Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145926 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adji Sasongko
"Telah dilakukan penelitian ekologi Pinna muricata yang mencakup kepadatan, morfometri cangkang, sudut posisi kedudukannya lerhadap garis pantai, serta hubungannya dengan kepadalan dan biomassa lamun Cymodocea rotundata di Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan Pinna muricata hanya ditemukan di antara lamun Cymodocea rotundata di 6 transek dari 16 transek yang digunakan, 4 transek (transek 7- 10) di bagian Selatan dan 2 transek (transek 12 dan lj) di bagian Utara. Kepadatan terbanyak terdapat di bagian Selatan pulau (0,6 individu per m3}, sedangkan di bagian Utara puiau kepadalannya hanya mencapai 0,03 individu per m2. Pinna muricata mempunyai panjang cangkang yang berkisar antara 12,5 - 17 cm dengan rata-rata 14,25 cm, sedangkan lebar cangkang berkisar antara 7 - 11,4 cm dengan rata-rata 8,43 cm. Sudut kedudukan Pinna muricata terbanyak (17%) antara 130" - 139° terhadap garis pantai. Kepadalan dan biomassa akar lamun Cymodocea roiundata tidak berkorelasi atau tidak ada hubungannya dengan jumlah Pinna muricata, sedangkan bkimassa daun menunjukkan korelasi negative (R= -0,36).

We examined fan mussel Pinna muricata (Mollusca, Bivalvia) such as the density, shell morphomeiry, angel of shell position against the shoreline, as well as his correlations with the density and the biomass of seagrass Cymodocea rotundata in the Semak Daun Island, Jakarta Bay. Results of Ihe research pointed out Pinna muricata were found only in seagrass meadows Cymodocea rotundata in 6 transects from 16 transects lhat was used, 4 transects (transect 7 - 10) on the South and 2 transects (transect 12 and 13) at the North of Island. The Pinna density was recorded 0.6 individuals per m2 at the southern of the island, whereas at the northern of the island only reached 0.03 individuals per m2. The length and wide of shells were measured between 12,5 - 17 cm (average 14,25 cm) and between 7 ? 11,4 cm (average 8,43 cm) respectively. The most angle of shell positions were measured between 120° - 139" against the shoreline. The density and the leave biomass seagrass Cymodocea rotundata did not correlate with the density of Pinna, whereas the root biomass have negative correlation (R= - 0,36)."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2003
SAIN-8-1-2003-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The study that located at southern of Lembeh Strait, Bitung, North Sulawesi, include five locations, those are Kandang ayam, Tanjung Merah, Dermaga Penyu and Pin-pin...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Laura Eve Berliana
"Telah dilakukan penelitian tentang struktur populasi kerang Pinna muricata dan korelasinya dengan kepadatan lamun di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dan menganalisis struktur populasi kerang Pinna muricata yang meliputi kelimpahan, persebaran, dan ukuran, serta mencari tahu ada atau tidaknya korelasi dengan jumlah lamun di sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan transek sepanjang 50 meter yang dibentangkan mengelilingi pulau secara tegak lurus dari pantai. Pada jalur transek tersebut diletakan kuadrat dengan luas 10×2 m2 sebanyak tiga buah dengan jarak antar kuadrat adalah 10 m. Pinna muricata yang ditemukan pada tiap kuadrat dihitung dan diletakan kuadrat kecil seluas 1×1 m2 dengan posisi sehingga Pinna muricata berada di tengah kuadrat tersebut. Tegakkan tiap jenis lamun yang ada dalam kuadrat kecil dihitung. Setelah itu, cangkang kerang diambil dari substrat dan dihitung morfometrinya menggunakan penggaris. Tiap data yang didapat ditampilkan dalam tabel, dan dibandingkan dengan data yang didapat pada penelitian sebelumnya. Data jumlah Pinna muricata, jumlah tegakkan lamun, dan panjang total cangkang diuji dalam rumus Uji Korelasi Spearman. Hasil menunjukkan bahwa jumlah kerang Pinna muricata menurun sampai 42,6%, dan panjang total cangkang dari Pinna muricata menurun 13,49% dibandingkan dengan penelitian pada tahun 2003. Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukan adanya nilai korelasi positif antara jumlah Pinna muricata dan jumlah tegakkan lamun dengan nilai koefisien korelasi 0,86, namun, ditemukan nilai korelasi negatif antara panjang total cangkang Pinna muricata dengan jumlah tegakkan lamun dengan nilai koefisien korelasi -0,51.

