Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 223798 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Doni Ardi
"Industri tekstil dan produk tekstil mengalami masa yang sulit. Banyak faktor yang membuat makin lemahnya sektor ini seperti adanya kuota, ancaman dari negara lain yang mempunyai daya saing yang tinggi seperti, dan krisis yang melanda kawasan Asia. Sebenarnya kondisi ini masih bisa diperbaiki dengan menggenjot ekspor. Tetapi dengan peristiwa WTC yang baru-baru ini terjadi, semuanya menjadi kabur.
Runyamnya kondisi perusahaan dalam industri tekstil dan produk tekstil ini akibat nilai hutang dalam mata uang asing yang cukup besar dan komponen impor yang masih cukup tinggi. Karena itu salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan melakukan restrukturisasi hutang.
Perusahaan yang dibahas di sini, yaitu PT. Texmaco Jaya, PT. Concord Benefit Enterprise, dan PT. Panasia Filament Inti juga merasakan akibatnya. Tetapi dampak yang dirasakan masing-masing perusahaan ini berbeda karena kondisinya yang berbeda, PT. Texmaco Jaya, sebagai salah satu perusahaan yang mempunyai hutang yang cukup besar dalam valas, mengalami kesulitan dalam membayarnya karena ekspor perusahaan masih di bawah 40%. PT. Concord Benefit Enterprise cukup agresif dalam berekspansi dengan pembiayaan melalui hutang, sedangkan kinerjanya tidak cukup baik. Akibatnya hutang perusahan ini membengkak cukup tinggi. Berdasarkan informasi terakhir, perusahaan ini diputus pailit oleh Mahkamah Agung sehingga perdagangan sahamnya d\-suspend. Sedangkan FT. Panasia Filament kinerjanya cukup bagus karena nilai ekspornya mencapai 60% lebih.
Penelitian dilakukan terhadap kinerja perusahaan pada saat terjadinya krisis. Industri dan strategi perusahaan merupakan hal yang pertama kali dianalisa. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow, yaitu dengan mendiskontokan proyeksi Free Cash Flow to the Firm (FCFF) berdasarkan Weighted Average Cost of Capital (WACC), Nilai FCFF diperoleh dengan melakukan proyeksi terhadap laporan keuangan perusahaan. Asumsi yang digunakan dalam melakukan proyeksi berdasarkan kondisi makro ekonomi dan kondisi masing-masing perusahaan itu sendiri serta data kinerja historis perusahaan.
Hasilnya menunjukkan bahwa harga pasar saham PT. Texmaco Jaya lebih rendah dari hasil perhitungan (undervalued') sehingga diperkirakan harganya naik. Sedangkan nilai saham PT. Panasia Filament Inti overvalued, sehingga diperkirakan akan turun pada periode berikutnya. Bahkan PT. Concord Benefit Enterprise ekuitasnya negatif, yang berarti kelangsungan hidup perusahaan ini diragukan.
Semua perhitungan nilai intrinsik saham tersebut dibuat berdasarkan asumsi dan berbagai pertimbangan sesuai kondisi perusahaan. Selain itu nilai saham juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dikuantifikasi. Karena itu investor di dalam mengambil keputusan harus juga mempertimbangkan faktor lainnya yang bersifat kualitatif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Kornelia Basauli
"Industri garmen dan tekstil merupakan suatu industri yang tingkat penjualannya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara dimana produknya dipasarkan. Selain itu, karena pada umurnnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri ini menjual produknya ke mancanegara, dimana penerimaan perusahaan berbentuk US$, maka selain juga olah laju inflasi nasional, pertumbuhan penjualannya juga dipengaruhi oleh perusahaan nilai tukar Rupiah terhadap US$.
Tulisan ini merupakan suatu penelitian mengenai bagaimana analisa terhadap resiko bisnis dan laporan keuangan perusahaan dapat menjelaskan pengaruh krisis ekonomi yang terjadi secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan secara obyektif, dan membantu penilaian prospek investasi bagi para investor dalam mengambil keputusan yang tepat untuk target investasinya. Penelítian ini terutama perlu dilakukan mengingat besarnya kandungan impor bagi proses produksi perusahaan?perusahaan yang bergerak dalam industri garmen dan tekstil. Selain itu juga banyak dan perusahaan-perusahaan ini yang melakukan pinjaman dalam bentuk US$ yang menyebabkan nilainya dalam Rupiah naik berkali-kali lipat.
