Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bety Hayat Susanti
"Penelitian ini bertujuan melakukan analisis empiris mengenai konvergensi produktivitas tenaga kerja sektoral antar provinsi di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan konvergensi sigma dan beta untuk melihat kecepatan konvergensi produktivitas tenaga kerja sektoral dan half-life converogence. Hasil analisis statis dengan menggunakan konvergensi sigma menunjukkan bahwa konvergensi terjadi secara kuat pada sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan dan agregat. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan justru mengalami divergensi. Analisis konvergensi absolut dengan menggunakan konvergensi beta menunjukkan bahwa konvergensi terjadi secara bervariasi selama periode tahun 1987-2003. Estimasi kecepatan konvergensi absolut dalam 16 tahun terakhir berkisar antara 1.55-7.66 persen per tahun yang berimplikasi pada half life of convergence antara 9-45 tahun. Model persamaan regresi dengan menggunakan data panel yang mengijinkan perbedaan fungsi produksi antar perekonomian menghasilkan estimasi kecepatan konvergensi yang jauh lebih tinggi yaitu berkisar antara 4.98-9.92 peersen per tahun dan berimplikasi pada half lige of convergence antara 7.14 tahun. Di antara sembilan sektor yang ada kecepatan konvergensi produktivitas pada sektor pertanian adalah yang terendah dan sektor industri dan jasa mempunyai kecepatan konvergensi paling tinggi."
2006
JUKE-2-1-Agust2006-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bety Hayat Susanti
"Dengan latar belakang isu disparitas, produktivitas regional, penelitian ini mencoba membahas analisa empirik dari konvergensi produktivitas tenaga kerja pada tingkat sektoral antar propinsi di Indonesia selama periode 1987-2003.
Analisa konvergensi sigma menunjukkan bahwa penurunan dalam disparitas produktivitas tenaga kerja sektoral antar propinsi mengalami pasang surut dalam 16 tahun terakhir. Dengan menggunakan analisa statis (konvergensi sigma atau a-convergence) memperlihatkan hasil dimana konvergensi terjadi secara kuat pada sektor pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; dan agregat. Sementara itu, sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami divergensi.
Sementara itu, analisa konvergensi absolut dari produktivitas tenaga kerja sektoral dengan menggunakan konvergensi beta (β-convergence) terjadi secara bervariasi selama periode 1987-2003. Estimasi kecepatan konvergensi absolut dalam 16 tahun terakhir berkisar antara 1,55% sampai 7,66% per tahun yang berimplikasi the half life convergence adalah antara 9 sampai 45 tahun. Sementara itu, regresi dengan metode data panel yang mengizinkan perbedaan fungsi produksi antar perekonomian, menghasilkan estimasi kecepatan konvergensi yang jauh lebih tinggi yang berkisar antara 4,98% sampai 9,92% per tahun yang berimplikasi the half-life convergence adalah antara 7 sampai 14 tahun.
Kecepatan konvergensi absolut produktivitas agregat lebih rendah bila dibandingkan dengan 9 (sembilan) sektor lainnya, yang kemudian diikuti oleh sektor pertanian. Sementara itu, sektor industri dan jasa merupakan sektor-sektor yang mempunyai kecepatan konvergensi paling tinggi untuk regresi dengan metode data panel yang mengizinkan perbedaan fungsi produksi antar perekonomian. Hal ini dapat dipahami karena sebagian besar aktivitas perekonomian (terutama industri dan jasa) lebih banyak terpusat di Pulau Jawa, sementara di daerah lainnya relatif tidak merata."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Setiadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konvergensi produktivitas tenaga kerja industri besar dan sedang sektor manufaktur dengan data panel untuk dua puluh enam propinsi di Indonesia dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2012. Untuk mengestimasi konvergensi penelitian ini menggunakan interval waktu tiga tahun dan lima tahun. Hasil Penelitian memperlihatkan bahwa konvergensi-β non-kondisional dan kondisional eksis pada industri besar dan sedang sektor manufaktur di Indonesia. Untuk Konvergensi-β non kondisional kecepatan konvergensi adalah 4,66 persen (periode tiga tahun) dan 6,83 persen (periode lima tahun) dengan halfway life selama 14,87 tahun (periode tiga tahun) dan 10,15 (periode lima tahun). Untuk Konvergensi-β non kondisional kecepatan konvergensi adalah 21,34 persen (periode tiga tahun) dan 27,16 persen (periode lima tahun) dengan halfway life selama 3,25 tahun (periode tiga tahun) dan 2,55 (periode lima tahun).

