Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23932 dokumen yang sesuai dengan query
cover
B. Prayitno
"Untuk mendapatkan bahan yang cocok, dafam upaya mengaiasi terjadinya set-off pada hasil cetak intaglio, diperoleh bahan additive yang dibuai dari campuran bahan wax, yaitu wax poliethilen (wax PE), wax politetrafluorethilen ( wax PTFF ) dan wax carnauba. Wax PE dan wax PTFE yang digunakan sudah berupa campuran yang disebut dengan wax polifluo. Dalam proses pembuatan - nya wax polifluo di dicampur dengan wax carnauba dengan perbandingan 97 % dan 3 %. Selanjutnya campuran wax ini ditambah dengan solvent dengan perbandingan 70 % wax dan 30 % solvent, kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai lemperatur 120"C, kemudian didinginkan perlahan-lahan sampai temperatur kamar. Bahan additive yang dibuai ini disebut anti set-off. Dalam proses cetak intaglio, tinta yang digunakan ditambah dengan bahan additive (anti set-off) ini, sebanyak 4 %, agar hasil cetak intaglio yang didapal tidak mengalami set-off.

To obtain the suitable material for solving set-off problem in intaglio printing, it was obtained the additive which made trom mixed waxs are polyethylene wax ( PE wax ), poiyielrafluorcthylene wax ( P'f IE wax ) and canmuba wax. PF wax and PTFE wax which using have already mixed, which called polyfluo wax. In it's production, polyfluo wax was mixed with carnauba wax in 97 % compared with 3 %, this mixed was added with solvent in 70 % wax compared with 3 % of solvent and stir up which it's heating in 120°C, then cooling off until reach the room temperature, this additive called anti set-off. In proses of intaglio printing, the ink which used was added by 4 % of this additive to obtain the result of intaglio printing without set-off problem."
1999
JIRM-1-2-Agust1999-35
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Prayitno
"To obtain the suitable Material for solving set-off problem in intaglio printing, we found the additive which are made from mixed waxs of polyethylene wax (PE wax), polytetrafluorethylene wax (RIFE wax) and carnauba wax. PE wax and PTFE wax used as already in mixed, form which called polyfluo wax. In it's production, polyfluo wax was mixed with carnauba wax in 97 % with 3 % proportion, this mixed was added with solvent in 70 To wax with 30 °/o proportion of solvent and it is heated up to 120 ° C and stirred up, then cooling off until reach the room temperature, this additive called anti set-off. In processing of intaglio printing, the ink used was added by 4 % of this additive to obtain the result of intaglio printing without set-off problem.

