Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oktavery Kamil
"Permasalahan HIV/AIDS di Indonesia pada kelompok pengguna narkoba suntik semakin membesar. Pada akhir tahun 2002 diperkirakan terdapat 110-130 ribu orang yang suduah terinfeksi HIV/AIDS. Diperkirakan pula bahwa sumbangan kasus dari faktor penularan melalui penggunaan jarum suntik mencapai 36% dari jumlah tersebut.
Upaya pencegahan HIVIAIDS pada kelompok pengguna narkoba suntik masih dapat dikatakan baru di Indonesia. Salah satu model intervensi yang sudah diterapkan saat ini adalah Indigenous Leader Outreach Model (ILOM). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pengalaman 2 lembaga yang melakukan intervensi pada pengguna narkoba suntik dengan menggunakan ILOM sebagai kerangka intervensinya. Tujuan lain adalah untuk mengidentifikasi faktor panting yang berpengaruh dalam intervensi dari faktor internal dan ekstemal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dari 2 lembaga yang melakukan intervensi. Data sekunder dan primer berupa laporan, dokumentasi program, serta catatan basil observasi lapangan, wawancara dan diskusi digunakan sebagai bahan penelitian. Data yang dikumpulkan dianlisa secara deskriptif untuk memberikan gambaran mendalam tentang pelaksanaan intervensi.
Dalam intervensi yang menggunakan ILOM, titik berat intervensi adalah pada proses penjangkauan dan pendampingan di lapangan. Proses ini meliputi kegiatan dalam membuka akses pads kelompok sasaran; pemberian informasi untuk meningkatkan kepedulian pada pengguna narkoba suntik; melibatkan kelompok sasaran dalam proses penilaian risiko pribadi; mendukung dan mempertahankan perubahan perilaku yang terjadi; dan melibatkan kelompok sasaran dalam upaya advokasi pencegahan HlV/AIDS.
Penelitian menunjukkan bahwa model ILOM dapat diterapkan dalam proses intervensi sesuai dengan tujuan-tujuan yang menjadi strategi program intervensi. Proses penjangkauan lapangan yang dilakukan oleh pare petugas lapangan yang berlatar belakang pengguna narkoba suntik terlihat dapat berjalan sesuai dengan arah program. Beberapa faktor panting yang mempengaruhi optimalnya intervensi antara lain: kepemimpinan dalam pelaksanaan intervensi, peran koordinator lapangan dalam proses penjangkauan, dukungan terhadap petugas lapangan, serta sistem dokumentasi proses penjangkauan.
Pengalaman kedua program menunjukkan kebutuhan yang tinggi terhadap dukungan pemerintah untuk menunjang suksesnya pelaksanaan intervensi. Dukungan berupa pengakuan terhadap kerja penjangkauan lapangan dan sistem rujukan Iayanan kesehatan dirasa akan sangat membantu proses kerja penjangkauan di lapangan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Ratna
"Semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah sampai pada tahap yang rnengkhuatirkan sedangkan obat yang bisa menyembuhkan sampai saat ini belum ditemukan. Khususnya DKI Jakarta saat ini menduduki peringkat pertama. Jakarta Utara yang merupakan salah satu daerah DKI Jakarta yang paling padat dan merupakan daerah pelabuhan memiliki mobilitas penduduk yang cukup tinggi dan marak dengan pelacuran sangat rentan untuk tempat berkembangriya HIV/AIDS. Berdasarkan pertimbangan inilah maka sejak Mei 1996 telah ditamukan program intervensi dengan pendekatan community-based yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat dalam melakukan pencegahan HIV/ AIDS di Kecamatan Cilineing dengan sasaran tahap pertama adalah Kelurahan Cilineing.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mania dampak program intervensi tersebut terhadap pengetahuan, sikap dan praktek pencegahan HIV/AIDS. Dengan menggunakan rancangan penelitian kuasi eksperimen dimana Kelurahan Cilincing sebagai daerah intervensi dan Kelurahan Rorotan sebagai daerah kontrol. Total sampet 400 kepala keluarga berusia 15-49 tahun dimana 200 kepala keluarga dari daerah intervensi dan 200 kepala keluarga dari daerah kontrol, keluarga ini diwawancarai langsung ke nunah dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dialah secara univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji t, tabulasi silang dan regresi logistik.
