Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Felix Jebarus
"Industri pertelevisian di Indonesia berkembang semakin marak. Selain televisi swasta nasional maupun televisi publik, kini begitu banyak muncul televisi lokal. Meningkatnyajumlahstasiun televisi ini, tidakterlepas dari kebijakan pemerintah terutama UU Penyiaran yang turut mendukung perkembangan bisnis pertelevisian itu. Televisi tidak saja dilihat sebagai komunikator institusional dalam konteks Ilmu komunikasi tap! juga sebuah institusi bisnis yang turut mendapatkan keutungan yang besar. Sebagai institusi bisnis, televisi mampu meraup keuntungan yang sebesar- besarnya. Dengan demikian, kajian-kajian menyangkut ekonomi media peretelevisian menarik untuk disimak. Suatu hal yang tidak bisa disangkal, dalam rangka mendongkrak keuntungan yang besar, televisi mengobral berbagai acarayang mengandung kontroversi di mata khalayak."
2006
MUIN-XXXV-8-Agust2006-13
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Armando
"ABSTRAK
Penelitian ini berusaha mengkaji basis ekonomi eksternal dan internal dari perkembangan pertelevisian swasta yang secara pesat berkembang sekitar empat tahun terakhir ini di Indonesia. Studi ini menunjukkan bukti-bukti yang mengkonfirmasi thesis bahwa televisi swasta memberi kemungkinan luas bagi berlangsungnya dominasi budaya dan komunikasi yang pada gilirannya membawa pada dominasi ekonomi negara-negara maju, terutama Amerika Serikat, terhadap masyarakat Indonesia. Berbeda dengan stasiun televisi pemerintah, stasiun swasta- karena serangkaian karakteristiknya sebagai lembaga bisnis yang sangat tergantung pada iklan. Hampir-hampir secara kodrati menggantungkan dari pada impor program televisi di Barat.
Namun, studi ini juga menunjukkan bahwa lahirnya kebutuhan akan tv swasta bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. Ia justru menjadi mata-rantai, penting (bila bukan terpenting) dari sebuah proses panjang sejak awal Orde Baru."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Windarsih
"ABSTRAK
Tesis ini membahas masalah imperialisme media dalam dinamika televisi
nasional Indonesia -Trans TV- khususnya, Metalui teori hegemoninya Gramsci
dianalisa bagaimana TV dapat berfungsi sebagai resistensi hegemoni dalam
menghadapi imperialisme media yang masuk melalui program TV asing.
Pengembangan identitas budaya merupakan salah satu srrategi yang diterapkan
pada stasiun teievisi nasional Trans TV, Menggunakan pendekatan studi kasus
dengan teknik pengumpulan data in depth interview dan observasi. Analisa data
secara ilustratif naratif setelah melalui tahap pengkategorian data. HasH penelitian
menunjukkan bahwa Trans TV sebagai stasiun televisi late comer
tnengembangkan produksi program secara in house (90%) dengan
mengedepankan identitas budaya lokal. Namun hal tersebut belum bisa dikatakan
mengcounter hegemoni, karena Trans TV sejak awal siaran sampai sekarang
masih tetap menayangkan program impor dalam Biaskop Trans TV. Faktor
lainnya, sebagai televisi komersial Trans TV di samping mengemban tugas
memberikan edukasi kepada masyarakat. di sisi lain tetap mengembangkan
bisnisnya yang sudah barang tentu semakin melanggengkan ideologi kapitalisme.

Abstract
The focus of this study Is media imperialism within the dynamic of
(Indonesian national television especially Trans TV. With Gramsci's theory
hegemony i1 will be investigated how television could function an agent of
counter hegemony against media imperialism that infiltrated television through its
imported programs. To Develop of cultural identity is a strategy that has been
practiced by Trans TV. This research is a qualitative research that uses data
collecting technics are in depth interview and observation. The analysis of data
collected were conducted through categorization and coding which was later
systematically written imo illustrative narrative. The research findings show that
Trans TV as a late comer among all national televisions has developed an in house
production straightly (90%), with priority on local cultural identity. But it is
difficult to agree that such an action is a counter hegemony against imported
program particularly since Trans TV is still displaying imported movies through a
special program called Bioskop Trans TV. Another is the role of Trans TV as a
commercial television. so besides its function to provide educational programs for
the society, it must also pay attention to the development of its business core
which with inevitably sustain the so called capitalism ideology."
