Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112238 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Fadiati
"ABSTRAK
Sebagian beaar keglatan pembangunan adalah mengolah Biuaber alam dan mengubah lingkungan. Menurut Sallm (1990:28), perubahan lingkxmgan dapat memutuskan mata rantai dalam berbagai elklue yang hldup dalam ekosistem, eehingga mengganggu keeelarasan hubungan manusla dengan lingkungannya. Karena itu eangatlah penting agar proses pembangunan dllakukan dengan memelihara keutuhan berfungsinya berbagai siklue yang hidup dalam ekosistem ini. Sehubiuigan dengan hal tersebut, maka sasaran pembangionan diutamakan pada peningkatan kualitaa hldup. Dengan demikian diharapkan 4 akan lahir manuaia-manusia yang berkualitae yang dapat mengisi kegiatan pembangunan dengan bijaksana, arif dan bertanggung j awab, sehingga pembangunan dapat terus berlanjut. Anak adalah generasi penerus bangsa dan modal dalam pembangunan yang akan memelihara, mempertahankan,
melaksanakan, dan mengembangkan hasil pembangunan serta yang akan melanjutkan upaya dalam menjaga keseimbangan lingkungan hidup. Untuk memenuhi fungsi tersebut diperlukan kesehatan fisik dan mental. Kesehatan fisik berhubungan erat dengan kondisi gizi seseorang. Namun kenyataannya, kondisi gizi anak dewasa ini sangat memprihatinkan. Laporan UNICEF menyebutkan 1/4 jut a anak di dunia meninggal eetiap minggu, dan jutaan lagi hanya mampu bertahan hidup selama setengah masa kehidupan mereka, karena menderita kekurangan gizi dan keaehatan yang buruk (Grant, 1992:5). Padahal menurut Salim (1988:12), salah satu cara meningkatkan kualitas hidup adalah meningkatkan kualitas diri manusia secara fisik dan nonfisik. Bersifat fieik antara lain adalah gizi. Sehubungan hal tereebut, Strong dalam pidato di Konferenei Lingkungan dan Pembangunan Sedunia tahun 1992, mengatakan upaya mengurangi keeakitan dan kekurangan gizi pada anak sangat penting, bukan hanya untuk kepentingan sendiri tetapi juga*sebagai sarana untuk membantu mengurangi tekanan penduduk dan
memungkinkan pembangunan lingkungan dapat berkelanjutan dalam abad ke-21 dan setelah itu (Strong dalam Grant, 1992:21).
Banyak faktor yang berhubungan dengan statue gizi seorang anak. Pengetahuan glzl yang dimiliki ibu mempunyai hubungan erat dengan status gizi anaknya. Dalam teori saluran dari Lewin disebutkan bahwa ibu rumah tangga atau anggota keluarga lain yang mengendalikan arus makanan mempunyai peranan yang penting dalam pengelolaan makanan keluarga (Lewin dalam Khumaidi, 1986:36). Mar'at (1981:13) mengatakan, pengetahuan dan perasaan yang merupakan kluster dalam sikap akan menghasilkan tingkah laku tertentu. Selain itu Suriasumantri (1990:42), menambahkan semakin tinggi tingkat pengetahuannya maka semakin tinggi pula tingkat penalarannya.
Faktor lain yang berhubungan dengan status gizi adalah konsumsi sehari-hari. (Khumaidi, 1989:84) mengatakan, konsumsi makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan dan melaksanakan kewajiban hidup. Jumlah yang diperlukan hanya secukupnya, bila kurang atau lebih dari kebutuhan akan berdampak buruk bagi kesehatan. Selain itu Syarief (1992:5)"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.I. Tri Hadiah Herawati
"ABSTRAK
Pemberian makanan tambahan (PMT) merupakan suatu bentuk intervensi gizi
untuk mengatasi masalah Kurang Energi Protein (KEP) pada balita. Sejak tahun
1997 Departemen Kesehatan RI telah menyusun Buku Pedoman Penanggulangan
KEP dan Petunjuk Pelaksanaan PMT pada balita, namun sampai sekarang belum
pernah dilakukan penelitian pengaruh PMT tersebut terhadap status gizi. Penelitian
ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh PMT terhadap perubahan status
balita KEP.
