Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190519 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Florentina Sustini
"Demam nifas adalah peningkatan suhu badan yang terjadi paling sedikit dua hari berturut-turut atau lebih pada waktu nifas (42 hari pascapersalinan), kecuali 24 jam pertama pascapersalinan. Demam nifas merupakan manifestasi adanya infeksi nifas dan sering digunakan untuk memperkirakan besarnya angka infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan bagian dari infeksi maternal. Infeksi maternal menempati urutan kedua sebagai penyebab obstetri langsung dari kematian maternal. Demam nifas diperkirakan menyebabkan 5%-10% kematian maternal. Jika demam nifas sebagai manifestasi dari infeksi nifas tidak teridentifikasi secara dire dan diobati secara tepat maka dapat berkembang menjadi sepsis nifas dan dapat berakibat fatal. Sebagai masukan, untuk mencegah terjadinya demam nifas dan infeksi nifas, perlu diketahui faktor risiko terjadinya demam nifas tersebut.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kebiasaan ibu sewaktu dan pascapersalinan terhadap kejadian demam nifas.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Keruak, Kabuapten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat, dengan alasan angka kelahirannya tinggi, merupakan daerah kritis jika dilihat dari segi geografis, dan keadaan sosial ekonomi masyarakatnya. Selain itu, terdapat kebiasaan yang unik, yaitu sewaktu melahirkan ibu dalam posisi jongkok, pengasapan ibu pascapersalinan, dan kompres panas pada vagina ibu pascapersalinan, yang diduga sebagai faktor risiko kejadian demam nifas, di samping faktor risiko yang lain.
Hipotesis yang diajukan adalah kejadian demam nifas dipengaruhi oleh posisi ibu sewaktu melahirkan, pengasapan ibu, dan kompres panas pada vagina; serta dipengaruhi pula aleh variabel-variabel kontrol. Variabel-variabel kontrol yang dimaksud adalah umur ibu, parilas, pendidikan ibu, status ekanami, periksa kehamilan, imunisasi tetanus loksaid, anemia ibu sewaktu hamil, gangguan kehamilan, penggunaan aba! pencegah demam sewaktu handl, keluban pecah secara dim, periksa dalam, jenis parsalinear, lama persalinan, tennbrrni terlinggal, luka jalan lahir, perdarahan sewaktu dan pascapersalinan, penggunaan abat pencegah demam sewaktu dan pascapersalinan, jenis penolong persalinan, kebersihan alai penolong persalinan, penolong persalinan mencuci atau tidak tangannyanya dengan sabun sebelum menolong persalinan, mobilisasi ibu, kebersihan diri ibu, jenis tempest persalinan, jenis lantai tempest persalinan, dan alas untuk persalinan.
Janis desain penelitian ini adalah observasional analitik kohor prospektif dan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan secara wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Populasi adalah ibu yang melahirkan di Kecamatan Keruak, yang terpajan dan tidak terpajan dengan pajanan posisi ibu melahirkan berbaring, pengasapan ibu, dan kompres panas pada vagina. Sampel diambil dari ibu melahirkan yang dapat diobservasi dan bertempat di Kecamatan Keruak daratan. Observasi dimulai dan ibu hamil 7 bulan sampai dengan masa nifas (42 hari pascapersalinan). Observasi dilakukan minimal satu kali sewaktu hamil trimerter ketiga oleh bidan. Setelah ibu melahirkan, observasi suhu badannya dilakukan setiap hari oleh kader sampai dengan 10 hari pertama pascapersalinan, kemudian dilanjutkan oleh anggota keluarga yang ditunjuk sampai dengan 42 hari pascapersalinan. Petugas kesehatan supervisi dua kali selama masa nifas, pada hari ke 11 dan hari ke 43 pascapersalinan. Sampel untuk penelitian kuantitatif adalah ibu nifas, ibu atau ibu mertua dari ibu nifas diambil secara random. Sampel untuk tokoh agama, dan dukun bayi diambil secara purposive.
