Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sapto Rahardjo
"PT HM Sampoerna sebagai produsen rokok kelompok tiga besar di Indonesia perlu sckali melakukan ekspansi bisnisnya di pasar inetemasional sehingga analisa mengenai strategi ekspansi bisnisnya perlu dikaji Iebih mendalam Pemahaman yang menyuluruh menyangkut berbagai aspek strategi, manajemen perusahaan akan dapal mengetahui bentuk strategi bisnis mana yang cukup berhasil dilakukan serta yang kurang berhasil. Untuk sukses ekspansi bisnis di pasar internasional maka diperlukan persiapan strategi yang selektif dan matang sekali untuk mendukung kemajuan bisnis pemsahaan dalam jangka panjang.
Pennasalahan paling utama yang dihadapi oleh perseroan adalah semakin ketatnya tingkat persaingan antar produsen rokok terulama dalam persaingan di pasar intemasional sorta -banyaknya hambatan dalam rangka ekspansi bisnis. Sedangkan tujuan penelitiarn ini akan menerangkan alasan kenapa HM Sampoerna melakukan ekspansi di pasar inlemasional, serta mengetahui bentuk dan tahapan pelaksanaan strategi bisnisnya kemudian mengelahui herbagai hambatan dan kendala dalam melakukan ekspansi serta bagaimana menyusun stralegi bisnis baru yang seharusnya dilakukan.
Umuk menghasilkan penelitian yang berkualitas maka metode penelitian dilakukan bersifat deskriptif dan eksplanatif dengan membandingkan berbagai model strategi bisnis yang diterapkan oleh manajemen. Selain itu melakukan kajian wawancara dengan pihak manajemen dan melakukan pengumpulan data terakhir mengenai kinerja HM Sampoerna dan tidak kelinggalan melakukan referensi pustaka.
Hasil penelilian ini menggambarkan bahwa HM Sampoema telah tepar dan sukses menjalankan beberapa strategi bisnisnya sehingga sanggup memajukan bisnisnya di pasar luar negeri, perseroan juga memperoleh konstribusi penjualan dari pasar luar neged mencapai peningkatan 17% tiap tahunnya, kondisi persaingan bisnis rokok di pasar intemasional sangat ketat temtama datang dari pesaing lokal di luar negeri.
Secara umum kinerja PT HM Sampoema dalam melakukan strategi eksparisi bisnis di pasar internasional cukup bagus dan akan terus menems dikembangkan ke daerah yahg potensial lainnya. Hal ini dilakukan karena perkembangan dan pertumbuhan industri rokok di pasar intemasional sangat potensial sekali sehingga HM Sampoema perlu memprioritaskan rencana ekspansi bisnisnya di luar negeri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T6485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Busono
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pande Ketut Yodi Widnyana
"ABSTRACT
In Year 2011, heavy equipment sale reached 17,360 units or growth 47% year by year. In 2012, heavy equipment sale is expected to reach 210,000 units, growing 21% compared to 2011. This condition will be impact to the needs of component or spare part for heavy equipment, especially for filter part. Capturing this opportunity, PT Andalan Multi Kencana and PT Astra Otoparts Tbk has made strategic alliance since the end of 2010. This thesis is about analyzes why this strategic alliance cannot capture that opportunity and how to improve the strategy alliance between them. Besides of that, this thesis also analyze the new types of strategy alliance can be adopted by PT Andalan Multi Kencana and PT Astra Otoparts Tbk to enlarge the market size in amount. The analysis will starts from defining external environment and find the opportunities and threat that lie within. Besides of external environment, internal environment also has to be defined to capture the strength and weakness that company has. Using SWOT analysis, strategy can be defined based on all opportunities, threat, strength and weaknesses."
2012
T32224
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Udoko
"ABSTRAK
Aliansi strategis atau perikatan kerjasama antara dua atau lebih perusahaan dapat
menjadi wahana bagi para pihak untuk mendapatkan pengetahuan dari pihak lain.