Hasil analisis menunjukkan peningkatan terjadi namun tidak bermakna secara statistik baik pada kelompok responden pengetahuan pencegahan HIV/IAIDSnya sedang ( P = 0,862) dan kelompok responden pengetahuan pencegahan HIV/AIDS tinggi (P = 0,625). Karakteristik yang berhubungan secara bermakna pada kelompok yang pengetahuan pencegahan HIV/AIDSnya sedang adalah lama pendidikan responden (P 0,003) dan media informasi (P = 0,000).
Pada Kelompok responden pengetahuan pencegahan HIV/AIDSnya tinggi tidak ditemukan adanya peningkatan yang bermakna (P = 0,625). Variabel yang menunjukkan hubungan bermakna adalah pendidikan (P = 0,000) dan lama membaca (P=0,006). Bagi responden yang sikapnya negatif terhadap pencegahan HIV/AIDS tidak ditemukan adanya peningkatan yang bermakna (P=0,129). Variabel yang berhubungan secara bennakna adalah pendidikan (P= 0,002) dan media informasi (P=0,000).
Peningkatan sikap pada kelompok responden yang memiliki sikap yang positif terhadap pencegahan HIV/AIDS tidak secara bermakna (P = 0,666) dan tidak ada veriabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna. Peningkatan praktek pencegahan pada kelompok yang pencegahan HIV/AIDSnya buruk tidak terjadi secaca bermakna dimana nilai P = 0,095. Variabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna adalah lama pendidikan responden (P = 0,003) dan media informasi (P = 0,000). Bagi kelompok responden yang praktek pencegahan HIV/AIDSnya baik tidak ditemukan adanya peningkatan yang bermakna dimana ditemukan nilai P = 0,231. Variabel yang menunjukkan hubungan yang bermakna adalah lama membaca dan umur responden.

The increasing of HIV/AIDS cases in Indonesia is now arrived on terrible condition meanwhile the medicine to cure is not found yet. Especially DKI Jakarta now take the first place on HIV/AIDS cases in Indonesia. North Jakarta as the part of DKI Jakarta is the highest population and harbor area which has the high population mobility and a lot of prostitution areas where the place of HI /AIDS could be well transmitted. Based on this condition since May 1996 the intervention program was organized which purpose to enable the community to prevent HIV/AIDS transmitting by themselves in Kecamatan Cilincing with the started area was Kelurahan Cilincing.
The objective of the study was to know the impact of intervention program on the community knowledge, attitude and practice about HIV/ AIDS prevention. The study used quasi-experiment design where Kelurahan Cilincing was the intervention area and Kelurahan Rorotan was the control are. The number of total samples were 400 households which were 200 households came from the intervention area and 200 households from control area. The households were interviewed door to door by using questioner. The collected data was analyzed by using t-test, cross -- tabulation and logistic regression.
The result showed the impact of program intervention was not statistically significant even the group with sufficient (P=0,862) and high (P=0,625) knowledge about IIIVIAIDS prevention. The variables those are showed significant relationship in group with sufficient knowledge about HIVIAIDS prevention were length of education (P= 0,003) and media of information factors (P= 0,000). The variables those are showed significant relationship with high knowledge about HIV/AIDS prevention were length of education (P=0,000) and length of reading factors (P= 0,006).
Respondent group with negative attitude to HIV/AIDS prevention was not significantly improved (P=0,129) and the variables those are showed the significant relationship were length of education (P- 0,002) and media of information factors (P= 0, 000). The group with positive attitude to HIV/AIDS prevention was not significantly improved (P= 0,666) and there was no variables which was significant relationship.