Penelitian di lakukan selama satu tahun, pengumpulan data selama 6 bulan, Variabel dependennya adalah demam nifas, yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu (1) ibu sehat, (2) menderita demam nifas yang onsetnya dalam waktu 10 hari pertama pascapersalinan, dan (3) menderita dernam nifas yang onsetnya dalam kurun waktu hari ke-11--42 pascapersalinan,Variabel independennya adalah posisi ibu sewaktu melahirkan, pengasapan ibu, kompres panas pada vagina, dan variabel lain seperti yang dinyatakan pada hipotesis. Analisis data dilakukan dengan regresi logistik politomus ganda dengan batas kemaknaan uji statistik sebesar 0.05.
Dari pengumpulan data didapatkan 1.077 persalinan, yang dapat diobservasi secara lengkap adalah 1.004 orang ibu. Risiko insiden demam nifas sebesar 22.7%, yang 46% diantaranya secara klinis merupakan infeksi nifas. Pada analisis regresi ganda politomus dan analisis hubungan kausal didapatkan bahwa kejadian demam nifas, yang onsetnya dalam waktu 10 hari pertama pascapersalinan dipengaruhi oleh (1) ibu melahirkan dengan posisi berbaring, risiko relatifnya (RR) sebesar 1.90 dan population attributable risk (PAR) sebesar 12%, (2) ibu meaakukan pengasapan sewaktu nifas, RR sebesar 2.17 and PAR sebesar, (3) gangguan kehamilan sehari sebelum persalinan, RR sebesar 3.57 dan PAR sebesar 4%, (4) anemia selama keha. nilan, RR sebesar 1.78 dan PAR sebesar 33%, (5) lama persalinan lebih dari 24 jam, RR sebesar 5.61 dan PAR sebesar 4%, (6) penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menolong persalinan, kR sebesar 3.62 dan PAR sebesar 68%, (7) ibu tidak menggunakan obat pencegah demam selama persalinan dan nifas, RR sebesar 2,78 dan PAR sebesar 56%, dan (8) lantai tempat persalinan terbuat dari tanah, RR sebesar 1.87 dan PAR sebesar 39%.
Demam nifas yang onsetnya dalam waktu 11 sampai dengan 42 hari pascapersalinan dipengaruhi oleh (1) ibu melahirakan dengan posisi berbaring, RR sebesar 2.67 dan PAR sebesar 19%, (2) ibu tidak melakukan kompres panas pada vagina, RR sebesar 2.82 dan PAR sebesar 58%, (3) anemia selama kehamilan, RR sebesar L86 dan PAR sebesar 34%, (4) penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menolong persalinan, RR sebesar 9.27 dan PAR sebesar 87%, (5) ibu tidak menggunakan obat pencegah demam selama persalinan dan nifas, sebesar 2.78 dan PAR sebesar 57%.
Dari studi kualitatif didapatkan perbedaan kepercayaan dan persepsi antara petugas kesehatan dengan masyarakat tentang penyebab kesakitan maternal termasuk demam nifas. Masyarakat percaya bahwa penyebab kesakitan maternal adalah penyebab supranatural (seperi roh jahat, guna-guna), makanan tertentu (berlemak, pisang, apel, ikan), kebiasaan yang salah, bibit penyakit, dan fisik (jatuh). Makanan `pangs' (jahe, bawang) berpengaruh baik terhadap kesehatan. Alasan mereka melahirkan dengan posisi berjongkok karena dapat mempercepat persalinan, kompres panas pada vagina untuk mengurangi rasa saldt dan pembengkakan pada vagina, pengasapan ibu waktu nifas dapat menghilangkan bau ands, mempercepat berhentinya perdarahan dan pemulihan kesehatan ibu.
Kesimpulannya adalah (1) insiden demam nifas masih tinggi (22.7%), (2) sekitar 46% demam nifas secara klinis diidentifikasi sebagai infeksi nifas, (3) diantara 28 variabel indeperiden hanya 9 variabel yang terbukti berpengaruh pada kejadian demam nifas, (4) ibu melahirkan dengan posisi berjongkok dan kompres panas pada vagina waktu pascapersalinan bermanfaat bagi kesehatan ibu, (5) ibu melakukan pengasapan waktu nifas berpengaruh tidak baik terhadap kesehatan ibu, (6) adanya perbedaan kepercayaan dan persepsi tentang penyebab demam nifas antara petugas kesehatan dan masyarakat merupakan informasi penting untuk masukan intervensi di masa yang akan datang.