Penelitian dilakukan pada masyarakat yang tinggal di empat puskesmas
kabupaten Sidoarjo propinsi Jawa Timur pada bulan September sampai dengan
Nopember 1999. Disain penelitian ini adalah trial klinik, dengan PMT (frekuensi
makanan lengkap, jumlah energi, jumlah protein, Iama pemberian) sebagai variabel
perlakuan, penambahan status gizi sebagai variabel tercoba dan sebagai variabel non
perlakuan adalah umur, jenis kelamin, konsumsi energi, konsumsi protein,
pendidikan ibu, dan pengeluaran makanan. Subyek penelitian (perlakuan dan
kontrol) adalah balita KEP tingkat sedang dan berat (indeks persentase median .BBU
rujukan WI-10-NCI-IS <70%) yang berumur 12-36 bulan. Subyek perlakuan sebanyak
36 diberi PMT setiap hari selama 90 hari, bentuk makanan bergantian antara
makanan jajanan (300 kkal dan 5 gram protein) dan makanan lengkap (400 kkal dan
S gram). Subyek kontrol sebanyak 37 berasal dari puskesmas lain yang tidak diberi
PMT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis hanya dapat dilakukan terhadap
pelaksanaan PMT sampai hari ke-60. Pengamatan pada hari ke-60 menunjukkan
bahwa subyek perlakuan yang telah diberi PMT selama 60 hari (rata-rata: 9.0 kali
makanan lengkap, energi 275 kkal, protein 4.3 gram , 58 hari) status gizinya rata-rata
meningkat sebesar 3.55 i 3.46 % indeks persentase median BBU rujukan WHO-
NCHS, sedangkan subyek kontrol rata-rata meningkat sebesar 2.01 2.73 % indeks
persentase median BBU rujukan WHO-NCHS. Terdapat perbedaan yang bermakna
antara subyek perlakuan dan subyek kontrol (p
adanya pengaruh variabel jumlah energi dan jumlah protein teghadap perubahan
status gizi.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa PMT selama 60 hari dapat
menurunkan tingkat KEP balita dari KEP tingkat sedang dan berat (indeks persentase
median BBU rujukan WHO-NCHS <70%) menjadi KEP ringan sebanyak 44.4%.
Namun demikian tidak diketemukan satupun subyek penelitian yang sembuh dari
KEP (indeks persentase median BBU menunjukkan WHO-NCI-IS >80%).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PMT selama 60 hari bagi balita
KEP tingkat sedang dan berat dapat meningkatkan indeks persentase median BBU
rujukan WHO-NCHS balita KEP tetapi tidak bisa menyembuhkan KEP balita.
Disarankan agar program PMT bagi balita KEP tingkat sedang dan berat di masa
mendatang diberikan lebih dad 60 hari. Perlu dilakukan penelitian lain untuk
mengetahui dampak PMT tersebut setelah diberikan selama 90 hari.

Abstract
Supplementary feeding (Pemberian Makanan Tambahan = PMT) is a kind of
nutrition intervention to overcome the problem of protein-energy-malnutrition
(PEM), in children under five years. Since 1997, Ministry of Health in Indonesia
published the manual book of controlling PEM and the standard operational
procedures for supplementary feeding in children under five years, but until now
there has not any reaserch been done on the effect of supplementary feeding to the
nutrition status. This research was done to know the effect of the supplementary
feeding on nutrition status changes.