The improving of group with worse HIV/AIDS prevention was not statistically significant (P= 0,095). The variables those are showed significant relationship were length of education (P=0,003) and media of information factors (P= 0,000). For the group with good HIV/AIDS prevention was not significantly improved (P= 0,231) and no variables were significantly relationship."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Dewi Pusparini
"[Penelitian ini membahas tentang modal sosial apa saja yang dimiliki LSM Bandungwangi sekaligus melihat bagaimana peran modal sosial tersebut dalam upaya pencegahaan penularan HIV AIDS yang dilakukan di kalangan PSP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bandungwangi sebagai sebuah LSM memiliki modal sosial berupa jaringan sosial yang menciptakan ikatan sosial antara Bandungwangi dengan PSP lembaga donor pemerintah. LSM lain dan antar Staf dalam Bandungwangi sendiri Ikatan sosial ini nyatanya membangun nilai dan norma bersama mengenai kebiasaan sehari hari nilai bekerja sebagai PSP dan kelebihan Bandungwangi dalam menjangkau komunitas PSP. Nilai dan norma bersama ini yang kemudian membangun kepercayaan antar aktor. Bentuk modal sosial seperti ini menandakan bahwa bonding dan bridging Bandungwangi kepada aktor aktor tersebut berhasil dibangun. Penelitian ini juga menemukan bahwa kelemahan modal sosial Bandungwangi terletak pada jaringannya dengan LSM lain yang kurang dimaksimalkan. Masing masing bentuk modal sosial yang dimiliki LSM Bandungwangi juga terbukti berperan dalam membangun komunikasi kordinasi meningkatkan reputasi hingga menciptakan tindakan kolektif upaya pencegahan penularan HIV AIDS pada tataran partisipasi kegiatan. Penelitian ini mengisi kekosongan pembahasan mengenai modal sosial LSM dalam upaya pencegahan penularan HIV AIDS di kalangan PSP yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus pada LSM Bandungwangi. Terdapat 12 informan dalam penelitian ini yang dipilih secara purposive.

This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers. This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS. The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers. This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers. Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi's bonding and bridging to another actors perfectly build. The finding also shows that the weakness of Bandungwangi's social capital is social network with other NGO. Each of these forms Bandungwangi's social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS. This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before. This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta. Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling.;This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling;This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling, This study discusses about what kind of social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers This study also looking for how social capital influence of preventing the contagious of HIV AIDS The finding shows that Bandungwangi as an NGO has social capital there are social network who created social tie among Bandungwangi sex workers funding organizations government another NGOs and Stafs in Bandungwangi who was sex workers This social tie builds the collective values and norms about daily habits work rsquo s point of view as sex workers Collective values and norms build the trust between the actors This kind of social capital mark that Bandungwangi rsquo s bonding and bridging to another actors perfectly build The finding also shows that the weakness of Bandungwangi rsquo s social capital is social network with other NGO Each of these forms Bandungwangi rsquo s social capital also proved instrumental in building communication coordination improved reputation and creating collective action to participation activities of preventing the contagious of HIV AIDS This study fills a void a discusiion about social capital NGO in preventing the contagious of HIV AIDS by women sex workers that has never been done before This study using qualitative approach with study case strategy in Bandungwangi NGO in East Jakarta Consist of twelfth participants they were selected by purposive sampling]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamularsih Swandari
"Para epidemiologi memperkirakan sebanyak 90.000-130.000 orang terinfeksi H!V pada akhir 2002. Situasi ini berpotensi terus meluas bila tidak dilakukan upaya¬upaya untuk mengurangi risiko penularan secara efektif di masyarakat. Bila tidak ada kegiatan pencegahan yang berhasil, diperkirakan pada tahun 2003 akan terdapat sebanyak 80 ribu kasus baru HIV positif. Diperkirakan pula terdapat 13-20 juta orang yang rawan tertular HIV di Indonesia. Kelompok rawan tertular HIV/AIDS tersebut meliputi: lelaki pelanggan penjaja seks, perempuan penjaja seks, penasun, waria dan gay, serta pasangan dari kelompok berperilaku risiko tinggi. Dari beberapa kelompok rawan penularan HIV/AIDS, kelompok penasun menempati kelompok yang paling rawan yaitu 38 %.