Terjadinya alih pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh kemauan masingmasing
pihak untuk memberi dan menerima. Penelitian tentang alih pengetahuan
telah banyak dilakukan dengan menguji berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi, diantaranya adalah niat dan motivasi belajar, absorptive capacity,
kemenarikan mitra, ambiguity, kualitas hubungan, dan protectiveness. Namun
demikian, belum dilakukan penelitian yang secara simultan memeriksa pengaruh
karakter dari partner yakni attractiveness dan protectiveness berikut niat belajar
dari pihak penerima terhadap alih pengetahuan. Tulisan ini meneliti pengaruh
attractiveness, intent dan protectiveness terhadap alih pengetahuan. Penelitian
pada level individu terhadap tujuh aliansi strategis perusahaan minyak di
Indonesia dalam bentuk JOB/BOB Pertamina dengan berbagai perusahaan lain,
menemukan attractiveness mitra mempengaruhi intent perusahaan untuk
menerima pengetahuan dan intent sangat berpengaruh secara signifikan terhadap
alih pengetahuan. Meskipun protectiveness diduga menghambat alih pengetahuan,
namun penelitian ini menemukan bahwa pengaruh tersebut tidak signifikan.

ABSTRACT
Strategic Alliance or cooperation between two or more company can be a tools for
each company to get knowledge from each other. This knowledge transfer is very
effected by each party’s willingness to give and to take that knowledge. Research
in knowledge transfer has been conducted to test a various factors that effected it,
such as learning intent and motivation, absorptive capacity, partner attractiveness,
ambiguity, relationship quality and protectiveness. Yet, there is no research
simultanously test the effect of partner characteristics namely attractiveness and
protectiveness with recipient’s intent to the knowledge transfer. This paper search
the simultanously effect of attractiveness, intent and protectiveness to the
knowledge transfer. This research at individual level on seven oil company
strategic alliances in Indonesia that is Pertamina’s JOB/BOB with various other
oil company, indicated that partner attractiveness is affecting company intent to
get knowledge and this intent is very significantly effecting to knowledge transfer.
Although protectiveness is predicted will hindered knowledge transfer, this
research found that this effect is not significant."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Mathar
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh penyelarasan strategis proyekteknologi informasi dan komunikasi TIK di Kementerian Komunikasidan Teknologi Informasi Republik Indonesia. Penelitian ini mencakup115 proyek TIK yang telah diselesaikan dari tahun 2010-2013.Pendekatan manajemen proyek di Indonesia semakin memperoleh tempatsebagai alat untuk meningkatkan pencapaian dampak proyek. Suatuorganisasi mengadopsi manajemen proyek untuk menangani administrasiproyek yang dulunya secara tradisional dikelola secara intuitif, manual,dan semata-mata tergantung pada pengalaman manajer proyek. Namunkini, cara tradisional tersebut tidak memadai lagi, terutama untuk proyekproyekTIK yang memerlukan pendekatan inovatif yang dapat adaptifterhadap ketidakpastian teknologi dan koordinasi dalam kerangkapenyelarasan strategis untuk mencapai kinerjanya. Upaya tersebutmenghadapi kendala teoritis, mengingat atribut proyek TIK, yang antaralain, bersifat sementara, unik, dan interaktif, yang sekilas tampakbertentangan dengan ide keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, suatutopik yang sangat dominan di ranah manajemen stratejik. Penelitian inimengusulkan sebuah disain model penelitian yang digunakan untukmenganalisis kinerja proyek dengan koneksi yang relevan dengandampak proyek dengan mengukur variabel penyelarasan strategismultidimensional, koordinasi, dan ketidakpastian teknologi. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa penyelarasan strategis multidimensional,yang diukur melalui strategi organisasi, strategi TIK, infastrukturorganisasi, infrastruktur TIK, dan business case, memberikan efekterhadap koordinasi dan ketidakpastian teknologi yang berdampak padakinerja proyek TIK. Penelitian ini juga mengkonfirmasi dampak positifkoordinasi terhadap proyek TIK. Salah satu temuan menarik dalampenelitian ini adalah kinerja proyek terbukti tidak memberikan pengaruhsignifikan terhadap dampaknya kepada pengguna yang dikukur melaluibenefit bagi organisasi dan kualitas layanana. Kesimpulan akan diambiluntuk pengembangan teoritis dan implikasi manajerial

