Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156847 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Staya Saraswati
"Penelitian ini mengungkap ideologi laten yang ada di balik program acara radio Guys' Talk yang disiarkan Hard Rock FM 87,6 Jakarta. Penelitian menggunakan analisis kritis wacana Norman Fairciough. Model analisis ini mengubungkan tiga dimensi dalam communicative events, yaitu teks, praktik wacana (discourse practice), dan praktik sosiokultural (sociocultural practice). Penelitian ini menemukan bahwa Guy's Talk secara taat asas menyampaikan ideologi kebebasan seksual dengan menampilkan seks sebagai sesuatu yang bebas, individual, subyektif, dan hedonis."
2004
TJPI-III-2-MeiAugust2004-73
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Satya Saraswati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satya Sawaswati
"Penelitian ini mengungkap ideologi laten yang ada di balik program radio Guys' Talk yang disiarkan Hard Rock FM 87.6 Jakarta. Penelitian menggunakan analisis kritis wacana Norman Fairclough. Model analisis ini menghubungkan tiga dimensi dalam communicative events, yaitu teks, praktik wacana (discourse practice) , dan praktik sosiokultural (socioculktural pratice). Penelitian ini menemukan bahwa Guy's Talk secara taat asas menyampaikan ideologi kebebasan seksual dengan menampilkan skesk sebagai sesuatu yang bebas, individual, subjektif dan hedonis."
2004
JPIN-III-2-MeiAugust2004-73
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Indah Fitriana
"ABSTRAK
Pemeriksaan total plate count (TPC) dilakukan terhadap makanan penerbangan pada dua
proses yang berbeda, yakni penyimpanan dan pengemasan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh kenaikan suhu terhadap kenaikan TPC pada makanan
serta hubungannya dengan kontaminasi TPC pada tangan penjamah dan peralatan
makanan. Pengukuran suhu digunakan termometer tebakan, dan pengukuran TPC pada
makanan, tangan penjamah dan peralatan digunakan metode Total Plate Count (TPC)
dalam beberapa pengenceran. Suhu makanan mengalami kenaikan rata-rata 3 kali. Total
Plate Count (TPC) mengalami kenaikan rata-rata 16.2 kali. Suhu pada makanan
berpengaruh kuat dan signifikan terhadap signifikan terhadap TPC makanan (R= 0.824
dan p=0.000). Kenaikan suhu makanan juga berpengaruh secara kuat dan signifikan
terhadap kenaikan TPC (R= 0.776 dan p=0.000). Total Plate Count (TPC) makanan saat
pengemasan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap TPC tangan penjamah
dan TPC peralatan makanan (p=0.424) dan (p=0.444). Disarankan untuk memberikan
intervensi mengenai Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) secara
menyeluruh untuk memberikan pemahaman pengendalian suhu pada makanan pada
pihak-pihak yang terkait. Selain itu, intervensi mengenai higiene dan sanitasi juga perlu
diberikan guna mencegah terjadinya kontaminasi.

ABSTRACT
Microbial Total Plate Count (TPC) measurement carried out on airline meal in two
difference process, storage and portioning packaging. The research conducted to know
influence the increase of temperature on meal microbial total plate count (TPC) increase.