Kelompok pengguna narkoba merupakan salah satu komunitas yang "hidden population" , dalam anti komunitas yang kurang mendapat akses informasi dan akses untuk mendapatkan layanan. Selain itu kelompok ini mendapat stigma dan diskriminasi terkait dengan penggunaan narkoba dan HIV/AIDS. Dari stigma dan diskriminasi ini, penasun mempunyai perilaku penggunaan obat dengan cara suntik yang berisiko untuk penularan HIV/AIDS karena penggunaan jarum suntik yang bergantian dan tidak steril. Kelompok penasun berisiko juga untuk menularkan HIV ke kelompok masyarakat lain (seperti pasangan seks IOU, dan anak-anaknya) melalui perilaku seksual yang tidak aman.
Program Harm Reduction sebagai salah satu program yang dikembangkan dalam upaya menanggulangi HIV di kalangan pengguna narkoba suntik (Penasun) dan mengurangi resiko penularan ke kelompok masyarakat luas. Program ini sudah terbukti di beberapa negara dapat menghambat laju penyebaran epidemic HIV. konsep Harm reduction bertujuan untuk mengurangi resiko yang lebih buruk dan penggunaan narkoba yaitu penularan HIV/AIDS. Namun demikian, issue ini menyangkut dua upaya sekaligus yaitu upaya penanggulangan narkoba dan upaya melindungi kesehatan masyarakat. Sehingga dalam prakteknya, program Harm Reduction masih kontroversial di masyarakat terutama untuk dua komponen program yaitu penggunaan jarum steril dan substitusi obat.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pengernbangan program penanggulangan HIV/AIDS di kelompok penasun yang diwakili oleh sebuah lembaga pelaksana program yaitu Kios Informasi Kesehatan PKPM UNIKA atma Jaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian desknptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara kepada pelaksana program, Mien penasun dan praktisi yang mempelopori respon terhadap epidemi dan perwakilan dari pemerintah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi pelaporan, hasil penelitian dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Di dalam memberikan gambaran pengembangan program penanggulangan HIV/AIDS.
Respon yang diberikan dalam 3-4 tahun terakhir, sudah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat dalam perkembangan program Harm Reduction. Sejak tahun 2002 sampai saat ini yang telah melibatkan minimal 26 lembaga pelaksana di masyarakat dan program HR di Lapas/Rutan di 12 propinsi_ Selain itu dari dua lembaga yang terkait dengan issue ini yaitu KPA dan BNN sudah mempunyai kesepakatan bersama yang dapat dijadikan sebagai dasar di dalam pendeapan program di lapangan. Namun sosialisasi mengenai kesepakatan itu perlu ditingkatkan oleh masing-masing lembaga sampai ke tingkat jajaran operasional.
Pengalaman KIDS sebagai salah satu pelaksana program penanggulangan HIV/AIDS dengan menggunakan pendekatan Harm Reduction menunjukkan bahwa semua stakeholder yang ada harus terlibat aktif sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Dukungan terhadap pengakuan bahwa perrnasalahan HIV/AIDS merupakan masalah bersama sangat dibutuhkan di dalam tindakan dan kebijakan praktis sehingga benar-benar dapat dilaksanakan.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program Harm Reduction antara lain penggunaan staff yang mayoritas berasal dan kelompok sasaran, sehingga akses untuk dapat masuk dan memberikan layanan akan lebih baik. Faktor penghambat interbal adalah kemungkinan relaps dari staf KIDS yang mantan penasun dan sebagai issue yang masih baru di Indonesia, kemampuan pelaksana program masih terus belajar sambil menjalankan program. Sedangkan dari ekternal, faktor pendukung adalah adanya kebijakan dari pemerintah yang dapat berperan sebagai 'payung hukum'pelaksanaan program Harm Reduction. Sehingga pelaksana program yang terjun langsung di lapangan dapat secara aman dan nyaman menjalankan program.