Saran sesuai urutan prioritas intervensi adalah (1) peningkatan perawatan persalinan melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan kursus penyegar bagi petugas kesehatan, (2) memperhatikan sosiobudaya melalui diskusi dengan tokoh masyarakat dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, (3) peningkatan perawatan kehamilan melalui pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan kursus penyegar bagi petugas kesehatan, dan (4) pengembangan ekonomi keluarga melalui kerjasama dengan instansi lain dan lembaga swadaya masyarakat terkait dalam peiatihan ketrampilan dan pinjaman modal kerja bergulir untuk meningkatkan daya beli masyarakat dalam meniiih dan membayar tempat persalinan yang memadai.

Puerperal fever is the increase of the bodily temperature at least two or more consecutive days during puerperal period, except the first 24 hours postpartum. Puerperal fever is the manifestation of puerperal infection and usually is used to predict the puerperal infection rate. It is a part of maternal infection. The maternal infection is the second cause of direct obstetrics on maternal mortality. Approximately 5%--10% of maternal mortality is caused by puerperal fever. If puerperal fever as an infection manifestation could not be identified and treated early, the infection would develop into sepsis and fatality.
The objective of this study is to identify the influence of the behavior of women during deliveries and postpartum on Puerperal Fever.
This study was conducted in Keruak Subdistrict, East Lombok District, West Nusa Tengara Province, where the birth rate was high. This sub district is a critical area, viewed from the aspects of geography and socioeconomic. Beside, there were unique community behaviors as for instance mothers' deliveries were carried out in squatting position, postpartum mothers conducted `smoking' themselves, and hot compress for their vaginas, all of which were predicted as the risks of puerperal fever.
- The proposed hypothesis is that puerperal fever incidence was influenced by the mother's position during delivery, `smoking', and hot compress for vagina in the puerperal period, and other variables as age, parity, education, economic status, antenatal care, tetanus toxoid immunization, anemia during pregnancy, pregnancy disorders, drug using for fever prevention in pregnancy, premature rupture membrane, vaginal touche, the kind of delivery process, duration of delivery, retentio placentae, birth canal injury, excessive bleeding during and postpartum, drug using for fever prevention in delivery and postpartum period, the kind of birth attendant, the hygiene of delivery instruments, birth attendant's hand wash with soap or none of it before attending delivery, postpartum mobilization, postpartum personal hygiene, the kind place of delivery, the kind of the floor of the place of delivery , and the mats for delivery.
The study design was an observational analytic prospective cohort study and a qualitative study. The qualitative study was conducted by in-depth interview and focus group discussion. The populations were mothers, who delivered in the Keruak Subdistrict and that were exposed and unexposed by lying delivery position, which `smoked' themselves, and used hot compress on their vaginas. The samples were derived from a part of the population, who agreed to be observed, and lived in Keruak Subdistrict, excluding the small island areas. Women in their seventh month pregnancy were observed until childbirth period (42 days postpartum). Midwife observed the pregnant women, at least once during the third trimester of pregnancy. After delivery, the mothers? bodily temperature were examined by cadre every day until 10 days, and then continued by the family member until 42 days postpartum, the health providers supervised the cadre and the member of family on the 11" and 42' days postpartum. The samples of qualitative study were postpartum mothers, mothers or mother in law of postpartum mothers that were selected at random. The samples of religious leaders and traditional birth attendants were selected purposively.
This study was conducted in one year; the data collection was in six months. The dependent variable was puerperal fever that was categorized into 3, they were (1) healthy mother, (2) puerperal fever of which the onset was in the first ten days postpartum, and (3) puerperal fever, which the onset was in the 11'' until 42°° days postpartum. The independent variables were mother's position during delivery, `smoking' and hot compress for vagina, and others as stated in the hypothesis. The data analysis was conducted by multiple polytomous logistic regression. The limit of the significance of the test was 0.05.