Dalam tulisan ini, penulis melakukan penelitian terhadap tiga perusahaan yang bergerak dalam industri garmen dan tekstil, yaitu PT. Century Textile lndustrý Tbk., PT. Ever Shine Textile Industry Tbk., dan PT. Sarasa Nugraha Tbk. Dalam melakukan analisa terhadap ketiga perusahaan ini, penulis melakukan penelitian melalui liga tahapan, yang didasarkan pada analisa Krishna G. Palepu:
Yang pertama adalah analisa terhadap industri garment dan tekstil, dengan mempergunakan aeon Five Forces yang diperkenalkan oleh Michael Porter.
Tahap kedua adaah melakukan analisa terhadap laporan keuangan ketiga perusahaan tersebut, yang merupakan cerminan dari kinerja perusahaan-perusahaan tersebut selama beberapa tahun terakhir. Dalam hal ini, laporan keuangan yang diambil adalah laporan keuangan tahun 1994 hingga 2000. Analisa yang dilakukan adalah analisa rasio keuangan, dan analisa vertikal dan horisontal.
Tahap ketiga yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa prospek perusahaan yang merupakan proyeksi dan kineria perusahaan di masa yang akan datang. Selain didasarkan pada kinerja perusahaan di masa yang lalu, yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan, proyeksi analisa terhadap prospek perusahaan juga didasarkan pada proyeksi mengenai keadaan makro ekonomi di masa yang akan datang.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan nilai perusahaan-perusahaan tersebut berdasarkan hasil penelitian. Nilai yang didapat kemudian akan dibandingkan dengan harga saham perusahaan pada saat ini, sehingga pada akhirnya penulis dapat memberikan rekomendasi kepada para investor atau calon investor mengenai saham ketiga perusahaan tersebut. Selain itu, penulis juga dapat memberikan saran kepada para pengelola perusahaan sehubungan dengan nilai perusahaan yang didapatkan berdasarkan penelitian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhayati
"Tesis yang ditulis dengan deskriptif analitis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak yang terjadi akibat adanya penghapusan sistem kuota ekspor pada industri Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia sebagai bagian dari kebijakan yang telah ditetapkan dalan ketentuan hasil perundingan WTO. Penulisan secara metode kualitatif kali ini akan membahas perkembangan industri TPT Indonesia sebagai dampak dari penghapusan sistem kuota. Dimana tingkat pertumbuhan ekspor tekstil Indonesia cenderung mengalami penurunan sejak pertengahan periode penghapusan sistem kuota diberlakukan.
Hasil perundingan yang telah disepakati oleh semua negara-negara anggota tersebut, pada awalnya memang merupakan permintaan dari kelompok negara-negara berkembang untuk mempercepat proses penghapusan sistem kuota akan tetapi mendekati berakhirnya periode tahapan sistem kuota tersebut kelompok negara-negara berkembang mulai merasa tidak mampu untuk bersaing di dalam perdagangan bebas dunia. Peran WTO dalam hat ini sangat membantu kelompok negara-negara berkembang tersebut yang di kombinasikan dengan kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah setempat.
Dengan keluarnya kebijakan-kebijakan yang ditentukan oleh pemerintah Indonesia diharapkan dapat memberikan arah bagi perkembangan perdagangan industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armenzano Yulianto
"Kondisi industri tekstil Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin menurun, menggugah penulis untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar tingkat efisiensi dan seberapa banyak industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia yang mampu melakukan efisiensi serta seberapa banyak perusahaan yang ada dalam industri tekstil dan produk tekstil yang mampu melakukan efisiensi. Industri tekstil dan produk tekstil di dalam penelitian ini dipecah ke dalam 3 klasiflkasi sesuai dengan ISIC yang berlaku, yakni industri tekstil (ISIC 17), industri pakaian jadi (ISIC 18) dan industri kulit dan barang dari kulit (ISIC 19). Berbeda dengan penelitian-penelitian tingkat efisiensi pada industri tekstil sebelumnya, penelitian kali ini menggunakan metode Data envelopment Analysis dengan pendekatan input. Model DEA yang digunakan adalah model variable return to scale (VRS).