K1OS di dalam mengembangkan program dengan layanan yang komprehensif dan terpadu, memberikan gambaran bagaimana sebuah Iayanan yang dilakukan berada di dalam satu pengelolaan memberikan kemudahan dan mendukung kelompok sasaran untuk berperan di dalam upaya pengurangan risiko penularan HIV. Beberapa faktor yang penting di dalam pengembangan program untuk penanggulangan HIV/AIDS dari pengalaman KIDS adalah kerjasama dan membangun jaringan, untuk memberikan Iayanan yang Iengkap sesuai kebutuhan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22559
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaniago, Dilla Yulian
"Angka penularan HIV/AIDS masih terus bertambah pada saat ini. Penggunaan akun alter-ego di twitter telah menjadi salah satu media untuk transaksi seksual. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data primer. Hasil analisis inferens dengan uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan (nilai p = 0,519; POR = 1,42; 95% CI = 0,48 – 4,23) dan sikap (nilai p = 0,285; POR = 0,58; 95% CI = 0,26-1,33) terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Namun analisis menunjukkan terdapat hubungan antara usia (nilai p = 0,030; POR = 0,33; 95% CI = 0,13 – 0,83), status pekerjaan (nilai p = 0,045; POR = 0,38; 95% CI = 0,16 – 0,90), dan status perkawinan (nilai p = 0,020; POR = 0,11; 95% CI = 0,01 – 0,93) terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Program dan pelayanan kesehatan perlu melakukan penjangkauan pemberian pendidikan dan promosi kesehatan terkait HIV/AIDS pada pengguna akun alter-ego di twitter dengan memaksimalkan penggunaan internet serta sosial media misalnya mengadakan webinar terkait HIV/AIDS dan memperkuat kolaborasi dengan lintas sektor lainnya seperti perusahaan, dinas kesehatan setempat, LSM dan lainnya.

The rate of transmission of HIV/AIDS is still increasing at this time. The use of alter-ego accounts on Twitter has become a medium for sexual transactions. This study aims to identify the relationship between the level of knowledge and attitudes towards HIV/AIDS prevention behavior. This study is a quantitative study with a cross-sectional design and uses primary data. The results of the inference analysis using the chi-square test showed that there was no relationship between the level of knowledge (p value = 0.519; POR = 1.42; 95% CI = 0.48 – 4.23) and attitude (p value = 0.285; POR = 0 ,58; 95% CI = 0.26 – 1.33) on HIV/AIDS prevention behavior. However, the analysis showed that there was a relationship between age (p value = 0.030; POR = 0.33; 95% CI = 0.13 – 0.83), employment status (p value = 0.045; POR = 0.38; 95% CI = 0.16 – 0.90), and marital status (p value = 0.020; POR = 0.11; 95% CI = 0.01 – 0.93) on HIV/AIDS prevention behavior. Health programs and services need to outreach the provision of education and health promotion related to HIV/AIDS to alter-ego account users on Twitter by maximizing the use of the internet and social media, for example holding webinars related to HIV/AIDS and strengthening collaboration with other cross-sectors such as companies, health offices local, NGOs and others."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor (faktor predisposisi yaitu umur, pengetahuan tentang HIV AIDS, sikap terhadap penggunaan kondom, faktor pendukung yaitu keterpaparan program HIV AIDS dan ketersediaan kondom, faktor penguat yaitu adanya kelompok dukungan sebaya yang berhubungan dengan praktek penggunaan kondom pada kelompok waria di Kota Tangerang tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 151 waria yang diambil dari seluruh total sampel dan kuesioner sebagai alat ukur penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 55,6% responden selalu menggunakan kondom, 56,3% berumur sama dengan 30 tahun, 57,6% berpengetahuan baik, 51,7% bersikap negatif terhadap penggunaan kondom, 53,6% terpapar program HIV AIDS, 62,3% tersedia kondom, 76,2% ada Kelompok dukungan sebaya. Menurut uji chi square terdapat 4 variabel yang memiliki hubungan signifikan terhadap praktek penggunaan kondom pada waria yaitu pengetahuan mengenai HIV AIDS, keterpaparan program HIV AIDS, ketersediaan kondom, dan dukungan kelompok sebaya. Faktor yang paling dominan adalah keterpaparan program HIV AIDS terhadap praktek penggunaan kondom pada waria.