2009
T32482
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Oktaviarini
"Penelitian ini dilakukan karena melihat perkembangan TV lokal di Indonesia. Penelitian ini berawal dari Teori Normative media, khususnya teori tanggung jawab sosial. Dimana inti pemikirannya adalah: Siapa saja yang menikmati kebebasan juga memiliki tanggung jawab tertentu kepada masyarakat. Di mana dalam teori normatif media, dikemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : Kebebasan media, berarti bahwa media harus babas dari tekanan pemerintah atau kepentingan-kepentingan kekuasaan lainnya. Pluralitas kepemilikan, berarti menentang konsentrasi kepemilikan dan monopoli kontrol apakah pada negara atau industri media swasta. Dengan kata lain, prinsipnya bahwa sistem media tidak harus didominasi oleh sejumlah kepentingan pengontrol dan masyarakat mempunyai akses sebagai pengirim dan penerima media yang merefleksikan gagasan-gagasan mereka dan memenuhi kepentingan-kepentingan dan keperluannya. Keragaman Informasi, pendapat dan Kandungan Budaya. Hal ini berarti bahwa, media harus menggambarkan rangkaian hasil yang merefleksikan keragaman masyarakat, khususnya dalam dimensi-dimensi wilayah, pokitik, agama, etnis, budaya, dan lain sebagainya. Media harus terbuka untuk gagasan-gagasan dan gerakan baru serta memberikan akses yang kayak untuk kaum minoritas.
Pangkal keruwetan lahirnya tayangan televisi yang tidak sesuai dengan tradisi dan budaya lokal, sesungguhnya berawal dari konsep siaran televisi nasional. Pada era otonomi daerah, peran media massa makin urgen. Salah satu upaya yang harus dilakukan demi suksesnya otonomi daerah adalah mengoptimalkan peran institusi lokal nonpemerintah, seperti media massa. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionisme, pendekatan ini mengasumsikan bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui konstruksi yang dalam kaca mata BMS TV dibentuk secara sosial. Konstruksi pengetahuan ini termasuk didalamnya pengetahuan terhadap realitas. Proses memahami yang dilakukan tidak secara otomatis dipandu oleh kekuatan-kekuatan alamiah manusia, tetapi dari kerjasama dan upaya aktif melalui hubungan antar manusia. Dari sini, penelitian yang dilakukan tidak bisa mengabaikan faktor dasar historikal dan kultural dari berbagai bentuk konstruksi dunia.
Penelitian ini mengambil kasus di BMS TV, televisi lokal yang ada di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, di mana jangkauannya meliputi se-eks Karsidenan Banyumas (Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Banjarnegara) bahkan menjangkau Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Tegal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang digunakan sebagai pertimbangan dalam memproduksi program acara di BMS TV dan untuk mengetahui apakah program yang diproduksi BMS TV telah mencerminkan/menggambarkan usaha pelestarian budaya lokal
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, pertama, pertimbangan yang digunakan oleh BMS TV sehingga suatu acara/tayangan dianggap layak untuk disampaikan kepada khalayak adalah mengandung unsur berita, sesuai dengan kode etik, tidak mengandung SARA. Dalam proses produksi ini baik komisaris maupun direksi tidak mempengaruhi terhadap diambilnya keputusan bahwa acara/tayangan tersebut akan ditayangkan atau tidak. Komisaris maupun direksi hanya memberi pengarahan namun tidak mengintervensi.
Kedua, berkaitan dengan pelaksanaan tanggung jawab BMS TV dalam melestarikan budaya lokal, menurut pengamatan peneliti BMS TV sudah memproduksi acara-acara lokal, walaupun belum bisa dikatakan banyak, karena baru 30 persen tayangan lokal yang dimiliki BMS TV. Walaupun sudah memiliki tayangan lokal, namun penggunaan bahasa ibu (bahasa panginyongan) belum digunakan secara optimal. Hal ini sangat bertolak belakang dengan citra yang ingin diangkat oleh BMS TV adalah mengangkat bahasa panginyongan yang sudah hampir hilang. Hal ini terjadi karena, bahasa panginyongan yang ingin diangkat belum disiarkan dengan porsi yang lebih banyak. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pengetahuan dari SDM yang ada tentang bahasa panginyongan itu sendiri. Implikasi Teoritis dari penelitian ini, yaitu bahwa televisi sebagai salah satu media massa yang memiliki penetrasi yang besar dalam rangka penyeragaman budaya.
