Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136599 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lydia Hatta
"Dalam upaya mempertahankan fungsi ekologis Buperta perlu diketahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan fungsi tersebut, karena masyarakat yang memiliki persepsi yang benar akan berperilaku positip terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan.
Penelitian ini dilakukan sebagai studi kasus dengan metode penelitian deskriptif kuantitaf dan kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster proportional random sampling. Sedangkan metode pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner tertutup kepada responden dan observasi lapang.
Masyarakat sekitar dan pramuka mempunyai persepsi yang cukup baik terhadap fungsi ekologis Buperta, sedangkan persepsi masyarakat pengguna masih kurang baik. Hal ini disebabkan kurangnya informasi mengenai fungsi ekologis Buperta baik dari Pengelola Buperta maupun Pemda DKI karena. pengelola lebih terfokus pada pengelolaan teknis, dan kurang memperhatikan pengelolaan konsep fungsi ekologis Buperta. Kondisi ini tercermin dengan terdaftarnya Buperta sebagai anggota Perhimpunan Hotel dan Restauran Seluruh Indonesia.
Media cetak adalah yang paling banyak digunakan masyarakat sebagai sumber informasi, diikuti oleh media elektronik. Informasi yang berasal dan pendidikan formal adalah yang paling sedikit digunakan masyarakat.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan persepsi pengguna, disarankan adanya papan pernyataan bahwa lokasi tersebut adalah hutan kota yang dikuatkan dengan SK Gubernur, optimalisasi pemanfaatan sumber daya, pendekatan kepada masyarakat sekitar, pengayaan kurikulum yang berwawasan lingkungan pada semua tingkat pendidikan dan mengadakan kerjasama dengan dunia usaha.

It is well understood that the right community perception will result in their positive behavior toward the environmental conservation program. Hence, in the effort of preserving ecological function of Buperta Urban Forest, the perception of the community on that function needs to be known.
A case study on the community perception on Buperta Urban Forest at Cibubur has been done. The research methodology was based on quantitative and qualitative description, while the proportional random sampling cluster technique was applied. The data were collected via field observation and closed questionnaires to the respondents.
It turned out that good perception on ecological function of Buperta Urban Forest is shown by nearby community and boy scout, but not by the forest user. The lack of good user's perception is due to the lack of information from Buperta's executives as well as from the regional government. It seems that the executives' and the government's efforts are focused mainly on the technical aspects, but less on the concept of ecological functions, which is obvious by the Buperta's membership of the Association of Hotels and Restaurants of Indonesia.
It can also be concluded that the rank of sources utilized by the community to access information on ecological function was printed media first, electronic media second and formal education third.
It is suggested that the improvement of user's perception be conducted by posting statements that the location is an urban forest supported by the governor's decree, by optimizing the available resources, by intensifying communication with nearby community, by applying curriculum that enhances environmental awareness at all school levels, and by developing collaboration with business community.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2006
S33909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ahsan Putra Igor
"ABSTRAK

Peningkatan jumlah penduduk di daerah Jakarta menyebabkan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi salah satu fokus utama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Keterbatasan lahan yang ada menyebabkan pentingnya melakukan pengelolaan yang tepat terhadap RTH itu sendiri. Salah satu jenis RTH yaitu hutan kota, lokasi hutan kota pada daerah DKI Jakarta yang bersinggungan langsung dengan permukiman masyarakat membuat partisipasi masyarakat dan persepsi masyarakat terhadap pengelolaan hutan kota menjadi penting. Pengelolaan hutan kota terdiri dari perencanaan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pemantauan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan hutan kota dan menganalaisa tingkat partisipasi masyarakat serta faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan hutan kota. Lokasi penelitian ini terletak di empat hutan kota yaitu Hutan Kota Rawa Malang, Hutan Kota Srengseng Sawah, Hutan Kota Rawa Buaya, dan Hutan Kota Pondok Kelapa.  Pada setiap hutan kota terdapat 3 klaster permukiman yaitu satu permukiman dekat dengan hutan kota dan dua permukiman lainnya jauh dari hutan kota. Untuk melihat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan hutan kota, maka penelitian ini membandingkan variabel jarak masyarakat terhadap hutan kota, persepsi masyarakat, pendapatan masyarakat dan tingkat pendidikan masyarakat. Melalui 90 kuesioner yang di sebar di setiap hutan kota dengan teknik Scoring system dan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa variabel tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat tidak mempengaruhi partisipasi. Variabel jarak dan persepsi masyarakat cukup besar pengaruhnya terhadap partisipasi pengelolaan hutan kota. Berdasarkan temuan, kondisi hutan kota merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan hutan kota.