The purpose of this study was to determine the factors (predisposing factors such as age, knowledge about HIV AIDS, attitudes towards condom use, enabling factors are exposure to HIV AIDS program and the availability of condoms, reinforcing factor is the existence of peer support groups associated with the practice of the use of condoms on transsexuals in Tangerang city in 2015. This study used cross sectional design with a sample totaling 151 transvestites taken of the total sample and questionnaire as a measuring tool of the study.
The results of this study showed that 55.6% of respondents always use a condom, 56.3 % of the same age to 30 years, 57.6% good knowledge, 51.7% negative attitudes toward condom use, 53.6% are exposed to HIV AIDS program, 62.3% provided condoms, 76.2% no peer support groups. According to chi square test there are four variables that have a significant relation to the practice of condom use on transsexuals that knowledge about HIV AIDS, exposure to HIV AIDS program, the availability of condoms, and peer support. The most dominant factor is the exposure of HIV-AIDS program to the practice of the use of condoms on a transsexual.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi dalam perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada lelaki seks lelaki LSL . Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan 111 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner HIV-KQ-18 dan Safer Sex Behaviour Questionnaire SSBQ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS r = 0.202, p-value = 0.034 pada kelompok LSL di Kota Depok. Hasil penelitian ini menyarankan agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan kontribusi berupa edukasi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada LSL dengan berkolaborasi bersama pihak lembaga swadaya masyarakat LSM dan sekolah menegah sebagai pendukung dalam pemberian pendidikan seks.

Knowledge is one of the important factors that influence the preventive behavior of HIV AIDS transmission. This study aimed to analyze the correlation between knowledge level and preventive behavior of HIV AIDS among men who have sex with men MSM . The research design used cross sectional, involved 111 respondents whom selected by purposive sampling. The instrument used the HIV KQ 18 questionnaire and the Safer Sex Behavior Questionnaire SSBQ . The result showed that there was a significant correlation between the level of knowledge with the preventive behavior of HIV AIDS r 0.202, p value 0.034 among MSM in Depok City. This study suggests that other healthcare providers especially nurses can contribute to provide the education about preventive behaviour of HIV AIDS transmission among MSM and collaborate with non goverment organizations and school Senior High School as the main enabling factors to provide sex education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supartini
"Hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa Ierhadap program penoegahan AIDS di SMU Negeri 12 Jakarta. Penelitian dengan sampel siswa SMU Negeri 12 Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan periiaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, balk secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama. Subyek berjumiah 300 siswa. 122 siswa laki- Iaki dan 118 siswa perempuan Data diperoleh melalui tiga buah instrumen dalam bentuk tes untuk mengungkap pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS, serta instrumen tentang perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS. Ketiga instrumen tersebut memiliki koehsien reliabiiitas masing-masing secara berturut-turut sebesar 0,8608, 0,9430, dan 0,7609.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara (1) pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS, dengan koetisien korelasi sebesar 0,242 dan sangat signifikan pada taraf Alpha 0,05 (2) pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, dengan koeisien korelasi sebesar 0,410 dan sangat signitikan pada taraf Alpha 0,05 (3) dan pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS dengan koetisien korelasi sebesar 0,49."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S7241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Suparno
"Tulisan ini menganalisis dampak kegiatan KIE-HIV/AIDS oleh kelompok pendidik sebaya terhadap perubahan perilaku berisiko terinfeksi HIV/ AIDS di kalangan IDU di Jakarta, 2003. Fokus perubahan perilaku yang diamati adalah praktek yang terkait dengan penggunaan peralatan suntikan dan hubungan seksual. Praktek yang terkait dengan penggunaan peralatan suntikan yang diamati antara lain status kelangsungan pemakaian NAPZA dengan suntikan, penggunaan jarum suntik bersama, penggunaan peralatan tempat pencampur larutan NAPZA secara bersama dan sterilisasi peralatan suntikan. Perilaku hubungan seks yang diamati adalah jumlah pasangan seks dan konsistensi penggunaan kondom dalam melakukan hubungan seks.