ABSTRACT
The research focuses on the impact of strategic alignment on informationand communication technology ICT projects in Ministry ofCommunication and Information Technology of Republic of Indonesia. Itadministered a survey of 115 completed ICT project in 2010 2013. Theproject management approach in Indonesia is gaining acceptance as a tool toimprove the performance achievement of organizations. An organizationadopts project management to deal with project administration that has beentraditionally managed intuitively, manually, and solely depend on projectmanager rsquo s experiences. The traditional way is not adequate anymore,especially for ICT projects which has to be done in innovative ways thatengage multidimensional strategic alignment and their impact analysis.However, it has been theoretical issue to integrate the project managementapproach to achieve a broader organization rsquo s performance, in this case is theICT project implementation. The attributes of project, which, among others,are temporary, unique, and interactive, seem contrary to sustainablecompetitive advantages idea that lead to superior organizationalperformance. The paper proposes a model of design research used toanalyze project performance with relevant connection to organizationalperformance by measuring variables of multidimensional strategicalignment, coordination, and technological uncertainty. The result revealthat multidimensional strategic alignment formed by organization strategy,ICT strategy, organization infrastructure, ICT infrastructure, and businesscase factors, can influence coordination and technological uncertainty whichleads to ICT project performance. The strong coordination has a significantimpact on ICT project performance. Interestingly, good project performancedoes not have much effect on its impacts to users measured by benefit fororganization and service quality. Conclusions were drawn for theoreticaldevelopment and managerial and policy implications as well"
2015
D2430
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Winadi Sentosa
"ABSTRAK
Karya akhir ini membahas masalah strategi kerjasama usaha
dalam mengembangkan usaha. Pembahasan dilakukan dengan
membandingkan kasus kerjasama usaha dalam PT. Sinar Mas Inti
Perkasa dan PT. Plaza Indonesia Realty. Dengan menganalisa dari
perbandingan kedua kasus tersebut, diharapkan akan tampak pola
dan sifat-sifat kerjasama usaha yang berhasil dan yang gagal.
Deng an cara ini, akan diperoleh pedoman untuk menentukan
keberhasilan strategi pengembangan bisnis melalui kerjasama
usaha.
Dalam era globalisasi dunia usaha yang ditandai dengan
kompetisi usaha yang keras dan sengit, dunia usaha dihadapkan
pada kenyataan bahwa untuk menang bersaing sangat sulit sekali
bilamana berusaha sendiri, karena perusahaan memiliki kelemahan
dan sumber dana yang terbatas. Salah satu cara mengatasi masalah
itu adalah dengan memakai strategi kerjasama usaha (aliansi
strategik) untuk mengembangkan usaha.
Perusahaan mau bekerjasama dengan perusahaan lain dengan
harapan bisa saling menutupi kelemahan masing-masing sehingga
diharapkan dari kerjasama usaha ini akan muncul perusahaan baru
yang memiliki kekuatan untuk menjamin keberhasilan usaha dalam
mengatasi persaingan yang keras dan sengit. Perusahaan mau
bekerjasama karena melihat manfaat kerjasama usaha lebih besar
daripada biaya dan pengorbanan yang timbul dari kerjasama usaha.
Umumnya perusahaan bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan seperti tujuan internal (umpamanya menyebar resiko), tujuan komperisi (seperti menciptakan posisi bersaing yang menguntungkan) dan tujuan strategis (umpamanya memperoleh teknologi baru).
Perusahaan yang ingin mengembangkan usaha dianjurkan
memakai strategi kerjasama usaha apabila posisi bersaing
perusahaan cukup kuat dalam pasar usaha (banyak memiliki dana
cash) dan prospek industri tidak bagus.
Perbandingan kedua kasus kerjasama usaha dalam karya
akhir ini menunjukkan bahwa strategi kerjasama usaha bisa
memberikan hasil yang positip; namun di lain pihak, kerjasama
usaha mudah sekali bubar.
Dari temuan studi ini, ada beberapa faktor yang
menyebabkan kerjasama antara perusahaan bubar, antara lain
= Struktur manajemen dan pemilikan yang tidak fleksibel sehingga
menimbulkan banyak ketidakpastian yang akhirnya mendorong
tindakan politik.