"
2006
T22443
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunardian Wirodono
Yogyakarta: Resist Book, 2005
384.54 SUN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lukmiyati
"[ABSTRAK
Industri televisi di Indonesia semakin berkembang pesat. Saat ini ada
sekitar lebih dari 200 stasiun televisi yang tersebar di berbagai propinsi. Semakin
sesaknya pasar membuat persaingan di industri ini semakin ketat sehingga
diharapkan setiap stasiun televisi memiliki positioning yang jelas di benak
khalayak untuk dapat bertahan. Namun tidak selamanya proses positioning dapat
berjalan sesuai harapan, ada kalanya sebuah perusahaan mengalami kesalahan
dalam positioning yang disebabkan oleh beberapa hal. Pada penelitian ini, Jak tv,
sebagai salah satu stasiun televisi lokal di Jakarta, mengalami confused
positioning akibat terlalu banyaknya informasi yang diberikan kepada khalayak
dan bahkan salah satu informasi kesehatan menimbulkan image yang berbeda bagi
khalayak. Kondisi ini menjadi salah satu alasan Jak tv melakukan repositioning
untuk membangun image menjadi televisi informasi. Metodologi dalam penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma post-positivis. Teknik
pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap 3 orang
informan yaitu Direktur Utama Jak tv, Direktur Pemberitaan NCA, dan mantan
Manajer R & D Jak tv, selain itu juga dilakukan observasi partisipatori dan
penelusuran dokumen terkait tema penelitian. Penelitian ini bersifat evaluasi
untuk menganalisis strategi repositioning yang dilakukan Jak tv yang mengalami
confused positioning untuk membangun image sebagai televisi informasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa strategi repositioning yang dilakukan yaitu
penyesuaian kembali STP (segmentation, targeting, positioning), perubahan
manajerial di bidang SDM, perbaikan alat dan teknologi serta perubahan dan
perbaikan program tayangan. Dalam rangka meraih posisi yang baru, Jak tv terus
melakukan komunikasi dengan khalayak yakni penonton dan pemasang iklan,
dengan memanfaatkan media promosi on air dan off air termasuk memanfaatkan
unit jaringan dalam grup Mahaka Media dan Artha Graha Network

ABSTRACT
The television industry in Indonesia is growing fast. Nowaday, there are
more than 200 tv stations in Indonesia. Regarding that, each station must has a
good and clear positioning for the audience to win the competition. However, the
positioning process can not always going well, some of them had positioning gap,
which is caused by many factors. This research took Jak tv, one of the local tv
station in Jakarta, as a case study which had confused positioning. There were too
many various information for Jak tv audiences, e.g one of the health information
had made misperception of Jak tv image for the audience. Then the repositioning
was made to build image of Jak tv as the information television. This research
using a qualitative approach and a post-positivism paradigm. The researcher did
an in-depth interview to the 3 resources: the CEO, the NCA Directors and ex R &
D Manager of Jak tv. In order to be more accurate and comprehensive data, the
researcher also did participatory observation and documents study. This is an
evaluation research to analyse the repositioning strategi of Jak tv which had
confused positioning to build image as the information television. The result
showed that Jak tv had made some repositioning strategies include readjustment
of the STP (segmentation, targeting, positioning), the managerial transformation
of the human resources, renew the broadcasting equipments and technologies, and
change over of the on air look and the content of broadcast programs. Jak tv
always share with the audience and the advertiser of the new positioning. Jak tv,
as unit part of two groups, the Mahaka Media and the Artha Graha Network, used
media promotion both on air and off air to inform their new positioning;The television industry in Indonesia is growing fast. Nowaday, there are
more than 200 tv stations in Indonesia. Regarding that, each station must has a
good and clear positioning for the audience to win the competition. However, the
positioning process can not always going well, some of them had positioning gap,
which is caused by many factors. This research took Jak tv, one of the local tv
station in Jakarta, as a case study which had confused positioning. There were too
many various information for Jak tv audiences, e.g one of the health information
had made misperception of Jak tv image for the audience. Then the repositioning
was made to build image of Jak tv as the information television. This research
using a qualitative approach and a post-positivism paradigm. The researcher did
an in-depth interview to the 3 resources: the CEO, the NCA Directors and ex R &
D Manager of Jak tv. In order to be more accurate and comprehensive data, the
researcher also did participatory observation and documents study. This is an
evaluation research to analyse the repositioning strategi of Jak tv which had
