Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184688 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nining Betawati Prihantini
"Eksplorasi mikroalga di kawasan perairan kampus Universitas Indonesia, telah dilakukan sejak tahun 1989 sampai 2005. Eksplorasi dilakukan untuk mengetahui dan mendata kekayaan jenis-jenis mikroalga di kawasan tersebut (Situ Kenanga, Situ Agathis. Situ Mahoni, Situ Puspa, Situ Ulin, dan Situ Salam). Penelitian bersifat deskriptif. Dari keenam Situ yang ada, Situ Kenanga dan Situ Agathis merupakan habitat yang kaya dengan jenis-jenis mikroalga dari kelompok Cyanobacteria dan Chlorophyta- Sekurang-kurangnya terdapat 40 marga dapat ditemukan di kedua situ tersebut. Marga-marga tersebut terdiri atas 10 genera dari Cyanobacteria dan 30 genera dari Chlorophyta, Marga-marga Cyanobacteria yang umum ditemukan adalah Oscitlatoria (3 jenis), dan Microcystis (1 jenis). Sedangkan jenis-jenis Chlorophyta yang umum ditemukan adalah Scenedesmus (4 jenis), Chlorella, Pediastrum (2 jenis), Pandorina, dan Coelastrum (2 jenis). Beberapa jenis mikroalga yang ditemukan meiimpah pada beberapa tahun yang lalu diketahui mulai sulit ditemukan, antara lain Anabaena, Anabaenopsis. Gloeocapsa, Lyngbia. Ankistrodesmus, Arthrodesmus, Bulbochaete, Pithopora. Pleodorina, dan Zygnema. Keberadaan beberapa jenis mikroalga asli (indigenous species) dari perairan Ul semakin sulit ditemukan. Oleh karena itu. konservasi ex situ penting segera direalisasi untuk mencegah hilangnya jenis-jenis mikroalga asli dari perairan kampus UI. Depok.

Cyanobacteria and Chlorophyta of Kenanga and Agathis Lake of Indonesia University, Depok: The exploration of microalgae from water area of University of Indonesia (UI) campus was done since 1989 to 2005. Exploration was done to understand and collect the data of microalgae genus richness from this area (Kenanga, Agathis, Mahoni. Puspa, Ulin, dan Salam lake). The research was descriptive study. Among the six lakes locating at Ul, Kenanga dan Agathis lakes are rich habitat of microalgae species of Cyanobacteria and Chlorophyta. At least there are 40 genera found at those two (2) lakes. Those are 10 genera of Cyanobacteria and 30 genera of Chlorophyta. Cyanobacteria genera which commonly found are Oscillatoria (3 species) dan Microcystis (1 species). Common Chlorophyta genera, whereas, are Scenedesmus (4 species), Chlorella, Pediastrum (2 species), Pandorina. dan Coelastrum (2 species). Some genera, which found abandontly several years ago, are known difficult to be found, such as Anabaena, Anabaenopsis, Gloeocapsa, Lyngbia, Ankistrodesmus, Arthrodesmus, Bulbochaete, Pithopora, Pleodorina, and Zygnema. The occurance of several indigenous species microalgae from UI area are difficult to be found more and more. Because of that, the ex-situ conservation is important to realize immediately to prevent dissapearance of indigenous species microalgae from waters area of UI campus, Depok."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2005
SAIN-10-3-2005-28
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sania Prima Amanda
"Telah dilakukan penelitian pengaruh pemberian mikroalga hijau-biru (Spirulina maxima) terhadap pertumbuhan dan kecerahan warna pada ikan cupang (Betta splendens). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Spirulina maxima dalam meningkatkan kecerahan warna biru dan pertumbuhan pada ikan cupang (Betta splendens). Metode yang digunakan memrupakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari satu uji coba, empat kelompok perlakuan penambahan bubuk Spirulina maxima (0%, 5%, 10%, 15%) yang didapati dari perhitungan Pearson square, dan lima kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan nyata secara uji Anava dengan hasil penambahan bubuk spirulina dosis 15% dengan hasil terdapat perubahan warna yang lebih cerah 11,28% dan mampu meningkatkan massa ikan sebesar 0,746 gram.