During the six month study, 1.077 deliveries data was collected, but just 1.004 postpartum mothers were observed completely. The incidence risk of puerperal fever was 22.7%, of which about 46% was identified as clinical puerperal infection. The multiple polytomous logistic regression analysis and the causal relationship revealed that the puerperal fever of which the onset was in the first ten days postpartum was influenced by (1) delivery in lying position with relative risk (RR) of 1.90 and population attributable risk (PAR) of 12%, (2) postpartum smoking for vagina with RR of 2.17 and PAR of 44%, (3) pregnancy disorder in one day before delivery with RR of 3.57 and PAR of 4%, (4) anemia during pregnancy with RR of 1.78 and PAR of 33%, (5) duration of delivery longer than 24 hours with RR of 5.61 and PAR of 4%, (6) birth attendant's negligence to hand wash with soap before attending the delivery with RR of 3.62 and PAR of 68%, (7) no drugs used by mothers to prevent fever during delivery and postpartum period with RR of 2.78 and PAR of 56%, and (8) the floor of place of delivery made of soil, with RR of 1.87 and PAR of 39%.
The puerperal fever of which the onset in the 11 a, until 42 "a days postpartum was influenced by (1) delivery in lying position with RR of 2.67 and PAR of 19%, (2) without hot compress for vagina with RR of 2.82 and PAR of 58%, (3) anemia during pregnancy with RR of 1.86 and PAR of 34%, (4) birth attendant's negligence to hand wash with soap before attending the delivery with RR of 9.27 and PAR of 87%, (5) no drugs used by mothers to prevent fever during delivery and postpartum period with RR of 2.78 and PAR of 57%.
The result of the qualitative study showed the difference in trust and perception between the health providers and the community about the cause of maternal morbidity, including puerperal fever. The people believe that the causes of maternal morbidity were supernatural being (as demon, curses), certain food (fatty food, banana, pineapple, or fish), and physical accident. The hot food (ginger or onion) promotes good health.
We conclude that (1) the incidence of puerperal fever was still high (22.7%), (2) about 46% of puerperal fever could be identified as an infection, (3) among 28 independent variables just nine of them significantly influenced the puerperal incidence, (4) mother's lying position during delivery and postpartum mother's hot compress for vagina were beneficial for mother's health, (5) the smoke for vagina habit of postpartum mother gave bad influence on mother's health, (6) the difference in trust and perception on the cause of maternal morbidity between health provider and the community was an important information as input for future intervention.
The suggestions for intervention according to priorities are (1) increasing the delivery care through health education for community and refreshing course for health providers, (2) paying attention on socioculture through discussion with community leaders and health education for community, (3) increasing antenatal care through health education for community and refreshing course for health providers, and (4) developing the family economy through cooperation with other institution and NGC?s in skill training and rotatory small business capital loan to enhance the community capability to pay and choose the adequate place of delivery.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
D539
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jerryn Florensi Mangiri
"Masa nifas merupakan masa yang sangat rentan terhadap komplikasi dan penyumbang terbesar angka kematian ibu. Kepatuhan kunjungan nifas sangat penting untuk mendeteksi dini komplikasi. Namun, masih banyak ibu yang mengabaikan layanan postnatal. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara karakteristik demografi dan kualitas postnatal care dengan tingkat kepatuhan kunjungan nifas.
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional, dengan jumlah responden 64 ibu di puskesmas wilayah Kota Depok. Penilaian kualitas layanan PNC menggunakan kuesioner kualitas postnatal, sedangkan untuk kepatuhan dari kunjungan nifas dalam rentang 4-9 setelah pulang rawat.
Hasil uji analisis bivariat menggunakan uji Spearman Rank menunjukkan bahwa dari semua karakteristik demografi, hanya tingkat pendidikan yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan kunjungan nifas, sedangkan untuk kualitas layanan didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas postnatal care dengan tingkat kepatuhan kunjungan nifas. Perlu monitoring dan evaluasi terhadap layanan postnatal untuk meningkatkan kualitas sehingga dapat mencegah komplikasi pada masa nifas.

Postpartum or puerperium is a very vulnerable period for complications and it is the largest contributor to maternal mortality. Adherence to postpartum visits is essential for early detection of complications. However, many mothers was neglect to postnatal care PNC services. This study aims was to determine the relationship between demographic charactheristic and quality of postnatal care with postpartum compliance level.
Design of this reasearch is correlative analytic with cross sectional approach, with 64 respondents in puskesmas of Depok City area. Assessment of the quality of postnatal services using quality of postnatal questionnaires, while for adherence was assessed whether the mother came to puerperal visits in the 4 9 days range.
