Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Yulianto
"Tulisan ini membahas tentang perkembangan tegalan di daerah alairan Cikawung, kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Menggunakan data dasar peta topografi keluaran tahun 1940 citra Landsat tahun 1994 dan peta penggunaan lahan tegalan. Hasil analisis memperlihatkan bahwa selama kurun waktu tahun 1940-1999 telah terjadi perubahan lahan, khususnya konversi lahan hutan dan kebun/perkebunan menjadi tegalan secara signifikan. Dalam kurun waktu tersebut terjadi rata-rata penambahan luas tegalan sebesar 104 hektar per tahun. Secara spasial pertambahan luas tegalan berkorelasi positif dengan pertambahan jumlah petani dan perubahan kerapatan jaringan jalan. Berkembangnya lahan tegalan di daerah studi pada wilayah perbukitan dan pegunungan dengan lereng lebih dari 25 persen, diduga menjadi penyebab tingginya muatan sedimen aliran Cikawung selanjutnya bermuara di Citandui dan akhirnya mengendap di laguna Segara Anakan."
2003
JUGE-5-Jan2003-23
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Yulianto
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T39608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Rachmawati
"DaJam perjalanan waktu, kepadatan penduduk makin lama
fedangkan dilain pihak Bumber daya alam
-..er-cambah„ Akibatnya pemilikan lahan untuk u-^l.a L<=..n.i makxn menyempit, Untuk menutupi kekurannan
.e.,uiu!..u-| h^ yang mendesak, jalan yang ditempuh
ad,.;lcm denyan memalingkan perhatian pada tanah-tanah
•^•^■i'"eng--lereng gunung, Untuk mengataB-i
L X n g g x d p e f 1u k «n u s a h a k on b e i- v a si 1a hte arn u „tama di dataran
Keberhaexlan penerapan konservasi lahan ada yana baik
<...n c.dc< yang txdak baik atau rendah, Perbedaan ini
faktor teknis juga dipenqaruhi
mrnmenn u--a-M'Mx p uasar pe-r't-i^monboamnxg,a nk aaretanua fapketmoirk irsaons iasl eesekoonraonmnl
d.lam rangka pengambxlan keputusan, Faktor sosial ekonor.
i yang dxduga oerpengaruh dalam keberhasi Ian peneranan
ad..l.,l, penuxdxkan petandxi,a jluukaasn pedmalialimka n pleanhaenli tiapne tainnii,
uiiiLU peLa.iix dain pendapatan petani.
Sub DAS Lesti yang menjadi wilayah penelitian merupakan
kon..ei ./asx lahannyl^an atenr ddaapn adt adlaame rakhe byearnhga sbi Iaaikn dpaenn eraypaanng
p a .. ... a 11 f a !■.. c o r --1 a k t o ra kyx ab na gt md ea mr pi en a gd aa rn uya hi np ye arb ,"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tri Indah Utami
"ABSTRAK
Dampak fenomena ENSO yakni menyebabkan adanya pergeseran pola musim hujan danmusim kemarau. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kegiatan pertanian di Kabupaten Kebumen diantaranya seperti kegagalan panen dan penurunan hasil produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola keterpaparan pertanian lahan kering di Kabupaten Kebumen sehubungan dengan adanya fenomena ENSO dan keterkaitannya dengan produktivitas jagung. Data yang digunakan berupa curah hujan harian periode 1986-2016 dari 32 stasiun pengamat hujan. Parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi keterpaparan ada lima parameter yaitu penyimpangan awal musim kemarau, durasi musim kemarau, curah hujan masa tanam jagung, curah hujan masa panen jagung, jumlah hari hujan panen jagung dan dan metode yang digunakan adalah skoring dan overlay. Pola keterpaparan pertanian lahan kering yang terpapar tinggi cenderung berada di wilayah pegunungan. Periode El Nino tahun 2015 tidak mengakibatkan pertanian lahan kering terpapar secara signifikan karena didominasi keterpaparan rendah, sedangkan periode La Nina mengakibatkan keterpaparan sedang hingga tinggi karena lahan kering tidak membutuhkan air terlalu banyak. Pada periode El Nino tahun 2015 produktivitas jagung cenderung naik 43 dari kondisi normal. Pada periode La Nina tahun 2010 produktivitas jagung menurun cukup signifikan yaitu 63 dibandingkan dengan kondisinormal.

