Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213645 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bonang, Gerardus
"ABSTRAK
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu dikelilingi berjuta-juta kuman dan mikroorganisme lainnya. Hal ini sudah di mulai sejak manusia itu dilahirkan, ketika ia melalui jalan kelahiran pertama kali keluar dari kandungan ibunya.
Kuman-kuman dan mikroorganisme lainnya itu terdiri atas mikroorganisme endogen, tidak patogen maupun mikroorganisme potensial patogen dan penyebab aneka penyakit. Demikian pula secara khusus saluran pencernaan manusia, setiap hari kemasukan berjuta-juta aneka kuman tetapi umumnya kita sehat-sehat saja.
Ketika manusia berada dalam kandungan ibu, badan manusia itu belum mengenal kuman atau mikroorganisme lainnya. Perkenalan pertama dengan mikroorganisme adalah ketika dilahirkan. Pada hari pertama setelah dilahirkan, mikroorganisme sudah mulai bersarang dalam tubuh, juga pada dinding saluran pencernaan.
Pada kenyataannya kebanyakan orang tidak inenderita sakit atau gangguan apapun dengan bersarangnya mikroorganisme dalam saluran pencernaannya itu.
Mikroorganisme yang bersarang pada saluran pencernaan dan tidak menyebabkan penyakit itu dinamakan mikroorganisme endogen. Mikroorganisme endogen ini seolah-olah menjadi pelindung atau tameng terhadap berjuta mikroorganisme lainnya yang setiap hari melewati saluran pencernaan manusia. Makin kuat tameng pelindung ini makin sehat tuan rumahnya. Ketahanan tuan rumah terhadap serangan berjuta-juta mikroorganisme yang masuk tiap hari melalui saluran pencernaannya dinamakan ketahanan kolonialisasi. Ketahanan terhadap kolonisasi oleh mikroorganisme pendatang dalam saluran pencernaan dipelopori oleh kuman-kuman endogen yang telah menetap sejak awal di dinding saluran pencernaan. Kuman-kuman endogen inilah yang mencegah mikroorganisme pendatang untuk menetap dan menyebabkan penyakit.
Sebaliknya orang yang harus diisolasi karena memerlukan hidup babas dari mikroorganisme sebab sedang menjalani suatu terapi tertentu, apabila secara tidak sengaja berkontak dengan mikroorganisme potensial patogen, akan segera menjadi sakit. Pada orang demikian, kuman-kuman endogennya telah ikut dibersihkan sama sekali sehingga fungsi pelindung kuman-kuman tersebut ikut hilang, dan 5 yang bersangkutan mudah jatuh sakit.
Melalui penelitian ini hendak ditentukan KETAHANAN KOLONISASI bayi normal yang dilahirkan di Rumah Sakit Atma Jaya dan pengaruh minum air susu ibu terhadap KETAHANAN KOLONISASI itu. Diteliti pula KETAHANAN
KOLONISASI pada ibu-ibu (wanita dewasa), dan ada tidaknya persamaan biotipe Enterobacteriaceae yang diisolasi dari tinja pasangan ibu dan bayinya. Diteliti pula suatu cara lain untuk menentukan KETAHANAN KOLONISASI, yaitu dengan cara mengukur konsentrasi Enterococcus dalam tinja."
1992
D47
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Rochima Puspita
"Beberapa penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh memandikan bayi baru lahir terhadap kejadian hipotermia dan faktor risiko hipotermia telah banyak dilakukan, namun data tentang angka kejadiannya masih kurang terutama di Indonesia. Penelitian tentang hipotermia pada bayi akibat dimandikan setelah lahir umumnya dilakukan di rumah sakit dengan penanganan bayi baru lahir secara khusus yaitu dengan membuat lingkungan sekitar bayi secara optimal. Penanganan bayi baru lahir di rumah sakit yang dimandikan segera setelah iahir dilakukan secara khusus yang terdiri dari penggunaan radiant warmer setelah lahir maupun setelah mandi, penggunaan air mandi yang hangat (35-38°C) dan suhu ruangan mandi yang hangat (lebih dari 28°C). WHO menyarankan bayi baru iahir cukup bulan dimandikan dengan air hangat dan ruangan yang hangat, namun tidak menyatakan derajat suhu air hangat maupun ruang mandi yang aman untuk bayi. Pada prakteknya penanganan bayi setelah iahir maupun penanganan bayi setelah mandi di beberapa puskesmas dan rumah bersaiin swasta di Jakarta tidak dilakukan di bawah radiant warmer, melainkan hanya di bawah lampu pijar. Selain itu pada saat mandi, petugas kesehatan tidak melakukan pengukuran suhu air mandi maupun suhu ruangan.
