Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186921 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radian Nurcahyo
"Hak atas tanah pada kawasan pantai merupakan salah satu substansi yang terdapat dalam rancangan undang-undang hak tanah, rencana pengaturan hak tanah pada kawasan pantai tersebut perlu diperhatikan kawasan yang ditarik sepanjang100 (seratus) meter dari bibir pantai atau dikenal sebagai daerah sempadan pantai, hal ini dikarenakan kawasan sempadan pantai merupakan kawasan yang dilindungi dan berpotensi menentukan kelestarian atau kerusakan wilayah pantai yang di.sebabkan faktor alami atau buatan manusia, pokok permasalahan yang perlu diperhatian terhadap kawasan sempadan pantai adalah dari sisi penerapan peraturan perundang-undangan pertanahan nasional pada kawasan tersebut. Bila peraturan perundang-undangan pertanahan nasional yang mengatur mengenai hak-hak atas tanah sudah diterapkan pada kawasan pantai dan tidak terjadi masalah, tentu tanah pada kawasan pantai akan dapat dimanfaatkan dengan baik, hal inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian menggunakan metode studi kepustakaan dan tinjauan lapangan dengan melakukan pengamatan langsung pada lokasi obyek penelitian serta wawancara dengan respondenguna mendapatkan jawaban atas permasalahan penerapan hak-hak atas tanah yang diatur dalam ?Undang-Undang Pokok Agraria?. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Penerapan hak-hak atas tanah dalam Undang-Undang Pokok Agraria belum sepenuhnya efektif dilaksanakan di kawasan sempadan pantai karena di daerah sempadan pantai tersebut hanya terdapat hak menumpang di atas tanah dengan status tanah Sultan Ground. Dimana status tanah Sultan Ground tidak diakui lagi semenjak adanya Undang-Undang Pokok Agraria. Hal ini menjadi tugas bagi praktisi maupun akademisi hukum pertanahan untuk lebih berperan aktif memikirkan solusi permasalahan yang terjadi pada kawasan pantai, untuk selanjutnya dari hal tersebut dapat dilakukan reformasi pengaturan hak atas tanah pads kawasan pantai dengan penentuan kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi terwujudnya kepastian hukum penguasaan hak atas tanah pada kawasan pantai, sehingga hak-hak atas tanah yang berada pada kawasan pantai akan dapat dimanfaatkan secara optimal."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
T16383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Yuli Puspitasari
"Seiring berjalannya waktu, gumuk pasir di Pantai Parangtritis DI Yogyakarta yang unik digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya akan ruang yang semakin besar. Berkembang dan berubahnya penggunaan tanah di gumuk pasir ini diteliti dengan metode overlay dan analisis spasial, deskriptif dan spasiotemporal dari hasil interpretasi foto udara tahun 1972 dan 1992 dan citra tahun 2002 dan 2006. Berkembangnya gumuk pasir ditandai dengan bertambahnya luasan gumuk pasir pasif yang semakin melebar ke bagian tengah gumuk pasir aktif. Perubahan penggunaan tanah di gumuk pasir selama tahun 1972 sampai 2006 adalah menjadi pemukiman, hotel, fasilitas kuliner dan fungsi lainnya. Perubahan penggunaan tanah di gumuk pasir pasif lebih banyak menjadi pemukiman dan hutan belukar. Di gumuk pasir aktif bagian tengah, perubahan terjadi di sepadan pantai menjadi pertanian di tanh berpasir dan fasilitas kuliner. Di bagian utara, menjadi lahan pertanian berpasir dan hutan belukar.

Abstract
The Unique sanddunes at Parangtritis Beach in DI Yogyakarta Province is used for the population to fill their needed. Developing and changing land use in sanddunes was studied by overlay method with spatial analysis, descriptive, and spatiotemporal from the result of photo interpretationof the 1972 and 1992 and the image of the 2002 and 2006. Developing of sanddunes is characterized by increasing passive sanddunes area. Land use in sanddunes from 1972 to 2006 was changed into residential, hotel, culinary facilities, and other functions. Land use changing in the passive and dunes was changed into many of the settlements and bushes. In the middle of active sanddunes. Land use was changed into sandy agriculture and culinary facilities in the commensurate coastal. In the north, they become sandy agricultural and bushes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S203
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadlullah
"