= Distribusi kekuasaan dalam.kerjasama yang tidak rata.
= Tidak ada komitmen bersama jangka panjang di antara peserta
kerjasama.
= Jalur komunikasi dalam kerjasama usaha yang tertutup, dan
= Perubahan arah strategi, kepentingan dan posisi tawar-menawar
masing-masing peserta kerjasama usaha.
Di lain pihak, ada beberapa faktor yang menyebabkan
kerjasama usaha dapat bertahan, antara lain
= Ada komitmen bersama jangka panjang dari masing-masing peserta
kerjasama untuk mempertahankan dan mensukseskan kerjasama
usaha tersebut.
= Distribusi kekuasaan dalam kerjasama usaha terbagi rata secara
terpadu.
= Jalur komunikasi antara peserta kerjasama dapat ber)alan
lancar dan baik.
= Arah strategi, kepentingan dan posisi tawar-menawar masingmasing
peserta kerjasama belum berubah dan masih tetap seperti
semula pada saat kerjasama usaha tersebut dibentuk.
= Kerjasama usaha yang berhasil membutuhkan kecocokan gaya
manajemen dan budaya perusahaan dan karena itu . diperlukan
manajemen yang fleksibel agar dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan akibat kerjasama usaha itu.
Berdasarkan hal itu, maka disimpulkan beberapa point
sebagai berikut :
1. Kerjasama usaha dengan pihak lain membutuhkan komitmen jangka
panjang (yang berupa komitmen misi maupun komitmen keuangan
dan lainnya) dari masing-masing peserta kerjasama untuk
mempertahankan dan mensukseskan kerjasama usaha tersebut.
Tanpa hal ini, dapat dipastikan kerjasama usaha akan gagal
Adanya komitmen jangka panjang ini akan memberikan
keyakinan kepada para peserta kerjasama lainnya bahwa arah
strategi dan posisi tawar-menawar para peserta kerjasama akan
konsisten dan tidak akan berubah, sehingga kerjasama usaha
diharapkan dapat bertahan.
2. Agar kerjasama usaha dapat sukses, sebaiknya kekuasaan dalam
kerjasama tersebut didistribusikan kepada para peserta
kerjasama secara terpadu dan merata, sehingga tidak ada
peserta kerjasama yang merasa lebih berkuasa daripada peserta
lainnya dan berbagai tugas dilakukan bersama-sama.
dominasi dalam kerjasama usaha yang sangat tidak membantu dalam
melestarikan kerjasama usaha tersebut.
3. Agar kerjasama usaha dapat bertahan lama, sebaiknya dijaga agar jalur komunikasi antara para peserta kerjasamaa dapat berjalan lancer dan baik, mudah sekali timbul kesalah-pahaman yang dapat berakibat bubarnya kerjasama usaha tersebut.
4. Kerjasama usaha yang berhasil membutuhkan kecocokan gaya
manajemen dan budaya perusahaan sehingga diperlukan manajemen
(baik berupa sistim manajemen maupun orangnya) yang fleksibel
agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
timbul dari kerjasama usaha tersebut.
5. Strategi kerjasama usaha biasanya merupakan strategi perantara
sebelum kelemahan dan kekurangan perusahaan dapat diatasi.
Karena itu bentuk perusahaan kerjasama umumnya sangat labil.
6. Dalam kerjasama usaha, biasanya peserta kerjasama usaha yang paling lemah yang memperoleh manfaat paling besar dari kerjasama usaha tersebut.
7. Untuk mempertahankan kerjasama usaha dapat dilakukan dengan
mengurangi dorongan melakukan tindakan politik, menjaga arus
komunikasi antara peserta kerjasama usaha berjalan lancar dan
mengurangi kecenderungan konf lik dengan arm-length-transaction
maupun mempertahankan manajemen lama.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Fahmi
"ABSTRAK
Sinergi menjadi suatu konsep penting dalam corporate strategy sejak puluhan tahun yang
lalu, ketika banyak perusahaan memulai strategi diversifikasi. Pertamina adalah BUMN
Energi terbesar dinegeri ini dan mempunyai lebih dari 25 Anak Perusahaan, oleh sebab itu
sinergi merupakan strategi dari korporat yang sangat diperlukan untuk kemajuan perusahaan
ini.