The result of bivariate analysis test using Spearman Rank test showed that of all demographic characteristics, only education level was related to postpartum compliance level, while for service quality it was found that there was no correlation between postnatal care quality and postpartum compliance level. Based on this research, monitoring and evaluation for postnatal care is necessary to improve postnatal care quality to prevent complications during childbirth
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjasmi
"Hasil SDKI 1994 AKI 390/100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan tahun 1988 450/100.000 kelahiran hidup, penurunannya sangat lambat. Target akhir Pelita VI adalah 225/100.000 kelahiran hidup. Untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan pemerataan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, pemerintah telah menempatkan 55.563 bidan di setiap desa di Indonesia . Untuk meningkatkan peran bidan, pemerintah telah memberikan wewenang yang lebih luas kepada bidan dengan dikeluarkannya Permenkes no 572 tahun 1996, dimana bidan dapat mengelola kasus patologi dan risiko tinggi tertentu seperti perdarahan post partum. Agar wewenang ini dapat dilaksanakan, dan tujuan penempatan bidan di desa dapat tercapai, perlu didukung dengan tenaga bidan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan kebutuhan. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk memperoleh informasi sejauh mana ketrampilan bidan di desa dalam penanganan kasus-kasus patologi / risiko tinggi seperti perdarahan post partum akibat retensio plasenta.
Penelitian dilakukan dengan metode studi kualitatif dengan hasil sebagian besar bidan di desa belum mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam penanganan perdarahan post partum akibat retensio plasenta, usia masih muda, pendidikan terlalu singkat, belum memperoleh pelatihan klinik dan masa kerja masih pendek serta kelengkapan sarana kesehatan yang tidak memadai yang mempengaruhi ketrampilannya melakukan tindakan manual plasenta.
Setelah diperoleh informasi ini, akan disampaikan kepada pihak terkait untuk meninjau kebijakan pendidikan bidan agar dapat meluluskan bidan dengan kompetensi yang sesuai kebutuhan unit pelayanan termasuk di desa, dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bidan di desa melalui pelatihan klinik serta memenuhi kelengkapan sarana kesehatan di desa,sehingga tujuan penempatan bidan di desa dapat tercapai dan akhirnya dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan Angka Kematian Ibu.

Qualitative Study on Skills of Village Midwives in the Management of Post Partum Haemorage due to Placenta Retention in subdistrict Mauk, Tangerang District, West JavaThe 1994 National Population and Demographic Survey reported that Maternal Mortality Rate in Indonesia was 390/100.000 life births as compared to 4501100.000 life births in 1986. The government has set its target to decrease MMR to 50 % at the end of the sixth Pelita, whish is in the year 2003. One national effort to decrease the Maternal Mortality Rate was by producing and deploying 55.563 midwives at the entire villages. Realizing that those village midwives will work at remote areas in managing pathologycal and high risk maternal and child health cases, the Minister of Health increases the midwives authority by launching Perrnenkes no.57211996.
This study aims to identify the Village Midwives Skills in managing Haemorrhage Post Partum cases at subdistrict Mauk in West Java. Chasing qualitative approach, data was collected through indepth interview, observation in conducting skills and focus group discussion. Young, unmarried are the dominant profile of 20 ( total permulation) village midwives who were interviewed. The study found that majority of the village midwives are not able in performing manual placenta in Haemorrage Post Partum cases because they did not have enough knowledge and skills in the subject matter, no prior experiences in performing the skills and insufficient medical equipment.
The study recommend that decision maker should review and reform the existing Midwifey Education Program in order to produce proffesional midwives, knowledgeable and skillful in providing Maternal and Child Health services at village level. Increasing village midwives knowledge and skills can be done through clinical training, completing the equipment needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Hidayati
"Kemampuan ibu dalam melaksanakan perannya didukung oleh berbagai faktor diantaranya kedekatan ibu dan bayinya. Pemisahan antara ibu dan bayi segera setelah lahir dapat mempengaruhi hubungan ibu dan bayi selanjutnya.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain quasi eksperimen yang bertujuan untuk menguji pengaruh perilaku yang memfasilitasi bonding attachment terhadap kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya pada masa awal postpartum di Rumab Sakit Amelia Pare Kediri. Populasi penelitian lni adalah 108 orang selama bulan April- Mei 2006. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 responden yang memenuhl kriteria inklusi dengan teknik quota sampling. Untuk menguji homogenitas antara kelompok control dengan kelompok intervensi digunakan uji Chi Square, dengan hasil karakteristik kedua responden homogen.