Untuk mendapatkan bahan yang cocok dalam upaya mengatasi terjadinya set-off pada hasil cetak intaglio, diperoleh bahan additive yang dibuat dan campuran bahan wax, yaitu wax Poliethilen (wax PE), wax Palitetrafluorethilen (wax PTFE) dan wax Camauba. Wax PE dan wax PTFE yang digunakan sudah berupa campuran yang disebut dengan wax Polifluo. Dalam pembuatannya wax Polifluo dicampur wax Carnauba dengan perbandingan 97 % dan 3 %. Selanjutnya campuran wax ini ditambah dengan solvent dengan perbandingan 70 % wax dan 30 % solvent lalu dipanaskan sambil diaduk sampai temperatur 120 ° C , kemudian didinginkan perlahan-lahan sampai terperatur kamar. Behan additive yang dibuat ini disebut anti set-off. Dalam proses cetak intaglio tinta yang akan digunakan ditambah dengan bahan additive ini sebanyak 4 %, agar hasil cetak intaglio yang didapat tidak mengalami set-off."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maya Anggraini
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
TA1365
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Girang Irawan
"Permasalahan energi, ekologi dan Iingkungan membuka peluang dalam inovasi dan pengembangan teknik terbaru pengeringan tinta. Teknik tersebut adalah radiation cur- ing yang sudah banyak diaplikasikan dalam industri pelapisan dan tinta, menggunakan radiasi ultraviolet (UV) atau electron beam (EB). Konsep dasar pengembangan teknologi radiation curing adalah tidak. digunakannya pelarut organik, sehingga mengurangi polusi udara, mengurangi resiko terhadap kesehatan dan penghematan energi. Percobaan pembuatan tinta sablon untuk iradiasi ultra-violet pada permukaan plastik polietilen tereftalat (PET) telah dilakukan dengan menggunakan prapolirner epoksi akrilat (Laromer EA 81) dan poliester akrilat (Laromer PE 46) yang digabungkan dengan monomer tripropilen glikol diakrilat (TPGDA) dan heksanadiol diakrilat (HDDA). Untuk pewarnaan merah digunakan lithol rubine dan CaCO3, dan ditambahkan pula zat aktif permukaan serta fotoinisiator. Formula diaplikasikan pada PET dengan menggunakan monyl silk screen berukuran gasa T 120, kemudian diradiasi dengan lampu UV tunggal 80 watt/cm tipe CK 1300 pada kecepatan konveyor 5 meter/menit.
Hasil yang diperoleh diuji karakteristiknya meliputi kekerasan, ketahanan kikis, adesi, ketahanan terhadap pelarut dan bahan kimia lainnya, serta ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Karakteristik lapisan tinta iradiasi UV diwakili formula G (epoksi akrilat 32%, poliester alcrilat 7,5%, TPGDA31,1%, HDDA7,5%, lithoirubine 5%, CaCO310%, Tween20 2%, silicon oil 1%, Darocure 1173 3,9%) memiliki ketahanan kikis 5,1 mg, adesi 60%, kilap 55%, ketahanan terhadap pelarut metil etil keton (MEK) >100 gosokan, sedangkan lapisan tinta sablon biasa (solvent base) memililci ketahanan kilds 15,4 mg, adesi 98%, kilap 46,3%, ketahanan terhadap MEK satu kali gosokan. Dengan demikian tinta sablon iradiasi UV memiliki sifat yang lebih baik dari tinta sablon biasa untuk ketahanan kilds, kilap dan ketahanan terhadap MEK, namun sifat adesi dari tinta sablon iradiasi UV kurang baik dibandingkan tinta sablon biasa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amar Rachman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yulfina Bimawanti
"Saat ini teknologi 3D printing telah dikembangkan pada bidang farmasi khususnya teknologi produksi sediaan padat yang disebut tablet 3D printing. Hal ini dapat mendukung tujuan personalisasi sediaan farmasi khususnya terkait dosis obat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk personalisasi dosis obat untuk pasien yaitu tablet 3D printing. Penetapan dosis dibuat dengan merancang tablet 3D printing dengan volume tertentu menggunakan perangkat lunak untuk menyesuaikan dosis yang dibutuhkan. Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji beberapa polimer yang dapat digunakan sebagai filamen dengan metode fused deposition modeling untuk pembuatan tablet 3D printing dan menganalisis profil pelepasan obat dari tablet 3D printing tersebut. Kajian ini berfokus untuk mempelajari karakteristik yang terdapat pada beberapa polimer yaitu poli asam laktat, polivinil alkohol, poli kaprolakton, polivinil pirolidon, poletilen oksida, etilen vinil asetat, etil selulosa, hidroksipropilmetil selulosa, dan hidroksipropil selulosa berupa sifat termoplastik, biodegradasi, dan sifat mekaniknya agar dapat diaplikasikan pada fused deposition modeling 3D printing. Selain itu, dipelajari pula pelepasan obat dari matriks tablet 3D printing. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa polimer yang dapat digunakan harus memiliki sifat termoplastik dan biodegradable. Polimer di atas dapat digunakan untuk membentuk filamen untuk pembuatan tablet 3D printing. Pilihan polimer yang digunakan berpengaruh pada profil pelepasan obat dari tablet 3D printing. Oleh karena itu, diajukan gagasan untuk membuat tablet dengan teknologi 3D printing dapat memfasilitasi modifikasi bentuk, ukuran, dosis dan profil pelepasan obat dari tablet. Tablet 3D printing dapat dikembangkan lebih lanjut menggunakan metode ini sehingga tujuan personalisasi obat dapat terwujud.