Research on the effect of giving blue-green microalgae (Spirulina maxima) on growth and color brightness in Betta fish (Betta splendens) aims to determine the effect of Spirulina maxima in increasing blue color brightness and growth in Betta fish (Betta splendens) and to determine the appropriate concentration of Spirulina maxima addition. to increase color brightness and growth in betta fish (Betta splendens). The method used was a completely randomized design consisting of one trial, four treatment groups with the addition of Spirulina maxima powder (0%, 5%, 10%, 15%) obtained from Pearson square calculations, and five replications. The results showed that there was a significant difference in the Anova test with the addition of spirulina powder at a dose of 15% with the result that there was a brighter color change of 11.28% and was able to increase the mass of fish by 0.746 grams."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Betawati Prihantini
"Telah dilakukan eksplorasi mikroalga laut di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada bulan September 2004. Penelitian merupakan studi pendahuluan dalam suatu rangkaian penelitian eksplorasi mikroalga?termasuk isolasi dan koleksi?dalam rangka pemanfaatan sumber daya miroalga yang berkesinambungan. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Pramuka dengan titik pengambilan sesuai arah mata angin (utara, timur, selatan, barat) Pulau Pramuka. Pada pengamatan awal diketahui 20 genus ditemukan di perairan Pulau Pramuka yaitu dari divisi Cyanophyta/ Cyanobacteria (1 genus), Chromophyta kelas Bacillariophyceae (16 genus), dan Dinophyta (3 genus). Mikroalga lain yang merupakan anggota 3 divisi tersebut di atas dan anggota Chlorophyta serta Haptophyta juga ditemukan, tetapi belum dapat diidentifikasi karena berukuran sangat kecil. Penelitian lanjutan mengenai keanekaragaman mikroalga masih sangat dibutuhkan untuk mengetshui studi flora mikroalga di Kepulauan Seribu dengan lebih teliti dan rinci.

Preliminary Study on Marine Microalgae from Pramuka Island Waters, Thousand Islands: The
exploration on marine microalgae from Pramuka Island waters has been done on September 2004. The research is one of the parts of microalgae exploration researches?including isolation and collection?that aim to invent and apply the advantages of microafgae as natural resources, continuously. The sampling site based on the compass direction i.e. north, east, south, and west of Pramuka Island. In the first examination have been found 20 genera from 3 divisions could be found in Pramuka Island waters. Those are 1 genus of Cyanophyta/ Cyanobacteria, 16 genus of Bacillariophyceae of Chromophyta, and 3 genus of Dinophyta. Other microalgae from those three divisions and Chlorophyta and Haptophyta also can be found but still very difficult to be identify, because the microalgae is very tiny. Continued research on microalgae diversity still need to be done in order to better understanding the floristic study of microalgae from Thousand Islands.
"
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2004
SAIN-9-3-2004-12
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Zahra Paramameswari
"Epifiton berperan penting dalam sistem produksi perairan, tetapi komposisi dan kuantitasnya belum diketahui di Situ Alam. Terdapat tumbuhan emergent di Situ Alam meliputi Oryza rufipogon dan Isachne globosa, yang dapat berperan sebagai substrat epifiton. Oleh karena itu, analisis struktur komunitas epifiton pada dua tumbuhan tersebut di Situ Alam perlu dilakukan, disertai komposisi organisme yang berpotensi menjadi epifiton. Sampel epifiton didapat dari Oryza rufipogon dan Isachne globosa menggunakan metode purposive sampling di tepi situ, sedangkan organisme yang berpotensi menjadi epifiton didapat dari gelas objek yang dibenamkan dalam situ. Hasil yang diperoleh, yaitu kelimpahan epifiton pada Oryza rufipogon sebesar 26.163 sel/cm2 dari 61 genus, sedangkan pada Isachne globosa sebesar 49.863 sel/cm2 dari 50 genus, dan disertai 37 genus organisme yang berpotensi menjadi epifiton.
Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, keanekaragaman epifiton pada Oryza rufipogon dan Isachne globosa termasuk sedang, dengan nilai pada Isachne globosa yaitu 2,06, dan nilai pada Oryza rufipogon yaitu 1,86. Kelimpahan dan keanekaragaman epifiton pada dua tumbuhan tersebut berbeda nyata, berdasarkan analisis uji-t. Selain itu, berdasarkan analisis similaritas Sorensen, genus epifiton pada dua tumbuhan tersebut memiliki kesamaan sebesar 88,24, dengan perbedaan sebesar 11,76, yang disebabkan oleh 10 genus spesifik pada Oryza rufipogon dan 1 genus spesifik pada Isachne globosa.