ABSTRACT
The impact of ENSO phenomenon causes a shift in the pattern of rainy and dry season.This will affect the agricultural activities in Kebumen regency such as crop failure and decreased productivity results. This study aims to find out the exposure pattern of dry land agriculture in Kebumen regency with the phenomenon of ENSO and its association to corn productivity. The data used is the daily rainfall period of 1986 2016 from 32 observer rain stations. There are 5 parameters to identify exposure are early deviation and duration of dry season, rainfall of the maize, the maize harvest, the number of rainy days in maize harvestand the method used is scoring and overlay. The pattern of high exposure to dry land agriculture tends to be in mountainous areas. The El Nino Period of 2015 does not result in dry land agriculture being significantly exposed due to low exposure, while the La Nina period results in moderate to high exposure because dry land does not require too muchwater. In the El Nino period of 2015, maize productivity tends to rise 43 from normalconditions. In the La Nina period in 2010 the productivity of maize is 63 compared tonormal conditions."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemanfaatan lahan kering di Kecamatan Gedangsari dimanfaatkan sebagai penghasil tanaman pangan dan palawija dengan pola tanam tumpang sari. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara ketinggian wilayah dengan produktivitas hasil pertanian dan wilayah pemanfaatan lahan kering yang dapat dioptimalkan untuk peningkatan usaha tani. Daerah penelitian terletak di Kecamatan Gedangsari meliputi ketinggian antara 100 ? 700 mdpl dengan unit analisis per 100 meter setiap ketinggian untuk pengambilan sampel. Metode penelitian adalah kuantitatif dengan analisis deskriptif, analisis spasial dan analisis statistik menggunakan korelasi pearson product moment untuk hubungan ketinggian dengan variabel penelitian. Adapun hasil penelitian ini adalah semakin tinggi tempat maka produktivitas pertanian semakin menurun dan pola tanam yang diterapkan monokultur. Komoditas pertanian yang dapat diunggulkan yaitu kacang tanah. Hasil produktivitas pertanian yang rendah, dipengaruhi oleh faktor fisik, jarak ibukota kecamatan, dan belum optimalnya pemanfaatan lahan kering dengan teknik yang dilakukan petani masih sangat sederhana dan orientasi hasil panen untuk keperluan sehari-hari. Wilayah yang dapat dioptimalkan meliputi ketinggian < 300 mdpl dengan kemiringan lereng < 15 %.

Abstract
The utilization of dry land in Gedangsari Sub District is used to produce flood plant and crops with intercropping pattern. The purpose of this research is to discover the relation between elevations and farm productivity also the dry land area that can be optimized to increase farming. Dry land has low fertility, steep slope, low depth and located in mountainous and hilly area. The area of this research is 100-700 meters above sea at Gedangsari Sub District with analysis 100 meters for each elevation level for sample. The method of this research is quantitative with analysis descriptive, spatial, and statistic using Person Product Moment to discover the relation of elevation and several research variables. The result of this research is that in the higher place, the farming productivity is decreasing and the farmers prefer to apply monoculture agriculture. The result of productivity is very low for dry land agriculture, besides the influence of physical factors, and distance from capital sub district it is also affected by the utilization that is still not fully optimized and the simple technique that is being used by the farmers with the orientation of daily needs. The area that can be optimized is located less than 300 meters above sea level with slope under 15%."