ABSTRACT


Increase in the population in the Jakarta area has led to the construction of Green Open Space (RTH) being one of the main focuses of the DKI Jakarta Provincial Government. The limited land that exists causes the importance of proper management of the green space itself.One type of green open space, which is urban forest, the location of urban forest in the DKI Jakarta area which is directly in contact with community settlements, makes community participation and community perceptions of urban forest management important. The management consists of planning, maintenance, protection, utilization and monitoring. This study aims to determine the spatial pattern of community participation in urban forest management and analyze the level of community participation and factors that influence community participation in urban forest management. The location of this research is located in four urban forests, namely Rawa Malang Urban Forest, Srengseng Sawah Urban Forest, Rawa Buaya Urban Forest and Pondok Kelapa Urban Forest. The urban forest was divided into three clusters, i.e : one cluster located close to the urban forest and two other clusters located farther away from the urban forests. To see community participation in urban forest management, this study compares the variables of community distance to urban forests, community perceptions, community income and the level of community education. Through 90 questionnaires distributed in each urban forest with Scoring system technique and multiple linear regression analysis, it was found that the level of education and income of the community did not affect to participation.Variable distance and community perception have a significant influence on the participation of urban forest management. Based on the findings, the condition of urban forests is a factor that influences people's perception and participation in urban forest management
"
2018
T52068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
JIP 34 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Triana
"ABSTRAK
Saat ini, manusia hidup di masa Antroposen. Masa Antroposen adalah masa ketika semua manusia dihadapkan pada dampak dari perilakunya selama ini yang telah memodifikasi lingkungan, nyaris seluruh bumi. Sungai dan daerah alirannya bagian dari ruang kota turut terdampak. Dibutuhkan strategi, salah satunya keterpaduan antara peran aktif komuniti lokal dan kebijakan pemerintah dalam mengelola sungai. Hal ini agar sungai tetap lestari demi kebutuhan manusia kini dan nanti. Penelitian dilakukan di Hutan Kota Sangga Buana, Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pengelolaan kawasan bantaran tersebut dilakukan masyarakat setempat, yaitu Kelompok Tani Lingkungan Hidup KTLH Sangga Buana. Masalah penelitian adalah menelusuri proses muncul dan berkembangnya hutan kota, pola relasi antara KTLH dengan pemerintah setempat dalam menerangkan keberadaan komuniti pengelola hutan kota. Selanjutnya, mengungkap pola pembentukan jaringan dan aktor, pembagian kerja dan sistem nilai, serta tanggungjawab dalam pola-pola hubungan tersebut. Penelitian ini penelitian kualitatif. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam. Data sekunder dari buku, jurnal, artikel koran, laporan penelitian, dan lainnya. Kesimpulannya faktor human dan nonhuman memiliki andil besar dalam pembentukan hutan kota. Dalam kasus ini, keberlangsungan, dan pengelolaan hutan kota menunjukkan pola relasi yang terbentuk antara KTLH, pemerintah dan pihak lain. Namun, relasi itu baru sebatas saling memanfaatkan. Pengelolaan sungai dalam konsep Antroposen belum terwujud. Kata kunci: pengelolaan sungai, Antroposen, komuniti, hutan kota, konsep kekuasaan dan penguasaan, teori jejaring aktor actor network theory/ANT

ABSTRACT
Currently, humans are living in the Antropocene period. It is a time when all human beings are faced with the impact of their behavior that has modified the environment, almost the whole earth. Rivers and stream areas are part of urban space that is affected. Strategy is needed. One of which is the integration between the local community and government policy in managing river. The research was conducted in Hutan Kota Sangga Buana, Karang Tengah, Lebak Bulus, South Jakarta. Local community, Kelompok Tani Lingkungan Hidup KTLH Sangga Buana, is believed to be the main actor behind the hutan kota. The research problem is to explore the process of emergence and development