Data mengenai insidens hipotermia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipotermia yang disebabkan prosedur memandikan bayi baru iahir di puskesmas atau di rumah bersalin dengan keterbatasan alat sampai saat ini belum ada. Hasil pengamatan awal yang dilakukan di sebuah puskesmas di Jakarta Selatan dan rumah bersalin swasta di Jakarta Timur didapatkan sebesar 50% dari 20 bayi baru lahir mengalami hipotermia setelah dimandikan Iebih dari 6 jam sesudah iahir. Peneliti kemudian memberikan penyuluhan tentang hipotermia dan persiapan mandi yang lebih balk diantaranya meliputi suhu segera sebelum mandi, usia saat mandi, air mandi yang hangat, ruang mandi dan suhu lingkungan bayi yang hangat, serta penghangatan sebelum maupun sesudah mandi yang memadai. Insidens hipotermia pada bayi baru iahir yang dimandikan Iebih dari 6 jam sesudah iahir dengan persiapan yang Iebih balk setelah mendapatkan penyuluhan tentang hipotermia diharapkan Iebih rendah. OIeh karena itu dipandang perlu dilakukan penelitian tentang insidens dan faktor-faktor risiko hipotermia akibat memandikan bayi baru iahir cukup bulan setelah mendapatkan penyuluhan tentang hipotermia.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan risiko hipotermia pada kelompok yang telah melakukan persiapan mandi yang Iebih balk dengan yang tidak melakukan persiapan dengan balk setelah mendapatkan penyuluhan ?
2. Ingin mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya hipotermia pada bayi baru lahir cukup bulan yang dimandikan lebih dari 6 jam sesudah iahir."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suraiyah
"[ABSTRAK
Latar belakang: Ventilasi mekanik (VM) adalah prosedur yang dipilih untuk
menyelamatkan bayi dalam kondisi kritis, tetapi merupakan tindakan invasif dan
perlu pemantauan ketat untuk menghindari barotrauma dan volutrauma.
Ekstubasi merupakan upaya untuk penyapihan VM.
Tujuan: Mengetahui berapa prevalens keberhasilan ekstubasi dan prediktor apa
yang berperan dalam keberhasilan ekstubasi pada bayi di NICU RSCM.
Metode: Rancangan penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan desain potong lintang. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif
dengan menggunakan data RM yang lengkap untuk melihat prediktor keberhasilan
ekstubasi.
Hasil: Dari 60 RM yang dikumpukan, diperoleh data bayi yang berhasil
diekstubasi dan data dicatat tanda vital 72 jam kemudian didapatkan 55 (91,7%)
bayi yang berhasil diekstubasi dan 5 (8,3%) bayi tidak berhasil. Karakteristik
subyek penelitian adalah semua bayi yang dirawat di NICU, dengan UG antara 22
- 41 minggu dan BL berkisar antara 820 g sd 4100 g. Pada bayi yang diekstubasi
dengan merujuk pada hasil AGD, tidak berbeda bermakna antara keberhasilan
ekstubasi dengan normal tidaknya nilai AGD. Lama pemakaian VM berkisar
antara 1- 30 hari. Prediktor ekstubasi yang diteliti adalah setting VM meliputi
FiO2, PIP, flow trigger, IT, napas spontan, dan hasil AGD. Pengolahan data
dengan regresi logistik terbukti diantara semua prediktor ekstubasi, hanya FiO2
saja yang bermakna dengan p value 0.057 dan OR 0.76.
Simpulan: Prevalens keberhasilan ekstubasi adalah 91.7%. Hasil penelitian
menunjukkaan bahwa hanya rendahnya setting FiO2 yang terbukti secara statistik
sebagai prediktor keberhasilan ekstubasi.

ABSTRACT
Background: Mechanical ventilation (VM) is a procedure which is chosen to
save the baby in critical condition, bu it is an invasive procedure and need close
monitoring to avoid barotrauma and volutrauma. Extubation was an attempt to
weaning VM.
Objective: To determine prevalence and predictors of successful extubation in
infants in the NICU RSCM.
