Ditemukan 51584 dokumen yang sesuai dengan query
Abdul Chaer, 1942-
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993
499.221 8 ABD p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Flores: Nusa Indah, 1985
499.2 HAR f
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
"Hampir semua kata dalam bahasa Indonesia memiliki suku kata. Karena berbagai alasan, kata harus dipisah (dipenggal) menjadi beberapa penggalan suku kata dengan cara meletakkan tanda penghubung di antara kata tersebut. Dalam bahasa Indonesia, terdapat aturan mengenai peletakan tanda penghubung di antara bagian kata yang dipenggal. Agar peletakan tanda penghubung tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan program komputer, ada beberapa aturan dengan perkecualiannya harus dimasukkan ke dalam program komputer tersebut. Tulisan ini akan membahas proses peletakan tanda penghubung pada suku kata pertama kata-kata yang diawali dengan huruf B."
MBUNTAR 13:1 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988
499.25 SEM
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Abdul Rahman Saleh
"Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). SNI tersebut didistribusikan oleh BSN dengan beberapa cara antara lain pada tahun pertama ditetapkan, maka SNI dapat diakses melalui website BSN. Selain itu SNI juga didistribusikan ke sekretariat Komite Teknis yang ada di kementerian/lembaga untuk dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan sesuai dengan fungsinya. Cara distribusi yang alain adalah melalui PNBP atau Pendapatan Negara Bukan Pajak. Dengan cara PNBP ini maka pengguna harus mengganti biaya reproduksi senilai tertentu. Kajian ini dimaksudkan mempelajari permintaan SNI oleh pemangku kepentingan yang diminta melaui PNBP selama 2012-2015. Hasil kajian menemukan bahwa masih banyak SNI dengan penetapan lama masih diminta oleh pemangku kepentingan."
Jakarta: Pusat jasa Perpustakaan dan Informasi ( Perpustakaan Nasional RI), 2016
020 VIS 18:1 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional,
070 SSNI
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
"Penulisan ini bertujuan untuk menemukan hubungan kesepadanan tekstual dan keputusan dalam penerjemahan yang bertujuan untuk mendapatkan penerjemahan yang komunikatif. Kata-kata dan frasa yang diterjemahkan haruslah dilihat secara keseluruhan teks. Tata bahasa dan perbendaharaan kata adalah bagian dari teks yang komunikatif. Hubungan antara makna dan keadaan harus ditinjau dari sudut pembaca."
MBUNTAR 13:1 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Imadera Intan Jatu Pangestika
"Pengukuran kadar air dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan beberapa metode yaitu dengan metode pengeringan (thermogravimetri), metode destilasi (thermovolumetri), metode fisis dan metode kimiawi menggunakan Karl Fischer. Metode Karl Fischer memerlukan pembakuan larutan atau standarisasi larutan yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan secara pasti yang akan digunakan untuk analisis volumetri. Sodium Tartrate Dihydrate Water Standard Ex. Merck dapat menjadi pilihan sebagai pembaku atau standar dalam titrasi Karl Fischer. Oleh karena itu, dilakukan studi diversifikasi reagen standard yang bertujuan untuk membandingkan pembakuan Karl Fischer menggunakan reagen HYDRANAL™ - Water Standard 10.0 Ex. Fluca Analytical (eksisting) dengan Sodium Tartrate Dihydrate Water Standard Ex. Merck terhadap hasil pembakuan Karl Fischer. Prosedur yang dilakukan adalah membandingkan Metode 1 menggunakan Reagen HYDRANAL™ - Water Standard 10.0 dengan Metode 1 menggunakan Reagen Sodium Tartrate Dihydrate Water Standard. Hasil yang didapatkan yaitu Metode 2 (SODIUM TARTRATE DIHYDRATE WATER STANDARD) lebih mendekati syarat untuk hasil pembakuan serta memiliki nilai RSD hasil pembakuan dan analisis % kadar air sesuai yang dipersyaratkan untuk Hydranal Titrant Composite 5. Sedangkan untuk Hydranal Titrant 5 didapatkan bahwa pembakuan menggunakan Metode 1 (Reagen HYDRANAL™ - Water Standard 10.0) dan Metode 2 (SODIUM TARTRATE DIHYDRATE WATER STANDARD) adalah setara namun untuk perhitungan % kadar air didapatkan Metode 2 (SODIUM TARTRATE DIHYDRATE WATER STANDARD) lebih memenuhi syarat dibandingkan dengan Metode 1 (Reagen HYDRANAL™ - Water Standard 10.0)
