Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132947 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Supriatna
"Seiring dengan semakin banyaknya pilihan layanan telekomunikasi dan penurunan pendapatan layanan telepon, penyelenggara wartel mengalami masa sulit yang ditandai dengan berkurangnya pendapatan yang diperoleh. Sementara di sisi lain, kebutuhan layanan akses internet semakin tumbuh dari tahun ke tahun sehingga terdapat peluang bagi penyelenggara wartel untuk memberikan layanan akses internet pada wartel yang dikelolanya sebagal sumber pendapatan baru.
Implementasi layanan intemet berbasis Speedy dapat menjadi solusi bagi penyelenggara wartel untuk tetap dapat bertahan dan mengembangkan bisnisnya sehingga perlu dilakukan analisa terhadap kelayakan investasinya.
Dari aspek kelayakan teknis terdapat sejumlah 3.639 wartel (93% dari total jumlah wartel) yang tersebar di 850 wilayah RK (93% dari total jumlah RK) layak untuk mengimplementasikan layanan akses internet berbasis Speedy.
Dengan pendanaan mempergunakan modal sendiri, implementasi layanan akses berbasis Speedy pada wartel layak untuk diimplementasikan pada 384 wartel yang tersebar pada 75 wilayah RK. Dengan pola pendanaan mempergunakan kredit investasi perbankan, implementasi layanan akses berbasis Speedy pada wartel layak untuk diimplementasikan pada 357 wartel yang tersebar pada 73 wilayah RK. Sedangkan dengan pola pendanaan mempergunakan Community Development Program PT TELKOM, implementasi layanan akses berbasis Speedy pada wartel layak untuk diimplementasikan pada 434 wartel yang tersebar pada 85 wilayah RK.

In line with the increasing choices of telecommunication services and the declining revenue of telephony service, wartel owners face a difficult period which is marked by wane of revenue. Whereas on the other side the need of internet access service is growing from year to year, so there is an opportunity for wartel owners to provide Internet access service at their operated wartel as a new source of revenue.
Implementing internet access service based on Speedy could be a solution for wartel owners to survive and leverage their business, so it is necessary to analyze the feasibility of investment.
From technical feasibility aspect there are 3.639 wartel (93% from total wartel) distributed at 850 Cross Connecting Point (CCP) area (93% from total CCP) feasible to implement intemet access service based on Speedy.
By using self financing to implement internet access service based on Speedy at existing wartel, the implementation will be feasible to be implemented at 384 wartel distributed at 75 CCP area. By using loan investment from banking, the implementation will be feasible to be implemented at 357 wartels distributed at 73 CCP area. While using PT TELKOM Community Development Program, the implementation will be feasible to be implemented at 434 wartels distributed at 75 CCP area.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Munadi
"Pertumbuhan trafik pengguna internet dari waktu kewaktu mengalami perkembangan yang menakjubkan, oleh karena itu penelitian untuk meningkatkan unjuk kerja jaringan terus dilakukan guna memberikan solusi terhadap penanganan lonjakan trafik yang terjadi dan tuntutan akan kualitas pelayanan oleh end user. Pada disertasi ini dilakukan perancangan dan simulasi dari layanan Available Bit Rate (ABR) dan layanan Guaranteed Frame Rate (GFR) di jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM), guna membantu peningkatan parameter unjuk kerja trafik data TCP/IP (sebagai trafik data internet), juga diharapkan mampu mencegah jaringan dari kondisi kongesti yang sering terjadi jika jumlah pengguna bertambah dan beban trafik terus meningkat.
Simulasi layanan ABR yang dilakukan di jaringan ATM adalah dengan menggunakan mekanisme penambahan sumber aktif dan penentuan ukuran buffer. Penggunaan ukuran paket yang berbeda yaitu dengan MSS=512 byte dan MSS=1024 byte sebagai input utama, disamping parameter lainnya. Sedangkan sebagai output-nya adalah total throughput, efisiensi dan fairness ruder.
Dari hasil-hasil simulasi melalui layanan ABR dapat ditunjukkan bahwa total throughput dapat mencapai harga maksimumnya selama kapasitas buffer memenuhi dan diperoleh nilai ukuran buffer yang optimal. Disamping itu diperoleh nilai fairness indeks yang tinggi untuk setiap sumbernya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa integrasi antara TCP dan layanan ABR di Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) dalam teknologi komunikasi data merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk memperbaiki unjuk kerja trafik data TCP/IP.