confused positioning to build image as the information television. The result
showed that Jak tv had made some repositioning strategies include readjustment
of the STP (segmentation, targeting, positioning), the managerial transformation
of the human resources, renew the broadcasting equipments and technologies, and
change over of the on air look and the content of broadcast programs. Jak tv
always share with the audience and the advertiser of the new positioning. Jak tv,
as unit part of two groups, the Mahaka Media and the Artha Graha Network, used
media promotion both on air and off air to inform their new positioning, The television industry in Indonesia is growing fast. Nowaday, there are
more than 200 tv stations in Indonesia. Regarding that, each station must has a
good and clear positioning for the audience to win the competition. However, the
positioning process can not always going well, some of them had positioning gap,
which is caused by many factors. This research took Jak tv, one of the local tv
station in Jakarta, as a case study which had confused positioning. There were too
many various information for Jak tv audiences, e.g one of the health information
had made misperception of Jak tv image for the audience. Then the repositioning
was made to build image of Jak tv as the information television. This research
using a qualitative approach and a post-positivism paradigm. The researcher did
an in-depth interview to the 3 resources: the CEO, the NCA Directors and ex R &
D Manager of Jak tv. In order to be more accurate and comprehensive data, the
researcher also did participatory observation and documents study. This is an
evaluation research to analyse the repositioning strategi of Jak tv which had
confused positioning to build image as the information television. The result
showed that Jak tv had made some repositioning strategies include readjustment
of the STP (segmentation, targeting, positioning), the managerial transformation
of the human resources, renew the broadcasting equipments and technologies, and
change over of the on air look and the content of broadcast programs. Jak tv
always share with the audience and the advertiser of the new positioning. Jak tv,
as unit part of two groups, the Mahaka Media and the Artha Graha Network, used
media promotion both on air and off air to inform their new positioning]"
2015
T43747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Sari Indrayani
"Maraknya program acara anak di televisi swasta yang tidak aman untuk anak-anak usia 5-14 tahun menjadi kekhawatiran orang tua, pakar pendidikan. Kekhawatiran ini siapa yang harus bertanggung jawab, televisi, pemerintah, atau kembali lagi kepada orang tua, keluarga dan lingkungan?
Anak-anak suka sekali menonton televisi, dalam tiap harinya anak-anak dapat menghabiskan waktu untuk menonton televisi selama 3-7 jam dalam sehari. Anak-anak menonton televisi selama 3-7 jam bukan acara khusus untuk anak-anak, karena khusus untuk mereka sangat kurang terutama untuk program acara anak lokal.
Dalam seharinya televisi swasta dapat memberikan program acara anak lebih dari dua jam, dimana anak-anak menjadi penonton setia dan anak-anak tidak mengetahui apa yang anak-anak tonton aman untuk anak-anak atau tontonan untuk orang dewasa. Setelah anak-anak menonton apa yang mereka tonton seharian, sikap anak akan seperti apa yang baru saja mereka lihat, jika mereka melihat tontonan kekerasan, anak-anak akan melakukan tindakan kekerasan dan jika anak-anak melihat yang bukan program acara untuk anak-anak, maka anak-anak akan bersikap j auh dari usia mereka.
Dengan adanya sebuah kebijakan pada kebijakan siaran khusus kebijakan siaran untuk televisi diharapkan para pengelola televise dapat melihat dan mengikuti aturan yang berlaku. Pada Undang-Undang No 32 tahun 2002 pasal 36 ayat 3 mengatakan Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan atau menyebutkan klasifkasi khalayak sesuai dengan isi siaran.
Di dalam teori ekonomi politik mengatakan bahwa ekonomi-politik merupakan studi mengenai relasi-relasi sosial terutama relasi kekuasaan yang secara bersama-sama mendasari produksi, distribusi dan konsumsi sumber daya. Pada ekonomi politik liberal mengatakan bahwa, liberal political economy mengartikan ekonomi-politik dalam perubahan seosial dan transformasi sejarah tadi, sebagai suatu doktrin dan seperangkat prinsip untuk mengorganisir dan menangani ekonomi pasar, guna tercapainya suatu efisiensi yang maximum, pertumbuhan ekonomi dan kesehjateraan individu
Ekonomi politik media yang dijalankan televisi swasta untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Televisi menayangkan program yang menjadi kebutuhan pasar tanpa memperhatikan aturan siaran dan etika pertelevisian. Program yang banyak ditonton oleh banyak orang, maka rating dan sharenya altar tinggi, rating dan share tinggi mengakibatkan pengiklan, memasang iklan-iklan pada acara tersebut, iklan yang banyak menghasilkan keuntungan yang menjadi keinginan dan tujuan dari televisi bisnis untuk dapat hidup.