In addition, it also conducted to know the correlation of that contamination with food
handler and equipment hygiene on microbial TPC as the indicator. Temperature
measurement made with gun thermometer, in other hand simple TPC counting on several
dilutions is the method to measure microbial TPC on meal, hand swab and equipment
swab. The result showed that food temperature has increase on average of 3-fold and
16.2-fold for microbial TPC increase on meal. Temperature is significantly influence on
microbial TPC (R=0.824 and p=0.000). The increase of temperature is also significantly
influence on microbial TPC increase (R=0.776 and p=0.000). Furthermore, there is no
significantly correlation of meal microbial TPC on packaging process with hand swab
and equipment swab (p=0.424 and p=0.444). The research suggests intervention as a
whole on Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), to give understanding of
temperature control on food to related stakeholder. In addition, intervention on hygiene
and sanitation also be provided to prevent contamination.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wirasmi Abimanyu
"ABSTRAK
Menurut Charles H. Southwick, ekologi adalah ilmu yang mempelaj ar i tentang hubungan kehi dupan makhluk hi dup dengan sesamanya dan dengan lingkungannya. Yaitu interaksi antara individu, populasinya, dan masyarakatnya. Ekologi juga mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan benda-benda mati yang ada di lingkungan hidupnya. C Southwi ck, 1976: XVI5
Dengan demikian seperti juga makhiuk hidup yang lain, lingkungan hidup manusia teridiri dari lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik terdiri atas tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia yang lain, sedangkan lingkungan abiotik antara lain, tanah, air, udara dan cahaya. Lingkungan hidup tldak hanya ditentukan oleh jenis dan j umlah benda hi dup dan mati, melainkan juga oleh kondisi dan kelakuan benda hidup dan mati itu, serta hubungan antara benda-benda itu. CSoerja.nl, 1987: 19OX Dengan kata lain, manusia bersama dengan seluruh unsur kehidupan yang membentuk suatu sistem ekologi CekosisteirO mempunyai hubungan timbal-balik antara keduanya. Untuk menjaga kelestarian hidup manusia, manusia harus pula menjaga kelestarian ekosistemnya dengan *Jalan menjaga keserasian hubungan dengan lingkungan hidupnya. CSoeryani, 1987: 1913
Sebagai masyarakat-agraris, masyarakat Jawa mempunyai dasar sikap persatuan dengan alam. Mereka menyebut dirinya sebagai jagad ctlib. Cdunia kecil dan lingkungan alam sebagai jagad g&dh.& Cdunia besarO. Bagian lahiriah dari diri manusia ialah badannya dengan segala hawa nafsu dan daya-daya rohani , Badan ini merupakan wilayah kerajaan rohnya, yai tu dunia yang harus dikuasainya, maka dari itu badan seringkali di sebut, jagad c i I iM, sedang alam lingkungannya disebut, Jagad gedhe. Jagctd. cili& akan berkembang secara harmonis, selaras dengan kesempurnaan batinnya. Mengembangkan jagad ciLiM merupakan suatu syarat agar perkembangan jagad g&dh, & dapat- berlangsung dengan baik. CDe Jong, 1976: 14-163
Dalam hal ini Niels Mulder menyatakan bahwa "Bagi mistik Jawa, model jagad g&dhs C kosmosS ini di anggap sebagai paradigma bagi manusia selaku jagad cilib. Cmikro kosmos^. Kuasa-kuasa kekacauan dilambangkan oleh segi 1 ahi r C segi 1 uar dan badani D yang menglkatkan manusia kepada dunia gejala-gejala, sementar a segi batlnnya menghubungkan dengan makna terdalam dari kosmos dan moralitas". CMulder, .1984: 43
Sedangkan Frans Magnis Suseno menyatakan bahwa, "dalam lingkaran pandangan dunia Jawa, ciri-ciri pandangan ini ialah penghayatan terhadap masyarakat, alam dan adikodrati sebagai kesatuan yang tak terpecah-pecah. Dari kelakuan yang tepat terhadap kesatuan itu tergantung keselamatan manusia, " CSuseno, 1984: 83
Uraian tentang alam yang terpantul dalam Sastra Kak awi n menur ut Zoetmulder C1983: 2703, adalah alam seperti di pandang oleh penyalr Jawa Kuna bi 1 a i a meli hat sekelilingnya. Cara ia melukiskan hubungan antara manusia dan alam membuktikan bahwa ia memandang dunia ini dengan cara yang bagi dia sendiri serta para pendengarnya jelas sek ali. yak nl dasarnya bersatu, Sebagai contoh, dalam semua ungkapan puitis Jawa Kuna kita jumpai kemanunggalan alam semesta dan semua makhluk dl dalamnya yang kait-mengait. Ungkapan-ungkapan seperti kadang ing asana yang arinya keluarga dengan asana Cnama bungaD dan war gem. L ng campaha, yang ar t i nya saudar a bunga campak a, apabila seorang pemuda menyapa kekasihnya, menunjukkan arah yang sama. Bila seorang wanita ingin mati. ia mohon kepada Dewa, agar kecantikannya dikembalikan kepada bulan
.**
Kartikka, keindahan rambutnya kepada awan-awan yang penuh hujan, tetes air matanya kepada embun yang bergantungan pada pucuk daun rumput dan lain sebagainya. CZoetmulder, 1985: 3693
Dengan sikap batln orang Jawa akan rasa persatuannya dengan alam yang demikian itu, dan seperti yang kita ketahui Pulau Jawa mempunyai iklim yang dipengaruhi oleh « angin musim, sehingga kesuburan tanah dan pertanian
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joyceline
"Yakuwarigo atau bahasa peran mempunyai definisi yaitu jenis bahasa yang berasal dari sebuah karya fiksi dan dikaitkan dengan ciri khas suatu karakter. Penggunaan yakuwarigo sering terlihat dalam manga Jepang. Salah satunya adalah manga One Piece karya Eichiiro Oda. Penelitian ini menganalisis jenis yakuwarigo dalam manga One Piece berdasarkan kategori yakuwarigo menurut Satoshi Kinsui, serta menjelaskan penggunaannya. Data yang digunakan adalah ujaran-ujaran kalimat dari 19 tokoh dalam manga One Piece yang menggunakan yakuwarigo. Jenis yakuwarigo yang ditemukan yaitu dansei go, josei go, onee kotoba, roujingo, Hiroshima ben, kuruwa kotoba, chōnin kotoba, bushi kotoba, dan kyara gobi. Beberapa yakuwarigo seperti dansei go, josei go, dan dialek digunakan juga di kehidupan sehari-hari dan yakuwarigo seperti kyara gobi dan roujingo beberapa digunakan hanya di karya fiksi saja. Selain itu ditemukan juga bahwa terdapat yakuwarigo yang jarang atau tidak terdapat dalam manga lainnya, seperti kuruwa kotoba dan chōnin kotoba.