Model penelitiannya adalah one group pre-posies, yaitu rancangan penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok subyek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakukan pada subyek. Perbedaan kedua hasil pengukuran ini dianggap sebagai dampak/ efek perlakulan. Jumlah subyek penelitian yang terlibat sebanyak 327 IDU. Pemilihan sampel menggunakan metode multiplikasi nominasi. Yaitu memperoleh sampel dengan cara snowball dengan melibatkan orang kunci yang berperan untuk menunjukkan sejumlah IDU secara acak. Analisis data menggunakan dasar perhitungan uji McNemar untuk mengetahui signifikasi perubahan perilaku yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). proporsi IDU yang menghentikan menggunakan NAPZA dengan suntikan cenderung meningkat namun berdasar hasil uji statistik , peningkatan tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan selama pasca intervensi, 2). terjadi penurunan proporsi IDU yang menggunakan jarum dan semprit secara bersama selama intevensi, 3). terjadi perubahan perilaku yang lebih baik dalam praktek mensucihamakan jarum dan sempritnya namun dengan intensitas (sampai tiga kali). Pemberian KIE ternyata tidak diiikuti dengan meningkatkannya proporsi IDU yang mensucihamakan peralatan suntikan dengan bleach, 4). analisis terhadap praktek penggunaan tempat pelarut ternyata menunjukkan perubahan perilaku yang lebih baik, yaitu menggunakan tempat milik sendiri (tidak berbagi dalam wadah) selama intervensi berlangsung. 5). dalam upaya merubah perilaku seks yang berisiko hasilnya terlihat adanya kecenderungan menurunnya proporsi IDU yang melakukan hubungan seks dengan banyak atau berganti-ganti pasangan. dan kecenderungan tersebut belum menunjukkan perubahan proporsi yang signifikan secara statistik dan 5). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa proporsi IDU yang selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks dengan orang lain meningkat secara signifikan selama intervensi berlangsung.
Daftar bacaan : 45 ( 1993 - 2003 )

Effect of HIV/AIDS Information, Education, and Communications (IEC) Among Intravenous Drug Users (Edus) Through Peer Educators on the Changes in HIV/AIDS Risk Behaviors in Jakarta, 2003This thesis examines the impact of IEC through peer educators on HIVIAIDS to IDUs in Jakarta. The focus of the study includes changes in risk behaviors relating to IDU and risky sex. Observed behaviors relating to IDU include use of needles and syringes, sharing behaviors. and sterilization, while those relating to risky sex include: multiple sex partners and condom use.
The study used a one group pre- and post-test approach, using one subject group for pre- and post testing intervention method to observe the level of changes behavior and as indicative of the intervention impact. The subject included a total of 327 IDUs. The samples were selected using a multiple nomination by snowballing through key persons. These were then randomly selected. Data analysis basically utilized McNemar test of significance.
The results indicate several interesting points: 1) that although the proportion of IDUs who reduced injected drugs tend to increase, the post intervention results (based on 1 year period) have not been statistically significant, 2) with increasing intensity of EEC on HIVIAIDS and harm reduction, there were some changes in risk behaviors relating to sharing of needles_ 3) although sterilization behaviors tend to improve somewhat, and IOUs have tend to use their own containers, however bleaching practices does not seem to have improved significantly, 4) 1EC have not resulted in significant changes in risky sex although a few IDUs reported less sex with less number of partners, and 5) IEC have, however, resulted in improved consistent condom use among IDUs.
References: 45 (1993 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>