Perairan Yogyakarta merupakan salah satu perairan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 dengan aktivitas penangkapan ikan. Nelayan sebagai aktor utama aktivitas tersebut akan terus memanfaatkan sumber daya perikanan untuk kebutuhan hidupnya. Padahal perairan merupakan common-pool resources yang dapat menimbulkan sebuah masalah akibat adanya kegiatan penangkapan ikan. Masalah tersebut dapat berujung pada eksploitasi dan degradasi lingkungan perairan. Perairan Yogyakarta umumnya dimanfaatkan oleh komunitas nelayan di Provinsi Yogyakarta dengan pemanfaatan terbesar pada komunitas nelayan di Kabupaten Bantul. Salah satu komunitas nelayan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang paling besar dan maju adalah nelayan di Pantai Depok, Desa Parangtritis. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan fishing grounds dan aktivitas penangkapan ikan berdasarkan jarak dari garis pantai untuk mencapai pengelolaan sumber daya perikanan yang tepat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan keterkaitan hubungan yang dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan masih sangat bergantung kepada kondisi cuaca dan perairan. Pemilihan fishing grounds hanya mencapai 10 mil dari garis pantai ketika musim berlimpah. Fishing grounds tersebut akan berubah dan cenderung mendekat ke arah garis pantai ketika memasuki musim paceklik. Pemilihan fishing grounds memiliki hubungan yang cukup erat dengan asal daerah nelayan. Nelayan pendatang dari Cilacap yang sudah terbiasa dengan aktivitas penangkapan ikan dapat memilih fishing grounds yang lebih jauh dibandingkan nelayan lokal. Untuk pola spasial penangkapan ikan, jarak fishing grounds akan mempengaruhi ukuran mesin armada. Sementara faktor penangkapan lain seperti armada (kepemilikan dan ukuran), alat tangkap, dan hasil tangkapan cenderung sama baik pada fishing grounds dekat dan jauh di Perairan Yogyakarta. Komoditas tangkapan ikan yang sama serta kondisi cuaca dan perairan diperkirakan membuat aktivitas penangkapan kurang bervariasi oleh nelayan di Pantai Depok.


Yogyakarta waters are one of the waters in Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 with capture fisheries activity. Fisher is the main actor in fisheries activity who always uses the resources to their life necessities. Waters is a common-pool resource that can cause problems with capture fisheries activity. These problems could lead to exploitation and environmental degradation of waters. Generally, the fisher community who lived in the coastal area in Yogyakarta fishing in Yogyakarta waters. Bantul Regency becomes the biggest fishery production in 2018 than the other regency in Yogyakarta Province. One of the fishing communities in Bantul Regency, Yogyakarta that continues to grow and the most advanced in capture fisheries is the fisher at Depok Beach, Parangtritis Village. Therefore, the research conduct to analyze the fisher spatial behavior of fishing activities based on distance from the coastline to do proper fisheries management. The analytical method used was spatial analysis and quantitative descriptive. The results showed that fisher at Depok Beach still depends on the weather and water condition. Fishing grounds can reach 10 miles from the coastline on west monsoon (good season). Those fishing grounds will change and got shorter to the coastline on east monsoon (bad season). Fishing grounds choice has a relationship with the origin of the fisher. Migrant fishers from Cilacap who familiar with fishing activities choose fishing grounds more distant than a local fisher. For the spatial pattern of fishing, the fishing grounds distance will affect the size of the boat engine. While other fishing activities like a boat (ownership and size), gears, and the amount of catch fish tend to be the same both near and far fishing grounds at Yogyakarta waters. The same commodities and weather and water conditions are thought to make fishing activities less varied by fisher on Depok Beach.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Nur Agustin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S33983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sand beach dikes (land and sea barries) along the southern area of Balonrejo (Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Purworejo) with beacline width varying between 2 to 4 km apparently are much used by the local community for horticulture of red pepper, tomato, melon etc...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Mahardhika Pratiwi
"Aktivitas perikanan tangkap laut di pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di kawasan Pantai Depok mengalami perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keberlanjutan aset mata pencaharian dan strategi mata pencaharian nelayan di Pantai Depok tahun 2020 menggunakan Pendekatan Mata Pencaharian Berkelanjutan (SLA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan analisis spasial. Wilayah penelitian dibagi menjadi dua berdasarkan jarak tempat tinggal nelayan dari pantai Depok yaitu kurang dari 500 meter dan lebih dari 500 meter. Berdasarkan perhitungan rentang skala, mata pencaharian nelayan yang tinggal kurang dari meter dari Pantai Depok termasuk kurang berkelanjutan, sedangkan aset nelayan yang tinggal di lebih dari 500 meter dari Pantai Depok termasuk berkelanjutan. Strategi mata pencaharian yang dilakukan adalah migrasi dan diversifikasi mata pencaharian.