The research was done in the community based, who five in the regency of
four health centers in Sidoarjo-East Java from September until Nopember 1998. This
research design was a clinical trial with PMT (complete meals frequency, energy
amount, protein amount, the given sequence) as the experimental variabel, the
nutrition status changes as the non-experimental variabel, and the ages, sex, energy
consumption, protein consumption, mother education, and food outcomes as the
intervening variabel. The research subjects was the moderate and the severe level of
PEM (<70% of the median weight for age ofthe WHO-NCHS reference) children
under five whose age between 12-36 months, The 36 six experimental subjects were
given PMT every day for 90 days, the food werw varied between snack (300 kcal and 5 grams protein) and meals (400 kcal and S grams protein). The 37 controlled
subjects who came from other regency of health centers were not given PMT.
The research results showed that we could not analyzed the research more
than day-60. The 60 day of the observation showed that the nutrition status of the
experimental subject which had been given PMT for 60 days (approx-= 9.0 times
complete meals, 2.75 kcal energy, 4.8 grams protein, 58 days) had an increase
approx as big as 3.55 3.46 % of the median weight for age of the WHO-NCHS
reference, while the controlled subject increased approx as big as 2.01 5 2.73 % of
the median weight for age of the WHO-NCHS reference. There was significantly a
difference between experimental subject and controlled subject (p< 0.05). The linier
regression test showed that there was an effect of the energy amount variabel and the
protein amount to the nutrition status changes.
There are 44.4% moderate and severely PEM children (<70% of the median
weight for age of the WHO-NCHS reference) who received PMT during 60 days
became mild PEM (70-79% of the median weight for age of the WHO-NCHS
reference). However, there was none of the subject released from PEM (>=80% of
the median weight for age ofthe WHO-NCHS reference).
PMT during 60 days increased the WAM-index of those who were moderate
and severely PEM at base line, but not released from PEM. These Findings suggest
that PMT-program on the next time should be held more than 60 days."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habibah Nur Alawiah
"Penyakit Jantung Bawaan (PJB) sering dikaitkan dengan malnutrisi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, penatalaksana yang tepat dapat menurunkan infeksi, lama rawat, bahkan kematian. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak dengan PJB. Penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancangan case control.  Sampel penelitian berjumlah 114 anak PJB di Rumah Sakit Jantung Jakarta periode Juli 2020 hingga Juni 2023. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, riwayat BBLR, pemberian ASI eksklusif, jenis PJB dan penyakit penyerta terhadap status gizi kurang pada anak PJB, terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi kurang pada anak PJB (p value <0,05). Simpulan: dari penelitian ini yaitu faktor nutrisi dan organik tidak berhubungan dengan status gizi kurang anak PJB. Oleh karena itu pelayanan perlu memberikan perhatian terkait status nutrisi dan imunisasi disamping masalah jantung.

Congenital Heart Disease (CHD) is often associated with malnutrition which is influenced by various factors resulting in increased morbidity and mortality, appropriate management can reduce infection, length of stay, and even death. This research was conducted to identify factors associated with malnutrition status in children with CHD. This study used an analytical observational with a case control design. The research sample consisted of 114 CHD children at the Jakarta Heart Hospital for the period July 2020 to June 2023. The result of this study showed that there was no relationship between age, gender, history of LBW, exclusive breastfeeding, type of CHD and comorbidities on malnutrition status in CHD children, there is a relationship between complete immunization and malnutrition status in CHD children (p value <0.05). Conclusion from this research, nutritional and organic factors are not related to the malnutrition status of CHD children. Therefore, services need to pay attention to nutritional status and immunization in addition to heart problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiana Kusumasari Agustin
"Kurang gizi pada balita 0-23 bulan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat diProvinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2017 prevalensi underweight di Provinsi DKI Jakarta tergolong prevalensi medium 14,5, sementara wasting tergolong serius, sedangkanuntuk stunting termasuk rendah 18,1. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, asupan protein, asupan lemak, keragaman jenis makanan, frekuensi pemberian makanan, ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini, penimbangaan berat badan, pemberian kapsul vitamin A, riwayat pendidikan formal ibu dan status ibubekerja dengan kurang gizi pada Balita 0-23 bulan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017.Kurang gizi diukur menggunakan Compocite Index of Anthropometric Failure CIAF. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 658 balita 0-23 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kurang gizi pada Balita 0-23 bulan dengan indikator CIAF jauh lebih tinggi 31,9 dibandingkan dengan indikator BB/U,PB/U, dan BB/PB. Asupan protein, keragaman jenis makanan, pemberian kapsulvitamin A dan status bekerja ibu berhubungan signifikan dengan kurang gizi. Faktor dominan adalah asupan protein. Balita yang mengkonsumsi protein kurang memiliki risiko sebesar 4,8 kali 95 CI: 0.599-38.746 untuk mengalami kurang gizi dibandingkan Balita yang mengkonsumsi protein cukup. Terdapat interaksi antaraasupan protein dan keragaman jenis makanan. Interaksi tersebut saling melemahkan terhadap kejadian kurang gizi.