of urban forest, the relation pattern between KTLH and local government, explaining the existence of forest management. Furthermore, it discloses the pattern of network formation and actors, the division of community and the value system, as well as the responsibilities in those relationship patterns. This research is qualitative research. Primary data was obtained through field observation and in depth interviews. Secondary data is obtained from books, journals, newspaper articles, research reports, and more. In conclusion the human and nonhuman factors have a big share in the process. In this case, the sustainability, and management of the Sangga Buana City Forest shows the pattern of relationships established between KTLH, the government and others. However, the relationship is only limited to utilize each other. River management in Antropocene concept has not yet materialized. Keywords river management, anthropocene, community, urban forest, power and mastery, actor network theory ANT "
2018
T51001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina Moi Nono
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T4949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bebi Risetiawulan Sutomo
"Masyarakat merupakan basic consumer dari desain tarif jenis angkutan umum perkotaan. Oleh karena itu persepsi masyarakat terhadap desain tarif jenis angkutan umum perkotaaan merupakan informasi penting bagi para policy makers, transport planners atau pihak-pihak yang terlibat di dalam mendesain tarif pasar. Seringkali persepsi tersebut tidak diperhitungkan oleh mereka. Akibatnya tarif yang diberlakukan tidak mencerminkan situasi pasar yang berlaku pada masyarakat perkotaan. Indikasi tersebut menunjukkan pemerintah gagal dalam menciptakan tarif ideal jenis angkutan umum perkotaan. Sejauh ini kualitas studi atau laporan yang berkaitan dengan desain tarif moda angkutan umum perkotaan relatif lemah, karena belum dapat memetakan bagaimana cara mendesain tarif jenis angkutan umum perkotaan yang ideal berdasarkan persepsi masyarakat setempat (users, awak angkutan ummu dan pemilik angkutan umum). Produk studi terlihat pada laporan Departemen Transportasi Bangkok (2000), Organda DKI Jakarta (Juni 2001), Universitas Gadjah Mada (November 2000), dan ALMEC (Januari, 2001).
Tarif ideal pada jenis angkutan umum perkotaan adalah tarif yang sesuai dengan situasi pasar yang berlaku, dimana nilai real yang diberlakukan cenderung tidak menimbulkan konflik tarif antara masyarakat dengan pemerintah.Dengan mengacu pada kegagalan pemerintah dalam mendesain tarif ideal jenis angkutan umum perkotaan dan kelemahan studi yang ada, maka peneliti memfokuskan studinya pada pemetaan tarif ideal jenis bus kota berdasarkan persepsi masyarakat dengan menitik beratkan prinsip desainnya pada situasi pasar yang cenderung tidak menimbulkan konflik tarif. Diharapkan temuan studi dapat dijadikan bahan masukan bagi transport planners? atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam mendesain tarif ideal bus kota.
Kontribusi studi bagi peserta "Program Pasca-Sarjana Manajemen Pembangunan Sosial-Universitas Indonesia (MPS-UI) adalah memberikan informasi mengenai prinsip desain tarif ideal pada bus kota berdasarkan Teori Sosilogi Moderen (Kelas versi Dahrendorf serta prinsip rasional versi Hechter) dan Perencanaan Sosial (analisis situasi) dan Psikologi Sosial (persepsi versi Anderson dan Slavin). Informasi yang diberikan peneliti antara lain berupa:
a. Pemetaan persepsi masyarakat sebagai basic consumer dari produk perencanaan sosial dalam konteks transportasi perkotaan, melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif (prinsip desain kebutuhan masyarakat berdasarkan analisis situasi pasar/ keseimbangan supply, demand dan regulasi / kebijaksanaan yang berlaku);
b. Pemahaman terhadap pengambilan keputusan masyarakat yang rasional berdasarkan model persamaan posisi dalam bargaining power guna merealisasikan kebutuhannya;
c. Memetakan teori studi dalam bentuk indentifikasi masalah dan tujuan yang akan dicapai, sebagai media untuk merealisasikan produk perencanaan yang dianggap ideal;
d. Mekanisme identifikasi kendala dan peluang dalam merealisasikan tujuan jangka panjang dan pendek, berdasarkan potret kegagalan yang ada;
e. Pemilihan prioritas sasaran yang dapat diimplementasikan berdasarkan konsekuensi peluang dan kendala yang berlaku di masyarakat, guna merealisasikan tujuan jangka panjang dan pendek.
