Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138384 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Hariani
"ABSTRAK
Pelayanan kesehatan merupakan suatu kegiatan kuratlf
yang penting dalam upaya meningkatkan kesehatan rakyat.
Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui puskesmas, rumah
sakit pemerintah maupun swasta. Sesuai dengan Undang-undang
No. 9 tahun 1960 menqenai Pokok-pokok Kesehatan, ditunjang
oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.22 tahun
1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil,
Pensiunan beserta anggota Keluarganya dan dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun 1984 tentang
Perum Husada Bhakti, maka dibuat ketentuan mengenai hak,
kewajiban dan tata cara penggunaan pelayanan kesehatan bagi
pegawai negeri sipil, pensiunan beserta anggota keluarganya.
Pada kenyataannya saat ini pelayanan kesehatan
ditingkat puskesmas masih merupakan pelayanan dengan
sarana dan obat-obatan yang sederhana. Blla dikaitkan dengan
informasi mengenai pola penyakit dan kemajuan teknologi
dalam bidang dlagnostik maupun terapi yang sudah sedemikian
maju, sebagian besar masyarakat yang tinggal di kota-kota besar merasakan bahwa pelayanan kesehatan di tingkat
puskesmas belum memenuhi harapan. Pola pikir mengenai upaya
pengobatan yang berubah akibat kemajuan teknologi, mendorong
mereka untuk mencari pengobatan ke sarana pengobatan
spesialistlk di rumah sakit. Selain itu tentunya banyak
faktor lain yang mempengaruhi usaha pencarian pengobatan ke
rumah sakit, yang belum diketahui.
Adanya gambaran mengenai demand peserta Perum Husada
Bhakti terhadap pelayanan rujukan puskesmas, merupakan
tujuan umum dari penelitian ini.
Sedangkan tujuan khususnya adalah mengetahui apakah faktor-
faktor kebutuhan peserta, pendidikan, pengetahuan,
kemudahan, preferensi dan persepsi terhadap pelayanan
puskesmas mempunyai pengaruh pada demand terhadap rujukan
puskesmas. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross
sectional.
Hasil penelitian adalah didapatnya gambaran tentang
demand terhadap rujukan puskesmas oleh peserta Perum Husada
Bhakti, dengan faktor kebutuhan yang berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya penggunaan rujukan puskesmas.
Faktor pendidikan, pengetahuan, preferensi, kemudahan dan
persepsl terhadap pelayanan puskesmas ternyata tidak
mempengaruhi tinggi rendahnya penggunaan rujukan puskesmas.
Saran yang dlberikan adalah peningkatan mutu puskesmas
baik dalam hal pelayanan, sarana fisik dan sarana obat-
obatan untuk mengurangi penggunaan rujukan yang tidak perlu. Kecuali itu juga diharapkan informasi dari tingkat pusat ke
perifer dari Departemen Kesehatan dan Perum Husada Bhakti
secara berkala, terhadap adanya peraturan baru mengenai tata
cara pelayanan dan penggunaan rujukan puskesmas agar dapat
lebih disebar luaskan kepada masyarakat.
Saran lain yang dapat diajukan adalah umpan balik dari pihak
rumah sakit terhadap puskesmas, dengan harapan dapat lebih
menyaring perlu tidaknya penggunaan rujukan ulang.
Akhirnya perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
demand terhadap rujukan puskesmas dengan kelengkapan
instrumen yang dapat menggali informasi lengkap dari peserta
Perum Husada Bhakti tentang penggunaan rujukan puskesmas."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Elida Hairunida Br.
"Posyandu berguna untuk memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu pada ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Dengan sampel 298 ibu balita yang dipilih secara acak di 20 posyandu.
Hasil penelitian didapatkan ibu balita yang berperilaku baik berkunjung ke posyandu masih rendah sebanyak 39,9%. Ada 5 variabel yang secara statistik berhubungan dengan perilaku kunjungan ke posyandu yaitu lebih banyak pada ibu yang berpendidikan dibawah SMP, berpengetahuan baik, bersikap positif, memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) serta membutuhkan pelayanan posyandu.
Disarankan untuk melakukan dan meningkatkan monitoring upaya promosi kesehatan dengan supervisi langsung ke posyandu dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kegiatan yang ada di Posyandu.