Undernutrition in under five children 0 23 months is still a public health problem in DKI Jakarta Province. In 2017, the prevalence of underweight in DKI Jakarta is classified as medium prevalence 14.5, while wasting is considered serious, meanwhile stunting is low 18.1. The objectives of the study were to investigate the relationship between energy intake, protein intake, fat intake, food diversity, feeding frequency, exclusive breastfeeding, early breastfeeding initiation, weight monitoring,vitamin A capsule supplementation, maternal formal education and maternal working status with undernutrition in under five children 0 23 months. Undernutrition was measured using the Composite Index of Anthropometric Failure CIAF. This research use cross sectional design with number of sample 658.
The results showed prevalence of undernutrition using CIAF indicator is much higher 31.9 compared with BB U, PB U, and BB PB indicators. Protein intake, dietary diversity, vitamin A capsule supplementation and maternal working status were significantly associated with undernutrition. The dominant factor is protein intake. Toddlers who consumed less protein had 4.8 times higher risk 95 CI 0.599 38.746 to experience undernutrition compared to toddlers who consumed enough protein. There is an interaction between protein intake and food diversity. The interactions are mutually debilitating to theincidence of undernutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49879
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Metasyah
"Latar belakang: Penyakit ginjal kronik menyebabkan beberapa perubahan fungsi tubuh dalam memetabolisme nutrisi. Hal ini menyebabkan ditemukannya kasus malnutrisi pada pasien PGK khususnya pada stadium akhir yang menjalani hemodialisis. Ini tentu perlu menjadi perhatian karena nutrisi sangat penting bagi pertumbuhan anak. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari pengaruh hemodialisis dan faktor yang berpengaruh lainnya terhadap status gizi anak. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan mengambil data sekunder berupa stadium penyakit, durasi penyakit, faktor etiologi primer, komorbiditas dari rekam medis. Data status gizi anak diperoleh dengan mengukur berat badan serta tinggi, lingkar lengan atas lalu dimasukan ke aplikasi WHO Anthro. Data demografi, seperti tingkat pendidikan ayah & ibu, status ekonomi keluarga, usia, dan jenis kelamin diperoleh dengan pengisian Case Report Form (CRF). Terdapat sebanyak 20 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini. Hasil: Rerata penilaian status gizi dilihat dari indeks massa tubuh menurut umur menunjukkan hasil -2 SD < x < 1 SD dengan interpretasi gizi baik dan x <-2 SD (perawakan pendek) dilihat dari tinggi badan menurut umur. Berdasarkan analisis bivariat, tidak ditemukan adanya pengaruh signifikan antara durasi hemodialisis, frekuensi hemodialisis, etiologi, usia, jenis kelamin, dan komorbiditas (p>0.05) pada anak dengan gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisis terhadap status gizinya. Kesimpulan: Status gizi pada anak PGK yang menjalani hemodialisis dinilai berdasarkan indeks massa tubuh dan tinggi badan menurut usia ditemukan hasil rata-rata gizi baik namun berperawakan pendek. Tidak ditemukan pengaruh durasi, frekuensi, etiologi, usia, jenis kelamin, dan komorbiditas pada anak dengan gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisis terhadap status gizinya.