Epiphyton play an important role in aquatic production systems, but their composition and quantity are not yet known in Situ Alam. There are emergent plants in Situ Alam include Oryza rufipogon and Isachne globosa, which can serve as epiphyton substrate. Therefore, an analysis of epiphyton community structure on these two plants in Situ Alam should be known, with the composition of epiphyton potential organism. Epiphyton samples were obtained from Oryza rufipogon and Isachne globosa using purposive sampling method on the edge of the situ, and epiphyton potential organisms were obtained from glass objects that were immersed in situ. The results obtained, the epiphyton abundance on Oryza rufipogon are 26,163 cells cm2 from 61 genera, and on Isachne globosa are 49.863 cells cm2 from 50 genera, with 37 genera of epiphyton potential organisms.
Based on Shannon Wiener 39 s diversity index, epiphyton diversity on Oryza rufipogon and Isachne globosa is moderate, with value at Isachne globosa is 2.06, and the value of Oryza rufipogon is 1.86. The epiphyton abundance and diversity on these two plants was significantly different, based on t test analysis. In addition, based on Sorensen 39s similarity analysis, the epiphyton genera on these two plants have 88.24 similarity, with 11.76 difference, caused there are 10 specific genera on Oryza rufipogon and 1 specific genera on Isachne globosa.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlurrahman Maulana
"Faktor fisik dan kimiawi perairan pada musim hujan dapat mempengaruhi komunitas mikroalga di perairan tersebut, baik dalam struktur komunitas maupun aktivitas sel mikroalga. Penelitian berfokus pada anggota komunitas mikroalga di Situ Agathis dan potensi produksi lipid komunitas tersebut pada musim hujan bulan Maret 2020. Hasil penelitian menunjukkan adanya 11 spesies mikroalga dari 10 genus dan 4 kelas. Sembilan dari 11 spesies mikroalga yang ditemukan di Situ Agathis memiliki kemampuan menghasilkan lipid. Biomassa total yang didapat dari sampel air dari semua stasiun di Situ Agathis sebanyak 25,18 gram. Kadar lipid rata-rata dari biomassa sampel air Situ Agathis pada bulan Maret 2020 adalah sebesar 55,5%.

Physical and chemical properties of an aquatic ecosystem during rainy season may have an influence on microalgae community and cell activity in said ecosystem. This research focused on the microalgae community of Agathis Small Lake and its potency to produce lipid during rainy season of March of 2020. This research found 11 species of microalgae from 10 genera and 4 classes. Nine out of eleven species found in Agathis Small Lake are known to produce lipid. Total biomass obtained from the water sample of Agathis Small Lake is 25,18 grams. Extracted biomass’ average lipid content from Agathis Small Lake during March of 2020 is 55.5%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman Cyanobacteria
di perairan Situ Agathis, Kenanga, dan Ulin-Salam Kampus Universitas
Indonesia Depok pada bulan Januari--Maret 2005. Pengambilan sampel
dilakukan menggunakan plankton net dengan mata jaring 20 μm yang ditarik
secara horizontal. Parameter lingkungan perairan yang diukur, antara lain
suhu perairan, intensitas cahaya matahari, pH, kecerahan, dan konduktivitas.
Hasil identifikasi dan pencacahan sampel di ketiga situ diperoleh dua bangsa
Cyanobacteria, yaitu Chroococcales dan Oscillatoriales. Cyanobacteria yang
ditemukan di Situ Agathis sebanyak 7 jenis, di Situ Kenanga sebanyak 9
jenis, dan di Situ Ulin-Salam sebanyak 6 jenis. Jenis-jenis yang ditemukan
adalah Arthrospira sp., Borzia sp., Chroococcus sp., Merismopedia sp.,
Microcystis aeruginosa, Microcystis sp., Oscillatoria agardhii,
Oscillatoria sp. 1, Oscillatoria sp. 2, dan Spirulina sp. Rerata indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener tertinggi (1,365) terdapat di Situ Ulin-
Salam dan rerata indeks keanekaragaman terendah (1,031) terdapat di Situ
Agathis. Indeks kesamaan Sorensen menunjukkan tingkat kesamaan
Cyanobacteria yang cukup tinggi di antara ketiga situ (70,59--76,93%)."
Universitas Indonesia, 2006
S31403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica
"Penelitian mengenai keragaman mikroalga epifitik di Ciliwung wilayah perbatasan Depok sampai Jakarta Selatan telah dilakukan pada bulan Agustus hingga Desember tahun 2017. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan keragaman epifitik pada setiap lokasi penelitian dan hubungan dengan parameter lingkungan di setiap lokasi penelitian. Sampel diambil secara purpose random sampling agar dapat mempresentasikan hasil penelitian.
Hasil identifikasi sampel diperoleh 28 jenis mikroalga epifitik dengan 5 divisi terdiri atas divisi Chlorophyta, Bacillariophyta, Cyanophyta, Rhodophyta dan Euglenophyta. Frekuensi kehadiran mikroalga epifitik berkisar antara 163-606 jenis mikroalga. Frekuensi kehadiran jenis mikroalga tertinggi pada lokasi pertama yaitu Jembatan Panus dibandingkan dua lokasi lain, sedangkan frekuensi kehadiran jenis mikroalga terkecil di lokasi 3 yaitu TB. Simatupang.