Yakuwarigo or role language has a definition, namely, a type of language that originates from a work of fiction and is associated with the characteristics of a character. The use of yakuwarigo is often seen in Japanese manga. One of them is the One Piece manga by Eichiiro Oda. This research analyzes the types of yakuwarigo in the One Piece manga based on the yakuwarigo category according to Satoshi Kinsui, and explains their use. The data used are utterances from 19 characters in the One Piece manga who use yakuwarigo. The types of yakuwarigo found are dansei go, josei go, onee kotoba, roujingo, Hiroshima ben, kuruwa kotoba, chōnin kotoba, bushi kotoba, and kyara gobi. Some yakuwarigo such as dansei go, josei go, and dialects are also used in everyday life while some yakuwarigo such as kyara gobi and roujingo are used only in works of fiction. Apart from that, it was also found that there are yakuwarigo which are rare or not found in other manga, such as kuruwa kotoba and chōnin kotoba."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Faraby Martha
"Tujuan : Membandingkan hasil biakan bakteri dari spesimen kornea yang diambil dengan metode kerokan dilanjutkan mikrohomogenisasi dan hasil biakan bakteri dari spesimen kornea yang diambil dengan apusan kornea. Desain: Penelitian ini adalah perbandingan potong lintang comparative cross sectional , Metode: Delapan belas subjek yang dibagi menjadi 2 kelompok terandomisasi, Kelompok A kerokan dilakukan pertama, apusan kedua , dan kelompok B apusan dilakukan pertama, kerokan kedua . Pada analisis data kedua metode kerokan dan apusan dipisahkan kemudian dibandingkan. Hasil: Proporsi Gram sesuai biakan pada teknik Kerokan-Mikrohomogenisasi sebesar 6/13 46.2 , proporsi Gram sesuai biakan pada teknik Apusan sebesar 5/13 38.5 . Nilai p uji McNemar adalah 1.000 p> 0.05 . Proporsi biakan positif pada teknik Kerokan-Mikrohomogenisasi sebesar 13/18 72.2 , proporsi biakan positif pada teknik apusan sebesar 9/18 50 . Nilai p uji McNemar adalah 0.219 p> 0.05 . Nilai uji kesesuaian Kappa dari teknik kerokan mikrohomogenisasi terhadap apusan kornea adalah 0.333. Kesimpulan: Hasil biakan bakteri dari spesimen kornea yang diambil dengan metode Kerokan dilanjutkan Mikrohomogenisasi memiliki angka biakan positif yang lebih besar dibandingkan biakan bakteri dari spesimen kornea yang diambil dengan apusan kornea namun tidak bermakna secara statistik. Kata kunci : apusan kornea; biakan bakteri; kerokan mikrohomogenisasi

Purpose To compare the results of bacterial culture that specimens was taken by the corneal scrapings followed by microhomogenization method and bacterial culture that specimens was taken by corneal swabs. Methods This study was cross sectional comparisons, which 18 subjects were divided into two randomized groups Group A scrapings performed first, smear performed second , and group B smear performed first, scrapings performed second . In data analysis both methods scrapings and swabs are separated then compared. Results The proportion of Gram corresponding culture in scrapings Microhomogenization technique was 6 13 46.2 , the proportion of Gram corresponding cultures in smear technique was 5 13 38.5 . McNemar test p value is 1.000 p 0.05 . The proportion of positive cultures in scrapings Microhomogenization technique was 13 18 72.2 , the proportion of culture positive on smear technique was 9 18 50 . McNemar test p value is 0219 p 0.05 . Kappa suitability test value is 0.333. Conclusion The results of bacterial culture that specimens was taken by the corneal scrapings followed by microhomogenization have a culture positive larger than bacteria cultures that specimens was taken by a swab of the cornea but not statistically significant. Keywords bacterial cultures corneal swabs scrapings microhomogenization "
Depok: Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Al Farizi
