Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiman
"Dalam aplikasi di bidang kelautan, bahan komposit sandwich harus mempunyai kulit dan inti yang memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi dan kelembaban. Penetitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh arah serat dan ketebalan inti terhadap kekuatan tekan dan bending pada material komposit sandwich.
Bahan kulit untuk komposit sandwich berupa komposit dari fiberglass dengan matriks polyester resin, untuk inti dari styrofoam, sedangkan untuk adhesive menggunakan bahan dasar epoxy. Arah serat kulit dibuat anyam 4 lapis, anyam-acak-anyam-acak, [0/90]s, [0/45/-45/90]. Ketebalan inti yang digunakan adalah 14 mm dan 28 mm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesimen dengan ketebalan inti 28 mm menghasilkan kekuatan tekan yang lebih tinggi dibanding spesimen dengan ketebalan inti 14 mm. Sedangkan, spesimen dengan ketebalan inti 14 mm menghasilkan kekuatan bending yang lebih tinggi dibanding spesimen dengan ketebalan inti 28 mm. Spesimen dengan arah serat anyam 4 lapis menghasilkan kekuatan tekan dan bending paling tinggi, diikuti anyam-acak-anyam-acak, [0/90]s dan terakhir [0/45/-45/90].

In marine application, sandwich composites should have high corrosive and moisture resistance. Polyester reinforced composite as sandwich skin's has been widely used in boat construction. Research has been conducted to investigate influence of fiber orientation and core thickness on the compressive and bending strength of foam cored sandwich composite.
Glassfiber reinforced polyester composite used as skin for sandwich and styrofoam as core. The skin has lay-up four layers woven, four layers woven-random alternatively, [0/90]s, and [Q/45/-45/9Q]. The thickness of core were 14 mm and 28 mm.
The results indicate that the thicker core has higher compressive strength than the thinner one. However for bending strength the thicker core is higher than the thinner. For skin, lay-up that has higher 0 fiber orientation indicates the highest in both of compressive and bending strength.
"
[s.l]: [s.n], 2004
JUTE-XVIII-2-Juni2004-86
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Gunawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S40778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Aria Putra
"Penggunaan komposit sebagai material baru telah mencakup pada bidang yang amat luas seperti pada bidang automotif, kelautan, luar angkasa dan lain sebagainya. Pada penerapannya kekuatan mekanis material komposit sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya, khususnya setelah temperatur melewati temperatur transisi gelas (Tg).
Dalam penelitian ini akan diamati pengaruh temperatur terhadap kekuatan mekanis material komposit. Material komposit yang digunakan adalah komposit serat gelas/poliester dengan metode pembuatan laminasi basah manual. Sera gelas yang digunakan yaitu kombinasi serat gelas tipe E jenis Chopped Strand Mat (CSM) dan Woven Roving (WR), dengan susunan 3CSM-WR-3CSM-WR-2CSM, sedangkan matriks yang digunakan yaitu resin poliester. Terhadap material dilakukan pemanasan selama 120 menit dengan variasi temperatur 60C, 80C, dan 100C kemudian didinginkan di udara terbuka. Sebagai pembanding beberapa komposit tidak dipanaskan. Kemudian dilakukan pengujian tarik (ASTM D 638), pengujian tekan (ASTM D 695), dan pengujian lentur (ASTM D 790). Pengujian tersebut dilakukan pada temperatur ruang. Mekanisme perpatahan yang terjadi akibat pembebanan diamati dengan menggunakan mikroskop optik.