Currently 3D printing technology has been developed into the pharmaceutical field, especially solid preparations technology namely 3D printed tablets. This can support the purpose of personalizing medicine, especially related to drug dosages. Determination of dosage is made by designing tablets with certain volume using software to adjust the required dose. The purpose of this paper is to review several polymers that can be used in 3D printing with the fused deposition modeling as filament forming for the manufacture of 3D printed tablets and to analyze various types of drug release profiles. This review focuses on studying the characteristics found in several polymers, polylactic acid, polyvinyl alcohol, polycaprolactone, polyvinyl pyrrolidone, polyethylene oxide, ethylene vinyl acetate, ethyl cellulose, hydroxypropylmethyl cellulose, and hydroxypropyl cellulose in the form of thermoplastic, biodegradable, and mechanical properties so that they can applied in fused deposition modeling 3D printing technique. In addition, the drug release profile from 3D printed tablet is also studied. Research results show that polymers that can be used must have thermoplastic properties and are biodegradable. The polymers that have been mentioned can be used to form filaments for making 3D printed tablets. Drug release profile is very dependent on the polymer used on 3D printed tablets. Tablets made with this technology can be modified in both shape and size that affect the drug release profile from the matrix. 3D printed tablets has the potential to be developed using this method so that the goal of drug personalization can be realized."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Ratnasari
"Tesis ini membahas mengenai pemetaan industri percetakaan di Indonesia dengan menggunakan Analisis klaster. dengan metode K-Means. Pada saat ini penyebaran industri percetakan di Indonesia tidak merata, sebagian besar terkonsentrasi di pulau Jawa (73.3%), belum adanya informasi mengenai industri percetakan, informasi yang ada hanya sebatas penyebaran 2585 percetakan berikut bentuk badan hukumnya sehingga kebutuhan logistik (produk cetak) yang tidak dapat terbagi secara merata di antara perusahaan percetakan yang ada.
Variabel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 13 variabel, dengan menggunakan analisis faktor varibel direduksi menjadi 5 faktor. Hasil analisis klaster dengan metode K-means dibentuk sebanyak 3 klaster dimana faktor utilisasi mempunyai nilai p-value sebesar 0.620, lebih besar dari 0.05, artinya faktor utilisasi dari ketiga klaster relatif sama atau utilisasi antara klaster 1 tidak berbeda nyata dengan utilisasi di kedua klaster lainnya.
Klaster 1 terdiri dari 382 perusahaan yang merepresentasikan industri percetakan di Indonesia secara umum dimana semua nilai faktornya bertanda negatif yang artinya semua nilai faktor rendah atau berada dibawah Klaster 2 terdiri dari 4 perusahaan dengan faktor pendapatan lain dan investasi (7.75701) serta faktor asset (4.74713) tinggi, tetapi faktor terkait produksi rendah (-0.07193).Pada klaster 3 hanya faktor utilisasi saja yang rendah (-0.55112), hal ini menunjukkan perusahaan tidak efisien dikarenakan produktivitasnya yang rendah.
Hasil dari klaster yang terbentuk dibuat analisa SWOT sebagai salah satu dasar untuk rencana strategi pengembangan industri yang akan dilakukan. Pemerintah perlu kiranya untuk mengembangkan industri cetak secara lebih merata dan berkualitas.