Hasil panelitian menunjukkan babwa pengaruh perlakuan yang memfasilitasi bonding attachment terhadap kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya pada masa awal pastpartum didapatkan p = 0,000 yang berarti mempunyai perbedaan yang signifikan. Hal ini juga dapat dilihat dari perhedaan yang cukup besar antara nilai mean pada kelompok kontrol dan intervensi, yaitu masing-masing 34,40 dan 62,00.
Mengingat karakteristik pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sudah homogen, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan perawat yang memfasilitasi terjadinya bonding attachment berpengaruh terhadap kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya pada masa awal postpartum. Untuk itu perlu adanya kebijakan dari rumah sakit untuk menerapkan standar pelayanan yang berlandaskan family centered care yang memfasilitasi interaksi ibu-bayi serta merupakannya metode rawat gabung secara totalis, yang memberi kesempatan ibu dan keluarga untuk menimba ilmu dari perilaku perawat baik dalam perawatan ibu maupun bayinya.

Mother's capability implement mother's role supported by various factor among other's maternal - infant propinquity. Separated mother with her babyafter birth immediately, can influence relationship mother- baby furthermore.
This research is a Quasi Experiment Design which quota to examine the influence treatment which facilitated bonding attachment toward adolescent mother in taking care of her baby at beginning of postpartum in Amelia Pare Kediri Hospital. Population in this research are 108 people from April until May 2006. Amount of samples in this research are 90 respondents who have an inclusion criteria by quota sampling. To examine homogeneity between control group and intetvention group are used Chi Square test with result both of respondent characteristics are homogeneous.
Result of this research indicate that the influence treatment which facilitated bonding attachment toward adolescent mother in taking care of her baby at beginning of postpartum are p = 0,000. It means that they have different significantly. This case can be showed from difference mean value in control group and intervention group, each group are 34.40 and 62,00. Considering characteristic of control group and intervention group have homogeneous, so it can be concluded that nurse act which facilitated bonding attachment influenced toward mother's self confidence in taking care of her baby at beginning postpartum. Because of that, it need a policy in hospital to apply the service standard which have base to family centered care which facilitated of maternal- infant interaction and applying a combination care method totally, giving an opportunity for mother and family to study knowledge of nurse act for mother and her baby's care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karin Wiradarma
"Peningkatan berat badan selama hamil dan indeks massa tubuh (IMT) ibu laktasi yang berlebihan berhubungan dengan inflamasi kronis derajat rendah yang dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan ibu maupun bayi. Asupan nutrisi diketahui sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi perubahan berat badan (BB), IMT, serta inflamasi pada ibu laktasi. Inflamasi kronis derajat rendah dapat diukur dengan high sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP), baik di serum maupun ASI. Selain dengan pemeriksaan laboratorium, status inflamasi juga dapat diprediksi oleh skor Dietary Inflammatory Index (DII), suatu alat yang dapat memprediksi potensi inflamasi diet individu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara skor DII ibu laktasi dengan kadar hs-CRP serum dan ASI ibu 3-6 bulan post partum di Jakarta. Penelitian ini adalah studi potong lintang dengan menggunakan consecutive sampling yang melibatkan 71 subjek ibu laktasi 3-6 bulan post partum yang datang ke Puskesmas Cilincing dan Grogol Petamburan, Jakarta, pada bulan Februari-April 2019. Penilaian asupan nutrisi dilakukan dengan semi-kuantitatif Food Frequency Questionnaires, pemeriksaan antropometri meliputi BB prakehamilan, BB saat pengambilan data, dan tinggi badan, serta pengambilan sampel serum (dengan metode imunoturbidimetri) dan ASI (dengan metode ELISA) untuk pemeriksaan hs-CRP. Median CRP serum adalah 1,74 mg/L dan CRP ASI 6221,17 pg/mL, sementara rerata skor DII adalah 0,624. Ditemukan korelasi positif antara hs-CRP serum dan ASI (r = 0,269, p = 0,023), namun pada penelitian ini tidak didapati korelasi antara skor DII dengan kadar hs-CRP serum maupun ASI (r = -0,124, p = 0,301 dan r = 0,129, p = 0,283).