This study aims to analyze the convergence of labor productivity of large and medium industrial manufacturing sector with panel data for twenty-six provinces in Indonesia from 1988 until 2012. Result shows that β-convergence of non- conditional and conditional exist in large and medium industrial manufacturing sector in Indonesia. For non-conditional β-convergence speed of convergence is 4.66 per cent (three-year period) and 6.83 percent (five-year period) to halfway life for 14.87 years (three-year period) and 10.15 years (five-year period). For conditional β-convergence speed of convergence is 21.34 percent (three-year period) and 27.16 percent (five-year period) with halfway life for 3.25 years (three- year period) and 2.55 years (five-year period).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Fitri Yuniasih
"Abstract
Indonesia has been still experiencing regional economic disparity problems, including in labour productivity. This study employs dynamic panel approach to analyze convergence and to identify determinants of regional labour productivity during the period of 1987-2011. The System Generalized Method of Moments (Sys-GMM) estimation results show that regional convergence process occurs with speed of convergence of 0.06518 per year. Physical capital stock, human capital stock, total trade, and real wage give positive impacts. Therefore, government should prioritize in overcoming labour productivity disparity in Eastern Indonesia in which are more unequal than in Western Indonesia where interventions should be greater for provinces with lower labour productivity.
Abstrak
Indonesia masih mengalami masalah terkait dengan disparitas perekonomian regional, termasuk dalam hal produktivitas tenaga kerja. Studi ini menggunakan pendekatan panel dinamis untuk menganalisis konvergensi dan mengidentikasi determinan produktivitas tenaga kerja regional selama periode 1987-2011. Model estimasi System Generalized Method of Moments (Sys-GMM) menunjukkan bahwa proses konvergensi regional terjadi dengan kecepatan konvergensi 0,06518 per tahun. Stok modal fisik, stok modal manusia, total perdagangan, dan upah riil ditemukan memberikan pengaruh positif. Pemerintah harus lebih memprioritaskan untuk mengatasi masalah disparitas produktivitas tenaga kerja di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang lebih timpang dibandingkan Kawasan Barat Indonesia (KBI) di mana intervensi harus lebih fokus terhadap provinsi-provinsi dengan tingkat produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah."
2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widita Kurniasari
"Tesis ini membahas tentang analisis pengaruh kredit perbankan dan tenaga kerja sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan metode data panel mulai tahun 2002 ? 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pertumbuhan kredit dan tenaga kerja sektoral terhadap pertumbuhan ekonomi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah baik total kredit maupun kredit investasi serta tenaga kerja sektoral memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan model fixed effect cross section specific coefficients, semua variabel kredit di tiap sektor memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kecuali variabel kredit sektor pertambangan dan penggalian. Dimana kredit sektor pertambangan dan penggalian kurang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian juga dengan semua variabel tenaga kerja di tiap sektor memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kecuali tenaga kerja sektor listrik, gas dan air bersih serta tenaga kerja sektor pertanian kurang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tenaga kerja sektor pertambangan dan penggalian pengaruhnya negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

This research discusses the impact of the credit to economic growth in Indonesia, with panel data method sectoral analysis 2002-2008. The objectives of the paper are to describe the influence of sectoral credit and employment growth to the economic growth. The results of this research is sectoral credit and employment growth have positive impact to the economic growth. Based on fixed effect cross section specific coefficients model, credit in each sector has a positive impact to the economic growth, except credit in mining and quarrying sector. Whereas credit in mining and quarrying sector has a very little impact to the economic growth. All sectoral employment variables have positive impact to the economic growth except employment in electricity, gas and water supply sector and also agriculture employment. These two employment sector have a little impact to the economic growth. On the other hand, employment in mining and quarrying sector has a negative impact to the economic growth."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27516
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adri Yelni
"Pembangunan sektor industri pengolahan (Manufacturing industry) sering mendapat perhatian prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional kebanyakan negara berkembang, karena sector ini dianggap sebagai perintis dalam pembangunan ekonomi negaranegara tersebut. Industrilisasi harus mampu mendorong perkembangan industri.