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan naiknya temperatur pemanasan maka kekuatan tarik dan kekuatan lentur komposit serat gelas/poliester mengalami penurunan. Kekuatan tekan komposit serat gelas/poliester lebih rendah dibanding kekuatan tariknya untuk setiap temperatur pemanasan. Perpatahan yan terjadi akibat pembebanan tarik cenderung bersifat getas dengan terjadinya pelepasan ikatan antara matriks dengan serat, dan patahnya matriks dengan serat yang tertarik ke luar. Dengan naiknya temperatur pemanasan mode perpatahan yang terjadi akibat pembebanan tekan pada arah longitudinal cenderung menunjukkan perpatahan ekstensional. Perpatahan yang terjadi akibat pembebanan lentur dimulai pada lapisan terluar yang berlawanan dengan titik pembebanan yang kemudian diikuti oleh lapisan yang berdekatan, dengan kerusakan berupa hancurnya matriks, patahnya serat dan delaminasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alwi Rifqi
"Material komposit sangatlah populer dalam beberapa dekade terakhir karena massanya yang ringan dan harganya yang relatif murah disertai dengan kekuatan mekanik yang tinggi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk membandingkan sifat mekanik dan kerusakan yang terjadi dari komposit sandwich dengan inti honeycomb polipropilen dan kulit epoksi/serat karbon yang difabrikasi dengan CPA (Cold-Press Adhesive) dan VARI (Vacuum-Assisted Resin Infusion). Terdapat empat pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu uji densitas, uji tarik, uji tekan, dan uji lentur. Pengamatan kerusakan dilakukan sebelum dan sesudah pengujian dilakukan. Kedua komposit sandwich memiliki nilai densitas yang rendah, yaitu; (0,42 ± 0,03) g/cm3 dan (0,56 ± 0,04) g/cm3 masing-masing untuk komposit sandwich yang dibuat dengan teknik fabrikasi Cold-Press Adhesive (CPA) dan VARI. Komposit sandwich CPA dan VARI mempunyai kekuatan mekanik yang relatif sama, yaitu (14,79 ± 6,11) MPa dan (13,09 ± 2,53) MPa untuk kuat lentur; (1,87 ± 0,17) MPa dan (1,5 ± 0,17) MPa untuk kuat tekan; dan (0,36 ± 0,06) MPa dan (0,33 ± 0,04) MPa untuk kuat tarik. Kerusakan pada inti terjadi pada sampel setelah pengujian lentur dan tekan, sedangkan kerusakan pada kulit terjadi pada sampel setelah pengujian lentur dan tarik. 

Composite materials are so popular in the last few decades as lightweight and relatively cheap with high mechanical properties. The purpose of this research was to compare the mechanical properties and failures of sandwich composites with polypropylene honeycomb as core and epoxy/carbon fiber as skin fabricated with CPA (Cold-Press Adhesive) and VARI (Vacuum-Assisted Resin Infusion). Four testing methods were used in this research, namely density measurement, tensile, compressive, and bending tests. Failure observation was conducted before and after mechanical tests. Densities of the two sandwich composites were (0,42 ± 0,03) g/cm3 and (0,56 ± 0,04) g/cm3 for CPA and VARI consecutively. Sandwich composites fabricated with CPA and VARI had a relatively similar mechanical strength values; in the amount of (14,79 ± 6,11) MPa and (13,09 ± 2,53) MPa for bending strengths, (1,87 ± 0,17) MPa and (1,5 ± 0,17) MPa for compressive strengths, and (0,36 ± 0,06) MPa and (0,33 ± 0,04) MPa for tensile strengths. Failure of the core was occurred in the bending and compressive test samples, meanwhile failure of the skin was occurred in the bending and tensile test samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutabarat, Imelda Eva R.
"Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan mekanik kompasit adalah dengan mengkombinasikan beberapa serat penguat dalam susunan yang berbeda untuk mencegah terjadinya ketUsakan awal. Pada penelilian ini kombinasi lapisan serat pada laminat akan dievaluasi untuk melihat ketahanan material komposit terhadap beban tekan dan impak. Penelitian ini menggunakan resin polyester sebagai matrik dan serat gelas tipe E berbentuk Olopped Strand Mat (CSM) dan Woven Ravings (WR) sebagai penguat Pembuatan material tnt dilakukan dengan teknik laminasi basah secara manual dangan mengkombinasikan susunan lapisan semt pada laminat sebanyak 10 (sepuluh) lapisan dengan kombinasi susunan sebagai berikut: O%CSM-100%WR : 10 lapisan serat WR 21J%CSM-80%WR: CSM-8WR-(;SM 40%CSM-150%WR: CSM-WR·CSM-4WR-C5M-WR-csM 60%CSM-40%WR: CSM-WR-csM·WR-2CSM-WR-csM-WR-csM 80%CSM-20%WR: CSM-WR-OCSM-WR-(;SM 100%CSM-0%WR : 10 lapisan semt CSM Kemudlan dilakukan pengujian tekan berdasarkan standar ujf tekan AS7M 0695-90 dan pengujian fmpak ben:fasarkan standar uji tmpak AS7M 0256-93.4. Dan dilanjutkan dengan pengamalan kerosakan makro komposit aldbat pembebanan yang diberikan. Data yang diperofeh menunjukkan bahwa kekuatan tekan sangat tergantung pada tahanan komposit dalam mencegah lentur serat (fibre buckling) dan perpatahan semt Serat CSM memiliki kemampuan dalam mencegah lentur serat pada daerah tengah sedangkan serat WR memiliki kemampuan mencegah perpatahan semt pada bagian pinggit; sehingga kekuatan tekan terlinggi dimiliki komposit 60%CSM-40%WR dengan susunan CSM-WR-(;SM-WR-2CSM-WR-csMWR ·CSM. Sedangkan kekuatan impak sangat tergantung pada ketahanan serat dalam mendistribusikan beban impak dan dalam menahan beban impak"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41994
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Saptono
"Komposit serat gelas/polyester laminasi basah merupakan material komersial yang mempunyai aplikasi cukup luas, terutama bidang kelautan, otomotif dan industri kimia. Kekuatan material ini sangat dipengaruhi oleh cacat-cacat yang terjadi baik selama proses pembuatan maupun akibat pembebanan selama pemakaiannya. Cacat yang paling sering terjadi pada material ini adalah delaminasi (pelapisan lapisan) yang dapat mengakibatkan kegagalan struktur komposit dalam aplikasinya. Penelitian ini bertujuon untuk mengetahui sejauh mana pengaruh cacat delaminasi terhadap kekuatan struktur komposit serat gelas/polyester laminasi basah. Untuk itu dibuat spesimen yong mengandung cacat delaminasi buatan berupa polyester film dengan panjang cacat bervariasi ( 10 mm, 20 mm, 30 mm. 40 mm don 50 mm) dan lebar cacat dijaga konstan (5 mm). Terhadap spesimen tersebut dilakukan pengujian Ientur (dengan standar ASTM D 790). pengujian tarik (dengon standar ASTM D 638M) dan pengujian tekan (dengan standar ASTM D 695). Spesimen yang telah mengalami perpatahan diamoti secara visual dan juga dengan menggunakan mikroskop untuk melihat penampang makra hasil patahan. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa adanya cacat delaminasi buatan akan menurunkan kekuatan tarik dan kekuatan tekan struktur komposit serat gelas/polyester laminasi basah. Dengan meningkatnya panjang cacat, maka kekuatan tarik dan tekan struktur semakin rendah. Sedangkan kekuatan lentur struktur komposit tidak mengalami penurunan yang cukup berarti dengan adanya cacat delaminasi, kecuali untuk panjang cacat yang cukup besar dan retak akibat beban Ientur bersinggungan dengan cacat delaminasi buatan (dalam penelitian ini untuk panjang cacat 50 mm). Dari hasil analisa perpatuhan terlihat bahwa perambatan retak yang dominan terjadi pada daerah antar muka serat WR (Woven Roov/bg/ yong kontinyu. Selain itu juga terlihat jumlah serat WR yang terlepas dari matriksnya (resin polyester) lebih banyak daripada serat CSM (Chopped Strand Mat). Hal ini menunjukkan bahwa pemabasahan resin polyester terhadap serat CSM Iebih kuat daripada terhadap serat WR. Release film berupa polyester film yang berfungsi sebagai cacat delaminasi buatan tidak mengalami kerusakan akibat beban yang diterima oleh struktur komposit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Oktora