Universitas Indonesia, 2012
S1808
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Osmaliana Osman
"ABSTRAK
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang semakin pesat, kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga semakin meningkat. Salah satu dampaknva adalah peningkatan limbah yang dihasilkan baik jumlahnya maupun jenisnya. Bila limbah tidak dikelola dengan baik, akan mengakibatkan terjadinya pencemaran. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya, sehingga akan mengganggu kesinambungan lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu adanya upaya penanganan untuk mengatasi masalah pencemaran. Salah satu sumber yang dapat menimbulkan pencemaran adalah limbah rumah tangga. Limbah yang berasal dari rumah tangga. terdiri dari bermacant-macam jenis. ada yang dapat digunakan kembali dan ada yang tidak. Lebih dari itu. ada limbah yang tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti sisa obat-obatan, sisa pembasmi hama dan baterai kering bekas. Baterai kering yang biasa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. merupakan sarana yang dapat menyimpan energi kimia dan mengubahnya menjadi energi listrik. Komponen baterai kering adalah logam dan zat-zat kimia lain, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.: 148/MISK/1985. baterai kering dapat digolongkan ke dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Di DKI Jakarta, setiap rumah tangga rata-rata mengkonsumsi 10 buah baterai kering ukuran besar (UM1), 5 buah baterai berukuran sedang (UM2) dan 10 buah baterai berukuran kecil (UM3) dalam satu tahun. Diperkirakan setiap tahun. puluhan juta buah baterai kering digunakan untuk berbagai keperluan. Dengan demikian setiap tahun terdapat puluhan juta baterai kering bekas yang dapat mencemari lingkungan, karena sampai saat ini belum ada sistem pengelolaan pembuangannya. Untuk mengatasi pencemaran, khususnya yang diakibatkan oleh baterai kering bekas, perlu diciptakan sistem pengelolaannya.
Pengelolaan yang dimaksud adalah suatu upaya yang dilakukan agar baterai kering bekas tidak dibuang atau digunakan secara tidak aman bagi manusia dan lingkungan hidup. Untuk itu perlu diperoleh gambaran mengenai sikap yang meliputi pemahaman masyarakat mengenai pencemaran lingkungan pada umumnya, khususnya perlakuan terhadap baterai kering bekas. Di samping partisipasi masyarakat, maka keberhasilan upaya pengelolaan ditentukan pula oleh adanya sarana baik berupa sarana non fisik seperti peraturan dan sistem pengelolaannya maupun sarana fisik.
Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sikap dan perilaku masyarakat Jakarta terhadap baterai kering bekas, sehingga terlihat gambaran tentang kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi bila disusun suatu sistem pengelolaan dan peraturan tentang baterai kering bekas. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengkaji kedudukan baterai kering daiam peraturan-peraturan lingkungan hidup khususnya tentang pengelolaan limbah B3. mendapatkan gambaran mengenai pemahaman masyarakat tentang pencemaran lingkungan, mendapatkan gambaran mengenai perlakuan dan anggapan tentang perlakuan masyarakat terhadap baterai kering bekas. serta mendapatkan gambaran tentang kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pengelolaan baterai kering bekas.
Penelitian dilakukan di 6 (enam) lokasi di wilayah DKI Jakarta dengan responden 180 orang ibu rumah tangga dari tiga kelompok permukiman. yang dalam kegiatan ini disebut sebagai permukiman bala'ah (PB) permukiman menengah (PM) dan permukiman atas (PA). Data primer diperoleh di lapangan dengan metoda survei. sedangkan data sekunder diperoleh dari tulisan baik berupa hasil-hasil penelitian, makalah ataupun peraturan-peraturan. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif deskriptif.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpuIan bahwa baterai keying bekas termasuk dalarn kriteria jenis limbah B3, namun secara tersurat belum termasuk dalam daftar limbah B3 pada peraturan-peraturan yang menyangkut pengelolaan limbah B3 yaitu SK Menteri Perindustrian No. 148/MSK/4/1985 tentang pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri; PP 19/1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun: dan PP 13/1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 19/1994. Mengenai pemahaman masyarakat tentang pencemaran lingkungan diperoleh gambaran bahwa 93,3% responden mengetahui bahwa pencemaran akan mengganggu kesehatan manusia, dan 6,7% yang menyatakan tidak tahu merupakan responden yang tinggal di kelompok PB.

ABSTRACT
Along with the rapid growth of population and economic development. human activities in accomplishing their needs also increase. One of the consequences is that people produce more waste, in larger amount and variety. Waste. if not properly managed will cause pollution and finally it will endanger human life and other creatures.