Excessive gestational weight gain (GWG) and body mass index (BMI) in lactating mothers are associated with chronic low-grade inflammation which can cause negative effects to mother and baby. Nutrient intake has been known as important factor to affect inflammation, which can be measured by high sensitivity Creactive protein (hs-CRP). Beside laboratory assesment, level of inlammation can be determined by Dietary Inflammatory Index (DII) score, a tool developed to predict inflammation potential in diet consumed.
This study aimed to examine the correlation between DII score with serum and breast milk hs-CRP in lactating mothers. A cross-sectional study was conducted by consecutively enrolling 71 lactating mothers, 3-6 months post-partum, age 20-35 years old, visiting Grogol Petamburan and Cilincing community health center on February-April 2019. Dietary assessment was conducted using semi-quantitative food frequency questionnaire. Anthropometric measurements included were pre-pregnancy weight, post-partum weight, and body height. Serum hs-CRP was measured by immunoturbidimetry method, and breast milk hs-CRP by ELISA method. Median of serum and breast milk CRP were 1,74 mg/L and 6221,17 pg/mL, respectively. Mean of DII score was 0,624. Positive correlation was found between serum and breast milk hs-CRP (r = 0,269, p = 0,023), but we can not find correlation between DII score with serum and breast milk hs-CRP (r = -0,124, p = 0,301 and r = 0,129, p = 0,283). There is no correlation between DII score with serum and breast milk hs-CRP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmawati
"Singkatnya hari rawat inap dan belum adanya layanan kunjungan rumah mengakibatkan kurangnya kesempatan ibu belajar dan mempraktikkan tindakan perawatan bayi selama dirawat di rumah sakit. Penelitian bertujuan menganalisis kesiapan menjalankan peran menjadi ibu setelah 1 bulan post partum. Desain peneltian quasi experiment dengan pre dan post test with control group. Sampel ibu melahirkan (paritas 1-3), memiliki bayi sehat, 32 kelompok kontrol dan 29 kelompok intervensi. Data dikumpulkan melalui kuisioner modifikasi dari be coming a mother scale, mother infant relation dan mother infant bonding scale. Hasil menunjukkan ada perbedaan rerata aspek kompetensi, feeling attachment, percaya diri dan kepuasan akan dukungan setelah 30 hari post partum. Intervensi perawatan post partum melalui kunjungan rumah efektif meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ibu merawat bayi. Perlu optimalisasi intervensi perawatan melalui kunjungan rumah untuk meningkatkan kompetensi dan rasa percaya diri ibu.

The post partum early discharge and the lack of home visit service resulting in lack of opportunity to learn and practice the new born care. This study to analyzed the readiness to perform maternal role at one month post partum. Research is quasi experiment with pre and post test with control group. Samples were post partum women who have healthy infant, parity 1-3, 32 of control group, 29 of intervention group. Data were collected by modified quissionair from be coming a mother scale, mother infant relation and mother infant bonding scale. Result showed there were difference in mean aspect of competence, feeeling attacthment, confidence and maternal satisfaction with support after 30 days post partum. Post partum care intevention is an effective to enhance knowledge and maternal?s ability. Optimalization of post partum care intervention by home visit to enhance competence and confidence maternal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34598
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Kesulitan tidur merupakan salah satu keluhan yang sering muncul pada ibu postpartum. Penyusunan karya ilmiah ini bertujuan untuk melaporkan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pola tidur pada ibu postpartum. Masalah utama yang ditegakkan pada klien berusia 33 tahun yaitu gangguan pola tidur. Data yang mendukung yaitu klien mengungkapkan hanya tidur berdurasi 3 jam dalam sehari setelah melahirkan dan hasil screening PSQI hari ke-9 postpartum didapatkan skor 16 bermakna kualitas tidur klien buruk. Implementasi yang dilakukan adalah terapi relaksasi dengan latihan otot progresif dan terapi musik relaksasi. Implementasi menggunakan pemutaran video dan musik relaksasi.
Hasil evaluasi yang diperoleh klien mengatakan jam tidurnya meningkat, perasaan segar saat bangun pagi dan hasil skor PSQI hari ke-14 setelah intervensi diperoleh 3 bermakna kualitas tidur klien baik.