Posyandu is useful to empower communities and to provide the easiest of obtaining basic health services. The objectives of this study was conducted to determine the related factors with the behavior visits to posyandu on toddlers mothers in the working area of health center Depok Pancoran Mas in 2012. This study was a descriptive with cross sectional design. There were 298 samples of toddlers mothers randomly chosen in 20 posyandu.
The results obtained are wellbehaved toddler mothers as much as 39.9%. There are five variables that were statistically related with the behavior visits to posyandu namely: there were more on educated mothers under Junior School, good knowledge, positive thinking, the ownership of Health Child Card (KMS) and the needs to posyandu.
It is further recommended to perform and improve the monitoring of health promotion efforts with direct supervision to posyandu and provide counseling to the public about the existing activities in posyandu.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Asnawi
"Skripsi ini membahas tentang persepsi pasien terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif dan pendekatan cross sectional. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner pada 110 responden pasien Puskesmas Sukmajaya pada bulan Mei 2009.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi pasien terhadap pelayanan kesehatan adalah 37,9% berpersepsi baik, 49,3% berpersepsi cukup baik dan 12,8% berpersepsi kurang baik. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, disarankan agar manajemen Puskesmas Sukmajaya menetapkan standar waktu pelayanan, perbaikan fasilitas ruang tunggu, kamar mandi dan kotak saran serta melakukan survey kepuasan pasien secara berkala.

This essay discusses the perception of patient to health services at The Public Health Center Of Sukmajaya Depok City. This research is quantitative research design with a descriptive and cross sectional approach. Data obtained through interviews with 110 respondents with questionnaire to patients in May 2009.
Results of research shows that patient perception to the health services is 37.9% good, 49.3% sufficient and 12.8% less . To improve the quality of health service, it is suggested that management of The Public Health Center to set time standard of health services, repair facility of waiting rooms, bathrooms and boxes advice and patient satisfaction surveys conducted regularly."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teti Widiharti
"Obat merupakan komponen terpenting dalam pelayanan kesehatan, sehingga harus selalu tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup. Penggunaan obat secara rasional penting untuk menjamin akses obat, ketersediaan, dan mutu pelayanan kesehatan. Di Puskesmas, banyak terjadi peresepan dan penggunaan obat tidak rasional yang umumnya tidak disadari oleh tenaga kesehatan. Peresepan dan penggunaan obat yang tidak rasional meliputi polifamasi, penggunaan Antibiotika pada ISPA non pneumonia, dan penggunaan injuksi pada Myalgia.
Penelitian ini bertujuan Untuk mengelahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peresepan obat tidak rasional oleh tenaga kesehatan di 15 Puskesmas Kota sukabumi Tahun 2006.
Desain peneiitian mqrupakan kombinasi studi kuantitatif dan kualitatif, dengan rancangan cross sectional untuk studi kuantilatif dan wawancara mendalam untuk studi kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen - instrumen kuesioner, form monitoring peresepan, fonn pemantauan ketersediaan obat, dan pedoman wawancam mendalam. Sedangkan Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat, dan analisis content dafam bentuk matrik hasil wawancara mendalam.
Sampel penelitian adalah seluruh populasi yaitu 74 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter umum dan perawat yang melakukan pelayanan pengobatan di Puskesmas dengan resep yang ditulisnya Selama bulan april 2006 dengan diagnosa penygkit ISPA non pneumonia, Diare non spesifik, dan myalgia. Sebagai variabel terikat adalah penggunaan obat tidak rasional dan yariabel bebas adalah masa kerja, pengetahuan, sikap, pelatihan, permintaan pasien dan ketersediaan obat.
Hasil penelitian menunjukan bnhwa rata-rata peresepan obat tidak rasional di Puskesmas Kota Sukabumi adalah 49,74 %, dengan polifarmasi (79,47 %), Antibiotika (65,32%), dan Injeksi (4,43 %). Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel pendidikan profesi, masa kerja, pengetahuan, sikap, pelatihan, dan permintaan pasien tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan peresepan obat tidak rasional, tetapi variabel ketersediaan obat berhubungan secara signifikan, dengan interpretasi semakin berlebih ketersediaan obat, semakin tidak rasional.
