meant as a natural landscape, but also as a religious landscape. Trunk at the beginning of the development community in the Nusantara Hindu (VII-IX century AD), have to interpret or territory spans presented as imaginary spatial depiction of heaven, which is known in the Hindu view that Saptaloka, covers, 1. Bhuhloka/Bhurloka, 2. Bhuwahloka/ Bhuarloka 3. Swahloka/Swarloka, 4. Tapaloka, 5. Janaloka, 6. Mahaloka and 7. Satyaloka."
2018
D2609
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan iklim (climate change) merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat pemanasan global (global
warming) dan diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor pertanian.
Perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta kenaikan suhu udara dan permukaan
air laut merupakan dampak serius dari perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. Pertanian merupakan sektor yang
mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim. Di tingkat global, sektor pertanian menyumbang sekitar
14% dari total emisi, sedangkan di tingkat nasional sumbangan emisi sebesar 12% (51,20 juta ton CO2e) dari total
emisi sebesar 436,90 juta ton CO2e, bila emisi dari degradasi hutan, kebakaran gambut, dan dari drainase lahan
gambut tidak diperhitungkan. Apabila emisi dari ketiga aktivitas tersebut diperhitungkan, kontribusi sektor pertanian
hanya sekitar 8%. Walaupun sumbangan emisi dari sektor pertanian relatif kecil, dampak yang dirasakan sangat
besar. Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara
signifikan. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami puso
semakin luas. Peningkatan permukaan air laut menyebabkan penciutan lahan sawah di daerah pesisir dan kerusakan
tanaman akibat salinitas. Dampak perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk
mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Teknologi mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca (GRK) dari lahan pertanian melalui penggunaan varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air
dan lahan. Teknologi adaptasi yang dapat diterapkan meliputi penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas
unggul tahan kekeringan, rendaman dan salinitas, serta pengembangan teknologi pengelolaan air."
630 JPPP 30:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Arsa Adi
"ABSTRAK
Tujuan penelitian thesis yang beriudul "Pembangunan Pertanian Dalam Menunjang Ketahanan Daerah - Studi Kasus : Usahatani di Kahupaten Daerah Tingkat II Timor Tengah Selatan" adalah untuk menentukan keterkaitan pembangunan pertanian dengan kondisi Ketahanan Nasional di daerah berdasarkan pendekatan Kesejahteraan dan Keamanan dari aspek Astagatra Penelitian dilakukan dengan penelitian lapangan, studi kepustakaan dan sumber informasi lainnya. Data dianalisis secara tabulasi dan deskriptif.
Keadaan dan kondisi pertanian yang umumnya ditangani oleh masyarakat pedesaan merupakan cermin kemakmuran. Sebagai hasil interaksi faktor lingkungan dan sosial budaya di Timor Tengah Selalan telah berkembang bermacam-macam pola usahatani, yang secara keseluruhan cenderung berpola usahatani campuran. Petani dominan menanam tanaman pangan seluas-luasnya terutama jagung dan ubi kayu serta beternak, terulama sapi dan babi. Luas lahan usahatani rata-rata 2,15 ha per keluarga tani dan kemampuan mengolah tanah rata-rata 1,25 ha per musim tanam.
Kecukupan pemenuhan konsumsi pangan menunjukkan bahwa ketahanan pangan para petani cukup memadai, yaitu jagung 306,106 kg setara beras per kapita per tahun dan ubi kayu 102 kg setara beras per kapita per tahun. Kecukupan pangan itu didukung oleh adanya tradisi diversifikasi dalam pola konsumsi pangan. Demikian pula kriteria kesejahteraan petani menurut Sajogyo (1976) menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani Timor Tengah Selatan tergolong dalam kategori cukup, yaitu Rp. 5.941.800 per tahun per keluarga tani atau setara dengan 990,3 kg beras per kapita per tahun.
Dengan demikian, kondisi sosial ekonomi petani memberikan andil dalam menunjang Ketahanan Nasional di daerah. Karena kuatnya perekonomian masyarakat desa yang bersumber dari pengelolaan usahatani dapat mendukung terbentuknya ketangguhan kondisi Ketahanan Daerah dan Ketahanan Nasional."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2008
630.6 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perpustakaan Umum Daerah Propinsi DKI Jakarta , 2004
R 630 PER
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Deptan, Jl. Ragunan No. 29 Ps.Minggu, Jakarta 12540. Telp 0251-8321746, Fax 0251-8326561,
631 BTP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>