This thesis discussed the mapping percetakaan industry in Indonesia by using cluster analysis. with K-Means method. At this time the spread of the printing industry in Indonesia is uneven, mostly concentrated in Java (73.3%), lack of information about the printing industry, there is only limited information dissemination following printing 2585 forms so that the logistics needs of its legal entity (print product) are not can be divided evenly among the existing printing company.
Variables used in the study as many as 13 variables, using a variable factor analysis is reduced to 5 factors. From the results of cluster analysis with K-means cluster method established as many as three clusters in which the utilization factor has a value p-value for 0620, greater than 0.05, meaning that utilization factor of the three clusters are relatively equal to or utilization of cluster 1 are not significantly different with the utilization in two other clusters.
Cluster 1 consists of 382 companies representing the printing industry in Indonesia is generally where all values are negative factors which means that all the factors are low or below-average population of clusters formed. Cluster 2 consists of 4 companies with other factors and investment income (7.75701) and high asset factor (4.74713), but low-production-related factors (-0.07193). In cluster 3 is only just a low utilization factor (-0.55112), but four factors others do not, it shows the company is inefficient due to low productivity.
Results from the cluster formed made a SWOT analysis as a basis for industrial development strategy plan will be done. Government is necessary to develop the print industry in a more equitable and quality.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29849
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harmaizar Z.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S35387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Aprilia Alief
"

Perkembangan additive manufacturing dan/atau 3D printing yang sangat pesat tidak hanya memengaruhi bidang manufaktur saja tetapi turut serta memberi pengaruh terhadap bidang kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan mulainya 3D printing diperkenalkan secara klinis untuk pengembangan biomaterial dan biofabrikasi. Adapun keberadaan alat fabrikasi 3D printing, terutama Fused Deposition Modelling (FDM), semakin mudah dijumpai. Sehingga, 3D printing ini menjadi teknologi yang semakin bernilai terutama untuk menghadapi era yang serba cepat. 4D printing merupakan konsep dimana fabrikasi struktur dilakukan secara lapis dan kemudian mengalami perubahan bentuk pasca pemberian stimulus eksternal. Konsep tersebut turut memiliki peluang untuk diimplementasikan terutama pada aplikasi biomedik. Sehingga, diharapkan bahwa 4D printing dapat mengoptimalkan fabrikasi dan pengaplikasian alat kesehatan saat perawatan dilakukan. Di samping itu, Polylactic acid (PLA) sebagai salah satu polimer yang populer digunakan dalam struktur 4D printing memiliki karakteristik yang tepat untuk aplikasi tersebut. Dengan demikian, agar dapat mengetahui konsistensi hasil fabrikasi dan fenomena yang terjadi pada struktur 4D printing dengan material PLA, kalibrasi alat fabrikasi FDM serta perancangan dan fabrikasi struktur dilakukan. Kedua hal tersebut mengindikasikan bahwa parameter proses yang lebih rinci dapat menghasilkan struktur yang sesuai dengan desain. Selain itu, struktur yang dihasilkan memiliki kemampuan untuk bertransformasi secara melengkung pada dua dimensi (bending 2D).

 


The rapid development of additive manufacturing and/or 3D printing not only affects manufacturing sector but also giving influence towards healthcare field. This is indicated by the beginning of 3D printing introduced clinically for the development of biomaterials and bio fabrication. The presence of 3D printing fabrication machine, especially the Fused Deposition Modelling (FDM) printer, even easier to find. This makes the 3D printing becomes increasingly valuable technology while facing this fast-paced era. 4D printing is a fabrication concept by building the structure layer by layer and then undergoes such a shape transformation due to external stimulus. The concept also has a chance to be applied in biomedical application. Therefore, it is expected that 4D printing could optimize the fabrication and application of medical devices when treatment is carried out. In addition, Polylactic acid (PLA), one of the popular polymers used in the 4D printing, has excellent characteristics for the application. Thus, in order to know the consistency of fabrication results and the phenomena that occur in the PLA 4D printed structure, the calibration of FDM fabrication tools, structural design and fabrication is conducted. Both of those indicate that more detailed process parameters can produce structures that are in accordance with the design. In addition, the resulting structure has the ability in order to transform in a curved manner (bending 2D).

"
2019
T53139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>