Penelitian ini berfokus padaproblem solving dan research interest dan mempunyai tujuan
yaitu : 1)Merumuskan strategi kebijakan dan HRM Process agar terciptanya Sinergi antara
PT. Pertamina (Persero) dengan Anak Perusahaan Hulu. 2)Merumuskan strategi untuk
internalisasi tata nilai (values) perusahaan agar tercipta sinergi antara PT. Pertamina
(Persero) dengan Anak Perusahaan Hulu. Dalam penelitian ini menggunakan desain studi
kasus (case study) pada Anak Perusahaan Hulu dan PT.Pertamina (Persero). Data
dikumpulkan yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini adalah data yang
dikumpulkan melalui berbagai sumber yang ada pada persero dan anak perusahaan, yaitu :
dokumen, catatan arsip, wawancara mendalam, observasi dan juga Focus Group Discussion
(FGD). Untuk teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah :Corporate strategy,
Sinergi, HRM Process dan ValuesPerusahaan.
Hasil penelitian ini adalah mendapatkan rumusan strategi terhadap HRM proses yang
mendukung sinergi yang dapat diterapkan pada Induk Perusahaan dan Anak Perusahaannya
dan juga strategi terhadap internalisasi values (6C) terhadap seluruh APH. Juga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan keilmuan khususnya dalam bidang
administrasi bisnis dan SDM. Strategi ini perlu didukung oleh kebijakan Direksi baik
ditingkat Persero maupun AP yang terintegrasi dan saling mendukung dalam pelaksanaan
kebijakan SDM tersebut

ABSTRACT
Synergyhas been one of the most important concept in Corporate Strategy since the last
decade , when many companies embarked on a strategy of diversification. Pertamina is the
largest State-Owned-Enterprises (SOE) engaged in oil & gas in Indonesia and has more
than 25 subsidiaries , hence synergy is one the most sought after strategy which will play a
vital role for the enterprise growth and progress.
This researchfocused onproblem solving and research interest,and it has following set of
objectives : 1) to formulate a policy strategy and HRM Process in order to create synergy
between PT Pertamina ( Persero ) and Upstream?s Subsidiaries. 2) to formulate a strategy
for the internalization of valuesof theCompany in order to create synergy between PT
Pertamina (Persero) and Upstream Subsidiaries (APH) .This study used a case study in
Upstream subsidiaries and Pertamina (Persero). The data collected is used for analysis in
this research is data collected through various sources that exist in limited company and its
subsidiaries, namely :Corporate and public documents, interviews, observation and focus
group discussion. Meanwhile the theories concept used in this research are : Corporate
Strategy, Synergy , HRM Process and Corporate.
The outcomes of this researchare strategy formulation of Human ResourcesManagement
(HRM) process which support applicable synergy for Upstream Subsidiary, and strategy
formulation of values internalization (6C) for all Upstream Subsidiaries. The outcomes of
this research also benefit the scientific progress nowadays. Especially in Business
Administration and Human Resources discipline. The strategy requires a set of supports not
only from Board of Directors? subsidiary level who are well-integrated and supportive for
Human Resources policy implementation."
2016
D2179
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardy Protoni Doda
"ABSTRAK
Penerapan strategi aliansi dalam industri penerbangan berkembang sangat
pesat sejak dekade 90-an. Perkembangan ini teradi seiring dengan banyaknya perubahan-
perubahan aturan main dalam dunia penerbangan atan civil aviation seperti deregulasi
dan globalisasi di Ameiika Seirikat dan Eropa.
Perkembangan ini menjadi lebih pesat lagi oleh karena banyak perusahaan yang
beraliansi tidak lagi menganalisis pola kebutuban beraliansi. Keadaan ini inenyebabkan
banyaknya aliansi yang tidak menghasilkan sinergi untuk perusahaannya, sehingga muncul
permasalahan bagaimana mententuk suatu aliansi yang efektif dalam industri
penerbangan.