Methods: The study was design observational analytic research with cross
sectional design. Data collected by retrospectively using complete medical record
(MR) data to decided prevalence and predictors of successful extubation.
Results: Of the 60 MR was collected, the data obtained were successfully
extubated infants and data recorded vital signs 72 hours later obtained 55 (91.7%)
infants were successfully extubated and 5 (8.3%) infants did not succees.
Characteristics of the study subjects were all babies admitted to the NICU,
with GA between 22-41 weeks and BW ranged from 820 g up to 4100 g. Refer
to the results of blood gas analysis (BGA) normal or not was not significantly
different between succesful extubated. Long of used MV ranging between 1 to
30 days. Predictors of extubation were studied were MV settings include FiO2,
PIP, flow trigger, IT, spontaneous breath, and the results of BGA. Processing of
data by logistic regresion among all predictors extubation, only setting FiO2 are
significant with p value 0.057 and OR 0.76.
Conclusion: Prevalence successful extubation is 91.7%. Research results that
only the low setting FiO2 statistically proven as a predictor of extubation, Background: Mechanical ventilation (VM) is a procedure which is chosen to
save the baby in critical condition, bu it is an invasive procedure and need close
monitoring to avoid barotrauma and volutrauma. Extubation was an attempt to
weaning VM.
Objective: To determine prevalence and predictors of successful extubation in
infants in the NICU RSCM.
Methods: The study was design observational analytic research with cross
sectional design. Data collected by retrospectively using complete medical record
(MR) data to decided prevalence and predictors of successful extubation.
Results: Of the 60 MR was collected, the data obtained were successfully
extubated infants and data recorded vital signs 72 hours later obtained 55 (91.7%)
infants were successfully extubated and 5 (8.3%) infants did not succees.
Characteristics of the study subjects were all babies admitted to the NICU,
with GA between 22-41 weeks and BW ranged from 820 g up to 4100 g. Refer
to the results of blood gas analysis (BGA) normal or not was not significantly
different between succesful extubated. Long of used MV ranging between 1 to
30 days. Predictors of extubation were studied were MV settings include FiO2,
PIP, flow trigger, IT, spontaneous breath, and the results of BGA. Processing of
data by logistic regresion among all predictors extubation, only setting FiO2 are
significant with p value 0.057 and OR 0.76.
Conclusion: Prevalence successful extubation is 91.7%. Research results that
only the low setting FiO2 statistically proven as a predictor of extubation]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Hidayat
"The study was a double-blind, controlled, randomized by episode in two sub-district rural areas ± 200 km from Jakarta, in which 1,185 children under three years of age were assigned to receive 4-5 mg element zinc/kg bw/day as a daily dose in two divided doses for the consecutive days during diarrhea Children were visited at their home every week for 12 months and they also underwent oral rehydration therapy. After 12 months observation there were 2, 410 episodes, 131 were excluded due to lack of information.
Among children of zinc supplementation group there was 11% reduction (95% confidence interval, 3 to 18%) in the risk of continued diarrhea. In children with watery diarrhea there was a decreased of 12% (95% confidence interval, 3 to 21%) in the number of days in the zinc supplementation group. The reduction in the likelihood of diarrheal duration was 18% (95% confidence interval, 4 to 43%) in children who were given antibiotics before enrollment. Among children who had 3 episodes during 12 months observations there was a greater reduction in diarrheal duration (RR. in the zinc supplementation group = 0.79; 95% confidence interval, 0.64 - 0.97). Zinc supplementation in children with stunted growth was associated with 8% reduction of the risk of continued diarrhea, but statistically not significant (95% confidence interval, -9 to 21%). Children in zinc group had a lower proportion of persistent diarrhea (z 14 days) than control group zinc supplementation resulted in a 44% (95% confidence interval, 2 - 70%) reduction in the incidence of persistent diarrhea.
These findings suggest that zinc supplementation in children with acute diarrhea significantly reduced the duration of diarrhea and the risk of persistent diarrhea. Zinc supplementation may have a significant effect on childhood diarrhea-related mortality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
D151
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Almira Dova
"Kabupaten Pandeglang masih menjadi penyumbang prevalensi stunting yang tinggi di Provinsi Banten dengan angka 29,4% pada tahun 2022. Puskesmas Pagadungan dan Puskesmas Cikupa yang merupakan lokasi penelitian memiliki prevalensi stunting sebesar 1.9% dan Puskesmas Cikupa 0,9%. Posyandu merupakan sarana penting di dalam masyarakat. Keberhasilan Posyandu sangat dipengaruhi oleh kinerja kader dalam menjalankan tugas nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu dalam Pemantauan Kesehatan Balita di Puskesmas Pagadungan dan Puskesmas Cikupa Kabupaten Pandeglang Tahun 2023.