Penelitian mengenai pertumbuhan jangka pendek maupun jangka panjang telah banyak dilakukan. Antara lain adalah Profesor Simon Kuznet dan Profesor Hollis Chenery dari Universitas Harvard. Penelitiannya menunjukkan bahwa secara umum peranan sektor industri semakin lama tumbuh jauh lebih pesat dari sektor industri semakin lama tumbuh jauh lebih pesat dari sektor pertanian. Hal ini bisa dilihat dari sumbangan sektor industri pada Gross National Product yang semakin meningkat. Sejak Repelita II, strategi pembangunan ekonomi diarahkan pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas nasional dan pemerataan pembangunan dengan penekanan pada kegiatan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Yang kemudian pada Repelita selanjutnya ditekankan pada bahan baku menjadi bahan jadi.
Dalam buku Repelita V (lima) buku II disebutkan bahwa pembangunan sektor industri harus mampu membawa perubahan-perubahan fundamental dalam struktur ekonomi Indonesia sehingga kontribusi sektor di luar sektor pertanian terhadap produksi nasional semakin besar, sektor mampu mendorong perkembangan sektor industri sebagai penggerak utama di dalam perluasan lapangan kerja maupun peningkatan laju pertumbuhan ekonomi.
Kemudian pada pembangunan jangka panjang berikutnya lebih ditekankan pada pembangunan industri, sebagai basis pertumbuhan ekonomi sebagaimana ciri-ciri negara berkembang lainnya. Pengalaman meunujukkan bahwa industrilisasi menjadi gambaran umum dari tranformasi struktur perekeonomian yang erat kaitannya dengan peningkatan taraf hidup masyarakat, oleh karena itu produktivitas industri terus ditingkatkan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu arah dan strategi industrilisasi di Indonesia mengarah kepada ekspor. Peningkatan produktivitas input dan kualitas input dari output perlu diperhatikan dalam rangka memasuki pasar dunia yang penuh daya penuh daya saing dan dapat merebut pangsa pasar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darma Rika Swaramarinda
"Tesis ini menganalisis mengenai produktivitas tenaga kerja yang dimodelkan sebagai variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu investasi asing iangsung pada sektor industri pengolahan dan variabel lain yaitu intensitas modal dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan data panel pada sektor industri pengolahan di Indonesia. Panel data digunakan untuk 9 sub-sektor industri pada sektor industri pengolahan tahun 1993-2005. Model estimasi yang digunakan adalah random effect model. Analisis dilakukan dengan menggunakan panel data dengan random effect pada setiap subsektor industri pengolahan. Hasil dari penelitian ini adalah : (1) investasi asing langsung pada industri berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja, (2) Variabel lain yaitu intensitas modal dan ukuran perusahaan juga berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja.

This paper analyze about labor productivity is modeled as dependent variable on the degree of foreign direct investment in the manufacturing industry and other variables, namely capital intensity and firm size. This research uses a panel data in the Indonesian manufacturing industry sectors. A panel data set is used for 9 subsectors of the manufacturing industry during 1993-2005. The estimation model is used random effect model. The analysis uses the panel data analysis with random effect in those sulrsectors. Results of this research are; (1) foreign direct investment in the industry have a positive impact on labor productivity. (2) other variables, namely capital intensity and finn size also have a positive impact on labor productivity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27379
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Rohana
"Keterkaitan antara bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi merupakan suatu hal yang cukup rumit, Pertambahan penduduk dengan tendensinya berarti lebih banyak tersedianya salah satu faktor pokok dalam proses produksi yaitu tenaga kerja. Selanjutnya perubahan struktur penyerapan tenaga kerja merupakan penjelasan lebih lanjut dari eksistensi perubahan struktural ekonomi. Perubahan distribusi penyerapan tenaga kerja sektoral biasanya terjadi lebih lambat dibandingkan dengan perubahan peranan output secara sektoral, mengingat proses perpindahan tenaga kerja sangat lambat terutama bagi tenaga kerja yang berasal dari sektor dengan produktivitas rendah seperti sektor pertanian.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui: bagaimanakah pola struktural ekonomi dan pola penyerapan tenaga kerja sektoral di 30 propinsi di Indonesia; apakah perubahan struktural ekonomi sejalan dengan dan berpengaruh terhadap perubahan struktur penyerapan tenaga kerja sektoral di 30 propinsi di Indonesia; faktor-faktor apa Baja yang mempengaruhi jumlah penyerapan tenaga kerja sektoral di 30 propinsi di Indonesia - selama 20 tahun yaitu dari tahun 1980 hingga tahun 2000; dan menganalisa kebijakan mengenai perencanaan tenaga kerja di Indonesia. Pendekatan demometrik digunakan untuk membentuk model makro demoekonomi regional yang dimodifikasi dari model penyerapan tenaga kerja J. Ledent yang mencakup unsur-unsur pertumbuhan regional pada umumnya seperti populasi, net migration, output, dan juga upah yang mempengaruhi pasar tenaga kerja lokal yang menghubungkan antara populasi dan dinamika angkatan kerja. Secara fundamental, model demometrik merupakan gabungan antara model ekonometri dan model demografi.