Research on analysis The diversity of Epiphytic microlagae in Ciliwung of border Depok until Jakarta Selatan was conducted on Agustus and December 2017. The aims of this study was to describe the uniformity of epiphytic miroalgae from research site and the relationship of environmental parameters at each research sites. Samples were taken purposive random sampling.
The indentification result of sample obtained 28 spesies, 5 division consist of divisions of Chlorophyta, Bacillariophyta, Cyanophyta, Rhodophyta and Euglenophyta.The presence frequency of epiphytic microalgae ranges from 163 to 606 cells. The highest frequency of presence of microalgae type in the first location is Panus Bridge compared to two other locations, while the smallest type of microalgae presence at location 3 is TB. Simatupang.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Desi Swastiki
"Penelitian mengenai kelimpahan dan keanekaragaman mikroalga epifit pada Halimeda di Teluk Hurun, Lampung telah dilakukan pada bulan September 2022. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi keanekaragaman dan mengetahui kelimpahan jenis mikroalga epifit pada Halimeda di Teluk Hurun, Lampung. Mikroalga epifit diambil dari 10 titik sampling, penghitungan jumlah sel dan identifikasi mikroalga epifit dilakukan dengan metode subsampel di bawah mikroskop. Sepuluh (10) genus mikroalga epifit berasal dari dua kelas, yaitu Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Sepuluh genus tersebut meliputi Synedra, Nitzschia, Cocconeis, Licmophora, Amphipleura, Amphora, Diploneis, Aulacoseira, Cymbella, dan Trichodesmium. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan total mikroalga epifit pada Halimeda berkisar antara 12000-39164 sel/mL.

Research on the abundance and diversity of epiphytic microalgae on Halimeda in Hurun Bay, Lampung has been carried out in September 2022. The purpose of this study was to identify and determine the diversity and abundance of epiphytic microalgae in Halimeda at Hurun Bay, Lampung. Epiphytic microalgae were sampled from 10 sampling points. Cell counting was carried out using the subsample method. Identification of epiphytic microalgae was based on morphological character using a light microscope. The result of study showed that epiphytic microalgae found at Hurun Bay belonged to two classes, namely Bacillariophyceae and Cyanophyceae. Genera were identified, which were Synedra, Nitzschia, Cocconeis, Licmophora, Amphipleura, Amphora, Diploneis, Aulacoseira, Cymbella, and Trichodesmium. The total abundance of epiphytic microalgae in Halimeda ranged from 12000-39164 cells/mL."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rahmawati
"Mikroalga merupakan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah kekurangan gizi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein dan asam amino pada mikroalga Scenedesmus sp dan Coelastrum sp. Kadar protein diukur menggunakan metode Biuret dan kurva standar BSA (Bovine Serum Albumin) yang diukur pada panjang gelombang 540 nm.
Hasil pengukuran kadar protein dengan metode Biuret didapatkan persentase proteinnya yaitu 4.16 % untuk mikroalga Scenedesmus sp dan 1.64 % untuk mikroalga Coelastrum sp. Penentuan kandungan asam amino dilakukan menggunakan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
Hasil analisis kandungan asam amino menunjukkan hasil bahwa asam amino esensial leusin merupakan asam amino esensial yang memiliki kandungan terbanyak pada mikroalga Coelastrum sp dan pada mikroalga Scenedesmus sp asam amino esensial lisin merupakan asam amino yang memiliki kandungan terbanyak. Sedangkan untuk kandungan asam amino non esensial diperoleh hasil bahwa asam amino glutamat merupakan asam amino yang memiliki kandungan terbanyak pada mikroalga Scenedesmus sp dan Coelastrum sp.
Pada penelitian ini dilakukan juga perhitungan jumlah sel alga dengan metode kapasitansi dimana hasil perhitungan dibandingkan dengan perhitungan jumlah sel menggunakan Counting chamber dan nilai absorbansi dengan spektrofotometer, dan didapatkan perbandingan yang sama dari besar kapasitansi, jumlah sel, dan absorbansi.