"Dewasa ini, penggunaan material komposit serat geias/poliester semakin banyak diminati pada aplikasi lingkungan air karena sifatnya yang mama, yaitu tingginya rasio kekuatan terhadap berat dan pembuatan bentuk yang tak terbatas serta kemurahan bahan-bahan bakunya. Dengan adanya kombinasi antara beban selama pemakaian (tekanan hidrostatis) dan lingkungan pemakaian seperti perendaman dan temperatur tinggi, komposit sefat gelas/poliester mempunyai keterbatasan. Dengan perendaman dan temperatur tinggi akan sama-sama mengurangi kekuatan matriks, sehingga akan mengurangi kekuatan tekan arah longitudinal komposit serat gelas/poliester, yang dikenal sebagai matnir dominated strength. Sampel komposit pada penelitian ini adalah kombinasi resin poliwter jenis General Purpose (GP) dan serat gelas jenis E-glass dengan bentuk Chopped Strand Mat (CSM) dan Woven Roving (WR). Dimana serat gelas tersusun dengan urutan: 3CSM, IWIL BCSM, IWR, ZCSM. Sampe! ini direndam pada media air selama 552 jam dengan variasi temperatun 26°C, 6o°C, dan 90°C Adapun dimensi dan pengujian tekan mengguuakan standar ASTM D695-80. Dan pengamatan foto makro dilakukan terhadap perpatahan yang terbentuk pada setiap kondisi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perendaman hingga di bawah temperatur gelas (Ts=73°C [12]) akan menyebabkan pertambahan berat, sementara di atas temperatur gelas, tidal: menyebabkan pertambahan berat komposit serat gelas/poliester. Peningkatan temperatur perendaman akan menyebabkan penurunan kekuatan tekan arah longitudinal komposit serat gelas/poliester. Pada perendaman di bawah temperatur gelaa, penunman kekuatan telcan arah longitudinal dipengaruhi oleh penyerapan air pada matriks, sedangkan di atas temperatur gelas, dipengaruhi oleh temperatur tinggi. Pada perendaman di bawah temperatur gelas, peningkatan temperatur akan menyebabkan semakin terbukanya perrnukaan retak. Sedangkan pada perendaman di 8183 tempemturgelas, perpatahan menjadi sangat getas yang pelepuhan metriks (matrix blistering). Mode perpatahan akibat beban tekan arah longitudinal adalah shear mode. Dan perambatan retak terjadi pada serat gelas WR."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuha Dhia Fajri
"Penggunaan serat alam dapat menjadi alternatif penguat pada material komposit. Serat bambu merupakan salah satu serat alam yang dapat dijadikan penguat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tarik dan lengkung dari komposit Polyester/ Serat Bambu Haur Hejo yang memenuhi syarat SNI 01-4449-2006 untuk papan serat. Proses alkalisasi menggunakan larutan NaOH dilakukan pada bambu Haur Hejo. Fabrikasi komposit dilakukan dengan metode laminasi basah dengan variasi fraksi berat bambu Haur Hejo sbesar 10 wt%, 20 wt%, dan 30 wt%. Uji tarik, uji lengkung, dan densitas dilakukan pada papan komposit, serta dilakukan pengamatan pada permukaan papan komposit sebelum dan sesudah pengujian.
Komposit Polyester/Serat Bambu Haur Hejo 20 wt% memiliki nilai modulus tarik tertinggi yaitu (377,9 ± 38,7) MPa, nilai ini 66,05% lebih tinggi dari nilai modulus tarik Polyester. Nilai modulus lengkung tertinggi terdapat pada komposit Polyester/Serat Bambu Haur Hejo 30 wt% sebesar (3128,9 ± 341,5) MPa. Semua Komposit yang dihasilkan termasuk dalam kategori Papan Serat Kerapatan Tinggi mengacu pada standar SNI 01-4449-2006 dengan densitas komposit > 0,84 g/cm3. Hasil pengamatan morfologi komposit memperlihatkan adanya void, yang mungkin menyebabkan penurunan modulus dan kuat tarik untuk komposit dengan fraksi berat lebih dari 10 wt%.

The use of natural fibers can be an alternative reinforcement in composite materials. Bamboo fiber is one of the natural fibers that can be used as reinforcement. This study aims to determine the tensile and flexural strength of Haur Hejo bamboo fiber/polyester that meets the requirements of SNI 01-4449-2006 for fiberboard. The alkalization process using NaOH solution was carried out on Haur Hejo bamboo. Composite fabrication was carried out by wet lamination method with a variation of Haur Hejo bamboo weight fraction of 10 wt%, 20 wt%, and 30 wt%. Tensile test, bending test, and density were carried out on composite, and observations were made on the composite surface before and after testing.