Hasil analisis content pada matrik hasil wawancara mendalam menunjukan bahwa faktor internal tenaga kesehatan seperti pengalaman pribadi, otoritas profesi, seni pengobatan, dan faktor eksternal yaitu kondisi penyakit dan perilaku pasien temyata berhubungan dengan peresepan obat yang tidak rasional.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perencanaan pengadaan obat dengan metoda morbiditas dan ditindaklanjuti dengan Monitoring dan evaluasi peresapan obat yang lebih intensif, merancang pelatihan terprogram untuk meningkatkan pengetahuan bagi perawat dan peningkatan motivasi bagi tenaga dokter. Menyusun dan mensosialisasikan standar pengobatan dasar di Puskesmas terutama bagi perawat dengan dukungan legalitas sampai dengan tenaga dokter memadai. bagi Peneliti lain sebaiknya menggali variabel pemanfaatan dan kepatuhan pada buku pedoman pengobatan dasar dan tingkat pengetahuan pasien atau masyarakat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelly Noftri Liana Sari
"Salah satu keunggulan kompetitif dari suatu perusahaan asuransi adalah apabila perusahaan asuransi tersebut mempunyai provider network yang luas bermutu dan professional. Kinerja rumah sakit dalam memberi pelayanan kepada peserta secara tidak langsung akan memberi dampak terhadap penilaian konsumen terhadap perusahaan asuransi kesehatan yang menanggung konsumen tersebut.
Untuk mengetahui dan mengevaluasi pelayanan yang diberikan, maka
penelitian ini memakai metode Servqual dikonsep dari Pasuraman, Zeithmal dan Berry, 1990 mengenai 5 dimensi mutu pelayanan dalam bidang jasa, Yaitu: Reliability (Kehandalan Pelayanan), Responsiveness (Ketanggapan pelayanan), Assurance (Jaminan/Keyakinan), Emphaty (Empati) dan Tangibles (Fasilitas Fisik).
Metode yang digunakan adalah penelitian pendekatan kuantitatif dengan cross sectional ini diujikan pada 68 peserta PT. Asuransi Syariah Mubarakah dengan menggunakan kuesioner. Hal ini untuk mengetahui persepsi peserta terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit ?X? dan karakteristik respondennya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi peserta yang menyatakan
baik sebesar 62% dan yang menyatakan tidak baik sebesar 38%. Bila dilihat berdasarkan masing-masing dimensi pelayanan, assurance merupakan dimensi terbesar yang nilai baik oleh responden yaitu sebesar 75%. Untuk dimensi reliabiliy sebesar 65%, dimensi responsiveness 62%, dimensi emphaty sebesar 66%, dan dimensi tangible sebesar 69%.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi PT. Asuransi
Syariah Mubarakah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pesertanya dan dapat bermanfaat bagi rumah sakit ?X? dalam memberikan pelayanan kesehatan
"
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Arianto
"The distribution and allocation of basic health service to poor society were determined as according to amount of poor society existing in puskesmas. The determination followed with rule type of health service without expense per service causing difficulty mounted in puskesmas to determine distribution the expense of per service such as those which as described in Minister of Health Regulation. More than anything else with there is no accurate data in this level of expense set of the the service also complicate to give the service to determine proportion of expense which must be released as according to service which have been given, that answering the demand, insuffiency, or excessive.
This research is calculation the expense of primary health care, hospital health care and the health service outside building to poor society in Puskesmas Air Ram Pangkalpinang in 2005 that is to know distribute expense for the basic health service to poor society of health service in society, take care of hospitality and also the health service of outside building.
This research is quantitative research by desain in economic evaluation with calculation cost analysis basic health service in 2005 collected from poor society health service data in region work Puskesmas Air Itam Itam Pangkalpinang and from data record of Puskesmas Air Itam, and also the related/relevant data from Public Health Service of Pangkalpinang processed by using Activity-Based Costing with spread sheet program.
The result of this research is distribution of the expense the basic health service to poor society in Pangkalpinang with total cost required is equal to Rp. 40.333.820,49 totally budget of equal to Rp. 35.819.000,00 so that there are insuffiency of equal to Rp. 4.514.820,49.