Dalam tulisan ini dikaji secara analitis karakteristik keadaan dan struktur
aliansi dalam industri penerbangan. Penelitian ini dibatasi pada aliansi horisontal yang
dilakukan antar perusahaan penerbangan. Metode penelitian yang digunakan adalah
menganalisis data sekunder hasil survey yang dilakukan oleb majalah Airline Business.
Data survey ini mencakup 136 perusahaan penerbangan besar dan keel yang
melayani pasar internasional.
Hasil penelitian memberikan suatu kesimpulan bahwa ada dua hal pokok dalam
pembentukan aliansi yakni pemilihan pasangan dan pemilihan jenis aliansi. Aliansi yang
sinergi akan diperoleb jika pasangan yang dipilih dan jenis aliansi sesuai dengan strategi
perusahaan secara menyeluruh.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Iwan Riswandi
"Analisis pada studi kasus ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem hirarki keputusan pada kemitraan antara badan usaha milik negara (BUMN Perseroan), swasta besar, swasta kecil, dan koperasi dalam bisnis ketenagalistrikan di Indonesia. Pendekatan yang dilakukan terhadap studi kasus menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA).
Kemitraan antar badan usaha merupakan suatu kebutuhan. Keberadaan mitra bisnis merupakan bagian penting dari strategi perusahaan, terutama penekanan pada efisiensi (pengurangan biaya), di samping untuk perluasan usaha, mengurangi persaingan, dan kelangsungan usaha. Kemitraan antar badan usaha akan berkesinambungan apabila mempertimbangkan kebutuhan Industrial secara vertikal atau horizontal pada alur bisnis perusahaan. Karakteristik organisasi, faktor dan tujuan kemitraan yang berbeda dari masing-masing badan usaha merupakan penentu dalam pemilihan pola kemitraan.
Bisnis ketenagalistrikan di Indonesia dipacu untuk meningkatkan efisiensi. Kemampuan PT. PLN dalam mengusahakan standardisasi peralatan kelistrikan, prosedur dan teknis pelayanan dengan didukung pembangunan pembangkitan-pembangkitan listrik yang baru yang lebih efisien, meningkatkan jaring transmisi interkoneksi, dan distribusi sampai ke pelosok pedesaan (listrik pedesaan). Untuk mengurangi biaya PT. PLN melakukan kemitraan dengan berbagai pihak; pembangkitan swasta (independent power producer,IPP), industri peralatan kelistrikan, dan usaha-usaha pendukung dalam konstruksi dan instalasi.
Kasus kemitraan PT. PLN dan PT. Terang Kita mencerminkan suatu kebutuhan industri secara vertikal. PT. Terang Kita sebagai produsen kabel listrik dengan mutu produk standar (SPLN, Si!, dan ISO 9000) membutuhkan kepastian pasar (pemasokan kabel listrik, 0.4367) sehingga kelangsungan usaha (0.4327), efisiensi usaha (0.2395) dan standardisasi (0.2395) dapat dicapai. Di pihak lain, PT. PLN membutuhkan kabel listrik untuk pembangkitan, transmisi, dan distribusi yang memenuhi persyaratan mutu dan teknis (SPLN), tepat waktu (just in time), dan harga yang memadai sehingga efisiensi (0.5013) dan standarisasi (0.2903) merupakan tujuan utama. Untuk dapat memelihara mekanisme di atas, alternatif pola subsidiary, sub kontrak industri, atau joint venture dapat meningkatkan efisiensi dalam pengadaan kabel listrik.