Penelitian ini menggunakan paradigma postivistik yang berpendapat bahwa asumsi adalah suatu realitas sosial yang objektif. Karena itu suatu peneliti juga harus objektif, yakni untuk memperoleh pengetahuan tentang suatu objek atau realitas sosial sebagaimana adanya. Untuk itu seorang peneliti harus menjaga jarak dengan objek yang diteliti, mencegah agar tidak terjadi interaksi antara subjektivitas dirinya dengan objek yang diteliti dan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang sebenarnya menunjuk dan menekankan pada proses dimana realitas yang diteliti dipahami dengan pendekatan meyeluruh, melakukan pengamatan menyeluruh dan mendalam dari sebuah keadaan nyata.
Yang menjadi penelitian pada tesis ini adalah tiga stasiun televis swasta yaitu pada RCTI, Trans TV dan TV7. Alasan dari pemilihan ketiga stasiun swasta tersebut dikarenakan, RCTI merupakan televisi swasta pertama dengan sembilan program acara, Trans TV dengan dua program acara lokal dan TV7 dua belas program acara anak yang terdiri dari program acara lokal dan dari luar. Dari hasil penelitian yang didapatkan dari peneliti maka RCTI menjadi peringkat satu, Trans TV peringkat dua dan TV7 menjadi peringkat tiga."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Board for Religious Research and Development of Jakarta, 2010
297.7 ISL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Adona
Padang: Andalas University Press, 2006
659.1 Ado c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Steffi Fatima Indra
"ABSTRAK
Sebagaimana yang umum terjadi di negara-negara lainnya, pertumbuhan
industri pertelevisian juga diikuti oleh integrasi kepemilikan. Hal tersebut
dilakukan oleh para pemimpin pasar untuk mendirikan dan melanggengkan
kerajaan bisnis raksasa milik mereka. Merujuk kepada model analisis StukturPerilaku-Kinerja,
penelitian ini akan mengungkapkan meski performa ekonomi
grup-grup media saat ini terkena imbas dari perlambatan ekonomi dan
perkembangan teknologi secara cepat, dominasi PT Global Mediacom Tbk dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk dalam industri media saat ini tetap sama selama satu dekade terakhir. Studi kasus kolektif dalam penelitian ini akan mengelaborasikan kinerja kedua grup dalam rangka mendapatkan kesimpulan terkait bagaimana kedua
perusahaan mengukuhkan dan menguatkan keberadaan mereka di dalam era
digitalisasi industri media Indonesia saat ini. Penelitian ini menemukan bahwa (1)
struktur pasar pertelevisian selepas 1998 bersifat oligopolistik dan terkonsentrasi
tinggi kepada sejumlah kelompok saja, (2) Global Mediacom dan Elang Mahkota
Teknologi sebagai pemimpin-pemimpin pasar telah melakukan strategi-strategi
integrasi dan digitalisasi produk yang menghasilkan penguasaan yang stabil atas
pasar khalayak dan iklan, serta (3) meskipun perusahaan-perusahaan ini telah
melakukan sejumlah strategi digital besar, hasilnya tetap belum mampu
menghasilkan keuntungan yang signifikan karena tetap saja keduanya bergantung
kepada lini-lini usaha konvensionalnya seperti penyiaran dan TV berlangganan.

ABSTRACT
As what commonly happens to any other nations, Indonesian Television
industry growth is also followed by ownership integration. This was done by the
market leaders to establish and sustain a massive business empire. Relying on the
Structure-Conduct-Performance analysis model, this study reveals that although the
economic performance of media holding companies are impacted by both the recent
economic slowdown and the technology rapid development, the domination of PT
Global Mediacom Tbk and PT Elang Mahkota Teknologi Tbk in this media
industry is in fact remain intact throughout decade. The collective case study in this
research will elaborate the performance of the two groups in order to get a
conclusion on how these corporations solidify and strengthen their existence in the
Indonesian media industry in the current digitazion era. This research finds that (1)
the television market structure after 1998 is oligopolistic and is highly concentrated
onto very few groups, (2) Global Mediacom and Elang Mahkota Teknologi as
market leaders, have been trying to apply integration strategies and product
digitization resulting in their stable domination in both audience and advertising
market and (3) although these two holding companies have had committed several
major digital strategies, the results have yet to generate significant profit because
these two groups eventually still dependent on its conventional line of business
lines like broadcasting and pay TV."
2018
T50077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>