Needing the existence calculation of the expense service for all service type, good service which accounted by government routine service, existence of cost standard per service to be able to estimate requirement of the expense of health service in puskesmas and also need the existence of research which of a kind other puskesmas as data comparator and expense of which have been counted/calculated."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Mahira Putri
"

Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) merupakan gatekeeper dan pelayanan yang berfokus pada masyarakat. Sementara saat ini, pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta JKN di puskesmas belum maksimal, puskesmas sebagai gatekeeper belum menjadi prioritas utama dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas oeh peserta JKN dengan menggunakan literature review. Basis pencarian literatur yang digunakan adalah Proquest, PubMed, Google Scholar, dan Garuda Ristekbrin. Pada hasil pencarian, ditemukan sebanyak 16 studi terseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pada sebagian besar studi dikatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta JKN masih cukup rendah. Sebagian besar studi mendapatkan bahwa mereka yang lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas adalah peserta JKN dengan usia di atas 46 tahun, dengan tingkat pendidikan yang tinggi, pendapatan tinggi, memiliki pengetahuan yang baik tentang JKN, memiliki aksesibilitas layanan yang mudah dan memadai, memiliki persepsi yang baik terhadap kesehatan, dan memiliki persepsi yang baik terhadap sikap petugas kesehatan dan JKN.



In the era of Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Puskesmas was a gatekeeper and public-focused service. Meanwhile, health services in Puskesmas haven’t optimally utilized by the JKN participants, Puskesmas as gatekeepers are not at the top priority of health utilization. This study identified factors related to JKN participant’s utilization of health services in Puskesmas using a literature review. The literature search bases used were Proquest, PubMed, Google Scholar, and Garuda Ristekbrin. In the search results, 16 studies were selected based on inclusion and exclusion criteria. The research findings show that most studies stated that the utilization of health services by JKN participants were still quite low. Most studies find that those who make the most use of health services at puskesmas are JKN participants whom age over 46 years, with high levels of education, high income, have good knowledge about JKN, have easy and adequate service accessibility, has a good perception of health, and has a good perception of the attitudes of health workers and JKN itself.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Caesarena Pertiwi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rujukan rawat jalan kasus non spesialistik di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan data primer berupa wawancara mendalam, dan data sekunder dengan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya memiliki rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik yang optimal yaitu sebesar 0 , hal ini disebabkan karena dokter di kedua puskesmas memiliki kesadaran tinggi untuk memberikan rujukan sesuai indikasi, dan terdapat feedback dari BPJS terkait dengan capaian rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik. Dokter di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik serta memiliki lama kerja sebagai dokter yang cukup panjang. Jumlah dokter di Puskesmas Beji dan Puskesmas Depok Jaya masih belum cukup sesuai dengan analisis beban kerja. Pelatihan dibutuhkan oleh dokter non PNS. Peralatan di kedua puskesmas masih kurang lengkap. Obat di kedua puskesmas sudah lengkap namun terkadang terjadi kekosongan obat.

ABSTRACT
This study aims to analyze non specialist referral cases at Beji Puskesmas and Puskesmas Depok Jaya.This study uses a qualitative approach, by using secondary data from primary care and in depth interviews. The results of this study found that Puskesmas Beji and Puskesmas Depok Jaya have good non specialist referral ratio, which is 0 . This due to doctors in both puskesmas have high awareness to give referrals according to patient rsquo s diagnosis, and there is Feedback from BPJS related to the achievement of non specialist referral ratio. Doctors at Puskesmas Beji and Puskesmas Depok Jaya have good skills and knowledge, and have long working period as a doctors. Amount of doctors at Puskesmas Beji and Puskesmas Depok Jaya is still not ideal.Training is required by non civil servant physicians. Equipment at both puskesmas is still incomplete. The medicine in both puskesmas is complete but sometimes the medicine vacuum occurs. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Maretha H.