Jenis penelitian menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi nya yaitu kader puskesmas Pagadungan dan Puskesmas Cikupa. Sampel penelitian sebanyak 150 responden, terdiri dari 75 responden kader Puskesmas Pagadungan dan 75 responden kader Puskesmas Cikupa yang diambil menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Alat pengumpulan data berupa kuesioner online menggunakan google form. Analisis data menggunakan univariat, bivariat menggunakan kai kuadrat dan multivariat dengan regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja kader posyandu dalam pemantauan kesehatan balita 56,7% berkategori baik, dimana kinerja kader Puskesmas cikupa memiliki skor lebih tinggi daripada kader puskesmas pagadungan (58,7% versus 54,7 %). Analisis bivariat menunjukkan bahwa pendidikan, pengetahuan, pelatihan, supervisi, motivasi dan sikap Kader berpengaruh signifikan terhadap kinerja kader posyandu. Analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel imbalan merupakan variabel yang paling dominan dengan nilai p=0,000 dan OR =13,94. Peneliti menyarankan agar pihak Puskesmas tetap mengadakan supervisi dan pelatihan secara rutin, berkala dan menyeluruh. Perlu penguatan koordinasi lintas sektor khususnya dengan perangkat desa. Selain itu untuk lebih memotivasi kader dalam bekerja perlu diberikan pengakuan dan penghargaan, misalnya berupa sertifikat kader.

Pandeglang District still a contributor to the high prevalence of stunting in Banten Province with a rate of 29.4% in 2022. The Pagadungan Health Center and Cikupa Health Center which are research locations have a stunting prevalence of 1.9% and the Cikupa Health Center contributes 0.9%. Posyandu is an important facility in the community to support the government's efforts to improve the health status. The success of Posyandu greatly influenced by the performance of cadres in carrying out their duties. The purpose of this study was to determine the Factors Related the Performance of Posyandu Cadres in Monitoring Toddler Health at the Pandeglang District in 2023.
This research uses a quantitative design with cross-sectional approach. The population is Pagadungan and Cikupa health center cadres. The research sample consisted of 150 respondents, consisting of 75 respondents from Pagadungan Health Center cadres and 75 respondents from Cikupa Health Center cadres who were taken using a purposive sampling technique with inclusion and exclusion criteria. The data collection tool in this research is online questionnaire using the Google form. Data analysis used univariate, bivariate (kai kuadrat) and multivariate with multiple logistic regression.
The results showed that the performance of posyandu cadres in monitoring toddler health was 56.7% in the good category, the performance of Cikupa Health Center cadres had a higher score than Pagadungan health center cadres (58.7% versus 54.7%). Bivariate analysis shows that education, knowledge, training, supervision, motivation and attitude of cadres have a significant effect on performance of posyandu cadres in monitoring toddler health. Multivariate analysis shows that the reward variable is the most dominant variable affecting the performance of cadres in monitoring the health of toddlers with p = 0.000 and OR = 13.94. Researchers suggest that the Community Health Center continues to conduct regular, periodic and thorough supervision and training. It is necessary to strengthen coordination across sectors. In addition to motivating cadres to work, it is necessary to give recognition and rewards, for example in the form of a cadre certificate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ela Laelasari
"Timah hitam (Pb) adalah logam yang berbahaya, akan tetapi juga berguna sebagai bahan tambahan untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Bahaya yang ditimbulkan adalah keracunan darah, penurunan tingkat kepandaian anak (IQ) dan gangguan alat reproduksi.
Jakarta menduduki peringkat ke-3 negara yang memiliki atmosfer terkotor di dunia, dan penyebab utamanya adalah emisi kendaraan bermotor. Kadar Pb rata-rata diatas standar WHO yaitu melebihi 1,8 ug/m3, sehingga dapat dibayangkan bahwa penduduk Jakarta telah terkontaminasi oleh Pb, .