Adapun pada penelitian kali ini penulis menggunakan data net (value added) output. Variabel yang mempengaruhi output tersebut ada 2, yakni, kapital (K) dan tenaga kerja (Labor). Penelitian ini menggunakan data statistik industri tekstil Indonesia skala besar dan menengah untuk tingkat perusahaan kurun waktu tahun 1999 - 2001.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat efisiensi pada industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia masih rendah. Jumlah perusahaan yang ada di dalam suatu industri tekstil dan produk tekstil turut menentukan tingkat efisiensi industri tersebut, secara umum industri dengan jumlah perusahaan yang relatif sedikit memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa jumlah perusahaan yang efisien dalam industri tekstil dan produk tekstil relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan total perusahaan dalam industri tersebut, rata-rata sekitar 4% dari total perusahaan yang ada. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara umum perusahaan skala besar lebih efisien jika dibandingkan dengan perusahaan skala menengah.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Selain itu diharapkan pula pengukuran etisiensi ini tetap dilanjutkan dari tahun ke tahun, agar industri ini tetap terpantau jangan sampai kolaps, karena industri tekstil dahulu pernah menjadi komoditi primadona bagi pemasukan devisa negara, dan diharapkan industri ini akan bangkit kembali di masa-masa mendatang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Widodo
"Pembangunan industri Indonesia dititik beratkan pada industri yang berorientasi ekspor dan banyak menyerap tenaga kerja, mengolah hasil pertanian dan industri penghasil mesin-mesin industri. Industri yang berorientasi ekspor adalah industri yang berdaya saing kuat, yaitu industri yang mampu memanfaatkan dan dapat mengembangkan keunggulan komparatif. Selain itu pengembangan industri harus diarahkan pada pengembangan industri yang mampu memanfaatkan peluang yang tersedia, utamanya peluang pasar potensial, balk pasaran ekspor maupun dalam negeri. Dalam pengembangan industri yang berdaya saing kuat salah satunya adalah pengembangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang selama ini menjadi andalan ekspor nasional serta penghasil devisa utama.
Industri TPT Indonesia merupakan andalan ekspor bagi industri nasional semenjak tahun 1987 dan mencapai puncaknya pada tahun 1992 dengan nilai ekspor US$ 6,1 milyard. Ekspor industri TPT Nasional juga sangat bergantung pads lingkungan bisnis TPT dunia. Industri TPT dunia selama ini memiliki karakteristik sendiri dalam lingkungan bisnisnya, dimana tata niaganya diatur dalam MFA (Multi Fibre Arrangement).
Produk TPT Indonesia yang meliputi produk serat, benang dan tekstil Iembaran, pakain jadi serfs tekstil lainnya beberapa tahun terakhir ini sedang mengalami penurunan dalam pertumbuhan ekspornya dan proporsinya. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh pennintaan yang menurun dan pertumbuhannya melamban karena krisis ekonomi yang melanda sebagian dunia, tumbuhnya negara-negara pesaing baru yang turut serta mengembangkan industri TPT atau perkembangan teknologi yang pesat sehingga membawa dampak pada proses produksi industri ini dan merubah bentuk persaingan di pasar international karena persaingan international tersebut untuk sebagian besar tidak lagi hanya didasarkan atas persaingan dalam harga, akan tetapi juga atas inovasi dan teknologi.
Selain itu industri TPT Indonesia menghadapi tantangan yang berat dalam persaingannya di pasar dunia antara lain dengan terwujudnya WTO yang menyebabkan perubahan mendasar pada lingkungan bisnis TPT pada tahun 2005. Pada tahun tersebut seluruh produk TPT dunia tidak lagi diatur oleh tata niaga MFA tetapi akan dengan bebas diperdagangkan baik ekspor maupun impornya, sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada perjanjian didalam WTO. Sehingga hanya kekuatan daya saing internal dimasing-masing negara produsen saja yang akan menentukan keunggulan daya saing komoditinya.
Dalam periode 1991-1998 industri TPT nasional mengalami tingkat daya saing yang cenderung terus menurun. Penurunan ini terlihat setelah dianalisa menggunakan alat analisis RCA, ISP dan CMSA. Dari hasil analisa ini dapat dilihat bahwa industri TPT yang selama ini anya mengandalkan endowment factor tidak dapat bersaing di pasar dunia. Kecenderungan ini dapat juga dilihat sebagai akibat tidak efektifnya kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, pemerintah harus mampu membuat kebijakan yang menyangkut industri TPT nasional dengan tidak hanya mempertimbangkan kelebihan dari endowment factor saja tapi juga harus mempertimbangkan competitive factor sehingga kebijakan yang dihasilkan akan mampu mengangkat industri TPT Indonesia untuk bersaing di pasar dunia.