Struktur ekonomi Indonesia secara nasional, sudah mengalami perubahan, dari sektor pertanian ke sektor-sektor lainnya khususnya sektor manufaktur; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pertambangan; sektor jasa; dan sektor bangunan. Akan tetapi kalau dilihat per region, tidak semua propinsi sudah mengalami perubahan struktural ekonomi demikian. Propinsi-propinsi Bengkulu, Gorontalo, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara (17 propinsi dari 30 propinsi di Indonesia) masih tetap bertumpu pada sektor pertanian. Propinsi-propinsi Bangka Belitung, Bali, Banten, DIY, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, Papua, Riau, dan Sumatera Selatan (13 propinsi dari 30 propinsi di Indonesia) telah mengalami perubahan struktural ekonomi dari sektor pertanian ke sektor manufaktur; sektor perdagangan, hotel, restoran; sektor pertambangan; sektor jasa; dan sektor bangunan.
Jumlah penyerapan tenaga kerja sektoral di 30 propinsi di Indonesia masih didominasi oleh sektor pertanian, dengan kata lain sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja walaupun dengan upah yang lebih rendah dari sektor-sektor lain (kecuali propinsi DKI Jaya). Ada beberapa propinsi dimana sektor pertanian; sektor manufaktur; sektor perdagangan, hotel, restoran; sektor pertambangan; sektor jasa; dan sektor bangunan sudah saling mendekat, seperti propinsi-propinsi Bali, Banten, DIY, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.
Selain terdapat propinsi-propinsi yang mengalami peningkatan dalam jumlah penyerapan tenaga kerjanya disebabkan karena perubahan populasi, net migration, output, dan juga upah; juga terdapat propinsi-propinsi yang mengalami penurunan dalam jumlah penyerapan tenaga kerjanya disebabkan karena perubahan populasi, net migration, output, dan juga upah (lihat label 19 dan 20). Bahkan terjadi pergeseran penyerapan tenaga kerja antar sektor (lihat label 21) dan antar propinsi (lihat label 22).
Perubahan struktur ekonomi menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah kesempatan kerja sektoral, namun hal tersebut tidak sebanding dengan peningkatan jumlah angkatan kerja."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Priyanto Jayadi
"Faktor produksi sering diklasifikasikan menjadi empat, yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan kewirausahaan. Pengklasifikasian terhadap keempat faktor produksi tersebut didasarkan atas perbedaan elstisitas penawaran parsial, karakeristik yang terkandung pada setiap faktor produksi, dan imbalan yang diterima masing-masing pemilik faktor produki. Secara historis, pembedaan ini bersesuaian dengan berkembangnya bergaining position antara tiga kelompok masyarakat, kapitalis, tuan-tuan tanah dan buruh (tenaga kerja). Kekuatan pasarlah yang kemudian menentukan berapa besar imbalan yang akan diterima masing-masing. Tenaga kerja akan mendapatkan upah, tuan tanah mendapatkan sewa tanah, pemilik modal mendapatkan tingkat bunga.
Pandangan ekonomi kapitalis terhadap tenaga kerja tidak terlepas dari konsep faktor produksi atau input. Perkembangan iklim usaha menuntut adanya penyesuaian perlakuan terhadap tenaga kerja. Pada awalnya ada kecenderungan tenaga kerja dianggap sebagai suatu faktor produksi lainnya yang memberikan kontribusi relatif tetap terhadap produksi. Pandangan ini yang menghasilkan sistem pengupahan tetap terhadap tenaga kerja sebagaimana input tanah mendapatakan sewa tetap dan modal mendapatkan bunga.