Sifat penelitian analitik. Unit pengamatannya adalah individu yang berperan sebagai users, awak bus dan pemilik bus. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif guna mengidentifikasikan bentuk tarif ideal dan tidak ideal yang berlaku di pasar bus kota berdasarkan karakteristik persepsi rasonal masyarakat, melalui unstructured depth interview dan creative interview. Sedangkan pada pendekatan kuantitatif peneliti ingin melihat hubungan pemilihan opsi tarif pasar versi users dan awak bus dengan situasi pasar yang berlaku dalam memetakan nilai real tarif ideal, melalui hasil perhitungan chisquare, spearmen dan crosstab.
Dengan mengkombinasikan temuan lapangan secara kualitatif dan kuantitatif, maka peneliti dapat memetakan bagaimana prinsip desain tarif secara makro dan mikro berdasarkan persepsi masyarakat yang rasional. Gambaran mikro menunjukkan prinsip desain tarif bus patas AC dan regular di Jakarta berdasarkan potret kegagalan pemerintah selama tahun 1989-2000. Sedangkan pemetaan makro memfokuskan pada prinsip desain tarif bus kota berdasarkan kegagalan yang terjadi selama 2-13 tahun. Diharapkan temuan studi dapat bermanfaat bagi policy makers, transport planners atau pihak-pihak yang berkepentingan di dalam mendesain tarif ideal serta dapat menjawab kelemahan studi yang ada saat ini. Terutama dalam memberikan solusi terhadap masalah penyediaan bus kota yang sesuai dengan kebutuhan supply dan demand."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Syihabuddin
"ABSTRAK
Dibangunnya kawasan hijau dalam bentuk hutan kota di sekitar kawasan industri Pulogadung atas dasar keyakinan peranan fungsi jasa ekologis komunitas berbagai jenis tumbuhan yang dinilai mampu memperbaiki kualitas lingkungan kawasan industri. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dinamika pertumbuhan hutan kota, kondisi iklim mikro, besaran karbon, pengetahuan dan sikap masyarakat, dan upaya pengelolaan hutan kota kawasan industri. Penelitian dilakukan di Hutan Kota kawasan Industri Pulogadung, Kelurahan Rawa Terate, Kecamatan Cakung, Kota Jakarta Timur. Sampel vegetasi terdiri dari 3 petak tunggal, sedangkan sampel manusia terdiri atas 40 responden dan 2 informan. Struktur dan komposisi vegetasi yang mendominasi di Hutan Kota Kawasan Industri Pulogadung Trembesi Samanea saman untuk fase pohon dengan INP 74,98 ; Mahoni Swietenia mahagoni untuk fase tiang dengan INP 177,67 ; petai cina Leucaena leucocephala untuk fase pancang dengan INP 61,33 . Profil vegetasi menunjukkan kriteria pohon masa kini 100 didominasi oleh model arsitektur Troll dengan kerapatan vegetasi pohon 225 individu/Ha. kondisi iklim mikro masuk kategori tidak nyaman yaitu 29,75, padahal kondisi idealnya atau kondisi nyaman pada kisaran 25,0-

ABSTRACT
The construction of green areas in the form of urban forest around Industrial Estate Pulogadung on the basis of the role of faith communities ecological service functions of various types of plants are considerably to improved the environmental quality of industrial estates. The purpose of the study is to analyze the dynamics of the growth of the urban forest the micro climatic conditions the amount of carbon the knowledge and attitudes and the urban forest manegement efforts industrial estate. The study was conducted the Urban forest Industrial Estate Pulogadung, East Jakarta. Samples of vegetation consist of 3 single swath, while the human sample consisted of 40 respondents. The structure and composition of vegetation that dominates in Urban forest Industrial Estate Pulogadung Samanea saman for phase IVI tree with 74.98 Swietenia mahagoni for phase pole with IVI 177.67 Leucaena leucocephala for phase with IVI 61,33 stake. Profile vegetation shows trees criteria today 100 dominated by Troll architectural model with a density of 225 trees vegetation individuals ha. micro climatic conditions in the category of uncomfortable 29.75 , whereas the condition or conditions ideally convenient in the range 25,0 "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>