Selain itu kebijakan yang dihasilkan harus bersifat menyeluruh dan tidak bersifat sementara/hanya peredam. Kebijakan-kebijakan tersebut juga diharapkan mampu mendorong pengembangan industri TPT nasional dari hulu hingga hilirnya menjadi sebuah industri yang modem yang efektif dan effisien dengan tidak melupakan peningkatan sumber daya manusia, teknologi , R&D dan juga mampu mendorong pengusaha industri ini membuka pasar baru selain pasar tradisonal bagi produk industri TPT selama ini.
Dengan kebijakan yang komprehensif seperti telah diungkapkan di atas, industri TPT Indonesia diharapkan akan mampu meningkatkan daya saingnya di pasar dunia utamanya pada tahun 2005 disaat MFA terintegrasi dengan WTO."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T9815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joviana Henza
"Adanya pertumbuhan signifikan dalam sektor industri tekstil – kain dan pakaian
jadi di Indonesia yang sangat pesat memengaruhi impor dan ekspor nasional.
Kemudian, terjadi lonjakan impor dalam sektor industri tekstil – kain dan pakaian
jadi menyebabkan adanya kerugian serius dan/atau ancaman kerugian serius.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini menganalisis pengaturan tindakan
pengamanan (safeguards) sesuai dengan ketentuan WTO. Selain itu, penelitian ini
juga menganalisis penyelidikan dalam pemberitahuan G/SG/N/8/IDN/23-
G/SG/N/10/IDN/23 dan G/SG/N/6/IDN/36 mengenai tindakan pengamanan yang
akan diambil oleh Pemerintah Indonesia. Selanjutnya, analisis ini menggunakan
metode yuridis tindak dengan menganalisis data sekunder. Indonesia sebagai salah
anggota negara dalam WTO telah menandatangani Perjanjian WTO yang di
dalamnya termasuk mengenai Perjanjian Tindakan Pengamanan (Safeguards).
Ketentuan Tindakan Pengamanan sesuai dengan Perjanjian Pengamanan
menyebutkann adanya beberapa syarat untuk pengenaan Tindakan Pengamanan
yang tertera pada Pasal 4.2(b) Perjanjian Pengamanan. Indonesia telah
mengundangkan Keputusan Presiden No. 84 Tahun 2002 tentang Tindakan
Pengamanan Industri dalam Negeri dari Akibat Kebijakan Impor.Tindakan
pengamanan didefinisikan sebagai tindakan “darurat” sehubungan dengan
peningkatan impor produk tertentu. Dalam kedua pemberitahuan tersebut dapat
dipahami bahwa tindakan pengamanan sementara yang diambil adalah untuk
mengatasi kerugian serius yang dideritas industri dalam negeri.
Kata kunci: impor, tindakan pengamanan, tekstil, WTO

A significant growth in the textile-fabric and apparel industry sector in Indonesia
rapidly affecting national imports and exports. Thus, when there was a surge in
imports in the textile industry sector - fabrics and apparel, which causing serious
losses and / or the threat of serious losses. Hence, this study analyzes safeguards in
accordance with WTO provisions. In addition, this study also analyzes the
investigations in the notification of G / SG / N / 8 / IDN / 23-G / SG / N / 10 / IDN
/ 23 and G / SG / N / 6 / IDN / 36 regarding the security measures that will be taken
by the Government of Indonesia. Furthermore, this analysis uses the follow-up
juridical method by analyzing secondary data. Indonesia as a member of the WTO
has signed a WTO Agreement which includes the Safeguards Agreement.
Safeguard provisions in accordance with the Safeguard Agreement states that there
are several conditions for the imposition of Safeguard Measures as stated in Article
4.2 (b) of the Security Agreement. Indonesia has promulgated Presidential Decree
No. 84 of 2002 concerning Domestic Industry Safeguards from the Impact of
Import Policies. Safeguards are defined as an "emergency" measures in connection
with the increase in imports of certain products. In both notifications it is
understood that the temporary safeguards are being taken to overcome serious
losses suffered by the domestic industry.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Prasiwi Westining Dyah Ibrahim
"Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu industri yang memiliki peranan cukup besar pada perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peranan industri TPT dalam perolehan devisa melalui ekspor non-migas dan juga dalam penyerapan tenaga kerja. Namun, banyak kendala dan permasalahan yang terjadi di industri tersebut, diantaranya produktivitas tenaga kerja yang rendah. Setelah adanya liberalisasi perdagangan, terutama adanya kesepakatan penghapusan kuota impor tekstil, dikhawatirkan industri TPT dalam negeri tidak dapat bersaing dengan negara lain.