Introduction: Chronic kidney disease causes several changes in the body's function in metabolizing nutrients. This has led to the discovery of cases of malnutrition in CKD patients, especially in ESRD patients undergoing hemodialysis. This certainly needs to be a concern because nutrition is very important for children's growth. Therefore, this study was conducted to find out the effect of hemodialysis and other influencing factors on the nutritional status of children. Method: The study was conducted with a cross-sectional design by taking secondary data in the form of disease stage, duration of disease, primary etiologic factors, and comorbidities from medical records. Data on the nutritional status of children was obtained by measuring weight and height,
and upper arm circumference and then entered into the WHO Anthro application. Demographic data, such as the education level of the father & mother, family economic status, age, and gender were obtained by filling out the Case Report Form (CRF). 20 respondents met the inclusion and exclusion criteria of this study. Result: The average nutritional status assessment seen from the body mass index according to age showed results of -2 SD < x < 1 SD with good nutrition interpretation and x <-2 SD (short stature) in terms of height according to age. Based on bivariate analysis, there was no significant effect between duration of hemodialysis, frequency of hemodialysis, etiology, age, sex, and comorbidities (p>0.05) in children with chronic kidney failure who were undergoing hemodialysis on their nutritional status. Conclusion: The nutritional status of CKD children undergoing hemodialysis was assessed based on body mass index and height according to age. The average results were good nutrition but short stature. There was no effect of duration, frequency, etiology, age, gender, and comorbidities in children with chronic renal failure undergoing hemodialysis on their nutritional status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Rania
"Prevalensi penyakit ginjal kronik pada anak selalu meningkat dan dapat menyebabkan malnutrisi hingga gagal tumbuh. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran status gizi dan mencari hubungan status gizi dengan faktor yang berhubungan pada anak dengan PGK fase pradialisis dengan desain cross-sectional. Data diambil di Poliklinik Nefrologi RSCM Jakarta. Analisis data menggunakan metode ANOVA, independent sample t-test, spearman, dan mann-whitney dengan SPSS Versi 25. Rerata status gizi berdasarkan IMT/U didapatkan bergizi baik, yakni -1,02. Rerata perawakan berdasarkan TB/U didapatkan perawakan pendek dengan z-score -2,71. Terdapat 8 subjek berusia di bawah 10 tahun dengan median z-score BB/U di rentang berat badan kurang, yakni -2,77. Analisis bivariat antara BB/U, IMT/U, dan TB/U dengan stadium penyakit ginjal kronik, jenis kelamin, faktor etiologi primer, hipertensi, anemia, usia, status ekonomi keluarga, durasi penyakit, dan tingkat pendidikan orangtua tidak menunjukkan hubungan signifikan (p>0,05). Analisis bivariat antara BB/U dan IMT/U dengan gangguan mineral tulang tidak berhubungan signifikan (p>0,05). Namun, analisis bivariat TB/U dengan gangguan mineral tulang (p=0,005) memiliki hubungan signifikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa rerata status gizi anak PGK stadium 3—5 fase pradialisis memiliki berat badan kurang, perawakan pendek, tetapi bergizi baik. Terdapat hubungan antara status gizi anak dengan gangguan mineral tulang tetapi tidak berhubungan dengan faktor lainnya.