Mengingat wanita hamil adalah segment terpenting dalam suatu peristiwa kelahiran generasi baru. Dampak Pb terhadap kesehatan dan reproduksi patut menjadi peringatan bagi sektor kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Penelitian ini bersifat Studi Kohort Historis Prospektif Pengaruh Timah Hitam (Pb) terhadap Kesehatan Ibu Hamil 8 bulan di dua lokasi yang berbeda, kemudian ditelusuri sampai kelahiran bayinya dan dipantau berat badan dari bayi yang dilahirkannya.
Penelitian ini memfokuskan kepada faktor-faktor dan lingkungan dan individu yang ditelusuri ke masa lampau atau bersifat historis untuk dapat menerangkan lebih lanjut mengenai riwayat keterpaparan Pb ke dalam darah ibu hamil. Selanjutnya pengaruh Pb yang ada di dalam darah ibu hamil dilihat dampak yang muncul melalui jalur perantara yaitu kejadian anemia dan pengaruh langsung terhadap kelahiran BBLR.
Data-data dalam penelitian ini adalah primer dan original, yang dikumpulkan dengan mengunakan analisa darah di laboratorium dan kuesioner. Pengambilan data dilaksanakan ketika kehamilan berusia 8 bulan, di dua lokasi yang berbeda dengan asumsi awal ibu hamil yang berasal dari lokasi yang diperkirakan memiliki kualitas udara yang bersih dan ibu hamil yang berasal dari lokasi yang memiliki kualitas udara yang kotor. Sedangkan pemantauan berat badan bayi yang lahir dilakukan secara susul menyusul menurut perkiraan part-as dari setiap ibu hamil.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan riwayat status pekerjaan, lama kerja serta jenis alat transportasi yang biasa digunakan ibu hamil dengan keberadaan Pb didalam darah ibu hamil. Di temukan hubungan antara anemia dengan kelahiran bayi BBLR, sedangkan hubungan antara kadar Pb darah ibu hamil dengan kejadian BBLR itu sendiri ternyata tidak dapat dibuktikan secara statistik.

Lead is a harmful chemical and also useful metal for gasoline addition in transportation sector. The harmful things as air pollution is able to cause systemic toxicity in blood, IQ descent and reproduction disorder. Jakarta is the 3rd grade culmination of unclean atmosphere in the world. One of the causes of air pollution is lead emission. The average lead pollution in Jakarta atmosphere is over 1,8 .µg/m3 whereas the standard of World Health Organization, and so people in Jakarta was already contaminated by lead in their blood. Remember of pregnant women is the crucial segment of birth of future have to give special warning in Public Health and Environmental sector specially to the government that making generation on all the long centuries. Impact of lead in their health and pregnancy adjustment of gasoline regulation in Indonesia.
There are a lot of studies of lead and impact of it that have been done in many countries in the worldwide. This research is a new study of lead impact on reproduction particularly in women reproduction that causes the low birth weight infant.
In this research, we've done a community base approach to kinetic agent or the way of some factors that contributed in contaminating process of lead as pollutant through human reproduction with a longitudinal historical-prospective cohort study.
71 pregnant women who had a blood analysis, we searching their historical background related with Pb contact and we follow trough to the future until they delivery their babies. We have founded in this research correlation between Pb in blood with occupational status, working period; kinds of daily transportation and a association between anemia and Low Birth Weight (LBW) infant, but we can not found association between Pb level in blood with anemia nor LBW."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Budi Widodo
"ABSTRAK
1000 Hari Pertama Kehidupan HPK adalah rentang periode kehidupan dari konsepsi hingga anak berusia 2 tahun. Periode ini adalah periode emas karena masalah kesehatan yang terjadi pada periode ini akan sangat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak di masa mendatang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu terhadap 1000 HPK. Desain studi penelitian ini adalah cross sectional dengan 110 responden. Sampel pada penelitian ini adalah ibu dengan bayi berusia kurang dari 2 tahun dan ibu hamil pada saat pengambilan data yang berdomisili di Kampung Lio RW19, Kota Depok. Pengambilan data menggunakan kuesioner mengenai faktor determinan perilaku. Semua data kemudian diolah dengan SPSS ver. 20, dilanjutkan dengan uji statistik yang sesuai untuk mengetahui hubungan faktor determinan dengan perilaku ibu mengenai 1000 HPK. Hasil penelitian didapatkan tingkat perilaku terdiri dari perilaku cukup 38,2 dan perilaku baik 61,8 . Penghasilan keluarga p=0,018 dan pengetahuan p le;0,001 berhubungan dengan perilaku ibu terhadapa 1000 HPK. Variabel lain seperti tingkat pendidikan, usia, bentuk keluarga, jumlah anak, pekerjaan,suku, aktivitas sosial, jarak fasilitas kesehatan, asuransi, dan sikap tidak berhubungan dengan perilaku ibu terhadap 1000 hari pertama kehidupan. Hasil penelitian akan digunakan untuk menyusun rekomendasi tindak lanjut untuk dinas kesehatan di Kampung Lio.