Simulasi layanan GFR yang dilakukan di jaringan ATM adalah dengan mengimplementasikan logika fury sebagai metode kendali manajemen buffer yang dikenal dengan nama mekanisme Fuzzy Fair Buffer Allocation (FFBA). Sebagai parameter input pada simulasi ini adalah ukuran buffer sisa dan jumlah sel terkirim, sedangkan parameter output-nya adalah tindakan pembuangan paket dan pengaturan kecepatan terhadap paket yang datang berikutnya.
Dari hasil simulasi melalui layanan GFR yang berbasiskan logika fuzzy dapat ditunjukkan bahwa mekanisme FFBA mampu menjamin Minimum Cell Rate (MCR) kendatipun beban trafik yang terus meningkat pada ukuran buffer yang relatif terbatas. Disamping itu, total throughput yang dihasilkan dengan metode ini rata-rata diatas 10% lebih besar dibanding dengan menggunakan metode konvensional (non-fuzzy) dengan pendudukan buffer yang tinggi.

The growth of Internet traffic user From time to time indicates a tremendous development in telecommunication, therefore the research toward improving the network performance, will be continued to give the solution for handling of enormous traffic that happened, and the user's demand of service quality. In this dissertation it is proposed the design and simulation of AUR and GFR services on ATM network, in order to increase the performance of data traffic of TCP/IP and to avoid the network from the congestion condition when the increasing of the user and traffic loads.
The simulation of ABR service applied on ATM network with using increment of source and determine of buffer size mechanism. The main input of simulation with different of packet size are MSS-512 byte and MSS-1024 byte, beside other parameters included. The outputs of simulation are throughput total, efficiency and fairness index.
From the results of simulation on the ABR service, it is found that TCP can achieve high throughput total when it using sufficient buffer size and optimal buffer size will be found. Beside of this we found high fairness index for all sources. From the results showed that, integration between TCP network and ATM-ABR technology in data communication is one of the available solutions to improve the performance of data traffic of TCP/IP on ATM network.
Using the implementation of fuzzy logic as buffer management control, which is called Fuzzy Fair Buffer Allocation (FFBA) mechanism, did the simulation of GFR service applied on ATM network. The input parameters of simulation are rest of buffer size and the amount of sending cells, where the output parameters are dropping action and rate action for the next packets arrival.
From the results of simulation on the GFR service based of fuzzy logic, it can be showed that a mechanism of the FFBA provides a Minimum Cell Rate (MCR) although, the load of traffic increase continuously on limited buffer size. The throughput total of the system can be achieved 10% (in average) above the usage of conventional mechanism with high buffer occupancy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
D562
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmat Budiman
"Perkembangan kajian tentang Internet di Indonesia, antara lain, ditandai oleh beberapa kajian yang umumnya difokuskan pada upaya untuk menjelaskan relasi antara perkembangan pemanfaatan internet oleh masyarakat di satu sisi, dan kemungkinan potensial bagi perbaikan kualitas kehidupan politik demokrasi di sisi lain. Ungkapan-ungkapan seperti cyberdernocracy, information superhighway, atau medium of liberation, sering dipakai ketika membahas Internet sebagai domain politik. Pada level konseptual, kajian-kajian semacam ini biasanya merujuk, paling tidak, pada dua argumen teoritis. Yang pertama adalah filsafat politik tentang keutamaan sebuah ruang publik ( public sphare) dalam memelihara semangat berbeda pendapat yang menjadi ciri dari kehidupan politik demokratis. Sementara argumen kedua adalah penjelasan yang dititikberatkan pada reformulasi konsep-konsep tentang identitas individu dalam cyberspace yang dianggap memungkinkan orang bisa lebih bebas menyatakan pendapatnya.
Studi ini mencoba memberikan kontribusi pada beberapa kajian tentang Internet yang telah dilakukan sebelumnya, paling tidak untuk konteks sosiologi di Indonesia, dengan pertama-lama melakukan penelusuran peta teoritis dalam wacana ilmu sosial, yang bisa dijadikan acuan konseptual untuk mengkaji internet bukan hanya sebagai domain politik, melainkan juga sebagai sebuah fenomen kultural masyarakat di dunia. Dari penelusuran tersebut ditemukan bahwa dalam bidang kajian tentang internet atau, secara lebih luas, masyarakat yang berbasis teknologi jaringan elektronik (electronically networked society), ilmu sosial telah berkembang jauh lebih luas dari sekedar upaya teoritik untuk mencari kemungkinkan atau potensi internet dalam mengembangkan kehidupan politik demokrasi.