Haur Hejo Bamboo Fiber / Polyester Composite 20 wt% has the highest modulus of tensile value (377.9 ± 38.7) MPa, this value is 66.05% higher than Polyester tensile modulus. The highest flexural modulus is found in Haur Hejo Bamboo Fiber/Polyester Composite 30% wt% composite at (3128.9 ± 341.5) MPa. All Composites produced are included in the category of High Density Fiber Board referring to SNI 01-4449-2006 standard with composite density> 0.84 g/cm3. Composite morphology observations show voids, which might cause a decrease in modulus and tensile strength for composites with a weight fraction of more than 10 wt%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roland Tamalonggehe
"Penggunaan komposit sandwich dalam berbagai aspek kehidupan semakin meningkat belakangan ini. Komposit sandwich banyak digunakan karena mempunyai rasio modulus terhadap berat yang tinggi, rasio kekuatan terhadap berat yang tinggi, ketahanan aus, hingga ketahanan terhadap korosi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh teknik fabrikasi yang digunakan terhadap sifat mekanik komposit sandwich. Komposit sandwich dibuat dari serat gelas anyam dan resin poliester tak-jenuh sebagai kulit dan busa poliuretan kaku sebagai inti menggunakan dua teknik fabrikasi yakni adhesive-cold press dan Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI). Pada komposit sandwich kemudian dilakukan uji tarik, uji tekan, uji lentur, dan uji densitas. Untuk komposit sandwich yang difabrikasi dengan teknik adhesive-cold press, didapatkan nilai kuat tarik, kuat tekan, kuat lentur dan densitas berturut-turut sebesar (1,55 ± 0,01) MPa, (1,30 ± 0,01) MPa, (11,04 ± 0,45) MPa, dan (0,29 ± 0,01) g/cm3. Sementara itu, untuk komposit sandwich yang difabrikasi dengan teknik VARI, didapatkan nilai kuat tarik, kuat tekan, kuat lentur dan densitas berturut-turut sebesar (2,25 ± 0,42) MPa, (1,41 ± 0,01) MPa, (13,84 ± 0,42) MPa, dan (0,33 ± 0,01) g/cm3. Hasil ini menunjukkan bahwa sifat mekanik dari komposit sandwich yang difabrikasi dengan teknik VARI lebih tinggi dari pada yang difabrikasi dengan teknik adhesive-cold press. Tidak ada perbedaan mode kegagalan yang terjadi pada kedua tipe komposit sandwich. Untuk uji tarik dan tekan, mode kegagalan yang terjadi adalah kerusakan inti busa, sedangkan untuk uji lentur adalah kerusakan kulit bagian atas. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan inti dan kulit dengan kedua teknik sangat baik.

The use of sandwich composites in various aspects of life has increased lately. Sandwich composites are widely used because of their high modulus-to-weight ratio, high strength-to-weight ratio, wear resistance, and corrosion resistance. This study aimed to compare the effect of the fabrication techniques used on the mechanical properties of sandwich composites. The sandwich composites were fabricated from woven glass fiber reinforced unsaturated polyester resin as skin and rigid polyurethane foam as core using two fabrication techniques, namely adhesive-cold press and Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI). The sandwich composites were then tested for tensile, compressive, flexural, and density tests. For the adhesive-cold pressed sandwich composites, the values of tensile strength, compressive strength, flexural strength, and density were (1.55 ± 0.01) MPa, (1.30 ± 0.01) MPa, (11.04 ± 0.45) MPa, and (0.29 ± 0.01) g/cm3, respectively. Meanwhile, for the VARI fabricated sandwich composites, the values of tensile strength, compressive strength, flexural strength, and density were (2.25 ± 0.42) MPa, (1.41 ± 0.01) MPa, (13,84 ± 0.42) MPa, and (0.33 ± 0.01) g/cm3, respectively. These results indicated that the mechanical properties of sandwich composites fabricated with the VARI technique were higher than those fabricated with the adhesive-cold press technique. For the tensile and compressive tests, the failure mode was foam core failure, while for the flexural test was upper skin failure. These results indicated that the bonding of the core and skin with both techniques is excellent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>