Studi ini mencoba untuk melihat apakah liberalisasi perdagangan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri TPT di Indonesia, terutama setelah adanya penghapusan kuota impor tekstil yang disepakati melalui pembentukan WTO, serta melihat faktor-faktor lainnya yang juga mempengaruhi pertumbuhan produktivitas tenaga kerja industri TPTIndonesia. Studi dilakukan dengan menggunakan metode data panel studi kasus industriTPT di Indonesia tahun 1991-2005.Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan, ternyata liberalisasi perdagangan padaindustri TPT, yang ditandai dengan penghapusan kuota impor tekstil berpengaruh secaranegatif terhadap produktivitas tenaga kerja industri TPT di Indonesia. Selain itu faktorfaktor lainnya seperti perubahan intensitas ekspor, perubahan permintaan internal, pertumbuhan output, indeks skala, dan rasio konsentrasi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan produktivitas tenaga kerja industri TPT di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S5889
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Krishna
"Dengan makin meningkatnya globalisasi akibat internasionalisasi lalu untas barang dan pasar dunia, maka bagi Indonesia terutama untuk menunjang ekspor non-migas dalam hal ini tekstil dan produk tekstil, tidak ada jalan lain bagi pemerintah untuk segera melakukan deregulasi yang menyeluruh disemua bagian dalam struktur industri dan birokrasi Indonesia. Karena dalam struktur perekonomian dunia saat ini yang Iebih bersifat tidak mengenal batas wilayah atau bangsa akibat kemajuan teknologi telekomunikasi dan transportasi. Lalu lintas perdagangan sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi atau endorsment dalam negeri. Kerjasama dengan pemerintah, dalam hal ini untuk penyesuaian di sektor moneter supaya harga jual ekspor menjadi kompetitif (tentunya kualitas dan produknya mengikuti selera konsumen), akan sangat membantu perluasan pasar serta usaha peningkatan pangsa pasar produk Indonesia (khususnya tekstil dan produk tekstil) di pasar ekspor. Diharapkan pemerintah akan lebih meliberalisasi aturan main berbisnis dan investasi, deregulasi dan efisiensi birokrasi. Serta selalu mengadakan penyesuaian antara effective exchange rate export dengan effective exchange rare import secara terus menerus, sehingga produsen mendapatkan keuntungan atas perluasan pasar ke luar negeri dan tingkat penjualan yang ada sebelumnya dipasar domestik.
Pembentukan blok ekonomi, seperti NAFTA dan ME, juga akan mengakibatkan apa yang dikenal dengan istilah trade diversion, berupa peng alihan impor kepada negara sesama anggota NAFTA ataupun ME sendiri. Selain trade diversion juga akan terjadi investment diversion ( suatu gejala yang jarang dibahas dalam literatur ekonomi). yaitu dampak yang berupa pengalihan investasi dari Jepang ke NICs. ke negara seperti Meksiko. Gejala yang sudah mulai tampak adalah dalam bentuk pengurangan investasi NICs ke Indonesia dalam beberapa kwartal terakhir ini. Dan aturan rules of origin (sama sifatnya dengan aturan local content dalam industri otomotif indonesia), merupakan hambatan diskriminatif terhadap produk dan negara lain. Hanya produk-produk yang menggunakan komponen dan anggota NAFTA yang diberi keringanan bea masuk. Untuk itu, eksportir harus menjelaskan identifikasi dan pembagian biaya berdasarkan negara asal komponen (suatu proses yang sangat ruwet dan birokratis).
Padahal kecenderungan yang sekarang dominan dalam proses produksi, adalah gejala multi-sourcing dalam pasok komponen. Sehingga aturan rules of origin tersebut, merupakan diskriminasì tarif dan sekaligus hambatan birokratis terhadap komponen dan negara lain. Hambatan birokratis dan rule of origin Iebih besar dampaknya daripada diskriminasi tarif terhadap ekspor dan negara berkembang. Dilihat dari segi kepentingan Indonesia, aturan rule of origin sangat merugikan dan merupakan ancaman terhadap usaha Indonesia untuk meningkatkan ekspor non-migas. Departemen Perdagangan perlu memainkan peranan yang Iebih aktif, agar eksportir kita terlatih untuk menghadapi birokrasi dan rule of origin tersebut. Sedangkan trade diversion tersebut merugikan.