Microalgae is an alternative solution to solve the problem of the lack of nutrient in Indonesia. The aims of this research is to determine protein concentration and amino acids in the microalgae Scenedesmus sp. and Coelastrum sp. Measurument of protein concentration using the Biuret method with a standard curve of BSA (Bovine Serum Albumin) is measured at a wavelength of 540 nm.
The results of protein obtained with Biuret method is 4.16% to microalgae Scenedesmus sp. and 1.64% for microalgae Coelastrum sp. Determination of the amino acid is done using HPLC (High Performance Liquid Chromatography).
Results of the analysis of amino acid content shows that the highest essential amino acid of microalgae coelastrum sp is leucine, and lysine is the highest essential amino acid of microalgae scenedesmus sp. And glutamic is the highest non-essential amino acid of microalgae Scenedesmus sp. and Coelastrum sp.
In this research, we also calculate the number of algal cells with a capacitance method in which the calculation results as compared with the calculation of the number of cells using the Counting chamber and absorbance values with a spectrophotometer, and obtained the same proportion of large capacitance, the number of cells, and absorbance.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Lathifah Iqlima
"Penelitian mengenai produksi biomassa dan protein Nostoc HS-20 yang dibiakkan dalam medium BG-11 dan BG-11 (N-free) pada sistem fotobioreaktor kedap suara telah dilakukan. Nitrogen merupakan makronutrien yang dapat memengaruhi produksi biomassa dan protein mikroalga. Nostoc HS-20 merupakan strain lokal Indonesia yang ditemukan di air panas Gunung Pancar, Jawa Barat. Fotobioreaktor yang digunakan untuk membiakkan Nostoc HS-20 pada penelitian dibedakan atas dua kelompok perlakuan. Kelompok pertama menggunakan medium BG-11 yang mengandung NaNO3 dan kelompok kedua menggunakan medium BG-11 (N-free) tanpa NaNO3. Penelitian dilakukan untuk mengukur dan membandingkan produksi biomassa, konsentrasi protein, dan morfologi sel Nostoc HS-20 pada medium BG-11 dan BG-11 (N-free). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara rerata berat biomassa basah, berat biomassa kering, dan rerata kandungan klorofil a Nostoc HS-20 dalam medium BG-11 dan BG-11 (N-free) (α=0,05). Selanjutnya, terdapat perbedaan tidak signifikan antara persentase protein dalam berat basah Nostoc HS-20 pada kedua medium. Dalam medium BG-11 (N-free) konsentrasi protein sebesar 0,0075%, sedangkan dalam medium BG-11 sebesar 0,0081%. Meskipun demikian, morfologi sel hormogonium hanya dapat ditemukan pada Nostoc HS-20 dalam medium BG-11 (N-free).

Research has been conducted on the production of Nostoc HS-20 biomass and protein grown in BG-11 and BG-11 (N-free) media on a soundproof photobioreactor system. Nitrogen is a macronutrient that can affect the production of microalgae biomass and protein. Nostoc HS-20 is a local Indonesian strain found in the hot springs of Mount Pancar, West Java. Photobioreactor used for culturing Nostoc HS-20 in this study was divided into two treatment groups. The first group used BG-11 medium containing NaNO3, and the second group used BG-11 (N-free) medium without NaNO3. This study measured and compared the biomass production, protein concentration, and cell morphology of Nostoc HS-20 on BG-11 and BG-11 (N-free) medium. The results of the Mann-Whitney test showed that there was no difference between the average weight of wet biomass, dry biomass weight, and the average chlorophyll a content of Nostoc HS-20 in BG-11 and BG-11 medium (N-free) (α=0.05). The two media showed no significant difference between Nostoc HS-20 protein percentage from fresh weight. In BG-11 (N-free) the protein percentage is 0.0075%, while in BG-11 medium, it was 0.081%. However, hormogonium cell morphology can only be found on Nostoc HS-20 in BG-11 medium (N-free)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>