"Tingkat keaktifan posyandu sangat bergantung pada peran serta kader dalam menyelenggarakan kegiatan rutin posyandu di masing-masing posyandu, LKMD sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung Posyandu. Pada tahun 2009 dari jumlah posyandu di Puskesmas Jatimulya yaitu 52 buah dan hanya 25% yang aktif melaksanakan kegiatan rutin posyandu. Faktor yang menyebabkan misalnya rendahnya peran serta kader. Diduga peran serta kader tersebut berhubungan dengan tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat ke posyandu. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat di posyandu serta faktor-faktor yang berhubungan di Puskesmas Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Tahun 2011.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cros sectional). Variabel terikat penelitian ini adalah tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat di posyandu, sedangkan variabel bebasnya adalah faktor internal (umur, lama menjadi kader, jarak rumah ke posyandu, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan kader terhadap tugasnya di posyandu dan sikap kader terhadap tugasnya di posyandu) dan faktor eksternal (dukungan tokoh masyarakat, pelatihan kader dan dukungan puskesmas). Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 75 kader dengan instrumen berupa kuesioner. Pengumpulan data dan analisis data oleh peneliti dilakukan pada Bulan Mei - Juni 2011. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer dengan analisis univariat (menghitung proporsi dan frekuensi) dan bivariat (crosstab).
Persentase tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat di posyandu Puskesmas Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi adalah tanggapan kader yang baik sebesar 57,3% dan tanggapan kader yang kurang sebesar 42,7%. Faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan secara statistik dengan tanggapan kader terhadap kunjungan masyarakat di posyandu Puskesmas Jatimulya antara lain pendapatan kader dengan nilai p 0,036 ( < p 0,05 ), sikap kader terhadap tugasnya di posyandu dengan nilai p 0,029 ( < p 0,05 ) dan dukungan TOMA dengan nilai p 0,029 ( < p 0,05 ). Sedangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang tidak berhubungan secara statistik antara lain umur kader, lamanya menjadi kader, jarak tempat tinggal, pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan kader, pelatihan kader dan dukungan puskesmas.
Diharapkan adanya kerjasama antara kader, tokoh masyarakat, petugas puskesmas dan petugas dinas kesehatan dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu dan mendukung dalam usaha peningkatan tanggapan kader terhadap kunjungan masayarakat di posyandu.

The Integrated Health Care (IHC) level of activity is very dependent on the participation of cadres in carrying out routine activities in their respective posyandu Posyandu, LKMD as the manager and the users of the supporters of IHC. In 2009 the number of IHC in Jatimulya Health Care is 52 pieces and only 25% are actively carrying out routine activities posyandu. Factors causing such low participation of the cadres. Anticipated participation is associated with a cadre of volunteers to visit the community response to the posyandu. Therefore, the purpose of this study was to determine cadre responses toward the community visit in Integrated Health Care and factors is associated in Jatimulya Health Care Tambun Selatan, Bekasi in 2011.
This study used a cross-sectional research design (CROs sectional). The variable is bound this study is the response of volunteers to visit the community during that session, while the independent variables are the internal factors (age, length of the cadre, the distance IHC to home, education, occupation, income, knowledge cadre on duty during that session and attitude toward his job at posyandu cadre) and external factors (support of community leaders, cadre training and support centers). The study was conducted by an interview of 75 cadres in the form of a questionnaire instrument. Data collection and data analysis conducted by researchers at the May-June 2011. Data analysis was performed using computer software with univariate analysis (calculate proportions and frequencies) and bivariate (crosstab).
Percentage response cadre of community visits in health centers posyandu Jatimulya South Tambun Bekasi District is a good response cadre of 57.3% and less response cadre of 42.7%. Internal factors and external that are statistically associated with response to the visit of community volunteers in IHC Jatimulya Health Center, among others, the income of cadres with p value 0.036 ( < p 0.05 ), attitude toward his job at posyandu cadre with p value 0.029 ( < p 0 , 05 ) and support of community leader with p value 0.029 ( < p 0.05 ). While internal factors and external that are not associated statistically among other cadres age, duration of a cadre, a distance of residence, education, employment status, knowledge of cadres, cadres training and support health centers.
Expect to cooperation between cadres, community leader, health centers official and health centers district for Integrated Health Care activities and support for increasing cadre responses toward The community visit in Integrated Health Care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S234
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Sortaman
"Perkembangan pesat persaingan rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan memacu setiap institusi kesehatan mencari strategi yang terbaik. Peraturan perundang undangan juga memungkinan Rumah Sakit untuk dikelola secara bisnis tanpa melupakan fungsi sosial tentunya. Kebutuhan akan kesehatan yang merupakan kebutuhan primer menjadi area bidikan para pebisnis.