Adanya ketidakstabilan sifat dan karakter tenaga kerja, mendorong perusahaan untuk memberikan perlakuan lain terhadap tenaga kerja. Tenaga kerja dipandang sebagai suatu faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya (mengolah tanah, memanfaatkan modal, dsb) sehingga perusahaan memandang tenaga kerja sebagai suatu investasi.
Pandangan mainstream economy terhadap permintaan tenaga kerja adalah sebagaimana permintaan terhadap faktor produksinya, dianggap sebagai permintaan turunan (derived demand), yaitu penurunan dari fungsi perusahaan. Meskipun fungsi perusahaan cukup bervariasi, meliputi memaksimumkan keuntungan, memaksimumkan penjualan atau - perilaku untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, namun maksimisasi keuntungan sering dijadikan dasar analisis dalam menentukan penggunaan tenaga kerja.
Dengan pertimbangan tersebut (maksimisasi keuntungan), dan dengan asumsi perusaha beroperasi dalam sistem pasar persaingan, maka perusahaan cenderung untuk mempekerjakan tenaga kerja dengan tingkat upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja (Value Marginal Product of Labor, VMPL) VMPL menunjukkan tingkat upah maksimum yang mau dibayarkan oleh perusahaan agar keuntungan perusahaan maksimum.
Beberapa indikator yang diduga mempunyai hubungan yang erat dengan struktur upah adalah jumlah pekerja, nilai tambah, tingkat pendidikan, pasar yang akan dituju apakah domestik atau iuar negeri, serta kepemilikan perusahaan. Indikator-indikator di atas akan dianalisis menggunakan metode regresi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan masing-masing indikator dengan upah yang diterima di tiap masing-masing kelompok lapangan usaha. Lebih lanjut juga akan dianalisa mengapa struktur upah yang diterima pekerja berbeda di masing-masing kelompok usaha."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandy Hermawan
"Paper ini bertujuan untuk meneliti tentang beberapa determinan dari pertumbuhan
pendapatan perkapita 34 provinsi di Indonesia serta melihat apakah terjadi kondisi
dimana pertumbuhan pendapatan perkapita antarprovinsi mengalami konvergensi.
Penelitian ini menggunakan model conditional convergence yang berdasar pada teori
pertumbuhan Solow untuk meneliti mengenai pengaruh beberapa determinan
pertumbuhan pendapatan pada nilai pendapatan perkapita antarprovinsi sepanjang tahun
observasi yaitu 1998-2018. Metode estimasi yang digunakan adalah panel data. Dengan
adanya lag dari variabel dependen, menimbulka masalah endogeneity. Metode panel data
dinamis dalam hal ini adalah GMM System digunakan agar hasil tidak bias. Hasil estimasi
menunjukkan bahwa variabel yang dapat menjadi determinan dari pertumbuhan
pendapatan berdasarkan model Solow yakni investasi dan human capital signifikan
mempengaruhi nilai pendapatan perkapita 34 provinsi di Indonesia. Selain itu hasil
estimasi juga menunjukkan bahwa terlihat adanya kecenderungan bahwa pertumbuhan
pendapatan perkapita diantara 34 provinsi akan konvergensi meskipun dalam rate yang
cukup kecil yakni 2,5% atau half-life 28,8 tahun. Jadi, dibutuhkan waktu 28,8 tahun untuk
menghilangkan setengah angka perbedaan pertumbuhan yang ada antara 34 provinsi di
Indonesia.

This paper aim to observe several determinant of economic growth and see whether the
growth of income among the 34 provinces in Indonesia is converging or diverging. This
research is using conditional convergence model that based from Solow growth model to
find out the impact of several determinant of economic growth to income, also to see
whether the growth among provinces is converging or diverging on the period of
observation 1998-2018. The lag of dependent variable in the model caused endogeneity
problem. Dynamic panel data method (GMM-System) used to estimate the result so that
the result is not biased. Estimated using dynamic panel data method, results show that
determinants of economic growth based on Solow model such as investment and human
capital is significant affecting the number of GDRP of 34 provinces in Indonesia. The
result shows that the growth among 34 provinces is converge although it is at a small
rate, that is 2,5% or equal to half life 28,8 years. So, it took 28,8 years to eliminate half
of the difference in growth numbers between 34 provinces in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>