Indonesia, terutama untuk produk tekstil, sepatu barang kulit dan produk industri ringan lainnya. Padahal produk-produk tersebut sangat menyerap tenaga kerja dan merupakan ekspor andalan Indonesia- Jika Indonesia tidak siap, akan lebih banyak investasi bergerak ke Meksiko.
Untuk mencari peluang pasar ekspor bagi tekstil dapat dilakukan hubungan perdagangan dengan negara non kuota. serta bilateral trade yang saling menguntungkan untuk kedua belah pihak. Karena perdagangan multilateral, tidaklah selalu menggembirakan ditinjau dari segi keuntungan bagi Indonesia, terutama akibat terbentuknya blok-blok ekonomi dan perdagangan dinegara maju yang sudah pasti menerapkan preferensi khusus dan eksklusif bagi sesama anggota dan negara-negara afiliasi mereka.
Strategi lainnya dalam menghadapi timbulnya blok-blok ekonomi dan perdagangan, adalah berusaha untuk berada ditengah pasaran mereka dengan membuka usaha disitu. Bisa dalam bentuk sebuah kantor pemasaran atau kantor pemasaran plus desain atau kedua-duanya. Dengan kemampuan membangun pabrik disana atau jaringan distribusi sendiri. walaupun mahal dan bukan solusi terbaik, hal ini dapat dilakukan secara bersama antara dunia industri dengan pemerintah secara terpadu seperti Sogo Sosha Jepang aiau Indonesia Incor porated.
Pemerintah telah membangun kepercayaan atau keyakinan yang diperlukan dalam komitmen menerapkan strategi promosi ekspor dengan serius. Sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan investasi yang besar. dan program-programnya diarahkan untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya dan strategi promosi ekspor tersebut.
Jadi secara mikro, perusahaan harus mampu melakukan efisiensi, mampu menyelidiki dan menganalisa tingkat kejenuhan pasar domestik. harus mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan disukai konsumen dengan harga yang kompetitif baik dipasar domestik atau dipasar ekspor.
Bila ketiga gajah ekonomi dunia ( Amerika Serikat, Eropa dan Jepang) tersebut bertengkar, maka pelanduk-pelanduk seperti Indonesia akan kena injak. Hanya pelanduk-pelanduk cerdik yang bisa menghindari dari injakan gajah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Avenzora
"Pada masa sebelum krisis tahun 1997, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) rnerupakan industri yang diandalkan karena mampu memberikan lapangan kerja kepada sekitar 1,2 juta pekerja dan menjadi penghasil devisa utama bagi pemerintah. Namun semenjak krisis tahun 1997 industri TPT kehilangan kepercayaan diri. Ongkos produksi yang melambung tinggi menyebabkan industri TPT dalam negeri sulit bersaing dengan barang impor. Keadaan menjadi semakin buruk setelah pemerintah menaikkan harga BBM, tarif listrik dan telepon secara serentak. Namun demikian, industri ini masih mencoba bertahan dengan melakukan berbagai efisiensi. Untuk memberikan informasi yang lebih jelas seberapa jauh efisiensi yang telah diraih oleh industri TPT dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya maka studi mengenai efisiensi dan produktivitas industri TPT diperlukan.
Studi ini meneliti mengenai efisiensi dan produktivitas industri TPT periode 2002-2004. Metode yang digunakan untuk menghitung tingkat efisiensi dan produktivitas dalam hal ini adalah Total Faktor Produktivitas (TFP) adalah metode nonparametrik dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Sementara itu untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan TFP dilakukan analisa regresi berganda.
Data tahun 2002-2004 menunjukkan bahwa tingkat efisiensi teknis industri TPT masih tergolong rendah. Untuk industri tekstil (kode 17) rata-rata efisiensi teknis periode 2002-2004 adalah sebesar 0,432 dan untuk industri produk tekstil (kode 18) rata-rata efisiensi teknis periode 2002-2004 adalah sebesar 0,422. Hasil perhitungan ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Margono (2004) bahwa tingkat efisiensi industri tekstil periode 1993-2000 rata-rata sebesar 0,479.
Dari hasil analisis regresi berganda ditemukan bahwa faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap besarnya efisiensi untuk industri tekstil adalah status permodalan dan lokasi perusahaan sementara untuk produk tekstil adalah skala usaha, umur perusahaan dan status permodalan. Sementara itu, yang secara signifikan mempengaruhi TFP pada industri tekstil adalah skala usaha dan untuk produk tekstil adalah skala usaha dan status permodalan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21208
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>