Kasus kemitraan PT. PLN (Cabang Bogor) dengan Fa. Pancar Teknik (instalatir) dan Koperasi Warga AKLI "Kilat" Bogor mencerminkan kebutuhan industri secara horizontal. Energi listrik yang dimiliki oleh PT. PLN cukup tersedia, akan tetapi PT. PLN mempunyai keterbatasan untuk dapat memenuhi permintaan penyambungan dan instalasi listrik yang semakin besar dan menyebar. Sementara Fa. Pancar Teknik sebagai kontraktor listrik (instalatir) dan Koperasi Warga AKLI "Kilat" yang menyediakan sebagian kebutuhan material khususnya untuk sambungan rumah (SR) dan instalasi rumah (IR). Melalui kemitraan, ketiga badan usaha tersebut dapat berusaha untuk melayani kebutuhan listrik bagi konsumen secara bersamaan. Faktor distribusi energi listrik merupakan faktor utama (0.4367) terjadinya kemitraan, faktor ini pula besar pengaruhnya terhadap penentuan tujuan dan pola kemitraan yang terjadi antara PT. PLN (Cabang Bogor) dengan Fa. Pancar Teknik dan Koperasi Warga AKLI "Kilat" Bogor.
Fa. Pancar Teknik dan Koperasi Warga AKLI "Kilat" memiliki hambatan, terutama dalam permodalan usaha, keahlian, dan kapasitas teknis. Bagi kedua badan usaha tersebut kemitraan dalam pemasangan instalasi listrik bertujuan untuk menjaga kelangsungan usaha (tujuan utama), sementara bagi PT. PLN bertujuan untuk meningkatkan efisiensi (0.3597) dan pembakuan prosedur dan teknis instalasi (0.3239). Di samping itu PT. PLN juga mengemban misi pembangunan untuk melakukan pemerataan kesempatan berusaha (0.3403) dan pembinaan usaha kecil (0.2029). Alternatif pola kemitraan yang dapat diterapkan adalah dengan pola sub kontrak industri, subsidiary, joint operational, Bapak-Anak Angkat, atau dengan pola penyertaan modal."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Surya Nirmala
"Penelitian ini membahas mengapa strategic alliance (SA) tidak diperlakukan sama oleh Otoritas Persaingan seperti halnya Merger & Akuisisi (M&A), menganalisis implikasi SA dalam pasar menggunakan teori-teori ekonomi dan hukum. Selain itu, mengangkat bagaimana penerapan hukum persaingan usaha di Indonesia dalam menangani SA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, deduksi dan induksi. Persamaan antara SA dan M&A adalah ada unsur integrasi antar dua pelaku usaha atau lebih dalam suatu pasar sehingga dapat mempengaruhi keadaan dan kompetisi di pasar. SA tidak otomatis dilarang, karena justru dapat berakibat pro persaingan dalam pasar. Pemeriksaan atas SA harus diarahkan pada praktek pelaku usaha dalam aliansi dengan dibedakan antara ancillary atau naked. Perjanjian anti persaingan yang naked sepatutnya ditetapkan per se illegal, sedangkan di luar itu sebaiknya diperiksa berdasar rule of reason. Dalam SA harus dapat dibedakan antara unreasonable dan reasonable restraint agar Otoritas Persaingan Usaha (KPPU) dan Pengadilan dapat menentukan praktek apa yang dilarang dan diperbolehkan. Dengan demikian, bermanfaat pula untuk penentuan remedy yang paling baik bagi pasar. Dari hasil penelitian putusan KPPU, dapat disimpulkan bahwa KPPU juga memeriksa SA berdasar perjanjian dan praktek oleh pelaku usaha yang beraliansi.

This study discusses why the strategic alliance (SA) is not treated equally by the Competition Authorities as well as Mergers & Acquisitions (M & A), analyzes the implications of SA in the market using economic theories and antitrust law. In addition, this study also raises the application of antitrust law in Indonesia in regulating SA. The methods used in this research are analytical descriptive method, deduction and induction. Similarity between SA and M & A is that there"s an element of integration among two or more business actors that could affect the competition in the market. SA is not automatically prohibited, because it may result pro competition effects. Scrutiny of SA ought to be focused on business practices in the alliance with the distinction: "ancillary" or "naked". Anti competitive agreements which are "naked" have to be condemned illegal per se, other than that should be examined based on the rule of reason. In SA, authorities need to distinguish between "unreasonable" and "reasonable" restraint so they and the Court can determine which practices are prohibited and allowed. Thus, it will also be useful to define the best remedy for the market. From analyzing KPPU decision, it can be concluded that KPPU also looks at SA based on agreements and business practices of the alliance."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26697
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>