Cyberspace secara historis dibentuk oleh dua komunitas kultural yang bertolak belakang, yakni antara kultur para hacker komputer yang terobsesi dengan kebebasan dan membenci sensor, dan kultur bisnis militer yang terobsesi oleh keinginan melakukan kontrol dengan dalih keamanan.Menghindar dari kecenderungan semata-mata hanya memberi penekanan pada romansa kebebasan yang dijanjikan oleh teknologi internet, studi ini mencoba menelusuri beberapa kajian yang menghasilkan gambaran bahwa dalam banyak aspek cyberspace pada dasarnya dibentuk dan sekaligus membentuk berbagai hal yang kontradiktif satu dengan lainnya. Demikian, misalnya, sementara pada sisi yang satu internet, seperti tampak dalam beberapa analisa tentang relasi internet dengan kehidupan politik demokrasi, itu dicirikan oleh demikian terbuka dan bebasnya ia sebagai sebuah ruang sosial baru, tapi pada sisi yang lain beberapa temuan dan telaah mutakhir yang telah dilacak dalam studi ini memperlihatkan bahwa internet ternyata bisa juga dimanfaatkan sebagai instrumen kontrol sosial dalam apa teknologi kekuasaan beroperasi secara sangat eksesif.
Di lain pihak, pertumbuhan titik akses internet publik dalam bentuk warung internet atau Warnet juga menjadi salah satu fenomen yang dikaji secara kritis dalam studi ini. Kalau sejauh ini mungkin ada kecenderungan Warnet dilihat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari wacana tentang internet sebagai pendorong demokratisasi, studi ini mencoba memeriksa Warnet pertama-tama dengan menempatkannya sebagai sebuah lokus tempat aktivitas ekonomi pengetolanya. Dengan demikian, daripada menempatkan Warnet sebagai salah satu indikasi penling dalam upaya pemanfaatan internet untuk perbaikan kualitas demokrasi, studi ini melihatnya hanya sebagai pertemuan temporer antara dua kepentingan yang tidak sejalan: kepentingan produksi ekonomi para pengelola Warnet, dan kepentingan penggunanya unluk mendapatkan atau layanan akses internet berbiaya relatif lebih murah atau sekedar pemenuhan gaya hidupnya.
Dalam konteks yang lebih luas Warnet, dengan demikian, ternyata bukanlah sebuah ruang publik (public sphere) yang bisa menjadi pusat perbincangan politik, seperti konsep ideal yang diajukan oleh Jurgen Habermas dengan mengambil model historis kale dan salon di Eropa abad 17 dan 18. Sebaliknya, Warnet hanyalah sebuah lokasi spasial tempat ruang-ruang privat para pengguna internet berdampingan, dan terkoneksi ke dalam sebuah ruang sosial yang lebih besar di dalam internet. Di samping itu, melalui pelacakan leoritis studi ini juga mencoba memperlihatkan limitasi konseptual yang sering terjadi selama ini dalam kajian-kajian lentang internet sebagai sebuah domain politik: kecenderungan melihat internet sebagai ruang publik dalam pengertian Habermasian tadi. Konklusinya, ilmu sosial membutuhkan sebuah model atau metafor baru yang bisa lebih lepat merepresentasikan realitas-realitas kontradiktif dalam cyberspace."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazaruddin
"Pokok bahasan pada Tesis ini adalah dampak penyelenggaraan jasa Telepon Internet. Penelitian dilakukan dengan mempelajari pertumbuhan pemakai, penyelenggara dan perkembangan teknologi Telepon Internet yang akan memberikan dampak terhadap penyelenggaraan jasa telekomunikasi. Pada Tesis ini juga dihitung dampak penyelenggaraan Telepon Internet terhadap trafik telepon internasional di Indonesia.
Pada awalnya, Telepon Internet digunakan sebagai sarana komunikasi komputer ke komputer diantara para pemakai Internet. Saat ini Telepon Internet telah menjadi sarana komunikasi suara yang dipergunakan oleh para pemakai telepon. Telepon Internet oleh kalangan bisnis dan kalangan konsumer telah dijadikan sarana untuk melakukan panggilan telepon internasional dengan tarif yang rendah. Bagi penyelenggara Telekomunikasi, Telepon Internet merupakan ancaman karena dapat mengambil sebagian pendapatannya dan bagi bukan penyelenggara telekomunikasi, Telepon Internet merupakan peluang untuk menyelenggarakan jasa telepon secara global dengan menggunakan jaringan komunikasi data sebagai sarananya.