ABSTRACT
The First 1000 Days of Life is a life period which started from conception to 2 year olds. This period is a golden period because the health problems that occured in this period will greatly affect the growth and development of children in the future. The purpose of this study is to determine the relationship of factors and mother 39 s behavior towards first 1000 days of life. This study used cross sectional design with 110 respondents. The sample of this study is mothers with child under 2 years old and pregnant mothers who domiciled in Kampung Lio RW19, Depok City. We used questionnare to collect data of factors and mother 39 s behavior. All collected data is then processed with SPSS 20th version, then analysed statistically to determine the relationship between determinant factors and mother 39 s behavior. The results showed that behavior level consisted of fair 38,2 and good behavior 61,8 . Family income 39 s p 0.018 and level of knowledge p le 0,001 have relationship with mother 39 s behavior towards first 1000 days of life. Other factors such as education level, age, family form, number of children, occupation, ethnicity, social activity, distance of health facility, insurance, and attitudes do not have relation to mother 39 s behavior towards first 1000 days of life. The results of this research will be used to arrange recommendations action plan for the health service in Kampung Lio.
"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Maharani Tristanita Marsubrin
"Respiratory Distress Syndrome (RDS), Feeding Intolerance (FI), dan sepsis merupakan morbiditas yang sering dialami bayi prematur. Salah satu faktor yang memengaruhi morbiditas adalah defisiensi vitamin D. Kadar vitamin D berkorelasi dengan sel Treg pada penyakit inflamasi bayi baru lahir. Sel Treg berperan dalam keseimbangan mikrobiota di usus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran vitamin D dengan kejadian RDS, FI, dan sepsis pada bayi sangat prematur dan/atau BBLSR melalui jalur sel Treg dan disbiosis usus. Design penelitian ini adalah kohort prospektif pada bayi sangat prematur dan/atau BBLSR, dilakukan bulan November 2019–Januari 2021 di Unit Neonatal RSCM. Pemeriksaan kadar vitamin D ibu dan bayi menggunakan metode CLIA dan Treg dengan flow cytometry menggunakan Treg detection kit CD4+CD127lowCD25+. Penilaian mikrobiota dengan Real Time PCR dan enteropati dengan Alpha-1 Antitrypsin. Pada penelitian ini didapatkan sebesar 88,3 % ibu defisiensi vitamin D (rerata 12,23 ± 5,07 ng/mL) dan 53% bayi defisiensi vitamin D (rerata 15,79  6,9 ng/mL). Didapatkan korelasi antara kadar vitamin D ibu dan bayi (r = 0,76, p < 0,001). Kadar vitamin ibu dan bayi tidak berhubungan dengan dengan kejadian RDS, FI, dan sepsis. Terdapat hubungan bermakna antara disregulasi sel Treg dengan kejadian FI (p = 0,04) dan sepsis (p = 0,03). Semua bayi mengalami disbiosis. Tidak didapatkan perbedaan komposisi mikrobiota pada RDS, FI, dan sepsis. Terdapat hubungan bermakna antara enteropati dengan kejadian sepsis (p = 0,02). Simpulan : Ibu defisiensi vitamin D akan melahirkan bayi defisiensi vitamin D. Kadar vitamin D tidak berpengaruh terhadap kejadian RDS, FI, dan sepsis. Pada bayi dengan disregulasi sel Treg, kejadian FI dan sepsis lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Bayi dengan kondisi disbiosis tidak berbeda untuk terjadinya RDS, FI, dan sepsis. Kondisi enteropati menyebabkan kejadian sepsis lebih tinggi.