Measuring the water content in food can be determined by several methods, namely the drying method (thermogravimetry), the distillation method (thermovolumetry), the physical method, and the chemical method using Karl Fischer. The Karl Fischer method requires standardization of the solution or standardization of the solution which aims to determine the exact concentration of the solution to be used for volumetric analysis. Sodium Tartrate Dihydrate Water Standard Ex. Merck can be an option as a standard or standard in Karl Fischer titrations. Therefore, a standard reagent diversification study was carried out which aimed to compare the standardization of Karl Fischer using the HYDRANAL™ - Water Standard 10.0 Ex reagent. Fluca Analytical (existing) with Sodium Tartrate Dihydrate Water Standard Ex. Merck to standardization results of Karl Fischer. The procedure performed was to compare Method 1 using HYDRANAL™ - Water Standard 10.0 Reagent with Method 1 using Sodium Tartrate Dihydrate Water Standard Reagent. The results obtained are Method 2 (SODIUM TARTRATE DIHYDRATE WATER STANDARD) which is closer to the requirements for standardization results and has an RSD value resulting from standardization and analysis of % water content as required for Hydranal Titrant Composite 5. Meanwhile, for Hydranal Titrant 5 it was found that standardization used Method 1 (HYDRANAL™ Reagent - Water Standard 10.0) and Method 2 (SODIUM TARTRATE DIHYDRATE WATER STANDARD) are equivalent but for the calculation of % water content, Method 2 (SODIUM TARTRATE DIHYDRATE WATER STANDARD) is more qualified than Method 1 (Reagent HYDRANAL™ - Water Standard 10.0)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ricka Dewi Dato Lolang
"
ABSTRAKMembakukan istilah adalah menjadikan istilah sebagai standar, tolok ukur atau panutan. Sanyak hal yang hares diperhatikan dalam proses pembakuan istilah. Dibanding-kan dengan bahasa Jerman yang proses pembakuan istilahnya sudah lebih lanjut, pembakuan istilah bahasa Indonesia dirasakan oleh beberapa pihak asal-asalan. Terha_dap proses pembakuan istilah bahasa Jerman dan bahasa Indonesia dilakukan suatu penelitian kontrastif untuk meiihat sejauh mana kelebihan dan kekurangannya. Dalam penelitian ini dijabarkan proses pembakuan istilah ditinjau Bari segi historis, peranan lembaga bahasa, serta d,ampak pembakuan istilah bagi kelangsungan pemakaian bahasa dewasa ini.
Hasil analisis kontrastif memperlihatkan perbedaan-perbedaan proses pembakuan istilah bahasa Jerman dan bahasa Indonesia.
Pada awal perkembangannya bahasa Jerman dan bahasa Indonesia sangat banyak menyerap kosa kata bahasa asing. Masing-masing mempunyai Sara tersendiri untuk menghadapi membanjirnya pengaruh bahasa asing. Kekurangan yang terlihat jelas dalam bahasa Indonesia adalah hubungan kelembagaan yang kurang erat antara Pusat bahasa dengan kalangan dan badan-badan lain, juga kurangnya publikasi dalam menyebarkan istilah-istilah. Satu hal yang perlu diperhatikan, pembakuan istilah dimaksudkan bukan untuk mematikan kreatifitas lembaga, badan maupun perseorangan dalam membentuk istilah.
"
1990
S15005
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dini Amanda Putri
"Makalah ini merupakan penelitian mengenai perbedaan penggunaan bahasa vernakular dan standar antara lakilaki dan perempuan dengan menggunakan metode kajian pustaka. Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam berbicara, baik dalam aspek fonologi, tata bahasa, maupun kosa kata. Selain itu, menurut beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat kecenderungan penggunaan bentuk bahasa yang berbeda: laki-laki dianggap lebih sering menggunakan bahasa vernakular, sementara perempuan lebih cenderung memilih bentuk standar. Makalah ini juga akan membahas mengenai faktor-faktor yang mungkin menjadi dasar kecenderungan tersebut, di antaranya kesadaran akan status sosial, ekspektasi masyarakat terhadap kedua gender, dan maskulinitas. Tidak hanya alasan, makalah ini juga akan membahas konsekuensi yang mungkin terjadi karena penggunaan kedua bentuk bahasa yang berbeda tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa laki-laki lebih sering menggunakan bahasa vernakular dan perempuan lebih senang menggunakan bahasa standar karena beberapa faktor, yang kemudian akan memberikan beberapa konsekuensi.
This paper is a research focusing on the differences in using vernacular and standard language between men and women by using literature review. Men and women have some distinctions in speaking, not only in phonological aspect, but also in grammar and vocabulary. Furthermore, according to some research conducted, there are different tendencies in language forms use: men are considered to use vernacular forms more often, while women tend to choose standard forms. This paper will also discuss about some factors that might be the reasons behind those tendencies, which are the social status awareness, society?s expectation towards both gender, and masculinity. Not only the reasons, this paper will also discuss about the consequences that might happen because of the different use of language forms mentioned. This research concludes that men use vernacular forms more often indeed, and women prefer standard forms because of some factors, which will be followed by some consequences. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library