The prevalence of pediatric chronic kidney disease is increasing annually and can lead to malnutrition to failure to thrive. This study aims to identify the nutritional status of children with chronic kidney disease and its related factors using cross-sectional design held at Pediatric Nephrology Clinic RSCM Jakarta. Data were analyzed using ANOVA, independent sample t-test, spearman, and mann-whitney with SPSS Version 25. Nutritional status based on BMI-for-age showed the subjects had good nutrition with a mean z-score of -1.02. Stature based on height-for-age showed a mean z-score of -2,71, classified as stunted. There were 8 subjects under the age of 10 with a median z-score -2,77, classified as underweight based on the weight-for-age. Bivariate analysis between weight-for-age, height-for-age, and BMI-for-age with CKD stage, gender, primary etiological factor, hypertension, anaemia, age, family economic status, duration of illness, and parental education level did not show a significant association (p>0.05). Bivariate analysis between weight-for-age and BMI-for-age with mineral and bone disorder was also not significantly related (p>0.05). However, bivariate analysis of height-for-age with CKD-MBD (p=0.005) had a significant association. This study concluded that children with CKD stage 3-5 in the predialysis phase were underweight, stunted, but well-nourished. There was a significant association between nutritional status and CKD-MBD but no association with other factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reuwpassa, Jauhari Oka
"Jumlah kasus HIV yang semakin meningkat setiap tahunnya. Status gizi pada penderita HIV/AIDS merupakan salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh berbagai negara berkembang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pasien HIV/AIDS di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2012.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cros seksional, sampel dihitung menggunakan rumus satu proporsi sehingga diperoleh jumlah sampel 96 responden. Sampel dipilih dengan metode acak sederhana (simple random sampling) dan data diperoleh dari catatan rekam medis pasien.
Dari 91 pasien, proporsi pasien yang berstatus gizi baik atau lebih 74% dan gizi kurang 26%. Prevalensi Rasio (PR) untuk variabel jumlah T-CD4 11,88 (CI85% 1.683-83,911), status hemoglobin (PR=2,34, Ci95% 0.879-6,224), umur (PR=2,46 CI95% 1.076-5,622), jenis kelamin (PR=0,741, CI95% 0.369-1,486), pendidikan (PR=7,33, CI95%1,050-51,223), pekerjaan (PR=1,283, 0,683-2,580), status pernikahan (PR=0,80, CI95% 0,391-1,638), status ART (PR=0,517, CI95% 0,264-1,012), lama ART (PR=2,98, CI95% 1,219-7,286), Infeksi oportunistik (PR=1,60, CI95% 0,667-3.851), pengguna narkoba (PR=1,431, CI95% 0,711-2,881) dan konsumsi alkohol (PR=1,648, CI95% 0,830-3,274).
Pasien yang memiliki status gizi baik atau lebih, lebih banyak dibandingkan pasien yang memiliki status gizi kurang. Penelitian lebih lanjut tentang status gizi masih perlu dilakukan.

The numbers of HIV cases are increasing every year. Poor nutritional status in patients with HIV/AIDS is one of the issues.
The purpose of this study to know the description of the nutritional status of patients with HIV/AIDS in RSUPN Cipto Mangunkusumo 2012.
Design study in this research is cross sectional. The numbers of respondents were 96 samples. The sample was selected by simple random method (simple random sampling) and data collected from medical records of patient.
Of 91 patients, the proportion of patients who were normal or overweight BMI 74% and 26% were underweight. Prevalensi Rasio (PR) for each variable T-CD4 (PR=11,88, CI85% 1.683-83,911), hemoglobin status (PR=2,34, Ci95% 0.879-6,224), age (PR=2,46 CI95% 1.076-5,622), sex (PR=0,741, CI95% 0.369-1,486), education status (PR=7,33, CI95%1,050-51,223), work status (PR=1,283, 0,683-2,580), marital status (PR=0,80, CI95% 0,391-1,638), ART status (PR=0,517, CI95% 0,264-1,012), ART duration (PR=2,98, CI95% 1,219-7,286), opportunistic infection (PR=1,60, CI95% 0,667-3.851), illicit drugs (PR=1,431, CI95% 0,711-2,881) and alcohol consumption (PR=1,648, CI95% 0,830-3,274).