Respiratory distress syndrome, feeding intolerance, and sepsis are the most common morbidities found in premature babies. One of the factors affecting morbidity is vitamin D level. Vitamin D level is correlated with the role of Treg cells in inflammatory neonatal. Treg cells act in balancing microbiota in the intestines. This study aimed to determine the role of vitamin D in increasing the incidence of sepsis, feeding intolerance, and respiratory distress syndrome in very premature and/or very low birth weight babies through Treg cells and intestinal dysbiosis. This is a cohort study conducted on very premature (< 32 weeks) and/or very low birth weight (birth weight < 1,500 g) babies, from November 2019–January 2021 in the Neonatal Unit of RSCM. Vitamin D levels of the mothers and babies were measured using the CLIA and Treg methods with flow cytometry using the Treg detection kit CD4+CD127lowCD25+. Treg was tested from umbilical cords blood. The fecal examination was conducted to determine intestinal bacteria using realtime PCR and Alpha-1 Antitrypsin. Most mothers (88.3%) had vitamin D deficiency with a mean value of 12.33 ± 5.07 ng/mL. The vitamin D level of the umbilical cord was 15.79 ± 6.9 ng/mL. There was a significant correlation between the vitamin D level of mothers and babies (r = 0.76, p < 0.001). There were no difference between maternal and babies vitamin D serum levels with incidence of RDS, FI, and sepsis.There were a significant correlation between Treg cell dysregulation and the incidence of FI (p = 0.04) and sepsis (p = 0.03) but not in RDS. All subjects experienced dysbiosis. There was a significant correlation between enteropathy and the incidence of sepsis (p = 0.02) but not in RDS and FI. Conclusion: Mothers with vitamin D deficiency will give birth to babies with vitamin D deficiency. There were no correlation between vitamin D and the incidence of RDS, FI, and sepsis. In babies with Treg cell dysregulation, the incidence of feeding intolerance and sepsis will be higher. The composition of the microbiota did not affect the incidence of RDS, FI, sepsis. In babies with enteropathy, the incidence of sepsis will be higher."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Nopendri
"Pneuumonia merupakan salah satu penyakit pernapasan yang paling banyak menyumbang kematian dan kesakitan pada anak. Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan bagi dunia dan Indonesia, terutama pada Kota Jakarta Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor cakupan rumah sehat, faktor individu (BBLR), faktor demografi (kepadatan penduduk), dan faktor iklim (suhu dan curah hujan) dengan kejadian pneumonia pada balita di Kota Jakarta Barat pada tahun 2018-2022. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan pendekatan analisis korelasi dan analisis spasial dengan unit analisis berupa seluruh kecamatan yang ada di Kota Jakarta Barat selama periode tahun 2018-2022. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa tedapatnya hubungan yang bermakna pada variabel cakupan rumah sehat (r= -0,362), BBLR (r= 0,396), kepadatan penduduk (r= 0,484), suhu (r= 0,332), dan curah hujan (r= -0,544). Pada analisis spasial menunjukan bahwa pola persebaran kejadian pneumonia balita di Kota Jakarta Barat tahun 2018-2022 cenderung banyak terjadi wilayah yang memiliki cakupan rumah sehat rendah dan kepadatan penduduk yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya preventif dan pengendalian dalam menekan kejadian kasus pneumonia yang banyak terjadi pada daerah dengan cakupan rumah sehat rendah dan kepadatan penduduk yang tinggi.

Pneumonia is one of the respiratory diseases that causes the most deaths and morbidity in children. Pneumonia is still a health problem for the world and Indonesia, especially in the city of West Jakarta. This study aims to analyze the relationship between healthy house coverage factors, individual factors (underweight birth), demographic factors (population density), and climate factors (temperature and rainfall) with the incidence of pneumonia in toddlers in West Jakarta City in 2018-2022. This research uses an ecological study design with a correlation analysis and spatial analysis approach with the unit of analysis being all sub-districts in West Jakarta City during the 2018-2022 period. The results of this study show that there is a significant relationship between the variables healthy house coverage (r= -0.362), underweight birth (r= 0.396), population density (r= 0.484), temperature (r= 0.332), and rainfall (r= -0.544). Spatial analysis shows that the distribution pattern of toddler pneumonia in West Jakarta City in 2018-2022 tends to occur in areas with low coverage of healthy homes and high population density. Therefore, preventive and control efforts are needed to reduce the incidence of pneumonia cases which often occur in areas with low coverage of healthy houses and high population density."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pad Yadipa Nasrul Khatab
"Hepatitis B merupakan penyakit peradangan hati yang disebabkan virus Hepatitis B, menduduki peringkat kedua di dunia sebagai agent penyebab kanker pada manusia setelah tembakau sedang di Indonesia peringkat ketiga terbesar di dunia dengan prevalensi 2,50%-36,17%. Angka cakupan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Propinsi Sumatera Barat tahun 2005 adalah 42,2%, di Kabupaten Padang Pariaman 23,86% dan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Alung mencapai 1,07% dari 80% target Nasional.
Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi mendalam tentang perilaku ibu dan faktor yang menunjang dan menghambat dalam pemberian imunisasi Hepatitis 13 pada bayi 0-7 hari di Puskesmas Lubuk Alung. Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci (seorang Kasie P2M, seorang Wasor Imunisasi, seorang Kepala Puskesmas, seorang Juru Imunisasi, tiga bidan, tiga kader posyandu dan dua dukun bersalin) dan informan (enam ibu yang bayinya diimunisasi Hepatitis B pada umur 0-7 hari, enam ibu yang bayinya diimunisasi Hepatitis B di atas tujuh hari dan tujuh ibu yang bayinya belum diimunisasi Hepatitis B)
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik (umur dan paritas), pengalaman masa lalu, tempat persalinan, penolong persalinan, media infomasi dan dukungan keluargalmasyarakat sangat mempengaruhi perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari. Selain itu pengetahuan semua informan ibu masih kurang tentang imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari. llmumnya intorman hersikap positif terhadap pemberian imunisasi. Adanya kepercayaan masyarakat setempat kalau bayi yang berumur dibawah umur 40 hari tidak botch dibawa keluar rumah karena dipercaya bayi bisa terkena Palasik. Pengalaman imunisasi ibu, persepsi terhadap jarak tempat pelayanan imunisasi dan biaya imunisasi tidak mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari.
Dari hasil penelitian disarankan perlunya pembinaan terhadap bidan balk yang ada di puskesmas maupun di desa serta koordinasi dengan 113I, 1DAI dan POGI yang berperan sebagai orang yang kontak pertama terhadap bayi barn lahir, meningkatkan sosialisasi pentingnya melaksanakan KNI, meningkatkan advokasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman dan Pemda untuk memperoleh dukungan politis, bantuan teknis dalam pencarian dana yang mendukung kelangsungan program imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari, melaksanakan pelatihan imunisasi Hepatitis B kepada petugas kesehatan dan penyebarluasan informasi tentang imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari dengan meningkatkan wawasan dan pengetahuan semua pihak terutama masyarakat melalui televisi dan poster.

Hepatitis B is a liver inflammatory disease that caused by Hepatitis B virus, which sat in world second rank as agent that cause cancer on human after tobacco, while Indonesia sat as world third rank with prevalence 2,50% - 36,17%. Range number of Hepatitis B immunization 0-7 days in West Sumatra Province year 2005 is 42,2%, in Padang Pariaman Regency 23,86% and in Lubuk Alung Puskesmas working area reach 1,07% from 80% National target.
Research objective is getting circumstantial information toward mother behavior and factor that supporting and pursuing in giving Hepatitis B immunization to 0-7 days baby in Lubuk Aiung Puskesmas. This research is Qualitative research using circumstantial interview toward key informants (a P2M Kasie, a Immunization Wasor, a Puskesmas Chief, a Immunization Worker, three midwife, three posyandu cadre and two give birth shaman) and informants (six mother with baby that Hepatitis B immunized in 0-7 day's, six mother with 0-7 day's baby that not yet Hepatitis B immunized).
Research result shows characteristic (age and parity), past experience, give birth place, give birth helper, information media and public/family support that was very influencing mother behavior toward giving Hepatitis B immunization to 0-7 day's baby.
Commonly, informant act positively toward giving immunization. The existence of local public believe that baby under 40 days age should not brought out from home because believed that the baby could got Palasik. Mother immunization experience, perception toward immunization service distance, and immunization cost not affecting mother behavior in giving Hepatitis B immunization to 0-7 day's baby.
From research result, suggest improvement toward midwife whether in Puskesmas and in village and coordination with IBI, IDAI, and POGI that role as first person do contact with newborn baby, to improve the importance of socialization KN1 conducted, improving advocate from Health Agency of Padang Pariaman Regency and Pemda to get political support, technical support in searching fund that support Hepatitis B immunization to 0-7 day's baby occurrence, do Hepatitis B immunization training to health officer and spreading information toward Hepatitis B immunization to 0-7 day's baby by improving perception and knowledge of all people thorough television and poster.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>