A research about the population structure of Pinna muricata and its correlation with the number of seagrass shoots around them had been conducted. The purpose of this study was to count, compare, and analyze the population structure of Pinna muricata in the shape of their numbers, distributions, and size, then finding out whether or not those factors have any correlations with the number of seagrass’ shoots around them. Data collecting was done with a 50 meter line transect placed vertically with shoreline. On the transect track, a 10×2 m2 quadrats was placed three times, with the distance of each quadrats is 10 m. Each Pinna muricata that was found on the quadrat was counted, and then a smaller quadrat with the size of 1×1 m2 was put in a way that makes the Pinna muricata is placed on the center of the small quadrat. Every seagrass’ shoots that was found on the small quadrat was counted. Then Pinna muricata was picked from its substrate to measure its morphometrics. Every data that was found was displayed on a table to be compared with previous research. The number of Pinna muricata that was found, number of seagrass’ shoots, and the total length of Pinna muricata was analyzed using the Spearman’s Rank Correlation Coefficient formula. Results show that the number of Pinna muricata had decrease by 42,6%, and the total length of Pinna muricata had also decrease by 13,49% when compared to a previous study in 2003. The results of Spearman’s rank correlation coefficient showed a positive correlation between the number of Pinna muricata and the number of seagrass’ shoots, with the number of correlation coefficient is 0,86. The result also showed a negative correlation between the total length of Pinna muricata’s shell and the number of seagrass’ shoots, with the number of correlation coefficient is -0,51."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Tamala
"Kerang hijau merupakan suatu sumber bahan makanan yang cukup banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia karena kerang hijau tersebut tersebar secara luas di sepanjang pesisir wilayah Indo-Pasifik. Kerang hijau akuatik ini sangat rentan terkontaminasi logam berat mengingat asupannya yang bersifat filter feeder dan sifatnya yang menetap sessile . Hal ini menyebabkan mudahnya logam berat terakumulasi di dalam tubuh kerang. Pencegahan ataupun usaha yang dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran logam perlu untuk dilakukan, sehingga dilakukan proses depurasi logam yang ada di daging kerang khususnya pada ion logam timbal Pb.
Metode peluruhan yang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara pengaliran dengan air secara berulang flow rate dan perendaman dengan dua macam asam yaitu asam asetat dan asam sitrat dan dilakukan analisis kadar logam dengan menggunakan intrumentasi Spektroskopi Serapan Atom SSA dan analisis kadar protein dengan metode Kjeldahl serta dilakukan pemodelan untuk mengetahui akumulasi ion logam Pb dalam sampel uji. Didapatkan nilai penurunan sebesar 18,46 mg/kg pada depurasi dengan pengaliran air, 20,91 mg/kg untuk depurasi asam asetat 2,25 , dan 16,96 mg/kg untuk depurasi asam sitrat 2,25 . Kadar protein pada kerang hijau mengalami penurunan terbesar didapat setelah proses depurasi pengaliran air sebesar 5,29.

The green mussel is a source of food which quite widely used by the people of Indonesia because the green mussel are widely spread along the coast of the Indo Pasific region. This aquatic green mussel is very susceptible to heavy metal contamination considering it rsquo s filter feeder intake and it rsquo s sedentary nature sessile . It makes easy for heavy metals to accumulate in the body of mussel. Prevention or attempts made to reduce the level of metal pollution need to be done. One of the efforts made is the process of depuration.
The depuration method are done by two ways. The ways are drainage with water repeatedly flow rate and immersion with two kinds of acids, acetic acid and sitric acid. Then, analyzed the metal content by using Atomic Absorption Spectroscopy AAS and protein contetnt analysis using Kjeldahl method and modelling to know the accumulation of Lead ions in the test sample. The lowest concentration decrease in depuration of water drainage was 18,46 mg kg, deposition of immersion from acetic acid was 20,91 mg kg, deposition of immersion from sitric acid was 16,96 mg kg. The higher protein content of green mussel after depuration of water drainage was 5,29.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Cheka Bhakti
"Telah dilakukan penelitian tentang jenis dan kelimpahan mikroplastik pada daun lamun Cymodocea serrulata di Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan serta menganalisis kelimpahan dan jenis mikroplastik pada permukaan daun lamun atas dan bawah spesies Cymodocea serrulata, air dan sedimen. Sampel yang digunakan adalah daun lamun Cymodocea serrulata kemudian dipotong ± 1 cm2, 10 cm dari pangkal daun. Permukaan daun lalu dikerik menggunakan silet dan hasil kerikan diletakan pada kamar hitung Sedgewick Rafter Chamber dan ditetesi aquades lalu diamati pada mikroskop. Hasil pengamatan menunjukkan kelimpahan pada Pulau Pramuka lebih tinggi dengan nilai kelimpahan 86,85 ± 56,65 partikel.cm-2 dibandingkan Pulau Semak Daun sebesar 63,25 ± 33.01 partikel.cm-2. Kelimpahan mikroplastik pada air sebesar 98,62 ± 6,18 partikel.L-1 di Pulau Pramuka dan 59,58 ± 3,82 partikel.L-1 di Pulau Semak Daun. Kelimpahan pada sedimen di Pulau Pramuka sebesar 10766,67 ± 2280,59 partikel.Kg-1 dan 8333.33 ± 1239,18 partikel.Kg-1 pada Pulau Semak Daun. Mikroplastik yang berhasil teramati yaitu fiber, fragmen, film dan pellet. Film menjadi jenis mikroplastik yang paling banyak kelimpahannya pada permukaan daun lamun sedangkan fiber yang paling banyak ditemukan pada air dan sedimen. Hasil Uji-T (Independent Sample T-test) menunjukkan tidak terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik pada permukaan atas dengan bawah daun lamun, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan kelimpahan mikroplastik pada permukaan daun lamun, air dan sedimen di Pulau Pramuka dengan Pulau Semak Daun.