The amount of patients with good nutritional status more than patients with less nutritional status and patients with more nutrition. More research on the nutritional status still needs to be done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Adhi Nugroho
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi dan menelusuri perilaku unik positif pada balita dengan pendekatan positive deviance di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan metode penelitian cross sectional dan menggunakan data primer yang diambil pada bulan Mei 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan 18,4% balita di Kelurahan Pasir Putih tergolong status gizi kurang dan 2,9% status gizi buruk. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku kebersihan dengan status gizi balita (BB/U). Tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga, kecukupan energi, kecukupan protein, frekuensi makan, frekuensi minum susu formula, variasi lauk, perlakuan ibu ketika anak berceloteh, perilaku pemeliharaan kesehatan dengan status gizi balita (BB/U).
Penelitian ini menemukan perilaku unik positif berupa melarang mengonsumsi makanan ringan kemasan non biskuit, memberikan makanan cemilan sehat, mempraktikkan frekuensi makan tiga kali sehari, rutin memeriksakan balita ke posyandu setiap bulan, memberikan vitamin jika anak sakit, membuat variasi makanan dengan memasukkan irisan sayur ke dalam telur dadar. Penulis menyarankan masyarakat, khususnya keluarga balita dengan status gizi kurang mencontoh perilaku unik positif tersebut sehingga dapat mengikuti keberhasilan menjaga kesehatan dan status gizi balita.

This research is aimed to find out factors that associated to nutritional status and identification unique positive of children under five years old at Pasir Putih village Sawangan district Depok 2011. This research is quantitative and qualitative research with cross sectional method and use primary data which collected in Mei 2011. The results of this research shows that 18,4% of children under five years old at Pasir Putih district is underweight and 2,9% severely underweight. There is significant relationship beetwen hygiene behaviour with nutritional status of children. There is no significant relationship between family size, energy adequacy, protein adequacy, frequency of meals, frequency of drinking milk, variations of dishes, mother`s treat when the child chattering, health behavior with nutritional status of children (BB / U).
This research found a positive unique behavior such as, prohibiting eating non biscuit packaging snacks, providing a healthy snack food, practice the frequency of eating three meals a day, routinely checked every month to posyandu, giving vitamins if child is sick, making a variety of foods by inserting a slice vegetables into scrambled eggs. The author suggests people follow that behaviours so that people especially with children undernutrition could follow the success in maintaining health and nutritional status."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Ramadhani
"Kejadian status gizi lebih pada remaja merupakan masalah yang sudah terjadi dimana-mana. Prevalensi status gizi lebih pada remaja di Jakarta Timur lebih tinggi dibandingkan dengan angka provinsi DKI Jakarta. Remaja yang memiliki status gizi lebih dapat berisiko terkena berbagai penyakit degeneratif, memiliki status gizi lebih dimasa mendatang, dan dampak paling buruknya, yaitu kematian dini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko terhadap status gizi lebih pada murid SLTA X di Jakarta Timur Tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah desain potong lintang pada 130 orang responden usia 15-17 tahun.
Metode pengambilan data yang digunakan antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan dengan microtoise dan timbangan digital, pengisian kuesioner, dan pencatatan waktu makan. Analisis statistik yang digunakan adalah univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33,8 murid memiliki status gizi lebih. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen, yaitu jenis kelamin, asupan energi dan zat gizi makro, kebiasaan jajan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kecepatan makan, dan persepsi citra tubuh dengan status gizi lebih. Namun, terdapat beberapa variabel yang memiliki kecenderungan terhadap status gizi lebih, yaitu asupan lemak, kebiasaan jajan, pengetahuan gizi, aktivitas fisik, kecepatan makan, dan persepsi citra tubuh. Untuk itu, perlu adanya edukasi atau penyuluhuan mengenai cara menjaga status gizi dan mengaplikasikan pedoman gizi seimbang.