"Tesis ini membahas renjana dan urgensinya dalam praktik mengajar bahasa Prancis sebagai bahasa asing di SMA di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Renjana yang termasuk ke dalam ranah psikologi merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan belajar pemelajar. Renjana dan motivasi saling memengaruhi. Semakin tinggi motivasi, semakin kuat renjana yang dimiliki. Meskipun keduanya penting, sedikit penelitian yang membahas renjana dan motivasi mengajar. Semua terfokus pada motivasi siswa. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berapa banyak dari pembelajar bahasa Prancis se-Jabodetabek yang memiliki renjana mengajar, menjelaskan bagaimana praktik mengajar mereka di dalam kelas, dan membahas faktor apa yang memengaruhi renjana dan motivasi mereka untuk mengajar. Penelitian ini menggunakan ancangan kualitatif dengan desain studi kasus eksplanatori. Data didapatkan dari grup MGMP Bahasa Prancis Jabodetabek yang berisi 37 pembelajar bahasa Prancis di SMA dan data itu dikumpulkan melalui kuesioner, lembar refleksi diri untuk pembelajar, dan wawancara semi-terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pembelajar bahasa Prancis yang memenuhi semua kriteria bagi pembelajar yang memiliki renjana mengajar. Namun, terdapat tiga guru yang mendekati kriteria renjana mengajar dan menunjukkan efektivitas pembelajaran, bahkan mendapat penilaian cukup baik dari pemelajarnya. Selain itu, terdapat korelasi positif antara kualitas motivasi ekstrinsik yang mereka miliki dan evaluasi pemelajar. Akan tetapi, korelasi itu tergolong lemah atau tidak signifikan. Alhasil, hubungan antara keduanya tidak meyakinkan. Oleh sebab itu, pembelajar, sekolah, dan institusi kependidikan sangat perlu menjadikan renjana mengajar sebagai suatu hal yang harus ditumbuhkan, dipertahankan, dan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan pembelajar karena mengajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang muncul dari tekad dalam hati atau panggilan hati, bukan dari gaji, liburan panjang, dan status sosial. Untuk menumbuhkan dan mempertahankannya, beberapa kiat dan faktor yang memengaruhi renjana disajikan, baik dari dalam (internal) maupun dari luar diri pembelajar (eksternal).

This paper talks about passion and its urgency in teaching French as foreign language at senior high school in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi (Jabodetabek). Passion that belongs to the field of psychology is the most important factor of students learning success. In fact, passion and motivation influence each other. The higher motivation is, the more powerful passion is. Though these are important in teaching, little work has been done into passion and motivation to teach. Instead, most studies have focused on students motivation to learn. Therefore, this paper aims to identify how many of them have the passion to teach and to explain how teaching practices would be like for those passionate teachers in the classroom, as well as to discuss the factors that affect their passion and motivation to teach. This study uses a qualitative approach with an explanatory case study design. Data were obtained from MGMP Bahasa Prancis Jabodetabek Group containing of 37 French teachers at senior high school and data were collected through questionnaires, teacher self-reflection, and semi-structured interviews. The results show that no French teacher in Jabodetabek who has all of the criteria to claim himself/herself as someone who has the passion to teach. However, there are three teachers who reach almost all of the criteria needed to claim themselves as passionate teachers and they show an effectiveness of teaching. They even got a quite good assessment from their learners. In addition, there is a positive correlation between the quality of extrinsic motivation they have and the students assessment. However, the correlation is classified as weak or insignificant. As a result, its correlation is inconvincing. Therefore, teachers, schools, and educational institutions strongly need to make the passion for teaching something that must be grown, sustained, and incorporated into the educational curriculum because teaching is essentially an activity that comes from the heart or as a call, not from the level of pay, long holidays, and status. To grow and maintain it, several tips and factors affecting the passion are presented, both from within (internal) and from outside the teacher (external)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T55137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>