A research was conducted on the types and abundance of microplastics on Pramuka Island and Semak Daun Island. The purpose of this study was to compare and analyze the abundance and types of microplastics on the upper and lower leaf surfaces of species Cymodocea serrulata, water and sediment. The sample used was seagrass leaves Cymodocea serrulata and then cut ± 1 cm2, 10 cm from the base of the leaf. The leaf surface was then scraped using a razor blade and the scraped results were placed in the counting Sedgewick Rafter Chamber and added with distilled water and observed under a microscope. Observations showed that the abundance on Pramuka Island was higher with an abundance value of 86.85 ± 56.65 particles.cm-2 compared to Semak Daun Island of 63.25 ± 33.01 particles.cm-2. Abundance microplastic in water was 98.62 ± 6.18 particles.L-1 on Pramuka Island and 59.58 ± 3.82 particles.L-1 on Semak Daun Island. The abundance of sediment on Pramuka Island was 10766.67 ± 2280.59 particles.Kg-1 and 8333.33 ± 1239.18 particles.Kg-1 on Semak Daun Island. The microplastics that were observed were fiber, fragments, films and pellets. Film is the most abundant type of microplastic on the surface of seagrass leaves, while fiber is the most abundant in water and sediment. The result of T-test (Independent Sample T-test) showed that there was no difference in the abundance of microplastic on the upper and lower surfaces of seagrass leaves, but there was a significant difference in the abundance of microplastics on the surface of seagrass leaves, water and sediment on Pramuka Island and Semak Daun Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas epifiton daun
Enhalus acoroides (L.f.) Royle di padang lamun perairan Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu pada tanggal 7--8 Maret 2008. Pengambilan sampel daun
Enhalus acoroides dilakukan dengan metode purposive random sampling di
12 substasiun penelitian. Sampel epifiton pada permukaan daun Enhalus
acoroides diambil dengan metode kerok (scraping method), lalu dicacah
dengan metode subsampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi
fito-epifiton yang diperoleh sebanyak 3 kelas 44 marga, sedangkan komposisi
zoo-epifiton sebanyak 8 filum 10 kelas. Coscinodiscus dan Nematoda
merupakan epifiton yang paling dominan di lokasi penelitian. Rerata indeks
keanekaragaman fito-epifiton sebesar 1,82, sedangkan zoo-epifiton sebesar
1,72. Nilai indeks kemerataan fito-epifiton tergolong cukup merata (0,53),
sedangkan zoo-epifiton tergolong hampir merata (0,81). Nilai indeks
kesamaan fito-epifiton dan zoo-epifiton di lokasi penelitian tergolong tinggi,
yaitu 0,73 dan 0,67. Sebaran epifiton menunjukkan pola yang mengelompok."
Universitas Indonesia, 2008
S31504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggreini
"Laut merupakan sumber daya dengan peran penting dalam mempertahankan produksi pangan. Namun, diperkirakan 51 triliun partikel mikroplastik tersebar di seluruh laut dunia. Polusi mikroplastik memungkinkan paparan ke manusia melalui jaring-jaring makanan karena dapat menempel pada biota laut yang edible seperti makroalga anggur laut. Penelitian pada anggur laut (Caulerpa racemosa) di Pulau Semak Daun bertujuan untuk mengetahui bentuk dan total kelimpahan mikroplastik melalui kontrol positif 10 gram sampel dalam 100 ml akuades, metode pengadukkan dengan magnetic strirrer dan metode penghancuran menggunakan NaOH. Hasil penelitian menemukan mikroplastik fiber, fragmen, film, dan foam sebanyak 10,34 partikel/gram. Penelitian ini memberi bukti bahwa mikroplastik dapat menempel ke anggur laut dan unsur abiotik di sekitarnya sehingga beresiko masuk ke rantai makanan karena dikonsumsi oleh manusia secara langsung maupun tidak langsung melalui biota laut lain.

The ocean is a resource with an important role in maintaining global food production. However, an estimated 51 trillion microplastic particles are scattered throughout the world's oceans. Microplastic pollution allows exposure to humans through food webs because it can attach to edible marine biota such as sea grape macroalgae. Research on sea grapes (Caulerpa racemosa) in Pulau Semak Daun with objectives to determine the shape and total abundance of microplastics through positive control of 10 grams of sample in 100 ml of distilled water, stirring method with magnetic stirrer and destruction method using NaOH. The results of this research found microplastic fibers, fragments, films, and foams with the total abundance is 10.34 particles/gram. This research provides evidence that microplastics can stick to sea grapes and the surrounding abiotic elements and risk of entering the food chain because they are consumed by humans directly or indirectly through other marine biota."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>