Over nutrition status in adolescents is a common problem. Prevalence of it in Jakarta Timur was higher than DKI Jakarta 39 s overall. Adolescents with over nutrition are in risk of many degenerative diseases, have over nutrition status in the future, and early death as the worst case. This thesis is a quantitative research with the purpose to find the relation between the risk factors of over nutrition status in the students of SLTA X in Jakarta Timur year 2017. A cross sectional was perform on 130 participants aged 15 17.
The method used to collect the data are the height measurement using microtoise, weight measurement using camry digital scale, self administered questionnaire, and self reported meal time. The statistical analyses used are the univariate and bivariate with a chi square test.
The result was shown that 33,8 students have over nutrition status. According to bivariate analysis, there was no significant relation between the independent variabels, which are sex, energy and macronutrient intake, snacking habit, nutrition knowledge, physical activity, eating rate, and body image perception with over nutrition status in students. However, there are some variables that have tendency toward over nutrition status, which are fat intake, snacking habit, nutrition knowledge, physical activity, eating rate, and body image perception. Therefore, it rsquo s necessary to provide education or intervention about how to maintain nutrition status and implementation of balanced nutrition guidelines.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafyarie Harnan
"Jumlah kasus Campak di Indonesia tahun 2011 berjumlah 21.893 kasus dari 237.556.363 jumlah penduduk (IR=9,22 per 100.00 penduduk). Sedangkan jumlah kasus Campak di Provinsi Jawa Barat tahun 2011 sebanyak 4.276 kasus dari 43.021.826 jumlah penduduk (IR= 9,94 per 100.000 penduduk). Menurut Riskesdas 2010 Cakupan Imunisasi Campak di Jawa Barat berjumlah 72,8 persen dan Cakupan Nasional Campak berjumlah 74,4 persen. Artinya Cakupan Imunisasi Campak di Indonesia belum mencapai target.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status Imunisasi Campak pada balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bakti Jaya Kota Depok Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2012 sampai Januari 2013 dan desain penelitian yang digunakan cross sectional, dengan populasi adalah ibu-ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di kelurahan Bakti Jaya tahun 2013.
Hasil dianalisis baik secara univariat dan bivariat dengan program EpiInfo. Hasil penelitian menunjukkan proporsi imunisasi Campak pada balita usia 1-5 tahun di kelurahan Bakti Jaya tahun 2013 sebesar 76,7 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh adalah umur ibu dan tingkat pendidikan ibu. Diperlukan upaya dan peran serta keaktifan berbagai pihak serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya Imunisasi Campak.

The number of cases of measles in Indonesia in 2011 amounted 21.893 cases amounted to 237.556.363 of the total population ( IR = 9.22 per 100.00 inhabitants ). While the number of cases of measles in the province of West Java in 2011 as many as 4,276 cases of 43,021,826 total population ( IR = 9.94 per 100,000 population ). According Riskesdas 2010 Measles Immunization Coverage in West Java amounted to 72.8 percent and National Coverage Measles totaled 74.4 percent. This means Measles Immunization Coverage in Indonesia has not reached the target.
The purpose of this study is to describe and factors associated with measles immunization status in children aged 1-5 years in the working area of the Puskesmas Bakti Jaya in 2013. Study was conducted in Desember 2012 until January 2013 and the design of the study used a crosssectional, the population is mothers who have children aged 1-5 years in the village Bakti Jaya in 2013.
Results were analyzed both univariate and bivariate EpiInfo program. The results showed the proportion of measles vaccination in infants aged 1-5 years in the village Bakti Jaya in 2013 amounted to 76.7 %. Based on the results of this research is that the variables that influence the mother's age and education level of the mother. Required effort and the participation of various parties liveliness and importance of public awareness of Measles.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>