Sleep difficulty is the one of symptom occurs in the postpartum woman. This scientific paper aims to report nursing care on clients with sleep patterns disorder in postpartum woman. The main problem found on the 33-year-old is disturbed sleep patterns. Client revealed only could sleep 3 hours in the day after delivery and the results of PSQI screening day on 9th postpartum got score 16 it rsquo;s mean client has bad sleep quality. One of the nursing intervention is non-pharmacology by relaxation therapy: Progressive Muscle Relaxation Exercises and Music Therapy Relaxation. The implementation uses video and music.
The results obtained client said that hours of sleep increased, fresh feeling after woke up in the morning and PSQI exam results on 14th day after intervention got 3 means client has good sleep.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Audya Medina
"Skripsi ini meneliti body image pada remaja putri tahap awal dan wanita dewasa muda pasca melahirkan anak pertama. Kepedulian terhadap penampilan fisik sering dihubungkan dengan body image (Duffy&Atwater, 2004). Body image mengalami perubahan seiring dengan perubahan fisik yang signifikan seperti saat memasuki pubertas pada remaja awal dan pasca melahirkan. Penelitian ini termasuk ke dalam tipe applied research, deskriptif, dan kuantitatif dengan desain penelitian non-eksperimental. Partisipan di dalam penelitian ini adalah remaja putri tahap awal berusia 10-13 tahun yang berjumlah 30 individu dan wanita dewasa muda pasca melahirkan anak pertama yang berjumlah 30 individu dengan teknik pengambilan sampel berupa accidental sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan pada pada body image remaja putri tahap awal dan body image wanita dewasa muda pasca melahirkan anak pertama. Wanita dewasa muda pasca melahirkan anak pertama memiliki body image yang lebih positif jika dibandingkan dengan body image yang dimiliki oleh remaja putri pada masa pubertas.

This thesis examines body image of early adolescent girls and women after their first child labor. Concern for physical appearance often associated with body image (Duffy & Atwater, 2004). Body image changes along with significant physical changes such as early puberty in adolescent and postpartum. This study belongs to the type of applied research, descriptive, and quantitative non-experimental research design. Participants in the study were 30 early adolescent girls aged 10-13 years, and 30 postpartum first child women. The sampling technique was accidental sampling. The result obtained from this study is the significant difference in body image in early adolescent girls and body image after the first child labor. Women after the first child labor had a more positive body image or high compared with early adolescent girl’s body image."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saras Fauzia Dienanda
"Skripsi ini mengkaji tentang dinamika pengetahuan dan praktik perawatan pasca melahirkan Orang Dawan di Oinlasi, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebelum adanya sistem medis modern, ketika munculnya sistem medis modern, hingga keberadaan program Revolusi KIA. Penelitian dilakukan dengan tiga orang ibu sebagai subjek penelitian. Ketiga ibu ini memiliki pengalaman menjalani perawatan pasca melahirkan ketika di Oinlasi sudah tersedia layanan kesehatan. Dua diantaranya memiliki pengalaman menjalankan perawatan pasca melahirkan pada periode sebelum dan sesudah Revolusi KIA sedangkan seorang ibu memiliki pengalaman melahirkan sesudah Revolusi KIA.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan praktik perawatan pasca melahirkan Orang Dawan selalu mengalami perkembangan sesuai dengan situasi sosial budaya yang dihadapi. Melalui pendekatan connectionism terlihat bahwa kemampuan Orang Dawan dalam membawa tradisi mereka disetiap situasi berasal dari proses interakasi antara struktur ekstrapersonal dan struktur intrapersonal individu.

This thesis examines the dynamics of knowledge and practice of postpartum care of Dawan people in Oinlasi Village, East Nusa Tenggara Province, prior to the existence of modern medical systems, then the emergence of modern medical systems, to the existence of the KIA Revolution program in Oinlasi Village. The research was conducted with 3 mothers as research subjects. These three mothers have experiences undergoing postpartum care when the health services already existed in Oinlasi. Two ofthem have experiences of running post natal care in the period before and after the existence KIA Revolution in Oinlasi whereas a mother has experience of giving birth after the program.
Using connectionism models The result of my research shows that the knowledge and practice of postpartum care of Dawan people always develop according to the socio cultural situation faced. The ability of Dawan people to bring their traditions in every situation comes from the interaction process between the extrapersonal structure and the individual intrapersonal structure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>