Rumah Sakit Bhakti Yudha yang sudah beroperasi selama 25 tahun juga mengalami hal sama, Pada 5 tahun terakhir dampak persaingan semakin terasa di Iihat dari kunjungan pasien dan sepak terjang Rumah sakit pesaing yang baru bermunculan.
Sebagai solusi untuk mengantisipasi persaingan sekaligus untuk mencapai visi dan misi RSBY, adalah menciptakan poliklinik jejaring sebagai satelit diwilayah Kota Depok. Namun pembuatan poliklinik jejaring ini sangat, membutuhkan investasi yang besar baik dari segi keuangan maupun dari segi SDM, sehingga muncul ide untuk membuat poliklinik jejaring tersebut secara waralaba yang artinya menjual merek dan sistim operasional poliklinik kepada masyarakat peminat bisnis kesehatan. RSBY mengadakan pelatihan dan pembuatan SOP kerja, sementara pembeli poliklinik (terwaralaba) tersebut membeli merek dan sistim dimaksud.
Penelitian ini mencoba mencari bentuk konsep waralaba terpilih yang lebih memungkinkan untuk diaplikasikan oleh RS Bhakti Yudha. Dengan analisis deskriptif secara kualitatif penelitian ini mencari konsep melaiui wawancara mendalam dari pihak : Pemilik RS Bhakti Yudha, Pengelola RS Bhakti Yudha, serta Calon Pembeli balk Mari Dokter, maupun dari kelompok non dokter.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa RS Bhakti Yudha sangat tepat untuk meluncurkan produk poliklinik jejaringnya secara waraiaba. Produk yang bisa dipasarkan adalah Layanan Dokter Umum, Layanan Dokter Gigi serta Iayanan Bidan. Untuk mewujudkan ide tersebut RS Bhakti Yudha harus melakukan :
1. Mematenkan merek RSBY sebagai usaha waralaba.
2. Membuat Training Center SDM
3. Membuat Buku Manual Oprarting, Standarisasi Pelayanan, Promosi, Pembiayaan serta Bentuk perjanjian yang baku.
Dengan mewujudkan waralaba poliklinik jejaring ini diharapkan RS Bhakti Yudha dapat berhasil memenangkan persaingan hingga mencapai visi dan misinya.

Big competition development on hospital as health services push every health institution to find out the best strategic. The Government regulation give a possibility to hospital organized as business oriented without forgetting social function. The need to health services as a primer need is becoming businessmen target. Bhati Yudha Hospital has been operational for 25 year and has have the same experience, for the last 5 year, the competition impact can be seen from patient visit and new hospital building appeared as well.
As solution to anticipate the competitor and to achieve mission and vision of Bhakti Yudha Hospital, is to build the polyclinic networking as satellite in Depok city. However, to build the polyclinic network as satellite needs big recourses and investments, nor finance aspect either human resources. New idea created to develop polyclinic net work as franchise, means to sell the polyclinic brand and operational system to community who are willing to business in health. Bhakti Yudha hospital conduct training and make job operational standard, meanwhile the franchisor buy those brand and system.
This research tries to find the possibility of franchise concept promptly to Bhakti Yudha Hospital to be implemented. Based on descriptive analyses qualitatively, this research finds out the concept through deep interview from: Bhakti Yudha hospital owner, operational people in hospital, and buyer candidates like : general medical doctor, specialist doctor or non doctor.
The research result is that, Bhakti Yudha hospital could be appropriately implements the franchise polyclinic network product. Products that can be sold are general health services, dental health services and midwives health services. To gain the above ideas, Bhakti Yudha hospital should do:
1. Register Bhakti Yudha hospital brand legally as franchise company
2. Build the Human Resource Training Center
3. Compile the Operational Standard Manual, Health Services Standard, Promotion, and Budgeting and fix Memorandum of Understanding shape.
By achieving franchise polyclinic network, Bhakti Yudha hospital could win the competition and gain its mission and vision."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>