Sebagai hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa, (1) dampak penyelenggaraan Telepon Internet terhadap trafik telepon internasional kecil, tetapi jika regulator mengijinkan adanya penyelenggara jasa Telepon Internet akan memberikan dampak yang cukup serius sebab mereka dapat menawarkan tarif pungut yang lebih rendah dan akan mem-bypass tarif akunting dan (2) tumbuhnya penyelenggara jasa Telepon Internet secara global telah menyebabkan terjadinya perubahan tatanan pada penyelenggaraan telekomunikasi. Pemisahan penyelenggaraan jasa telekomunikasi yang berdasarkan kepada dasar dan non dasar, saat ini sudah tidak dapat dilakukan lagi karena keduanya sudah dikirimkan dalam bentuk digital. Di masa depan pemisahan penyelenggaraan jasa telekomunikasi dapat dipisahkan berdasarkan jaringan dan isinya.

The effect of growth Internet Telephony is a subject in this thesis. Observation in this thesis made by study the growth of user, service provider and development of the technologies in the Internet Telephony that can give effect on telecommunication services. In this thesis, the effect of Internet Telephony on the international telephone traffic in Indonesia are also presented.
From being seen as a hobbyist?s activity for Internet user to their friend via computer, Internet telephony has became a competing method of voice transmission for all telephony user. Internet Telephony for business and consumers, it promises to provide international calling with low tariff. For Telecommunications Company, Internet Telephony threatens to take revenues away. For non telecommunications company, Internet telephony is the opportunities to offer worldwide telephone service using data network as a backbone.
The result show that (1) the effect of Internet Telephony on the International telephone traffic is not significant, but if the regulator allow Internet Telephony Service Provider offer Internet Telephony services in Indonesia the effect will be significant because they can offer with low tariff and bypass the accounting rate system and (2) the growth of the global Internet Telephony is causing a major paradigm shift in the telecommunications. The present day technology does not allow a distinction between basic and non basic telecommunication services, since both are transmitted in digital. The distinction in the future is in the infrastructure and content telecommunication services."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brunner, Laurel
Bandung: Mizan, 1999
004.6 BRU it
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eddings, Joshua
California : Ziff-Davis, 1994
004.67 EDD h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bride, Mac
London: Hodder Headline Plc., 1995
005 1 BRI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Clark, David, 1946-
Indianapolis, Indiana: Alpha Books, 1995
005.713 CLA s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Utama
"Seiring dengan semakin beragamnya aplikasi yang dapat dilayani melalui jaringan internet, kebutuhan akan bandwidth juga semakin meningkat. Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) merupakan altematif pemenuhan kebutuhan bandwidth tersebut dengan tetap dapat menggunakan jaringan telepon eksisting.
Crosstalk merupakan faktor yang mempunyai peranan paling pada ADSL. Di dalam operasional TELKOM, aplikasi teknologi ADSL tidak diperbolehkan untuk digunakan di dalam kabel yang sama. Penelitian ini bertujuan menganalisa ADSL bila dipasang secara bersamaan dengan ISDN atau HDSL pada kabel eksisting yang dimiliki TELKOM. Simulasi dan analisa dilakukan dengan menggunakan ekspresi matematis terhadap Power Spectral Density (PSD) Near End Crosstalk (NEXT) yang terjadi.
Hasil analisa terhadap beberapa skenario pemasangan (misal perubahan terhadap jumlah disturber, perubahan jarak antara receiver ADSL dengan transmitter ISDN atau HDSL) menunjukkan bahwa jumlah disturber (ISDN maupun HDSL) yang dipasang tidak berpengaruh besar terhadap nilai PSD NEXT yang terjadi namun lebih dipengaruhi oleh jarak antara transmitter disturber dan receiver ADSL.

With the proliferation of Internet use by business and individuals, the demand for broadband (high bandwidth) communication links is experiencing significant growth.
Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) is a technology that provides broadband data connectivity using existing cables installed by Telephone Company. Crosstalk is a dominant impairment for an ADSL system In PT TELKOM, ADSL is not permitted to be used in the same unit cable. The purpose of this thesis is to analyze ADSL when attached concurrently with disturber ISDN or HDSL in the existing TELKOM's cable. Mathematical expressions of Near End crosstalk (NEXT) Power Spectral Density (PSD) are simulated and analyzed.
Result shows that amount of disturbers (ISDN or HDSL), do not have an effect to the NEXT PSD but more influenced by distance between ADSL receiver and the disturbing transmitter."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T9503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
LaQuey, Tracy
New York: Addison-Wesley, 1994
384.33 LAQ i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>