Marine fisheries activities on the southern coast of Special Region of Yogyakarta province, especially in the Depok Beach area, has gradually developed. This research aims to analyze the livelihood sustainability level and livelihood strategy of small-scale fishermen at Depok Beach in 2020 based on Sustainable Livelihood Approach (SLA). The methods used in this research are quantitative descriptive analysis and spatial analysis. Study area divided into two groups based on the distance of fishers’ house from Depok Beach, i.e. less than 500 meters and more than 500 meters from the Depok Beach. Based on the calculation of the scale range, livelihood of fishermen in living in less than meters from Depok Beach considered less sustainable, while assets of fishers living in more than 500 meters from Depok Beach are sustainable. The livelihood strategies are diversification and migration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Astrid Damayanti
"Pantai selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY) merupakan salah satu dari sekian banyak wilayah pantai yang potensial sebagai tujuan wisata di Indonesia. Pantai Krakal, Pantai Drini, Pantai Parangkusumo adalah 3 (tiga) lokasi yang digunakan sebagai contoh kajian parameter fisik lahan pantai-pantai potensial di selatan Pulau jawa. metode yang digunakan adalah survei dan pengamatan langsung di lapangan. Analisis dilakukan secara statistik dan deskriptif.
Ketiga pantai tersebut memiliki genesa yang sama, yaitu merupakan pantai timbul yang terbentuk akibat proses pengangkatan dasar laut dan Drini lebih banyak dipengaruhi oleh proses marin, yaitu akibat gelombang, arus dan pasang surut. Sedangkan Pantai Parangkusumo selain dipengaruhi oleh proses marin juga dipengaruhi oleh proses aeolian."
2001
JUGE-2-Juli2001-8
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arip Sriyanto
"WHO menyatakan bahwa penyebaran leptospirosis di dunia meluas terutama pada daerah dengan iklim tropis dan sub tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Tikus sebagai binatang yang dekat keberadaannya dengan manusia merupakan sumber penularan leptospirosis yang ada di Indonesia. Kejadian leptospirosis di Kabupaten Bantul dari tahun 2012 sampai tahun 2015 selalu menduduki rangking tertinggi apabila dibandingkan dengan kabupaten lain. Disamping tingginya angka kesakitan, angka kematian penderita leptospirosis di Kabupaten Bantul juga relatif tinggi bila dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor lingkungan dan individu yang berisiko terhadap kejadian leptospirosis di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2016 dengan menggunakan desain case control. Sampel penelitian menggunakan data penderita leptospirosis di Kabupaten Bantul dari bulan Januari-Mei 2016.
Penelitian ini difokuskan pada faktor risiko lingkungan serta faktor individu. Jumlah penderita yang ditemukan/dilaporkan pada periode bulan Januari sampai dengan Mei 2016 sebanyak 34 kasus. Faktor yang berhubungan dengan kejadian Leptospirosis di Kabupaten Bantul Pekerjaan (nilai p=0,001; OR=7,35; CI 95%=2,290-23,571), dan Perilaku (nilai p=0,028; OR=3,43; CI 95%=1,255-9,370), Perawatan luka (nilai p=0,014; OR=3,97; CI 95%=1,426-11,040), Pengetahuan (nilai p=0,015; OR=3,83; CI 95%=1,403-10,477) Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian leptospirosis adalah faktor pekerjaan, faktor perilaku, perawatan luka dan pengetahuan.

WHO stated that the spread of leptospirosis in the world extends mainly in regions with tropical and sub tropical climates where rainfall is high. Mice as the animals close to the human existence is a source of leptospirosis of transmission in Indonesia. The incidence of leptospirosis in Bantul District from 2012 to 2015 always ranks highest when compared with other districts. Besides the high morbidity, mortality rate of patients with leptospirosis in Bantul also relatively high when compared with other r districts in the province of Yogyakarta.
The purpose of this study was to determine the relationship between environment and individuals at risk of incidence of leptospirosis in Bantul district of Yogyakarta Special Province in 2016 using case control design. Sample research using data leptospirosis patients in Bantul district of the month from January to May 2016.
The study focused on environmental risk factors as well as individual factors. The number of cases detected / reported in the period January to May 2016 as many as 34 cases. Factors associated with the incidence of leptospirosis in Bantul District occupational (p = 0.001; OR = 7.35; 95% CI = 2.290 to 23.571), behavior (p = 0.028; OR = 3.43; 95% CI = 1.255 to 9.370), wound care (value p = 0.014; OR = 3.97; 95% CI = 1.426 to 11.040), and knowledge (p = 0.015; OR = 3.83; 95% CI = 1.403 to 10.477). This study concluded that the factors associated with the incidence of leptospirosis is a occupational, behavior, wound care and knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>