One of the source of environment pollution is household waste. Such waste consists of various kinds of things, some of them can he reused but some cannot. There is even toxic and dangerous waste (B3) such as chemical waste, insecticide, and used dry cells. Dry cell in daily use is a device that saves chemical energy and to turn it into electrical energy. Since the component of dry cells, are made from metal and other chemical substances. it is categories as B3. according to the Industrial Minister's Decree No.:148/MISK/1985. is categorized into B3.
Each household in DKI Jakarta consumes 10 big dry cells (size UM I). 5 medium dry cells (size UM2). and 10 small dry cells (size 13M3) every year. Il is estimated that millions of dry cells are used for various needs every year. There for there are the same number of used dry cells pollute the environment and so far there is no waste management system of used dry cell has been designed. To solve the pollution problem especially as the result of used dry cells, a waste management system should be developed. Such system needs to be done as an effort to avoid the environment pollution. A view on people's perception toward environment pollution in general is acquired when deals with used dry cells. To accomplish such effort is determined by not only public participation. but also an appropriate physical and non-physical facilities such as a rule and its management system.
Base on the above matter, this survey is meant:
a. to understand the attitude and behavior of the community towards the B3 waste, which can be the source of environment pollution, especially to get the picture of what people understand about the environment pollution.
b. to understand how the people deal with the B3 waste, to understand the people's idea on their own attitude towards the B3 waste.
c. and to get the picture on the willingness of the community to participate in the effort to control the B3 waste.
The survey has been conducted in 6 locations within DKI Jakarta. on 180 housewives from 3 district groups. Primary data was obtained in the field. where as secondary data was gathered from papers and regulation. This collected data was analyzed in a descriptive qualitative.
The research concluded that used dry cells are categorized as hazardous waste. Although the regulations of B3 waste management (Minister of Industry's Decree No 148/M/SK/1985 on Protection of Industry's Hazardous Waste: Government Regulations (PP)/19/1994 on Hazardous Waste Management: PP/12/1995 on the Modification of PP/19/1994) have not legally included it into the list of hazardous waste.
The result of the survey about people's perception on the environment is that most of the respondent (93.3%) know that pollution will affect human health. while the others (18.3%) do not know and even assume that there is danger to human life. Further study found that some people (37.8%) assume that. if the waste is thrown away far from their place. it will not cause any pollution to them. the pollution stuff that people know includes dust. exhaust fumes. plastic and other waste. Only a small part (5,3%) mentioned that used dry cell is one of the pollutant.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandar Lampung: Lembaga Penelitian UNILA , 1995
631.58 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yusdar Hilman
"Sayuran umumnya diusahakan secara intensif di lahan kering dataran tinggi tanpa menerapkan teknologi konservasi lahan untuk mengendalikan erosi dan penurunan kesuburan tanah. Untuk mengatasi masalah ini, petani sayuran umumnya meng-gunakan pupuk kimia pada dosis tinggi. Namun upaya ini tidak dapat meningkatkan hasil, bahkan hasil sayuran cenderung menurun akibat lahan terdegradasi. Penggunaan pupuk kimia dosis tinggi mengakibatkan terjadinya akumulasi nitrat dalam tanah dan air, mengganggu siklus hara tanah, menghambat rege-nerasi humus, mematikan cacing tanah, menurunkan kandungan mikroorganisme tanah, dan menguras bahan organik tanah. Pengelolaan hara terpadu merupakan pendekatan inovatif untuk menjaga kesuburan tanah dan pasokan hara tanaman pada taraf optimum untuk keberlanjutan produktivitas sayuran. Ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan manfaat dari berbagai sumber hara tanaman seperti pupuk kimia, pupuk organik, dan pupuk hayati secara terpadu. Upaya peningkatan produksi sayuran di lahan kering menghendaki penerapan teknologi inovatif yang ramah lingkungan yang bernuansa ekonomi biru. Pola ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing, produktivitas, dan nilai tambah produk yang dihasilkan"
Kementerian Kementerian RI, 2013
630 PIP 6:4 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>